Acara The Master dan sikap Masyarakat (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara The Master Terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan)

(1)

ACARA “THE MASTER” DAN SIKAP MASYARAKAT

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara The Master Terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter Di Sun Plaza Medan)

Diajukan oleh :

YOLANDA SARI

050904003

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Acara The Master dan sikap Masyarakat (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara The Master Terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sejauhmanakah Pengaruh Tayangan The Master Terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter Di Sun Plaza Medan. Grand teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori AIDDA, penggunaan teori ini dikarenakan teori AIDDA dapat mewakili karakter yang menjadi variabel dari penelitian ini disamping menggunakan teori-teori lain yang dapat mendukung kesempurnaan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara tayangan The Master dan sikap masyarakat yang diwakili oleh pengunjung Magic Counter Sun Plaza Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Magic Counter Sun Plaza Medan, jumlah responden yang dijadikan sampel sekitar 70 orang responden. Jumlah ini didapatkan melalui seleksi dan pemilihan responden sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,724, untuk melihat kuat lemahnya korelasi

(hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan kuat antara tayangan The Master dan sikap

pengunjung Magic Counter yang berada di Sun Plaza Medan. Kemudian untuk menguji

tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan kuat antara tayangan The Master dan sikap pengunjung Magic Counter yang berada di Sun Plaza Medan.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan kehadirat atas segala rahmat dan karunia

yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Acara The Master Terhadap Sikap Pengunjung di Magic Counter Sun Plaza Medan”. Penelitian ini adalah suatu studi korelasional tentang pengaruh tayangan The Master terhadap sikap masyarakat yang diwakili oleh pengunjung Magic Counter yang bertempat di lantai 4 Sun Plaza Medan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana S1 Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Hal ini juga dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dan menambah pengalaman, khususnya yang berhubungan dengan ilmu komunikasi.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu sebelum, selama, dan setelah penulis mengerjakan skripsi. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda Jumaidi dan Ibunda Hamidah dan adik tercinta Imam dan Ichsan atas pengertian dan dukungannya kepada penulis. Mudah-mudahan semua yang penulis lakukan dapat membahagiakan dan membanggakan Ayahanda dan Ibunda.

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba M.A., Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si., selaku Dosen Wali penulis.

4. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan meluangkan waktu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta nasehat-nasehat yang telah diberikan kepada penulis.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU pada umumnya. Terima kasih atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Senja, Asri, Galih, kak Rotua, Andi, Nuri, Iren, Aditya, Dona, Wulan dan semua teman seperjuangan di bangku kuliah yang bersedia membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas hari-hari yang indah dan menyenangkan selama kita kuliah. Mudah-mudahan kita tetap menjadi sahabat untuk selama-lamanya.

7. Kepada adik-adik angkatan 08 dan 09 yang selalu membantu penulis dalam menjalani perkuliahan, atas bantuannya penulis ucapkan terima kasih.

8. Untuk teman-teman sepermainanku dan untuk saudara-saudaraku yang selalu mendukungku, terima kasih banyak atas perhatiannya selama ini.

9. Untuk para karyawan Magic Counter yang membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan lancar.

10.Dan terakhir, terima kasih atas segala bantuannya dan telah menjadi teman penulis selama kuliah dan mudah-mudahan bisa saling membantu untuk seterusnya.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ………...i

KATA PENGANTAR ... ………..ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ……….………...viii

DAFTAR SKEMA ………...………x

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ……….……….1

I.2. Perumusan Masalah ……….………6

I.3. Pembatasan Masalah ………...6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian ………...7

I.4.2. Manfaat Penelitian ………...8

I.5. Kerangka Teori AIDDA...………...9

I.6. Kerangka Konsep ………..10

I.7. Model Teoritis ………...…...12

I.8. Operasional Variabel ………12

I.9. Defenisi Operasional ………...13

I.10. Hipotesis ………...15

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. KOMUNIKASI II.1.1. Pengertian Komunikasi………...16


(6)

II.2. KOMUNIKASI MASSA...21

II.2.1. Proses Komunikasi Massa……….…..23

II.2.2. Fungsi Komunikasi Massa..……….………25

II.2.3. Efek Media Massa..………..28

II.3. TELEVISI……… ……….……32

II.3.1. Sejarah Televisi..……….………..……28

II.3.2. Perkembangan Televisi di Indonesia…..………33

II.3.3. Daya Tarik Televisi……….…….28

II.3.4. Program Televisi………..……….36

II.3.5. Acara Televisi………..…….37

II.3.6. Dampak Acara Televisi………..………..38

II.4. TEORI AIDDA…. ……….……..39

II.5. TEORI SIKAP……….……..43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian ………..……..48

III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian………...48

III.3. Populasi dan Sampel...49

III.3.1. Populasi ……….…………..49

III.4.2. Sampel ……….…………50

III.4. Teknik Penarikan Sampel...50

III.5. Teknik Pengumpulan Data ……….………….50

III.6. Teknik Analisis Data ……….……..51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pengumpulan Data ………..………….54

IV.2. Proses Pengolahan Data ……….……….…………55


(7)

IV.6. Pembahasan ………...87

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ………...90 5.2. Saran ……….……….92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel I.1 Variabel Operasional ……… 12

Tabel II.1 Teori A-I-D-D-A………... ………... 42

Tabel IV.1 Jenis Kelamin Responden ……… 56

Tabel IV.2 Usia Responden ……….…….. 57

Tabel IV.3 Pendidikan Responden ……….……... 58

Tabel IV.4 Pekerjaan Responden ………... 59

Tabel IV.5 Frekuensi Menonton Acara The Master……… 60

Tabel IV.6 Durasi Menonton Acara The Master…….……… 61

Tabel IV.7 Media Untuk Mengenal Acara The Master..………. 62

Tabel IV.8 Jenis Sulap Yang Menarik Dalam Acara The Master…... 63

Tabel IV.9 Pendapat Responden Tentang Acara The Master….……. 64

Tabel IV.10 Tema Yang Disajikan Acara The Master……….. 65

Tabel IV.11 Materi Acara Yang Disajikan……….……... 66

Tabel IV.12 Tampilan Pembawa Acara The Master ……… 67

Tabel IV.13 Kejelasan Pembawa Acara Menyampaikan Informasi…. 68 Tabel IV.14 Ketertarikan Responden Terhadap acara The Master….. 69

Tabel IV.15 Kesenangan Responden Terhadap Acara The Master... 70

Tabel IV.16 Rasa Ingin Tahu tentang Sulap Setelah Menonton…….. 71

Tabel IV.17 Alasan Menonton Karena Hobi Menonton Tv..………... 72

Tabel IV.18 Alasan Menonton Karena Menyukai Acara Reality.…... 73

Tabel IV.19 Alasan Menonton Karena Faktor Hiburan…....………… 74

Tabel IV.20 Alasan Menonton Sebagai Ajang Pembelajaran Sulap.... 75

Tabel IV.21 Keinginan Belajar Sulap………... 76 Tabel IV.22 Pengaruh Tayangan The Master Terhadap Tindakan Responden Untk


(9)

Tabel IV.23 Hubungan Antara Pendapat Responden Dengan Ketertarikan Responden

Terhadap Acara The Master…. 79

Tabel IV.24 Hubungan Antara Tema Yang Disajikan Dengan kesenangan Responden

Terhadap Acara The Master…... 81

Tabel IV.25 Hubungan Materi Yang Disajikan Dengan Keinginan Belajar

Sulap……….…………. 83


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar I.1 Model Teoritis ……… ... 12 Gambar I.2 Skema AIDDA ... 41


(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Acara The Master dan sikap Masyarakat (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara The Master Terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sejauhmanakah Pengaruh Tayangan The Master Terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter Di Sun Plaza Medan. Grand teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori AIDDA, penggunaan teori ini dikarenakan teori AIDDA dapat mewakili karakter yang menjadi variabel dari penelitian ini disamping menggunakan teori-teori lain yang dapat mendukung kesempurnaan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara tayangan The Master dan sikap masyarakat yang diwakili oleh pengunjung Magic Counter Sun Plaza Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Magic Counter Sun Plaza Medan, jumlah responden yang dijadikan sampel sekitar 70 orang responden. Jumlah ini didapatkan melalui seleksi dan pemilihan responden sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,724, untuk melihat kuat lemahnya korelasi

(hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan kuat antara tayangan The Master dan sikap

pengunjung Magic Counter yang berada di Sun Plaza Medan. Kemudian untuk menguji

tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan kuat antara tayangan The Master dan sikap pengunjung Magic Counter yang berada di Sun Plaza Medan.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Televisi atau yang sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (tampak), jadi televisi berarti tampak atau dapat dilihat dari jauh. Secara sederhana kita dapat mendefinisikan televisi sebagai media massa yang menampilkan siaran berupa gambar dan suara dari jarak jauh.

Munculnya media televisi sebagai media elektronik memberi pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat saat ini. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari dan menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi bagi masyarakat. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi mendapat tempat tersendiri. Demikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996:254).

Televisi (TV) memiliki kelebihan tersendiri dengan gambar bergeraknya, karena khalayak cenderung menggunakan media TV sebagai sarana hiburan, informasi maupun pengetahuan sehingga membuat informasi dan pesan yang disampaikan lebih menarik dan menyenangkan pemirsanya dibanding media lainnya. Berbicara mengenai isi acara televisi, beragam acara pun telah dihadirkan oleh televisi kepada khalayaknya. Mulai dari tayangan film, sinetron, reality show, komedi situasi, talk show, berita, iklan maupun beragam tayangan


(13)

Saat ini terdapat sepuluh stasiun televisi swasta selain TVRI sebagia stasiun Televisi nasional. Kesepuluh stasiun televisi swasta tersebut antara lain RCTI, TPI, SCTV, Indosiar, ANTV, Global TV, Tv One, Metro TV, Trans TV dan Trans 7. Televisi swasta berlomba-lomba menghadirkan tayangan hiburan dan informasi yang lebih menarik, aktual, inovatif, baru dan segar. Seluruhnya berusaha memberikan kepuasan bagi pemirsanya dengan menayangkan acara yang menjadi ungggulan masing-masing.

Untuk memenuhi keinginan masyarakat terhadap penayangan program yang berbeda, inovatif dan fresh, RCTI sebagai salah satu stasiun televisi swasta yang terkemuka dan sebagai televisi swasta pertama di Indonesia kini menghadirkan acara The Master sebagai salah satu program andalannya. Acara yang bergenre reality show ini merupakan suatu event pencarian bakat di bidang magic dimana dalam ajang ini akan ditentukan siapa yang akan dijadikan The Master yang dapat disejajarkan dengan pesulap yang lebih dahulu eksis di televisi dengan program The Master. Ia berharap dengan program ini akan melahirkan pesulap–pesulap handal lebih besar dari dirinya. Ia merasa dibesarkan oleh RCTI sejak pertama kali tampil tahun 1999 melalui Impresario 008 tapi setelah tahun 2003 acara tersebut vakum. Walaupun acara Impresario 008 telah lama vakum, Deddy tetap bisa membuktikan bahwa ia tetap punya penggemar dan bertahan selama 10 tahun. Melalui acara ini, Deddy berserta para juri acara berusaha mencari master berikutnya.

Acara yang ditayangkan setiap hari jumat pukul 21.00 WIB ini cukup banyak menarik perhatian pemirsa RCTI. Format acara yang menarik didukung oleh para juri yang berasal dari


(14)

dipandu oleh Nico Siahaan, Deddy Corbuzier dan Romi Rafael menjadi juri tetap dalam tayangan tersebut mewakili sisi magician dan illusionist sedangkan Mellisa Karim menjadi juri tetap yang mewakili sisi artis. Saat ini acara The Master sedang mencari orang yang nantinya menjadi master pada season dua The Master, setelah sebelumnya Joe Sandi menjadi pemenang The Master I mengalahkan pesaingnya Limbad.

Acara ini cukup spektakuler dan mampu menarik perhatian dan simpati masyarakat banyak. Dengan adanya acara ini maka terbuka peluang besar bagi para magician muda maupun

magician yang telah lama bergelut di bidang sulap maupun hipnotis untuk tampil di televisi dan

menjadi terkenal. Acara The Master ini juga menjadi wadah untuk mengekspresikan kemampuan dan bakat para pesulap dan ilusionist yang ada di Indonesia (www.rcti.com).

Acara the master bertujuan untuk mengeksklusifkan kembali seni magic yang sempat dianggap sebagai seni murahan, dan anggapan bahwa pesulap mengikuti sebuah aliran yang menyimpang (penganut setan dan sihir). Profesi pesulap dahulu hanya dipandang sebelah mata, pesulap dianggap tidak lebih dari bagian sebuah orkes badut, sirkus, dan serangkaian acara hiburan semata. Namun, kesuksesan David Copperfield mampu menunjukan dan menyajikan sebuah seni dan estetika bermain trik sulap dalam kemasan yang elegan dan glamour, tanpa menghilangkan sisi misterius dan seni hiburannya. Hal inilah yang membuat sejumlah pesulap di tanah air berbondong-bondong untuk memperkaya dan memperdalam trik sulapnya, untuk kemudian ditampilkan secara berkelas dan memiliki nilai jual tersendiri. Dari sinilah timbul nama-nama seperti Deddy Corbuzier, Adri Manan, Rommy Rafael, hingga Demian. Aneka trik dan permainan sulap yang mereka tampilkan pun tidak sesederhana dulu lagi.


(15)

Sejak tahun 2004, RCTI sebagai televisi swasta mempunyai komitmen untuk tidak menayangkan segala hal yang berbau mistik ataupun acara yang menonjolkan pornografi. Dan untuk menawarkan acara yang lebih menghibur RCTI kemudian mengeluarkan acara The Master sebagai salah satu acara unggulannya. Sebelumnya pada awal Juli 2009, sejumlah ulama dari berbagai Pondok Pesantren di Jawa Timur berkumpul pada Bahtsul Masail Wustho yang berlangsung di Pondok Pesantren Abu Dzarrin di Kendal, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Jawa Timur untuk mengeluarkan fatwa haram bagi tayangan The Master. Ulama di Bojonegoro menilai, tayangan yang dipertontonkan tersebut tidak masuk akal dan di luar batas kemampuan manusia sehingga mereka menilai tayangan tersebut haram lantaran memercayai kekuatan lain selain Allah. Sementara itu, mantan anggota Komisi Fatwa MUI yang juga Ketua MUI Samarinda, KH. Zaini Naim, melihat tayangan `The Master` tidak mengandung unsur edukasi (mendidik). "Tayangan itu hanya bersifat entertain (hiburan) belaka dan bukan sebagai hiburan yang mendidik. Jadi, saya menilai acara itu sangat berbahaya jika ditonton," ujar Ketua MUI Samarinda tersebut

Dengan adanya penolakan dari masyarakat dan tokoh agama, RCTI kemudian memberi penjelasan pada masyarakat bahwa acara The Master bukanlah acara yang menyesatkan masyarakat. Seni sulap yang dianggap tabu dan berbau sihir coba dirubah

para magician melalui acara The Master tersebut. Stasiun televisi swasta RCTI menegaskan tidak ada unsur sihir, setan, dan jin pada tayangan The Master. “Adegan-adegan dalam The master itu murni trik, bukan sihir. Para penyelenggara bersedia menjelaskan bahwa adegan dalam acara The Master tidak ada unsur jin dan setan," kata Direktur Program RCTI, Harsiwi Achmad di sela-sela jumpa pers program tayangan ulang tahun ke-20 RCTI di Jakarta. Bahkan


(16)

RCTI bersama dengan Deddy Corbuzier dan Rommy Rafael telah mendatangi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menjelaskan tentang tayangan "the

master" yang tidak menganut mistik ataupun “klenik”

Dengan adanya penjelasan dari pihak RCTI dan tim The Master diharapkan acara tersebut mendapatkan tempat yang lebih baik di hati masyarakat. Semoga pada akhirnya acara the master mendapatkan apresiasi yang baik dan positif, diharapkan acara The Master menjadi alat untuk menyalurkan bakat dan keterampilan di bidang sulap serta untuk memperbaiki cara pandang masyarakat pada sulap. Pesona sulap telah menyebar di kalangan masyarakat dan untuk lebih mengenalkan sulap kepada masyarakat, para ahli sulap ataupun orang-orang yang tertarik pada sulap kini menyediakan media untuk belajar sulap. Salah satu media tersebut kini dikenal dengan nama Magic Counter. Magic Counter kini mulai tersebar di berbagai wilayah strategis di Indonesia. Salah satu cabang dari Magic Counter berada di Sun Plaza Medan lantai empat, alasan dipilihnya tempat tersebut menjadi tempat yang diteliti dikarenakan Magic Counter di Sun Plaza Medan lantai empat memiliki pengunjung yang paling berpotensional dan merupakan cabang Magic Counter pertama di Medan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimanakah pengaruh tayangan The Master terhadap sikap masyarakat yang diwakili oleh pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan.

1.2 Perumusan Masalah


(17)

“Sejauhmanakah Pengaruh Tayangan The Master Terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter Di Sun Plaza Medan“.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah.

Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.

2. Objek penelitian ini adalah pengunjung Magic Counter Sun Plaza Medan yang sudah pernah menyaksikan tayangan The Master di RCTI minimal 1 kali.

3. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pengunjung yang berusia di atas 15 tahun dan di bawah 50 tahun karena pada umur tersebut argumen yang mereka berikan dapat dipertanggungjawabkan

4. Pengunjung yang dijadikan responden adalah pengunjung yang bertahan selama 10 menit di Magic Counter Sun Plaza Medan. Karena jangka waktu tersebut memudahkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan dan kuisioner.

5. Penelitian lapangan dan observasi adalah terhadap tayangan The Master yang disiarkankan setiap hari Jumat pada pukul 21.00–00.00 WIB di RCTI.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan akan mendorong seseorang untuk melakukan usaha sedapat mungkin agar tujuan tersebut dapat dicapai.


(18)

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh acara The Master di RCTI terhadap Sikap Pengunjung

Magic Counter di Sun Plaza medan.

2. Untuk mengetahui tanggapan para pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan terhadap acara The Master di RCTI .

3. Untuk mengetahui materi-materi acara apa saja yang disampaikan dalam acara The Master di RCTI.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara akademik, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

2. Secara teoritis, sebagai wadah untuk menerapkan ilmu yang diterima penulis selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Secara praktis, melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana pengaruh acara The Master di RCTI terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan.

1.5 Karangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:39).


(19)

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Teori AIDDA

Onong Uchjana Effendi (202:304) menjelaskan bahwa pendekatan yang disebut sebagai A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure, sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut :

1. Attention (Perhatian)

Perhatian, yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan keingintahuan, mencari tahu tentang sesuatu yang dilihatnya.

2. Interest (Minat)

Minat, yaitu suatu keadaan yang mampu membuat orang lain menyenangi suatu hal.

3. Desire (Hasrat)

Hasrat, yaitu suatu keinginan seseorang dalam suatu hal yang dilihatnya dan memiliki keinginan untuk memperolehnya.

4. Decision (Keputusan)

Keputusan, yaitu langkah yang diambil seseorang dalam menetapkan suatu hal yang diinginkannya itu.

5. Action (Tindakan)

Tindakan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencapai keinginannya dalam mendapatkan suatu hal.


(20)

Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini, acara The Master harus mampu menarik perhatian orang lain. Khususnya penonton di rumah.

Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan. Dalam hal ini, minat akan menimbulkan hasrat dalam penonton untuk menyaksikan acara The Master.

Hasrat, yaitu suatu keinginan yang amat sangat untuk menonton acara The Master. Dengan adanya hasrat, kemudian harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision).

Keputusan, yaitu segala putusan yang telah ditetapkan, sesudah dipertimbangkan ataupun dipikirkan, dan merupakan sikap terakhir ataupun langkah yang harus dijalankan. Pada akhirnya keputusan tersebut dilanjutkan dengan mengambil suatu tindakan (action). Tindakan, yaitu perbuatan atau sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi/memenuhi sesuatu.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:57).


(21)

konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah acara The Master di RCTI.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah suatu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan.

3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda satu dengan individu lain. Karakteristik responden adalah variabel yang menghubungkan variabel terikat dan variabel bebas.

1.7 Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian penelitian ini, yaitu :

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Acara The Master di RCTI

Variabel Terikat (Y) Sikap Pengunjung

Magic Counter di Sun


(22)

Variabel Bebas (X)

AcaraThe Master di RCTI

1. Frekuansi Menonton 2. Durasi Menonton 3. Tema/materi acara 4. Waktu penayangan 5. Kejelasan materi acara 6. Penampilan pembawa acara

Variabel Terikat (Y)

Sikap Pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan

1. Perhatian 2. Minat 3. Hasrat 4. Keputusan 5. Tindakan

Karakteristik responden

1. Jenis kelamin 2. Usia

3. Pendidikan Terakhir 4. Pekerjaan

1.9 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan menganai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46).


(23)

a. Variabel Bebas (Acara The Master di RCTI), meliputi :

1. Frekuensi menonton: intensitas atau sering tidaknya responden menonton acara The Master di RCTI.

2. Durasi menonton: lamanya waktu yang dihabiskan responden menonton tayangan televisi.

3. Tema/materi acara : untuk mengetahui tema atau materi acara apa saja yang ada dalam acara The Master di RCTI.

4. Waktu penayangan : Informasi yang memuat tentang jadwal penayangan suatu acara. Waktu penayangan acara The Master adalah hari Jumat pukul 21.00-00.00.

5. Kejelasan materi acara : untuk mengatahui apakah materi acara yang disampaikan dalam acara The Master di RCTI dapat dipahami dengan baik atau tidak oleh para responden saat menontonnya.

6. Penampilan pembawa acara: untuk mengetahui bagaimana kemampuan si pembawa acara dalam acara The Master di RCTI. Sehingga penampilan mereka dapat membuat acara tersebut menjadi lebih menarik.

b. Variabel Terikat (Sikap Pengunjung), meliputi :

1. Perhatian, yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan keingintahuan, mencari tahu tentang sesuatu yang dilihatnya.

2. Minat, yaitu suatu keadaan yang mampu membuat orang lain menyenangi suatu hal. 3. Hasrat, yaitu suatu keinginan seseorang dalam suatu hal yang dilihatnya dan memiliki

keinginan untuk memperolehnya.

4. Keputusan, yaitu langkah yang diambil seseorang dalam menetapkan suatu hal yang diinginkannya itu.


(24)

5. Tindakan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencapai keinginannya dalam mendapatkan suatu hal.

c. Karakteristik Responden, meliput i :

1. Jenis kelamin : Jenis kelamin dari responden (wanita/pria)

2. Usia : Usia Responden saat mengisi kue sioner

3. Pendidikan Terakhir : Jenjang Pendidikan yang dimiliki responden

4. Pekerjaan : Mata pencahariaan responden

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara Acara “The Master” dengan sikap Pengunjung Magic Counter Di Sun Plaza Medan

Ha : Terdapat hubungan antara Acara “The Master” dengan sikap Pengunjung Magic Counter Di Sun Plaza Medan


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 KOMUNIKASI

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Secara etimologis atau menurut asal katanya komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico,

communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah

pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002:41).

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia . karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah

komunikasi manusia atau dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication.

Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004:4). Menurut Harold D.


(26)

Lasswel, bahwa cara terbaik untuk menjelaskan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect?.

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy 2004: 10).

Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut: a. Menyampaikan informasi (to inform)

b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence)

Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change)

c. Perubahan perilaku (behavior change)


(27)

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengetian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi (Cangara, 1998: 23-27).

Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut : 1.Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source atau sender.

2.Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau

information.

3.Media

Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang


(28)

menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.

Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, poster, spanduk dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain : radio, film, televisi, video recording, audio cassette dan sebagainya.

4.Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.

5.Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tinglah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh bisa juga


(29)

diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6.Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal seperti itu yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

2.2 KOMUNIKASI MASSA

Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright yang mengatakan bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Komala dan Elvinaro, 2004 : 3).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Komala dan Elvinaro, 2004:3). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media


(30)

elektronik, adanya media cetak yakni surat kabar dan majalah serta ada juga media film, yakni film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.

Ada juga definisi tentang komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner yang menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Komala dan Elvinaro, 2004 : 4). Dari definisi Gerbner ini tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.

Definisi komunikasi massa dari Meletzke berikut ini memperlihatkan sifat dan ciri komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar (Komala dan Elvinaro, 2004:4). Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat.

Menurut Freidson, definisi komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi.


(31)

menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua

orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Komala dan Elvinaro, 2004:4). Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan

istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu saja,

melainkan diberikan untuk semua orang.

Dalam hal ini Freidson dapat menunjukkan ciri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur keserampakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat, karena dalam proses komunikasi massa ada sifat keserampakan dalam penerimaan pesan.

Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi.

2.2.1 Proses Komunikasi Massa

Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya dan adapula dari sifat pesannya.

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massa melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti : radio, televisi, surat kabar dan film. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya, maka komunikasi massa


(32)

memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.

Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa adalah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau instuisi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, tekhnisi dan sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit.

Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas, tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio, televisi, internet dan sebagainya maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat.

Selain itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.

Pengertian Komunikasi massa, pada satu sisi adalah proses dimana organisasi media memproduksikan dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anionim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan peristiwa yang berlangsung secara berkelanjutan, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhir. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen penunjang. Demikian


(33)

komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen. Pengertian komponen disini adalah bagian-bagian terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan, yakni komunikator, pesan, dan komunikan.

Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak akan berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen utama yakni adanya komunikator - pesan - komunikan mutlak harus ada pada proses komunikasi, baik itu di dalam komunikasi antar personal (interpersonal), kelompok maupun komunikasi massa.

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Disamping memiliki ciri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto dkk dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” (2004 : 16-17) adalah sebagai berikut : a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk (1) pengawasan peringatan; (2) pengawasan instrumental.

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi , kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman. Sebuah stasiun televisi mengelola program untuk menayangkan sebuah peringatan. Sebuah surat kabar secara berkala memuat bahaya polusi udara dan pengangguran. Kendati banyak informasi


(34)

yang menjadi peringatan dan ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.

Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.

Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok.

c. Lingkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk

lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kapada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masayarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa


(35)

Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

Televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16 tahun, yang banyak menghabiskan banyak waktunya menonton televisi dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, maraknya tayangan kekerasan di stasiun televisi dapat membetnuk sosialisasi bagi anak muda yang menontonnya, yang membuat anak muda berpikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan persoalan hidup. Demikian pula pada penyebaran tentang keistimewaan dari sebuah sulap melalui tayangan The Master.

e. Entertainment (Hiburan)

Penyiaran drama, tarian, kesenian, sastra, musik, olah raga, permainan, melalui isyarat-isyarat, lambang-lambang, suara dan gambar, bertujuan untuk menciptakan kesenangan yang bersifat hiburan. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.

Fungsi menghibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat berita-berita ringan atau melihat tayangan-tayang hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

2.2.3 Efek Media Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekauatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil


(36)

yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi massa dilaksanakan melalui berbagai media massa.

Menurut Steven M. Chaffe ( Ardianto dkk, 2004: 49) efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan ynag terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral.

A. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri

1. Efek Ekonomi

Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Keberadaan televisi baik televisi pemerintah maupun televisi swasta dapat memberi lapangan pekerjaan kepada sarjana ilmu komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, juru rias dan profesi lainnya.

2. Efek Sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya kehadiran televisi dapat meningatkan status dari pemiliknya.

3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor masyarakat kota akan lebih dahulu melihat siaran berita di televisi.


(37)

Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perassan tidak nyaman, misalnya untuk menhilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.

5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perassan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

B. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan ynag terjadi pada diri khalayak

1. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh lainnya.


(38)

Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek proposional kognitif.

2. Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekadar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut :

 Suasana Emosional

Respon individu terhadap sebuah film atau sinetron televisi akan dipengaruhi oleh situasi emosioanl individu..

 Skema kognitif

Skema kognitif merupakan naskah yang ada di dalam pikiran individu yang menjelaskan alur peristiwa.

 Suasana Terpaan

Suasana terpaan adalah perasaan individu setelah menerima terpaan informasi dari media massa.

 Predisposisi Individual

Predisposisi Individual mengacu kepada karakteristik individu. Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang


(39)

periang dan mempunyai sifat terbuka cenderung akan lebih senang bila melihat adegan-adegan lucu daripada orang yang melankolis.

 Faktor Identifikasi

Menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca, pendengar akan menempatkan dirinya di posisi tokoh.

3. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan.

2.3 TELEVISI

2.3.1 Sejarah Televisi

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.

Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat, tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia


(40)

pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika.

Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropa lain pun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.

Menurut Skormis (Kuswandi, 1996 : 8) dalam bukunya “Television and Society : An

Incuest and Agenda “, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah,

buku, dan sebagainya). Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

2.3.2 Perkembangan Televisi di Indonesia

Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat tinggalnya. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi


(41)

hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 2004 : 55).

Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas (McQuail, 1996: 16).

Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.

TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto, 2004 : 127).

Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara


(42)

secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia , seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiun-stasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.

2.3.3 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2002 : 177).

2.3.4 Program Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :


(43)

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.

Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :

1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.

3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri.

4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya. 6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya. 7. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.

8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya. 9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

10.Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.

2.3.5 Acara Televisi

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan


(44)

isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news" yang mengangkat berita bersifat ringan. Dalam hal ini, program yang dibahas adalah tentang program hiburan yang mengusung tentang acara keahlian yang bernama The Master yang tayang di stasiun RCTI.

Acara ini dianggap sukses karena telah mampu menyedot perhatian khalayak, terbukti dari munculnya banyak komunitas dan fans dari acara The Master. Kesuksesan sebuah program TV saat ini diukur oleh tingkat konsumsi program tersebut oleh pemirsa atau biasa disebut rating. Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat bernama "people

meter" pada beberapa responden. 2.3.6 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa :


(45)

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. 3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan

acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari ( Kuswandi, 1996:99).

2.4 Teori AIDDA

Dalam model AIDDA hal utama yang harus dilakukan adalah membangkitkan dan menumbuhkan perhatian komunikan. Dalam hal ini berhasil atau tidaknya perhatian dipengaruhi oleh daya tarik komunikator (source attractiveness).

Komunikasi yang diawali dengan membangkitkan perhatian (attention) akan merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action). Berikut akan ditampilkan skema AIDDA.

Hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan perhatian adalah dihindarkannya kemunculan himbauan (appeal) yang negatif. Himbauan negatif tidak menumbuhkan kegilisahan (anxiety arrousing), melainkan menumbuhkan kegelisahan (anxiety arrousing). William J. Mc Guire seorang ahli komunikasi menegaskan dalam karnyanya “Persuation” bahwa anxiety

arrousing comunication menimbulkan efek ganda. Pada satu pihak menimbulkan rasa takut akan


(46)

Sedangkan pada pihak lain rasa takut itu menimbulkan sikap kesiapan bertarung (fight to fight) yang dalam yang dalam kasus komunikasi dapat berbentuk sikap permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap pesan yang disampaikan komunikator.

Berdasarkan formula AIDDA maka komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini adalah penayangan acara The Master di RCTI. Acara ini harus mampu menimbulkan atensi atau menarik perhatian orang lain, khususnya para penonton televisi. (komunikan) Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, maka hal ini akan disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest).

Minat, yaitu suatu keinginan yang kuat ataupun kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian, yang dalam hal ini adalah minat mempelajari sulap setelah komunikan menyaksikan acara The Master. Dari bentuk perhatian yang seperti ini akhirnya menjadi sebuah titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire).

Hasrat, yaitu suatu keinginan yang amat sangat untuk bergabung dalam komunitas pecinta sulap atau club sulap. Dengan adanya hasrat, pemirsa akan dapat menentukan kemana harus dilanjutkan keinginan kuat tersebut (hasrat) dengan datangnya sebuah keputusan

(decision).

Keputusan, yaitu segala putusan yang telah ditetapkan, sesudah dipertimbangkan ataupun dipikirkan, dan merupakan sikap terakhir ataupun langkah yang harus dijalankan. Dalam hal ini merupakan sikap pengunjung Magic Counter terhadap keberadaan Acara The Master dan bagaimana pengunjung ini dapat mengambil keputusan bahwa ia akan berlanjut mempelajari atau hanya sekedar tertarik.


(47)

Tindakan, yaitu perbuatan atau sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi/memenuhi sesuatu hasrat dan keinginan dalam diri. Dalam hal ini adalah mempelajari sulap dan akan berlajut pada mencintai sulap itu sendiri.

Gambar 2. Skema AIDDA

Appeal -

Attractiveness Komunikator

Appeal +

(Sumber : Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 2005)

Untuk lebih memudahkan dalam memahami konsep AIDDA dalam penelitian ini, maka dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1 (Teori AIDDA)

A Attention (Perhatian) Kehadiran Acara The Master ditelevisi mampu menarik perhatian para penonton (pengunjung Magic Counter) di Sun Plaza Medan. Hal ini dapat disebabkan karena ketertarikan terhadap sesuatu yang dianggap baru atau sebagai inovasi.

I Interest (Minat) Ketertarikan mulai timbul pada diri

pengunjung Magic Counter terhadap Acara The Master. Dalam hal ini disebabkan materi acara yang diberikan oleh Acara The Master.

D Desire (Hasrat) Hasrat/Kemauan pengunjung Magic Counter

untuk mempelajari sulap lebih dalam lagi. D Decision (Keputusan) Setelah timbulnya hasrat pada diri pengnjung

Magic Counter di Sun Plaza Medan, maka akan mengahantarkannya (pengunjung Magic

Preventif (penolakan) Anexity Arrousing → Rasa Takut Tidak Ada

Perhatian


(48)

A Action (Tindakan)

keputusan untuk mempelajari sulap seperti yang ditunjukkan pada Acara The Master

Setelah keputusan diambil maka sebuah tindakan akan lakukan untuk dapat memenuhi hasrat dan keinginan yang diliki oleh penonton dalam hal ini adalah pengunjung Magic Counter di Sun Plaza.

2.5 Teori Sikap

2.5.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf).

Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap


(49)

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni: 1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak secara bersama- sama membentuk sikap. Sikap secara konsisten mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, sikap seharusnya konsisten mempengaruhi perilaku.Jika antara sikap tidak konsisten dengan perilaku, maka terdapat sistem eksternal yang ikut mempengaruhi konsistensi antara sikap dan perilaku.

Sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap sosial (Gerungan, 2000). Sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang atau masyarakat. Sedang sikap individu, adalah


(50)

sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat membentuk sikap sosial, manakala ada seregaman sikap terhadap suatu obyek. Dalam konteks pemahasan ini, sikap yang dimaksud adalah sikap individual, mengingat pendidikan yang dibahas dalam kajian ini menyangkut proses pendidikan secara individual, mengingat keinginan, kebutuhan, kemampuan, motivasi, sasaran didik sangat beragam.

Sejalan dengan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa:

1) sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan obyek tertentu.

2) sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar.

3) sikap selalu berhubungan dengan obyek, sehingga tidak berdiri sendiri.

4) sikap dapat berhubungan dengan satu obyek, tetapi dapat pula berhubungan dengan sederet obyek sejenis.

5) sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi (Gerungan, 2000).

Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya

Gagne (1974) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan


(51)

lain, sebenarnya agak berlainan, akan tetapi keragaman pengertian tersebut disebabkan oleh sudut pandang dari penulis yang berbeda. Namun demikian, jika dicermati hampir semua batasan sikap memiliki kesamaan padang, bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam dari manusia. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan, sebagaimana pendapat Piaget’s tentang proses perkembangan kognitif manusia (Wadworth, 1971).

Keyakinan diri inilah yang mempengaruhi respon pribadi terhadap obyek dan lingkungan sosialnya. Jika kita yakin bahwa mencuri adalah perbuatan tercela, maka ada kecenderungan dalam diri kita untuk menghindar dari perbuatan mencuri atau menghidar terhadap lingkungan pencuri. Jika seseorang meyakini bahwa dermawan itu baik, maka mereka merespon positif terhadap para dermawan, dan bahkan mungkin ia akan menjadi dermawan. Sekilas, di atas terlihat bahwa antara sikap dan perilaku ada kesamaan. Oleh karena itu, psikolog sosial, seperti Morgan dan King, Howard dan Kendler, serta Krech dkk., mengatakan bahwa antara sikap dan perilaku adalah konsisten. Apakah selalu bahwa sikap konsisten dengan perilaku. Seharusnya, sikap adalah konsisten dengan perilaku, akan tetapi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku, maka dapat juga sikap tidak konsisten dengan perilaku. Dalam keadaan yang demikian terjadi adanya desonansi nilai.

Para psikolog, di antaranya Morgan dan King, Howard dan Kendler, Krech, Crutchfield dan Ballachey, mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan hereditas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku adalah beragam, di antaranya pendidikan, nilai dan budaya masyarakat, politik, dan sebagainya. Sedang faktor hereditas merupakan faktor bawaan seseorang yang berupa karunia pencipta alam semesta yang telah ada dalam diri manusia sejak lahir, yang banyak ditentukan oleh faktor genetik. Kedua faktor secara


(52)

bersama-sama mempengaruhi perilaku manusia. Jika kita ingin menumbuhkan sikap, kita harus memadukan faktor bawaan berupa bakat dan faktor lingkungan pendidikan dan belajar. Pandangan ini sejalan dengan hukum konvergensi perkembangan yang menyeimbangkan antara faktor bawaan dengan faktor lingkungan, tanpa mengorbankan satu faktor pun.


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suaru variabel berkaitan dengan variabel lain (Rakhmat, 2004:27 ). Dalam hal ini adalah acara “The Master” yang ditayangkan oleh stasiun tv RCTI Terhadap Sikap Pengunjung Magic Counter Di Sun Plaza Medan. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel-variabel tersebut.

3. 2 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Magic Counter adalah sebuah Toko Sulap yang terletak di Sun Plaza-Medan, Lantai 4, Zona A. Magic Counter telah berdiri sejak tahun 2007 dan saat ini Toko Sulap ini sudah dikenal luas di kalangan Pecinta Seni Sulap di kota Medan dan sekitarnya, termasuk di Pulau Jawa.

Magic Counter selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan Anda akan perlengkapan/peralatan Sulap yang berkualitas. Untuk menjawab keinginan pelangan setia Magic Counter, maka mulai akhir Agustus 2009 membuka toko sulap online di Internet dengan nama Magicounter.com. Alasan dibukanya Toko Sulap Online adalah agar dapat melayani kebutuhan para pecinta seni sulap baik yang berada di Medan, di kota lain dan bahkan di luar negeri. Prioritas dari Magic Counter adalah memberikan “Pelayanan yang terbaik untuk konsumenya”.

Adapun penelitian ini dilakukan bulan Agustus-Januari 2009 dan dilakukan secara acak.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi


(54)

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi, 1995 :141).

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengunjung Magic Counter di Sun Plaza Medan selama satu minggu yang sekaligus telah menonton acara The Master minimal 3 kali. Penetapan populasi juga didasarkan pada pra penelitian pengunjung yang memenuhi kriteria sampel., kriteria yang harus dipenuhi antara lain:

1. Objek penelitian ini adalah pengunjung Magic Counter Sun Plaza Medan yang sudah pernah menyaksikan tayangan The Master di RCTI minimal satu kali.

2. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pengunjung yang berusia di atas 15 tahun dan di bawah 50 tahun karena pada umur tersebut argumen yang mereka berikan dapat dipertanggungjawabkan serta pengunjung yang dijadikan responden adalah pengunjung yang bertahan lebih dari 10 menit di Magic Counter Sun Plaza Medan.

Jumlah populasi dalam peneliti akan diketahui setelah peneliti melakukan kegiatan menyebarkan kuisioner selama masa pengambilan data selama satu minggu.

3.3.2 Sampel

Penentuan sampel akan dilakukan secara total sampling yang didapatkan dalam waktu satu minggu dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

3.4 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel.


(55)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yakni dengan mengumpulkan data yang relevan dari buku-buku atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yakni pengumpulan data yang dilakukan di lapangan, meliputi kegiatan:

- Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan dan dijawab oleh responden (Nawawi, 1995:11).

- Wawancara, wawancara adalah salah satu dari sekian teknik pengumpulan data yang pelaksaannya dapat dilakukan secara langsung dengan yang diwawancarai.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentukyang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995:23). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisa, yaitu:

a) Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan menbagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awaldalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom presentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:226).


(56)

b) Analisis Tabel Silang

Teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif dan negatif (Singarimbun, 1995:273).

c) Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah pengujian dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus korelasi Spearman.

Rumus koefisien adalah : 6 -

d2 Rho = 1 -

N (N2 – 1 )

Keterangan : Rs (Rho) : Koefisien korelasi rank order Angka 1 : Angka satu; yaitu bilangan konstan Angka 6 : Angka enam ; yaitu bilangan konstan

d : Perbedaan antara pasangan jenjang

: Sigma atau jumlah

N : Jumlah individu atau sampel

(Kriyanto, 2006 : 174 ) Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi skala Guilford sebagai berikut (Kriyanto, 2006 : 168 ).

Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali; lemah sekali 0,21-0,39 : Hubungan rendah tapi pasti


(57)

Lebih dari 0,90 : Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan.

Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y, yaitu dengan rumus : Kp = (rs)2 x 100%.


(1)

terakhir diakses tanggal 30 April 2010


(2)

KUESIONER

ACARA THE MASTER dan SIKAP MASYARAKAT

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Acara The Master Terhadap Sikap Pengunjung

Magic Counter Sun Plaza Medan)

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1.

Bacalah semua pertanyaan dengan teliti.

2.

Isilah jawaban Anda dengan jujur, benar dan jelas.

3.

Lingkarilah setiap jawaban yang Anda pilih.

4.

Untuk jenis pertanyaan tertentu, isilah titik-titik (…….) yang telah disediakan sesuai

dengan jawaban Anda.

5.

Kotak kode yang berada di sebelah kanan pertanyaan, mohon supaya tidak di isi.

6.

Terimakasih atas kerjasamanya.

No. Responden :

1 2

1.

Karakteristik Responden

1.

Jenis Kelamin:

1.

Pria

2.

Wanita

3

2. Usia:

1. 15 – 25 tahun 2. 26 – 35 tahun 3. 36 – 45 tahun

4. < 50 tahun, Sebutkan…. 4

3. Pendidikan :

1.

SMP

2.

SMA 5

3.

Diploma

4.

Universitas/Sarjana

5.

Lainnya, sebutkan...

4. Pekerjaan :

1.

Pegawai negeri

2.

Pegawai swasta

3.

Wiraswasta


(3)

II. Tayangan The Master di RCTI

5. Frekuensi menonton acara The Master di RCTI : 1. Pernah (sekali)

2. Jarang (2 kali)

3. Sering ( lebih dari 3 kali) 7 4. Sangat sering (setiap episode)

6. Durasi menonton acara The Master : 1. > 30 menit

2. ½-1 jam

3. 1-2 jam 8

4. >2 jam

7. Dari manakah anda mulai mengenal acara The Master? 1. Televisi

2. Internet 3. Surat kabar

4. Radio 9

8. Jenis sulap apakah yang menarik bagi anda? 1. Cardician (Kartu)

2. Sleight of hand (Kecepatan tangan)

3. Illusion (Ilusi) 10

4. Extreme Magic (Fakir)

9. Bagaimana pendapat anda tentang acara The Master? 1. Tidak menarik

2. Kurang menarik

3. Menarik 11

4. Sangat menarik

10. Menurut anda, bagaimana tema yang disajikan setiap episodenya pada acara The Master di RCTI?

1. Tidak baik 2. Kurang baik

3. Baik 12


(4)

2. Kurang suka

3. Suka 13

4. Sangat suka

12. Apakah menurut anda pembawa acara menarik (informatif) dalam membawakan acara The Master?

1. Tidak menarik

2. Kurang menarik 14

3. Menarik 4. Sangat Menarik

13. Apakah pembawa memiliki kejelasan dalam menyampaikan informasi? 1. Tidak jelas

2. Kurang jelas 15

3. Jelas 4. Sangat Jelas

III. Sikap Pengunjung Magic Counter

14. Apakah anda merasa tertarik terhadap acara The master? 1. Tidak tertarik

2. Kurang tertarik

3. Tertarik 16

4. Sangat tertarik

15. Apakah anda senang dengan adanya acara The master di RCTI? 1. Tidak senang

2. Kurang senang

3. Senang 17

4. Sangat senang

16. Apakah dengan menonton acara The Master rasa ingin tahu anda tentang sulap dapat terpenuhi?

1. Tidak dapat

2. Kurang dapat 18

3. Dapat 4. Sangat dapat


(5)

17. Alasan anda menonton acara The Master?

No.

Alasan

Tidak

Setuju

Kurang

Setuju

Setuju

Sangat

Setuju

1.

Hobi menonton TV

2.

Menyukai acara

realiti show

3.

Hiburan

4.

Ajang untuk belajar

sulap

18. Apakah dengan menonton acara The Master anda ingin belajar sulap ataupun hipnotis? 1. Tidak ingin

2. Kurang ingin

3. Ingin 23

4. Sangat ingin

19. Menurut anda, apakah acara The Master mempengaruhi tindakan anda dalam mengunjungi The Magic Counter?

1. Tidak mempengaruhi

2. Kurang mempengaruhi 24

3. Mempengaruhi 4. Sangat mempengaruhi

20. Bagaimana pendapat anda tentang kehadiran Acara The Master di RCTI? ……….

……….

21. Bagaimana saran dan kritik anda terhadap acara The Master di RCTI? ……….

……….


(6)

Nama

: Yolanda Sari

Tempat/tanggal lahir : Medan, 25 Agustus 1987

Alamat

: Komplek Johor Indah Permai Blok III No. 20

Agama

: Islam

Golongan darah

: O

Telepon

: 085762672008

Email

: yola_ola8

Riwayat Pendidikan

SD Al Azhar Medan

(1993-1999)

SLTP Al Azhar Medan

(1999-2002)

SMU Negeri 2 Medan

(2002-2005)

Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

(2005-2010)

Keluarga

Nama ayah

: H. Jumaidi

Nama Ibu

: H. Hamidah

Nama saudara kandung

: Imam Dermawan