STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY INQUIRY DENGAN PROBLEM POSING

(1)

Leni Susnita

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARANDISCOVERY INQUIRY

DENGANPROBLEM POSING Oleh:

Leni Susnita

Penerapan model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Oleh karena itu maka model pembelajaran yang digunakan harus benar-benar tepat. Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika siswa melalui model pembelajarandiscovery inquiry(2) peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika melalui model pembelajaranproblem posing type post solution posing(3) perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajarandiscovery inquirydengan model pembelajaran problem posing type post solution posing. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Perintis 1 Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 350 siswa. Sampel penelitian dipilih dengan teknikpurposive samplingdan diperoleh 2 kelas sebagai sampel penelitian ini, yaitu siswa kelas X7 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 35 siswa dan kelas X9 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 29 siswa. Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata-rata hasil belajar fisika siswa


(2)

Leni Susnita dengan menggunakan model pembelajarandiscovery inquirymeningkat secara signifikan dari rata-rata hasil nilaipretest50,71 menjadi 78,29 pada hasil nilai posttest, dan perolehan skorN-gainsebesar 0,546 dengan kategori (tinggi). (2) Rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem posing type post solution posingmeningkat secara signifikan dari 49,48 menjadi 72,93 dan perolehan skorN-gainsebesar 0,461 dengan kategori (sedang). (3) Terdapat perbedaan yang cukup signifikan skorN-gainrata-rata hasil belajar fisika siswa kelas yang menggunakan model pembelajarandiscovery inquiry denganproblem posing type post solution posing. Perolehan skorN-gain rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery inquirylebih besar dariproblem posing type post solution posing.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang guru yang professional dituntut untuk dapat menampilkan keahlian di depan kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis model belajar mengajar sehingga dapat memilih model pembelajaran manakah yang paling tepat untuk suatu bidang pengajaran.

Model pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Banyak siswa beranggapan bahwa pelajaran fisika itu sulit, dan sukar dipahami, sehingga siswa tidak tertarik dengan pelajaran fisika. Apabila disajikan soal-soal yang sedikit berbeda dari contoh, siswa tidak mampu mengerjakannya. Seharusnya mereka dapat memecahkan masalah (soal) yang baru dipelajari, bukan hanya sekedar menghafal prosedur pemecahannya.

Kenyataan yang ada di SMA Perintis 1 Bandar Lampung selama ini adalah pembelajaran fisika lebih banyak berlangsung secara satu arah. Selain itu, model yang digunakan dalam pembelajaran masih bersifat konvensional, guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga siswa tidak terlibat secara aktif


(4)

selama proses pembelajaran. Guru fisika belum menerapkan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa dan yang sesuai dengan mata pelajaran fisika. Sehingga proses pembelajaran yang seperti ini dapat mengakibatkan siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran serta kurang memiliki kemampuan dalam

mengeksplorasi kemampuan penguasaan keterampilan pada pelajaran fisika. Hal ini dapat menjadi faktor penyebab rendahnya aktivitas siswa yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Permasalahan tersebut perlu ditanggulangi dengan pembelajaraan yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajran dengan penyajian materi dan model pembelajaran yang menarik, yang lebih dominan melibatkan siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Maka dari pemasalahan yang ada pada SMA Perintis 1 ini, peneliti mencoba untuk menerapkan dua model pembelajaran yang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar fisika siswa, dan tentunya model pembelajaran yang sesuai diterapkan pada pelajaran fisika. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajarandiscovery inquirydan model pembelajaranproblem posing type post solution posing, karena model

pembelajarandiscovery inquirydanproblem posing type post solution posing dirasakan akan banyak bermanfaat bagi siswa untuk dapat menjadikn siswa lebih tertarik dengan pelajaran fisika serta meningkatkan hasil belajarnya.

Berikut ini sekilas penjelasan mengenai model pembelajarndiscovery inquiry danproblem posing type post solution posing. Model pembelajarandiscovery inquiry adalah suatu model dalam pembelajaran, yang situasi belajar


(5)

student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan model discovery inquiry, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Model pembelajaran problem posing type post solution posingadalah model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecahkan suatu masalah (soal) menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana, yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Siswa harus menguasai materi dan mampu menyelesaiakan soal. Siswa diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal yang diketahui dan menciptakan soal baru dengan cara memodifikasi kondisi dari masalah yang diberikan. Dengan demikian, peningkatan aktivitas dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa melalui model pembelajaranproblem posing type post solution posingpada siswa kelas X SMA Perintis 1 Bandar Lampung ?

2. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa melalui model pembelajarandiscovery inquiry pada siswa kelas X SMA Perintis 1 Bandar Lampung ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara model

pembelajarandiscovery inkuiry denganproblem posing type post solution posing?


(6)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa materi pokok suhu dan

kalor melalui model pembelajarandiscovery inquiry.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa materi pokok suhu dan kalor melalui model pembelajaranproblem posing type post solution posing.

3. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa materi pokok suhu dan kalor melalui model pembelajarandiscovery inquiry danproblem posing type post solution posing.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar serta kemampuan dalam memecahkan masalah baik dalam pembelajaran fisika maupun dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru dapat memberi sumbangan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan dapat meningkatkan kinerja secara professionalismenya. Selain itu juga memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan hasil belajar fisika siswa.

3. Bagi sekolah dengan meningkatknya hasil belajar siswa, dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam menentukan arah kebijakan untuk kemajuan


(7)

sekolah dan sekolah yang menjadi objek dalam penelitian akan memperoleh hasil pengembangan ilmu.

E. Ruang Lingkup Penelitian.

Agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan, maka ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Model pembelajaranproblem posingadalah pembelajaran yang meminta siswa untuk mengajukan atau membuat masalah baru sesudah

menyelesaikan masalah awal yang diberikan oleh guru. Model pembelajaranproblem posing type post solution posing, yaitu siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan siswa itu sendiri. Masalah yang dimaksud adalah masalah fisika. Langkah-langkah model pembelajaranproblem posing type post solution posingmeliputi penjelasan materi pembelajaran, pemberian contoh soal, guru menyuruh siswa untuk mengajukan beberapa soal yang telah dibuatnya, kemudian guru

memberikan tugas rumah secara individu.

2. Model pembelajarandiscovery inquiryadalah suatu model pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja, dalam model pembelajaran ini guru hanya berperan sebagai pembimbing dan memberikan instruksi. Langkah-langkah model pembelajarandiscovery inquiryini yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan data, merumuskan kesimpulan.

3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar berupa nilai yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka


(8)

waktu tertentu. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diambil pada hasil belajar kognitif dan afektif.

4. Pokok bahasan pada materi ini adalah pengaruh kalor terhadap suatu zat dan perpindahan kalor.

5. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012.


(9)

II. KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar

Belajar adalah perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tentang pengertian belajar itu sendiri sudah banyak dikemukaan oleh para ahli psikologi pendidikan. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hal dari interaksi dengan lingkungannya. Tentang pengertian belajar sebagai suatu proses perubahan dikemukakan oleh Djamarah (2002: 11) yang mengemukakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi, hakikatnya belajar adalah perubahan.

Belajar merupakan suatu proses yang di lakukan untuk menanamkan pengetahuan dalam pikiran siswa agar dapat bertindak kreatif terhadap suatu persoalan.

Menurut Piaget dalam Rusman (2011: 202)

Belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan bereaksi pada peristiwa tersebut.

Sardiman menyatakan pengertian belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku. Sardiman (2005: 20) menyatakan:


(10)

Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkain kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara cara tingkah

Sementara itu, menurut Slavin dalam Trianto (2011: 16) berpendapat bahwa:

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan

perkembangan sangat erat kaitannya.

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perolehan tingkah laku yang baik secara keseluruhan sebagai hasil

Sedangkan menurut Anthony Robbins dalam Trianto (2011: 15) sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu

Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang ada dalam diri individu sehingga mengarah pada

penguasaan keterampilan, kecakapan, kemahiran, pengetahuan baru dan sikap yang diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang adiptif dan progresif dan keterkaitan dari dua


(11)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa. Setelah mengalami suatu proses belajar, maka seseorang akan memperoleh suatu hasil yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini berupa terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut.

Klasifikasi belajar seperti di atas, menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) berpendapat bahwa: Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing- masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes.


(12)

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku seperti yang dikemukakan Slameto (2003: 4)

Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,

keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Hasil belajar merupakan suatu wujud dari usaha yang dilakukan selama pembelajaran, yang meliputi perubahan tingkah laku dan ilmu

pengetahuan pada individu tersebut.

Menurut Hamalik (2004: 30):

Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut.

Menurut (Hamalik, 2004: 30) aspek-aspek tersebut adalah:

1. Pengetahuan. 2. Pengertian. 3. Kebiasaan. 4. Keterampilan. 5. Apresiasi. 6. Emosional. 7. Hubungan Sosial. 8. Jasmani.

9. Etis atau budi pekerti. 10. Sikap.


(13)

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal, dimana faktor internal merupakan faktor yang muncul dengan sendirinya dari dalam diri individu dan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar diri individu.

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi

kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar. b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus biasa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.

Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 10) juga menyatakan pengertian hasil belajar:

Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

Dalam meningkatkan hasil belajar, terdapat berbagai faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, wujud dari proses

pembelajaran terdapat kapasitas yang dapat dicapai, diantaranya pengetahuan, sikap dan keterampilan.


(14)

Dimyati dan Mudjiono (2002: 11) menyatakan: Kapabilitas tersebut berupa:

1. Informasi verbal, adalah kapabilitas untuk mengungkapkan 2. pengetahuan dalam bantuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 3. Keterampilan intelektual, adalah kecakapan yang berfungsi

untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.

4. Strategi kognitif, adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

5. Keterampilan motorik, adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu:

a) Kognitif Domain:Knowledge(pengetahuan, ingatan),

comprehension(pemahaman, menjelaskan,meringkas),analysis (menguraikan, menentukan hubungan),synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru),evaluation(menilai),application(menerapkan). b)Affective Domain:Receiving(sikap menerima),responding

(member respon),Valuing(menilai),organization(organisasi), characterization(karakterisasi).

c) Psychomotor Domain:initiatory level, pre-routine level, routinized level.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan

memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

Hasil belajar seseorang dapat diketahui dengan cara memberikan tes pada akhir pembelajaran, seperti tes akhir, tes formatif, dan tes sumatif yang dapat menunjukkan secara langsung sejauh mana penguasaan siswa


(15)

terhadap materi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2008: 57) bahwa nilai yang diperoleh waktu ulangan bukanlah menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan hasil belajar.

Mengukur hasil belajar dengan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 200):

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai Banyak keuntungan yang didapatkan dengan melakukan penilaian hasil belajar, baik keuntungan bagi murid sendiri maupun bagi guru. Dengan menilai hasil atau kemajuan muridnya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha murid saja, tetapi juga menilai hasil usaha sendiri.

Dalam proses pembelajaran, perlu dilakukan evaluasi hasil belajar, guna untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar dapat berpengaruh pada peningkatan hasil belajar yang telah dicapai.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 200) mengemukakan tentang tujuan evaluasi belajar:

Tujuan utama evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dialami seseorang setelah mengalami proses belajar yang dapat diukur dengan evaluasi.


(16)

Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya model pembelajaran atau cara tepat, sehingga guru dalam menyampaikan

informasi kepada siswa lebih mudah diterima, dipahami, dimengerti bahkan dikuasai. Menurut Roestiyah (2008: 20) adalah:

model mengajar mempergunakan teknik penemuan. Model discovery inquiry adalah proses mental dimana siswa

mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Pada model pembelajarandiscovery inquiry, situasi belajar mengajar berpindah dari situasiteacher dominated learning menjadi situasistudent dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan model pembelajarandiscovery inquiry, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.Penggunaan model pembelajarandiscovery inquiryini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.

Model pembelajarandiscovery inquirymenurut Roestiyah (2008: 20) memiliki keunggulan sebagai berikut:

(a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.

Model pembelajarandiscovery inquirymerupakan model pembelajaran yang dianggap sangat baik untuk digunakan dalam proses belajar mengajar, karena melalui model pembelajaran ini siswa dapat memiliki pengalaman dan pengetahuan yang langsung ditemukannya dalam melakukan pembelajaran.


(17)

Menurut Mulyasa (2005: 110)

merupakan model pembelajaran yang lebih

menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan model penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Dengan model pembelajarandiscovery inquiry siswa-siswinya menemukan sendiri informasi melalui pengalaman langsung. Pengalaman langsung ini mengutamakan proses dari pada hasil belajar. Proses dalam pembelajaran melalui model pembelajarandiscovery inquirymemiliki cara mengajar.

Cara mengajar dengan model pembelajarandiscovery inquirymenurut Mulyasa (2005: 110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

(a)Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajarandiscovery inquiryadalah suatu model pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Model pembelajarandiscovery inquiry memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2009: 185) yaitu:

(a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau

memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan yang diperoleh dari model pembelajaran ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti


(18)

pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Model pembelajaran membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) model pembelajaran ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Model pembelajrandiscovery inquiry dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan

bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Model pembelajaran ini berpusat pada anak, misalnya memberi

kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesama dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Melihat kelebihan model pembelajarandiscovery inquirydi atas, maka model pembelajrandiscovery inquiryyang berhasil akan mendorong tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran discovery inquiryseperti model mengajar yang lain juga memiliki beberapa kekurangan menurut Suryosubroto (2009: 186) adalah:

(a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Model pembelajaran ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata

tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada model

pembelajaran ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara

tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh

pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan


(19)

untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Model pembelajaran ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah

pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajrandiscovery inquiryadalah suatu model pembelajran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

4. Model PembelajaranProblem Posing

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaranproblem posing. Problem posingmerupakan istilah dalam bahasa inggris, sebagai padanan katanya

digunakan isti membuat masalah

Menurut Silver dalam Suyitno (2004: 15)Problem Posingmempunyai tiga pengertian :

1. Problem posingadalah perumusan soal sederhana atau

perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit.


(20)

2. Problem posingadalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain.

3. Problem posingadalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, makaproblem posingdapat diartikan sebagai model pembelajaran yang mengharuskan siswa

menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu masalah (soal) menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana, yang mengacu pada

penyelesaian soal tersebut. Siswa harus menguasai materi dan mampu menyelesaiakan soal. Siswa diberi kesempatan merumuskan soal-soal dari hal yang diketahui dan menciptakan soal baru dengan cara memodifikasi kondisi dari masalah yang diberikan.

Suryanto dalam Suyitno (2004: 12)

Problem posingadalah perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai.

Model pembelajaranproblem posingmulai dikembangkan pada tahun 1997, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pada mata pelajaran yang lain, termasuk ilmu pengetahuan alam.Problem posingdikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin ilmu matematika dan ilmu pengetahuan alam. Problem posing is central importance in the discipline of mathematics and in the nature of mathematical thinking.

Silver dalam Suyitno (2004: 15) menjelaskan bahwa pengajuan soal dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk :

1. Pre solution posing,yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat


(21)

pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.

2. Within solution posing,yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Jadi, diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.

3. Post solution posing,yaitu jika seorang siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.

Berdasarkan bentukproblem posingtersebut, peneliti menggunakan salah satu bentuk pembelajaran yaitupost solution posingyang pada akhirnya siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis. Pemilihan model pembelajaran harus relevan dengan tujuan pembelajaran, dan harus tampak baik dalam perencanaan maupun situasi pembelajaran di kelas. Pada prinsipnya, model

pembelajaranproblem posing type post solution posing,adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

Penerapan model pembelajaranproblem posing type post solution posing, didahului dengan penjelasan materi pembelajaran, kemudian pemberian contoh soal oleh guru. Guru menyuruh siswa untuk mengajukan 1 atau 2 buah soal yang baru dibuatnya, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Pada pertemuan berikutnya, secara acak guru meminta salah seorang dari siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa. Di akhir pembelajaran, guru memberikan tugas rumah secara individual. Dalam model


(22)

pembelajaranproblem posing type post solution posing,siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar fisikanya.

Dengan demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaranproblem posing (Suyitno, 2004: 7):

1. Memberikan penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar.

2. Mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar.

3. Orientasi pembelajaran yaitu investigasi dan penemuan yang pada dasarnya ada;ah pemecahan masalah.

Bagi siswa, model pembelajaran ini merupakan keterampilan mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan dan siswa memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaranproblem posing type post solution posing,dapat juga dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan dan meminta siswa untuk

menyelesaikannya.

Berdasarkan uraian tersebut, seorang guru harus mampu merancang

kegiatan pembelajaran dengan matang sebelum pembelajaran berlangsung, agar semuanya dapat terkontrol dengan cermat. Pelaksanaan pembelajaran, sebaiknya guru terlebih dahulu mengetahui prinsip-prinsip belajar,

sehingga dalam pembelajaran setiap siswa mengalami proses-proses belajar dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Menggunakan model pembelajaranproblem posing(Suyitno, 2004) membutuhkan keterampilan:

1. Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi dan memecahkan masalah yang diajukan.

2. Memecahkan masalah dari situasi matematika dan kehidupan sehari-hari.


(23)

3. Menggunakan sebuah pendekatan yang tepat untuk

menggunakan masalah pada situasi matematika. Mengenali hubungan antara materi-materi yang berbeda dengan materi yang lain.

4. Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.

5. Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga masalah yang sederhana.

Keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaranproblem posing type post solution posing,merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dari guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir.

Pada dasarnya prinsip-prinsip pembelajaranproblem posing(Octorina, 2008: 20)

1. Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktivitas siswa di dalam kelas.

2. Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa.

3. Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan tugas.

Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran ini dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu

mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi melalui

kemampuan untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya didepan kelas.


(24)

Model pembelajaranproblem posing type post solution posing,banyak disarankan para ahli pendidik untuk digunakan dalam pembelajaran kelas, karena memberikan dampak positif terhadap hasil belajar. Jika siswa memiliki kemampuan memecahkan soal secara baik, maka hasil belajarnya juga akan menjadi baik. Dengan penerapan model

pembelajaranproblem posing type post solution posing,dapat melatih siswa belajar kreatif, disiplin, dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

B. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berbagai model pembelajarn dapat digunakan untuk mencapai

keberhasilan dalam pembelajaran, diantaranya adalah melalui model pembelajaranproblem posing type post solution posingdandiscovery inquiry.Penelitian ini mengamati bagaimana peningkatan hasil belajar yang mencakup sikap dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran fisika melalui model pembelajaran pengajuan masalah(problem posing) dandiscovery inquiry.

Model pembelajaran (problem posing) dengan pengajuan masalah melatih siswa dalam menyelesaikan soal, sehingga siswa akan belajar

mengembangkan pikirannya secara sistematis. Dalam menyelesaikan soal, siswa dituntut aktif berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Pembagian kelompok didasarkan pada gaya belajar siswa yang bervariasi dan tingkat


(25)

kemampuan siswa yang heterogen sehingga dari keragaman tersebut diantara siswa dapat saling memberi dan terjalin kekompakan.

Siswa ditugaskan untuk membuat soal dengan terlebih dahulu memahami kondisi soal yang sudah ada, kemudian membuat soal (menuliskan kembali dengan kata-katanya sendiri) dan selanjutnya soal tersebut diselesaikan bersama dengan kelompoknya. Setelah menyelesaikan soal, kemudian siswa melaporkan hasil pekerjaannya kepada guru, kemudian guru berperan aktif sebagai pembimbing kegiatan siswa dan menentukan arah yang harus dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator yang membantu serta membimbing siswa untuk memecahkan masalah.

Model pembelajaran dengan pengajuan masalah, akan menjadikan siswa terbiasa untuk membuat dan menyelesaikan soal sendiri. Ketika siswa melakukan kegiatan merumuskan masalah dan menyelesaikan masalah, sikap yang akan terbentuk adalah sikap ingin tahu dan sikap kritis. Siswa akan menggunakan kreatifitas mereka untuk dapat membuat soal sekaligus menyelesaikannya. Sikap-sikap yang terbentuk selama pembelajaran akan memudahkan siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

Kegiatanproblem posing type post solution posingyang akan dilakukan, memiliki potensi untuk memberi peluang pada siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Data hasil belajar diperoleh dengan mengamati aspek kognitif dan efektif. Aspek kognitif diperoleh melalui uji blok, sedangkan aspek afektif diamati melalui sikap siswa ketika tatap muka dikelas. Berdasarkan data inilah diperoleh nilai dari hasil belajar siswa.


(26)

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Inquiry) adalah proses mental dimana siswa memampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situsiteacher learningmenjadi situasistudent dominated learning. Model pembelajarandiscovery inquirymerupakan suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar sendiri. Penggunaan model pembelajarandiscovery inquiryini bertujuan guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajarnya.

Model pembelajaran ini memiliki peran penting atau kelebihan dalam membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi sehingga tertanam kokoh dalam dirinya dan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing, mampu mengarahkan cara siswa belajar lebih giat belajar serta membantu


(27)

siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. Model pembelajaran ini berpusat pada siswa, bukan pada guru. Guru hanya sebagai pendamping saja, membantu bila diperlukan. Dari kelebihan yang dimiliki model pembelajaran ini, maka diharapkan agar siswa lebih terlibat aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa dapat meningkat dengan optimal.

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir Model Pembelajaran

Discovery Inquiry Problem Posing

1. merumuskan masalah 2. membuat hipotesis 3. merencanakan kegiatan 4. melaksanakan kegiatan 5 mengumpulkan data 6. merumuskan kesimpulan

1. penjelasan materi pembelajaran 2. pemberian contoh soal

3. guru menyuruh siswa untuk mengajukan beberapa soal yang telah dibuatnya

4. guru memberikan tugas rumah secara individu

Hasil Belajar Pretest


(28)

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah:

1. Kedua kelas sample memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang setara.

2. Kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran fisika berbeda-beda. 3. Kedua kelas diberi materi pelajaran yang sama.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis Umum :

H1 : Terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa secara signifikan melalui model pembelajaranproblem posing type post solution posing.

H2 : Terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa secara signifikan melalui model pembelajarandiscovery inquiry.


(29)

H3 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diberi model pembelajarandiscovery inquiry, dan siswa yang diberi model pembelajaranproblem posing type post solution posing.


(30)

28

III.METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Perintis 1 Bandar Lampung pada semester genap Tahun Ajaran 2011/ 2012 yang terdiri atas 9 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 350 orang.

2. Sampel Penelitian

Dari 9 kelas populasi diambil 2 kelas sebagai sample. Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan teknikpurposive sampling.Hal ini dikarenakan dari 9 kelas tersebut terdapat 2 kelas sample yang memiliki kemampuan akademis yang relatif sama, yaitu kelas X7 dan X9. Kelas X7 terdiri dari 35 siswa dan X9 terdiri dari 29 siswa. Sehingga jumlah sample dalam penelitian ini berjumlah siswa.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didasarkan pada studi eksperimen dengan menggunakan desainstudi quasi eksperimen-non equivalen pretest posttes desain, untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran terhadap keterampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan


(31)

29 dua kelas eksperimen sebagai sample penelitian. Pada penelitian ini siswa yang menjadi sample penelitian dianggap memiliki kemampuan yang relatif sama dan siswa mendapatkan materi pelajaran yang sama. Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajarandiscovery inquirydengan model pembelajaranproblem posing type post solution posingsebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

Kelas eksperimen yang menjadi sample penelitian diberikan tes awal (pretest) untuk melihat pemahaman belajar awal siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment) penerapan model pembelajarandiscovery inquirydan model pembelajaranproblem posing type post solution posing, selanjutnya diberikan perlakuan (treatment) penerapan model pembelajarandiscovery inquirydengan model pembelajaranproblem posing type post solution posing, pada sample penelitian. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes akhir (posttest) berupa soal uraian pada siswa yang menjadi sample penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan (treatment) penerapan model pembelajarandiscovery inquirydengan model

pembelajaranproblem posing type post solution posing. Dari hasil atau skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) tersebut dihitung nilai gain yang ternormalisasi yang digunakan untuk mengukur variabel terikat (dependent) pada penelitian ini.

Secara garis besar desain penelitian ini dapat digambarkan dengan model teoretis di bawah ini :


(32)

30

Gambar 3. Model teoretis desain penelitian

Keterangan :

O1 : Tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan (treatment).

O2 : Tes akhir (posttest) sebelum diberikan perlakuan (treatment).

X1 : Pemberian perlakuan (treatmean) model pembelajarandiscovery inquiry.

X2 : Pemberian perlakuan (treatmean) model pembelajaranproblem posing

type post solution posing.

(Arikunto, 2008: 36)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2011/2012 di SMA Perintis 1 Bandar Lampung.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajarandiscovery inquiry(X1) dan model pembelajaranproblem posing

type post solution posing (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil

belajar fisika siswa pada model pembelajarandiscovery inquiry(Y1) dan hasil belajar fisika siswa pada model pembelajaranproblem posing type post solution posing(Y2).

O2

O1

X1

O2


(33)

31 E. Instrumen Penelitian

Alat-alat atau teknik yang digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengambil data pada penelitian ini adalah:

1. Lembar tes soal untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes ini digunakan pada saat tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang berbentuk soal uraian.

2. Lembar Kerja Kelompok (LKK) digunakan untuk membantu guru dalam pembelajaran.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sample, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasiproduct momentyang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= ( )( )


(34)

32 (Arikunto, 2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item-total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

=


(35)

33 Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

i2= jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan model yang diukur berdasarkan skala 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1.

reliabel. 2.

3. gan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. 5.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sample yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Data dan Teknik Pengumpulan Data


(36)

34 Pada penelitian ini data yang diperoleh merupakan data kuantitatif berupa data interaksi siswa dan hasil belajar siswa yang bearasal dari data hasil belajar siswa pada aspek kognitif pada saat tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

2. Teknik Pengambilan Data.

Data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari skorpretestdanposttest.

Contoh Lembar Analisis Tes Hasil Belajar No Nama

Siswa

Soal Skor %

PHB

Nilai Kategori 1 2 3 4 5

Jumlah skor Skor maksimum Nilai Rata rata

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.


(37)

35 pre pre post S S S S g max

% Pencapaian Hasil Belajar= × 100 %

c) Nilai hasil belajar siswa adalah :

Nilai hasil belajar siswa per tes = % hasil belajar siswa (dihilangkan % nya).

d) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus : Rata-rata hasil belajar siswa=

e) Ketuntasan tergantung tempat penelitian.

Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2008: 245) yaitu:

Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi.N-gaindiperoleh dari pengurangan skorposttest dengan skorpretestdibagi oleh skor maksimum dikurang skorpretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah:

Keterangan:

g = N gain

post

S = Skorpostest

pre

S = Skorposttest

max

S = Skor maksimum

Kategori:

Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.


(38)

36 Meltzer (2002) dikutip oleh Marlangen (2010:34)

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor pretes danposttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau

penurunan hasil belajar pada pembelajaran fisika antara model pembelajarandiscovery inquirydengan model pembelajaranproblem posing type post solution posing.

2. Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sample penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.


(39)

37 Untuk uji hipotesis 1 dan 2 menggunakan Paired-Sample T Test. 1) Uji T untuk dua sample berpasangan (Paired-Sample T Test)

Paired-Sample T Test atau lebih dikenal dengan pre-post design adalah analisi dengan melibatkan dua pengukuran pada subyek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi perlakuan tertentu dan pengukuran kedua dilakukan sesudahnya. Dasar pemikiran yang sederhana, yaitu apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-rata adalah nol.

Ho : Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika siswa melalui model pembelajaran discovery inquiry.

H1 : Tidak terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika melalui model pembelajaran discovery inquiry.

2. Uji T untuk dua sample berpasangan (Paired-Sample T Test) Paired-Sample T Test atau lebih dikenal dengan pre-post design adalah analisi dengan melibatkan dua pengukuran pada subyek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi perlakuan tertentu dan pengukuran kedua dilakukan sesudahnya. Dasar pemikiran yang sederhana, yaitu apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-rata adalah nol.


(40)

38 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

pembelajaran fisika melalui model pembelajaranproblem posing type post solution posing.

H1 : Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika melalui model pembelajaranproblem posing type post solution posing.

3) Uji T untuk dua sampel bebas (Independent Sample T Test)

Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sample yang berbeda (bebas).Independent Sample T Testdigunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sample yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajarandiscovery inquirydengan model pembelajaranproblem posing type post solution posing.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model pembelajarandiscovery inquirydengan model pembelajaranproblem posing type post solution posing.

Rumus perhitunganIndependent Sample T Testadalah sebagai berikut :


(41)

39 Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel

distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

1. HO diterima jika -t tabel t hitung t tabel

2. HO ditolak jika-t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

3. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

4. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.

(Priyatno, 2010:32-41) 1) Uji Data Dua Sample Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sample yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney.

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajarandiscovery inquirydengan model pembelajaranproblem posing type post solution posing.


(42)

40 pembelajaran fisika antara model pembelajarandiscovery inquirydengan model pembelajaranproblem posing type post solution posing.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

5. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

6. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(43)

62

V. SIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model

pembelajarandiscovery inquirymeningkat secara signifikan dari rata-rata hasil nilaipretest50,71 menjadi 78,29 pada hasil nilaiposttest, dan perolehan skorN-gainsebesar 0,546 dengan kategori (tinggi). 2. Rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model

pembelajaranproblem posing type post solution posingmeningkat secara signifikan dari 49,48 menjadi 72,93 dan perolehan skorN-gainsebesar 0,461 dengan kategori (sedang).

3. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan skorN-gainrata-rata hasil belajar fisika siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran discovery inquirydenganproblem posing type post solution posing. Perolehan skorN-gain rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajarandiscovery inquirylebih besar dari problem posing type post solution posing.Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajarandiscovery inquirylebih efektif digunakan sebagai uapaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.


(44)

63 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajarandiscovery inquirydanproblem posing type post solution posingbaik diterapkan pada suhu dan kalor karena kedua model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

2. Dari penelitian ini, model pembelajarandiscovery inquirymemiliki peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranproblem posing type post solution posing, karena model pembelajarandiscovery inquirymerupakan model pembelajaran yang mampu membuat siswa mandiri dalam menemukan dan menyelesaikan masalah pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dengan sangat baik. Maka guru diharapkan agar dapat benar-benar memahami dan menerapkan setiap tahapan pada model pembelajaran discovery inquiry.

3. Pengelolaan waktu dalam pembelajaran harus tepat, sehingga proses pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan mendapatkan hasil yang optimal.


(45)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARANDISCOVERY INQUIRY

DENGANPROBLEM POSING

Oleh

Leni Susnita

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(46)

SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

DISCOVERY INQUIRYDENGANPROBLEM POSING TYPE POST SOLUTION POSING.

Nama Mahasiswa : Leni Susnita No. Pokok Mahasiswa : 0853022031 Jurusan : Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Komisi Pembimbing

Dr. Agus Suyatna, M.Si. Dr. Abdurrahman, M.Si.

NIP.19600821 198503 1 004 NIP.19681210 199303 1 002

Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Caswita, M.Si.


(47)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARANDISCOVERY INQUIRY

DENGANPROBLEM POSING

(Skripsi)

Oleh LENI SUSNITA

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(48)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARANDISCOVERY INQUIRY

DENGANPROBLEM POSING

Oleh

Leni Susnita

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(49)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar ... 6

2. Hasil Belajar ... 8

3. Model PembelajaranDiscovery Inquiry... 13

4. Model PembelajaranProblem Posing... 16

B. Kerangka Pemikiran ... 21

C. Anggapan Dasar ... 26

D. Hipotesis Penelitian ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sample Penelitian... 28

B. Desain Penelitian ... 29

C. Waktu dan Tempat Penelitian... 30

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31


(50)

G. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

1. Tahap Pelaksanaan Model PembelajaranDiscovery Inquiry... 43

2. Tahap Pelaksanaan Model PembelajaranProblem posing ...44

B. Uji Instrumen Penelitian ... 46

1. Uji Validitas Soal ... 46

3. Uji Reliabilitas Soal ... 47

4. Uji Normalitas DataPretest ...48

5. Uji Normalitas DataPosttest...49

6. Uji NormalitasN-gain...50

7. Uji hipotesisPaired Sample T-test... 51

8. Uji hipotesisDependent Sample T-Test ...52

C. Pembahasan... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Dalyono, M. 2005.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mujiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2005.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Model Pembelajaran Problem Posing Materi Listrik Dinamis untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Negeri semarang.

Perbandingan hasil penguasaan konsep siswa antara metode discovery inquiry dengan demonstrasi

Lampung

Roestiyah, N.K. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Rusman. 2011.Model-Model Pembelajaran.Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Sardiman, A.M. 2005Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Silver. 2004.Model Pembelajaran Problem Posing. Jakarta: Bina Aksara


(52)

Rineka Cipta.

Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sutrisno, Joko. 2008.Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry dalam belajar Sains terhadap Hasil Belajar Siswa. Bandung: http://www.erlangga.co.id.

Trianto. 2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .Jakarta: Kencana.


(53)

xv

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Hasil Uji Validitas Soal ... 47

2. Data Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 47

3. Data Hasil Uji NormalitasPretest... 48

4. Data Hasil Uji NormalitasPosttest... 49

5. Data Hasil Uji Normalitas... 51

6. Data Hasil Uji NormalitasN-gain... 50

7. Data Hasil UjiPaired Sample T-test... 51


(54)

Judul Skripsi : STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

DISCOVERY INQUIRYDENGANPROBLEM POSING TYPE POST SOLUTION POSING.

Nama Mahasiswa : Leni Susnita No. Pokok Mahasiswa : 0853022031 Jurusan : Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Komisi Pembimbing

Dr. Agus Suyatna, M.Si. Dr. Abdurrahman, M.Si.

NIP.19600821 198503 1 004 NIP.19681210 199303 1 002

Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Caswita, M.Si.


(55)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Agus Suyatna, M.Si ...

Sekretaris : Dr. Abdurrahman, M.Si. ...

Penguji : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP.19600315 198503 1 003


(56)

MOTTO

Keberanian dan rasa takut adalah dua rahmat yang saling melengkapi. Engkau tak akan tumbuh tanpa keberanian,

dan engkau tak akan selamat tanpa rasa takut. Maka, Beranikanlah dirimu, saat engkau merasa takut. Tapi, belajarlah untuk merasa takut, saat engkau merasa berani.


(57)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada :

 Ayahanda Khuzairi dan ibunda Nisroawani tersayang, yang telah membesarkan, mendidik dan mendo akan ku dengan kasih sayangnya. Mohon maaf karena selama ini telah banyak membuat ayah dan ibu kecewa. Jasa ayah dan ibu tak mungkin dapat ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat

membahagiakan dan dapat membuat ayah dan ibu bangga telah melahirkanku.

 Adik-adik ku tercinta dan yang aku banggakan, Ida Lisma, Khuzwan, Megy Antomy, dan Iswatun Hasanah, terima kasih banyak telah banyak memberikan dukungan dan do anya.

 Nenekku tersayang dan saudara-saudaraku, terima kasih telah memberiku semangat dan nasehat selama ini.


(58)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Penyandingan, Kec. Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 02 September 1989, merupakan anak pertama dari lima

bersaudara, dari pasangan Bapak Khuzairi dan Ibu Nisroawani. Penulis mengawali pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Negeri 1 Penyandingan yang diselesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Nusantara Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Perintis 1 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Program Studi Pendidikan Fisika. Penulis melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP NEGERI 2 Way Kenanga, Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(59)

SANWACANA

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan ridho Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara Model PembelajaranDiscovery InquiryDengan

Problem Posing Type Post Solution Posing .

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, terima kasih atas segala bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, terima kasih atas nasehat dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan pembimbing I, terima kasih atas segala kasih sayang tulus, kesabaran, nasehat serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku pembimbing II, terima kasih atas nasehat, kesabaran serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak Drs. I DewaPutu Nyeneng, M.Sc selaku pembahas, terima kasih atas nasehat dan sarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.


(60)

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung keluarga Pendidikan fisika.

8. Kakak-kakak dan adik-adik sepupu ku terima selalu memberiku semangat.

9. Untuk sahabat ku, Intan Ferlina, Yesica Novariza, dan Yuzaida, terima kasih banyak telah banyak membantu ku selama dalam menempuh pendidikan ini, dan terima kasih juga sudah selalu bersama ku dalam suka dan duka.

10. Untuk teman- 08, kakak- 7, adik- 09, dan teman-teman PPL terima kasih telah mendukungku sepenuh hati dan menjadi teman yang selalu memberi nasehat serta semangat kepadaku. 11. Guru-guru dan Siswa-siswi SMP NEGERI 2 Way Kenanga, terima kasih

telah banyak membantu dan mendukung ku dalam menjalankan praktik pengalaman lapangan, serta Guru-guru dan Siswa-siswi SMA PERINTIS 1 Bandar Lampung, terima kasih selalu membantu, mendukungku dan selalu memberikan nasehat-nasehat kepadaku.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis


(61)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

1.Nama : Leni Susnita 2.NPM : 0853022031 3.Program Studi : Pendidikan Fisika 4.Jurusan : Pendidikan MIPA

5.Alamat : Bengkunat, Lampung Barat

Menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjud Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara Model PembelajaranDiscovery InquiryDenganProblem Posing Type Post Solution Posing bukan hasil penjiplakan dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis

Leni Susnita NPM 0853022031


(1)

MOTTO

Keberanian dan rasa takut adalah dua rahmat yang saling melengkapi. Engkau tak akan tumbuh tanpa keberanian,

dan engkau tak akan selamat tanpa rasa takut. Maka, Beranikanlah dirimu, saat engkau merasa takut. Tapi, belajarlah untuk merasa takut, saat engkau merasa berani.


(2)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada :

 Ayahanda Khuzairi dan ibunda Nisroawani tersayang, yang telah membesarkan, mendidik dan mendo akan ku dengan kasih sayangnya. Mohon maaf karena selama ini telah banyak membuat ayah dan ibu kecewa. Jasa ayah dan ibu tak mungkin dapat ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat

membahagiakan dan dapat membuat ayah dan ibu bangga telah melahirkanku.

 Adik-adik ku tercinta dan yang aku banggakan, Ida Lisma, Khuzwan, Megy Antomy, dan Iswatun Hasanah, terima kasih banyak telah banyak memberikan dukungan dan do anya.

 Nenekku tersayang dan saudara-saudaraku, terima kasih telah memberiku semangat dan nasehat selama ini.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Penyandingan, Kec. Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 02 September 1989, merupakan anak pertama dari lima

bersaudara, dari pasangan Bapak Khuzairi dan Ibu Nisroawani. Penulis mengawali pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Negeri 1 Penyandingan yang diselesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Nusantara Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Perintis 1 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Program Studi Pendidikan Fisika. Penulis melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP NEGERI 2 Way Kenanga, Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(4)

SANWACANA

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan ridho Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara Model PembelajaranDiscovery InquiryDengan

Problem Posing Type Post Solution Posing .

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, terima kasih atas segala bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, terima kasih atas nasehat dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan pembimbing I, terima kasih atas segala kasih sayang tulus, kesabaran, nasehat serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku pembimbing II, terima kasih atas nasehat, kesabaran serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak Drs. I DewaPutu Nyeneng, M.Sc selaku pembahas, terima kasih atas nasehat dan sarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.


(5)

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung keluarga Pendidikan fisika.

8. Kakak-kakak dan adik-adik sepupu ku terima selalu memberiku semangat.

9. Untuk sahabat ku, Intan Ferlina, Yesica Novariza, dan Yuzaida, terima kasih banyak telah banyak membantu ku selama dalam menempuh pendidikan ini, dan terima kasih juga sudah selalu bersama ku dalam suka dan duka.

10. Untuk teman- 08, kakak- 7, adik- 09, dan teman-teman PPL terima kasih telah mendukungku sepenuh hati dan menjadi teman yang selalu memberi nasehat serta semangat kepadaku. 11. Guru-guru dan Siswa-siswi SMP NEGERI 2 Way Kenanga, terima kasih

telah banyak membantu dan mendukung ku dalam menjalankan praktik pengalaman lapangan, serta Guru-guru dan Siswa-siswi SMA PERINTIS 1 Bandar Lampung, terima kasih selalu membantu, mendukungku dan selalu memberikan nasehat-nasehat kepadaku.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis


(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

1.Nama : Leni Susnita 2.NPM : 0853022031 3.Program Studi : Pendidikan Fisika 4.Jurusan : Pendidikan MIPA

5.Alamat : Bengkunat, Lampung Barat

Menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjud Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara Model PembelajaranDiscovery InquiryDenganProblem Posing Type Post Solution Posing bukan hasil penjiplakan dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis

Leni Susnita NPM 0853022031


Dokumen yang terkait

Perbandingan peningkatan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan cooperative learning

1 12 190

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN DENGAN METODE SCIENTIFIC INQUIRY DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG

0 13 60

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

PERBANDINGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E(LC3E)

0 7 59

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE DISCOVERY-INQUIRY

0 7 50

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE ANTARA METODE INKUIRI DENGAN VERIFIKASI

0 35 185

Implementasi Pendekatan Pembelajaran Problem Posing dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika

0 3 15

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE DISCOVERY-INQUIRY

0 0 10

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

2 11 13

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE-SOLUTION DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA

0 3 8