percaya bahwa tulisan yang baik adalah hasil penulisan ulang re- writing.
g. Berita yang baik tidak memerlukan dekorasi. Hapus kata “amat” atau
“sekali” setiap menemuinya. Hapus sebanyak mungkin kata sifat seperti “cantik” atau “hebat” atau “piawai” ketika melaporkan sebuah
peristiwa. Anda bisa menulis tanpa mereka jika Anda punya kata kerja yang kuat.
h. “Less is more,” kata Ernest Hemingway. Jangan menulis dengan kata-
kata panjang jika dengan pendek sudah cukup. Gunakan kata kerja aktif. Jangan ubah kata kerja menjadi kata kerja buruk.
i. Tergila-gilalah pada akurasi. Jangan buarketololan seperti salah
menuliskan nama seseorang. Pembaca akan mengatakan: Jika Anda ceroboh dengan hal-hal kecil, bagaimana kami bisa percaya anada
dengan hal-hal penting?” Maka teliti dan teliti ulang fakta anda. Jika
ragu, tinggalkan mereka. j.
Jika Anda tak bisa memperlakukan fakta sebagai sesuatu yang sakral, jadilah penulis fiksi-bukan wartawan. Jangan pernah melaporkan
gosip. Jangan merekayasa peristiwa. Dan jangan membedakan kutipan orang agar nampak lebih seksi. Keuntungannya sangat sedikit, harga
yang harus dibayar mahal.
26
Sebuah media pasti memiliki aturan yang memegang kendali dalam proses penggunaannya agar hasilnya dapat memuaskan masyarakat,
khususnya media cetak. Jika dilihat dari paparan dari Goenawan Mohammad ada salah satu hal mengenai penggunaan bahasa pada media cetak bahwa
media perlu menghindari kata-kata yang berbau ilmiah, asing dan jargon. Berdasarkan hal-hal tersebut mengenai pedoman penulisan bahasa
jurnalistik, maka bisa dilihat bahwa dalam penggunaan ejaan, wartawan memiliki aturan agar menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah teknis
ilmiah dalam berita dan tetap mengikuti Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan demikian, sebuah media perlu menghindari
istilah dan penulisan ejaan yang tidak sesuai pedoman tersebut agar terhindar
26
Goenawan Ahmad dalam Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cet. I, h.19-20.
dari kesalahpahaman dan kesalahan. Hal ini sesuai dengan ciri bahasa jurnalistik, salah satunya adalah menghindari kata dan istilah asing dalam
menyampaikan informasi dan pedoman wartawan mengenai penulisan pers harus sesuai dengan EYD bahasa Indonesia. Keadaan tersebut dilakukan
sebagai langkah mempermudah pembacanya yang tidak mengerti kata atau istilah-istilah asing.
2. Kesalahan dalam Penggunaan Bahasa Jurnalistik
Selama ini manusia selalu disebut sebagai makhluk yang tak pernah luput dari kesalahan, hal ini dianggap wajar. Akan tetapi, jika kesalahan
tersebut terus dilakukan tanpa melakukan perbaikan, maka ini menjadi hal yang kurang baik. Hal ini juga terjadi di dunia jurnalis, sebuah kesalahan yang
sering dilakukan para jurnalis adalah penggunaan ejaan saat menulis di media. Dr. Yus Badudu pun pernah mengatakan mengenai hal tersebut. Berikut ini
kutipannya. “Kesalahan yang paling menonjol dalam bahasa surat kabar sekarang
ini ialah kesalahan ejaan. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan saya rasa sudah disebarkan kepada redaksi-redaksi
surat-surat kabar. Tetapi, mengapa aturan-aturan ejaan yan tercantum di dalam buku ejaan itu tidak diterapkan secara baik dan konsekuen.
Kita memiliki tanggung jawab bukan hanya terhadap satu golongan masyarakat, tetapi terhadap semua golongan termasuk anak-anak kita,
murid-murid sekolah. Kita memercayakan anak-anak kita kepada guru-guru yang mendidiknya, tetapi kita tidak mau membantu
pekerjaan guru-guru itu. Yang dijumpai murid-murid itu di luar sekolah, dalam hal ini surat-surat kabar lain daripada yang diajarkan
gurunya di sekolah.”
27
Berikut ini kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan oleh wartawan saat menulis berita di media dari segi kebahasaan menurut Stanley, pendiri
Aliansi Jurnalis Independen AJI.
27
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, Cet. V, h.9.
a. Kesalahan Morfologis
Kesalahan ini sering terjadi pada judul berita surat kabar ataupun majalah yang memakai kalimat aktif.
Misalnya: Pesawat Garuda Terjatuh Tepat Bawah Sungai Kota Jember
b. Kesalahan Sintaksis
Kesalahan pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar yang mengacaukan makna.
Misalnya: Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika
Serikat. Seharusnya, Hasil Kerajinan Desa Kasongan banyak diekspor
ke Amerika.
c. Kesalahan Kosakata
Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan eufemisme atau menimimalkan dampak buruk pemberitaan.
Misalnya: Penculikan Mahasiswa oleh OknumKopasus Itu Merupakan Pil
Pahit bagi ABRI. Seharusnya, kata Pil Pahit diganti kejahatan.
d. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ini banyak terjadi dalam surat kabar atau majalah. Misalnya:
Kata Jumat sering ditulis Jum’at, dan kata Jadwal ditulis Jadual.
e. Kesalahan Pemenggalan
Kesalahan ini terjadi dalam pemenggalan kata atau kalimat yang berganti kolom sehingga terkesan main penggal.
28
E. Unsur Serapan
1. Pengertian Unsur Serapan
Unsur serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah.
29
Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia meminjam atau menyerap kata dari bahasa-bahasa tersebut. Bahasa asing ini bisa berasal dari bahasa
Inggris, Cina, Portugis, Belanda maupun Arab. Bahasa-bahasa asing tersebut bisa diserap ke dalam bahasa Indonesia karena ada hubungan dalam
berkomunikasi antara negara-negara tersebut dengan Indonesia pada zaman dahulu maupun sekarang dengan adanya IPTEK.
Sumber lain mengatakan bahwa unsur serapan adalah unsur asing yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, yang lantas dipungut dan
diserap ke dalam bahasa Indonesia.
30
Penyerapan ini bertujuan agar bahasa Indonesia bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada di dunia,
khususnya dari segi bahasanya. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa unsur
serapan adalah unsur yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing maupun daerah. Unsur di sini tidak hanya berbentuk kata,
tapi istilah dan imbuhan juga. Kosakata, istilah maupun imbuhan yang diserap tersebut ada beberapa yang sudah disesuaikan dengan ejaan
Indonesia. Selain itu, adapula yang langsung diserap tanpa disesuaikan ejaan
28
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik, Yogyakarta: Andi Offset, 2006, h. 91-92.
29
Widjono Hs, Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo, 2012, h. 68.
30
Wahyu Wibowo, Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet. I, h. 21.
bahasa Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia menyerap atau meminjam secara utuh, struktur kata dan maknanya.
2. Pengelompokkan Unsur Serapan
Unsur serapan memiliki empat macam proses. Berikut ini pemaparannya.
a. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal. Misalnya, camera
kamera dan michrophone mikrofon b.
Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal. Misalnya, design desain dan file fail
c. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tanpa dengan penyesuaian lafal.
Misalnya, bias bias dan radar radar d.
Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal 1
Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu dicetak dengan huruf
miring. Misalnya, dulsce utile 2
Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum,
istilah itu juga tidak ditulis dengan huruf miring. Misalnya, golf dan internet.
31
Referensi lain membagi pengelompokan proses penyerapan sebagai berikut.
a. Kata asing yang sudah diserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia.
Misalnya, kab, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, dan waktu b.
Kata asing yang dipertahankan karena sifat keinternasionalannya, penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya,
shuttle cock dan knock out c.
Kata asing yang berfungsi untuk memperkaya peristilahan, ditulis sesuai dengan EYD. Misalnya computer computer dan kalkulasi
calculation.
32
Selain itu, pendapat lain memaparkan mengenai pengelompokkan unsur serapan sebagai berikut.
a. Proses adopsi, yaitu kata asing diambil langsung menjadi bahasa
Indonesia contoh: bank, helm, unit dan radio
31
Tim Penyusun, Pedoman EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah, Yogyakarta: Diva Press, 2011, h. 112-113.
32
Widjono Hs, Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo, 2012, h. 68-69.