PERBANDINGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E(LC3E)

(1)

FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARANGUIDED INQUIRYDENGAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 3E (LC3E)

(Skripsi)

Oleh AYU NOVIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARANGUIDED INQUIRYDENGAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 3E (LC3E)

Oleh AYU NOVIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Ayu Noviana

NPM : 0853022004

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl.Mantili No. 4 Bulukarto, Pringsewu

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh oranglain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, 17 Oktober 2012

Ayu Noviana NPM. 0853022004


(4)

BERPRESTASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARANGUIDED INQUIRY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E

Nama Mahasiswa : Ayu Noviana Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022004 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Nengah Maharta, M.Si. Dr. Undang Rosidin, M.Pd NIP. 19551213 198303 1 023 NIP. 19600301 198503 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

Penulis dilahirkan di Pringsewu, pada tanggal 17 Mei 1990 anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Waluyo dan Ibu Ysuliati.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 penulis di SD Negeri 2 Bulukarto, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di SLTP Karya Bhakti Gading Rejo hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA PGRI 2 Pringsewu, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan

terdaftar sebagai mahasiswa program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Barat. Dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan penelitian di SMA PGRI 2 Pringsewu.


(6)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Nengah Maharta, M.Si.

Sekretaris : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menciptakan akal bagi manusia sehingga manusia dapat meneliti dan mentafakuri ciptaan-Nya yang menghantarkan pada keimanan yang sempurna. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak Waluyo dan Ibu Yulia tercinta, yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan keberhasilanku, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah

memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Adik-adik Wulan Febrianti dan Akas Tri Agusta memberikan motivasi, dukungan dan doa bagi penulis.

3. Keluarga Besarku yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu keberhasilanku.


(8)

Kesempatan Anda untuk sukses disetiap kondisi selalu dapat di ukur oleh seberapa besar kepercayaan Anda pada diri sendiri

(Robert Collier)

Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa


(9)

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Hi. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan motivasi. 5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku pembahas yang banyak

memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Drs. Hi. Irsam selaku Kepala SMA PGRI 2 Pringsewu beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Neli Mariana, S.Pd. selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA PGRI 2 Pringsewu atas bantuan dan kerjasamanya.


(10)

penyemangat dalam hidupku;

10. Kakak-kakak tingkat di Pendidikan Fisika, Teman seperjuanganku di Pendidikan Fisika 8: Yesika, Intan, Ewo, Larno, Khusnul, Putu, Dedek, Andre, Arif, Iyoh, Novi, Desni, Desti, Destiana, Dewi, Dian, Eka, Eva, Fitri, Hamidah, Hanif, Ike, Jean, Lyan, Leni, Marfiana, Meita, Nova, Nurul, Tata, Putri, Resa, Resti, Rika, Mayang, Wina, Selly, Rofa, Indah, Uji, Nando, Yeni, Yuniar, Ayu, Ely, Eming, Idel, Fharia, Nining, Tutik dan Tresna atas bantuan dan kebersamaannya, teman-teman angkatan 2008 reguler yang namanya tidak bisa saya tuliskan satu per satu atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini, adik-adik tingkat di Pendidikan Fisika yang tidak bisa disebutkan satu per satu, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu, Teman-teman PPL dan KKN : Nenek Nuni, Ibu Nia, Tante Okis, Sularno, Joko, Sahri, Langgeng, Sintia, Vepi atas kebersamaan selama 3 bulan yang walau mungkin terlupakan tapi rasanya masih melekat dalam hati ini; 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan sekripsi ini. Semoga Allah SWT. melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua, berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis


(11)

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam yang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri di jenjang SMA karena tujuan penyelenggaraan mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk melatih dan mendidik para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, kritis dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan, yang salah satunya merupakan bekal pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal telah berusaha melaksanakan kegiatan yang mengarah pada tercapainya tujuan pendidikan nasional. Namun ketercapaian tujuan ini bukan tidak ada halangan dan masalah. Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru.


(12)

Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila didalamnya terdapat kesiapan antara guru dengan peserta didik. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru. Hal ini akan terkesan merugikan siswa, terutama untuk siswa yang berkemampuan rendah siswa terlihat jenuh dalam pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu sistem yang saling berkaitan. Sistem tersebut terdiri dari komponen-komponen antara lain: Guru, Siswa, dan Fasilitas belajar. Tanpa adanya komponen-komponen tersebut, proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Guru sebagai tenaga pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar mudah diterima oleh siswa. Untuk itu guru memerlukan strategi mengajar melalui model pembelajaran yang tepat sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa, terutama dalam pelajaran fisika yaitu motivasi. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi, diduga akan semangat dalam mempelajari dan mendalami sesuatu, sehingga dapat memperkaya pemahaman konsep dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Motivasi adalah salah satu hal yang berpengaruh dalam pembelajaran, begitu juga dalam sains terutama yang berhubungan dengan percobaan. Siswa belum mampu menemukan sendiri konsep sains yang telah dipelajari dan hanya menerapkan konsep yang diberikan oleh guru. Hal ini


(13)

mengindikasikan bahwa motivasi berprestasi siswa masih rendah terhadap pembelajaran sains yang akhirnya akan berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran berbasis konstruktivisme. Dengan pembelajaran berbasis konstruktivisme siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Yang termasuk model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme adalah pembelajaran melalui model siklus belajar danguided inquiry. Model Pembelajaranguided inquirydan modelLC3E,keduanya merupakan model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme, namun memiliki tahapan-tahapan pembelajaran yang berbeda pada penerapannya dalam membangun konsep, sehingga memungkinkan akan terjadi perbedaan penguasaan konsep antara penerapan model pembelajaranguided inquiry

dengan model pembelajaranLC3E.

Bedasarkan latar belakang masalah tersebut, maka telah dilaksanakan Perbandingan Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa antara Model PembelajaranGuided Inquirydengan Model PembelajaranLC3E


(14)

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Adakah perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E? (2) Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model

pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaran LC3E?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

(1) Perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

(2) Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran

Guided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi

pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.

(2) Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.


(15)

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Model pembelajaranGuided Inquirymerupakan pembelajaran yang memiliki proses (a) penyajian masalah, (b) pengumpulan dan verifikasi data, (c) mengadakan eksperimen dan pengumpulan data,

(d) merumuskan penjelasan, dan (e) mengadakan analisis inkuiri. (2) Model pembelajaranLC3Eyang terdiri dari3Eyaitu (1) Fase eksplorasi

(exploration), (2) Fase pengenalan konsep(explanation), (3) Fase penerapan konsep(elaboration).

(3) Motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat di dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin). Indikator Motivasi Berprestasi Menurut Sardiman (2001: 81), yaitu :

a. Tekun menghadapi tugas.

b. Ulet dalam menghadapi kesulitan. c. Lebih senang bekerja mandiri.

d. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. e. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

(4) Materi penelitian ini adalah Teori Kinetik Gas dengan materi pokok Gas Ideal

(5) Objek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA PGRI 2 Pringsewu tahun ajaran 2011/2012


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretis

1. Konsep Belajar dan Mengajar

Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155)

Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Belajar juga dikaitkan dengan perubahan. Perubahan-perubahan ini muncul karena adanya pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Sejalan dengan pendapat Witherington, Hilgard dalam Sukmadinata (2007: 155) menyatakan belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen, yang terjadi karena pengalaman.

Slameto (2003: 2) juga mengungkapkan:

belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan kutipan tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah


(17)

laku. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut secara keseluruhan pribadi sesorang, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar merupakan proses modifikasi pengetahuan dan perubahan tingkah laku. Kedua proses tersebut dapat dilakukan melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Syah (2003: 68) mengemukakan bahwa:

Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Bruner dalam Nasution (2008: 9) mengungkapkan bahwa proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase diantaranya informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi yang kita peroleh saat pembelajaran ada yang menambah,

memperhalus, dan memperdalam pengetahuan, ada pula yang bertentangan dengan pengetahuan yang kita miliki. Informasi tersebut kita transformasi atau ubah ke dalam bentuk yang abstrak atau konseptual sehingga dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Selanjutnya kita melakukan penilaian manfaat pengetahuan tersebut terhadap gejala-gejala yang lain.

Nasution (2008: 3) mengatakan tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Nasution menyatakan hal tersebut dinamakan transfer belajar. Tranfer belajar ada yang bersifat khusus ada yang bersifat umum. Pada pembelajaran transfer umum atau pemahaman konsep merupakan yang lebih utama. Memahami konsep fundamental bagi


(18)

seseorang akan memudahkannya untuk memperluas dan mendalami pengetahuan.

Uno (2008: 10) mengungkapkan mengenai teori belajar kognitif.

Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, seorang guru harus mampu merancang kegiatan pembelajaran dengan matang sebelum pembelajaran berlangsung, agar semuanya dapat terkontrol dengan cermat. Hamalik (2006: 154)

Perencanaan pelaksanaan pembelajaran, sebaiknya guru terlebih dahulu mengetahui prinsip-prinsip belajar, sehingga dalam pembelajaran nanti setiap siswa mengalami proses-proses belajar dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Daryanto (2009: 27) menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. Belajar itu proses kontinyu maka harus bertahap menurut perkembangannya. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dandiscovery. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian dan keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.


(19)

Untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan sekolah, tujuan mata pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan, dan minat peserta didik, isi kurikulum dan unit-unit pelajaran yang disediakan dalam bentuk mata, serta teknik-teknik pembelajaran jangka pendek.

Belajar juga menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain. Mengenai perubahan status abilitas tersebut, menurut Bloom dalam Sardiman (2007: 23), meliputi tiga ranah atau matra, yaitu matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra ataudomainini diperinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut.

a. Cognitive Domain:

1) Knowledge(Pengetahuan, ingatan)

2) Comprehension(pemahaman, menjelaskan, meringkas) 3) Analysis(menguraikan, menentukan hubungan)

4) Synthesis(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru)

5) Evaluation(menilai) 6) Application(menerapkan) b. Affective Domain:

1) Receiving(sikap menerima) 2) Responding(memberikan respons) 3) Valuing(nilai)

4) Organization(organisasi) 5) Characterization(karakterisasi) c. Psychomotor Domain:

1) Initiatorylevel

2) Pre-routinelevel

3) Rountinizedlevel

Belajar erat kaitannya dengan mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang

mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar merupakan kegiatan siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Menurut Sardiman (2007: 48)


(20)

Secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan

dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu

diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.

Pengertian mengajar seperti yang telah diuraikan diatas memberikan penjelasan bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah.

2. Motivasi Berprestasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam


(21)

mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk(out put)yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

Manusia memiliki tujuan dan harapan dari semua kegiatan yang dilakukan dalam hidupnya. Begitu pula dengan setiap siswa yang mengharapkan keberhasilan dalam belajrnya. Motivasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas yang mendukung keberhasilan belajar.

motive motion yang berasal dari bahasa

inggris yang berarti penggerak. Menurut Sardiman (2005: 73),

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Sedangkan menurut Eysenck dan kawan kawan dalam Slameto (2003: 170) motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.

Hamalik (2004: 158) mengemukakan bahwa:

motivasi berprestasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Keinginan untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai akan menimbulkan energi dalam diri siswa untuk melakukan


(22)

aktivitas belajar sesuai dengan kebutuhan berprestasi guna memperoleh prestasi belajar yang baik.

Sedangkan menurut Djaali (2008: 103)

motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis

(kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat di dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin).

Mc. Clelland (2009) berpendapat bahwa motivasi berprestasi ialah keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. Sementara itu, Heckhausen dalam Djaali (2008: 103) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar

keunggulan.

Berdasarkan pendapat tersebut, motivasi berprestasi merupakan dasar penggerak atau pendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, motivasi merupakan faktor penting dalam kehidupan terutama dalam dunia pendidikan dan pengajaran.

Hal ini dipertegas oleh Sardiman (2006: 92 95), menyatakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar untuk mencapai prestasi belajar, yaitu:

(1) Memberi angka,(2) Hadiah,(3) Saingan atau kompetisi(4) Ego-Involvment, (5) Memberi ulangan, (6) Mengetahui hasil, (7) Pujian, (8) Hukuman, (9) Hasrat untuk belajar, (10) Minat, (11) Tujuan yang diakui


(23)

Lebih lanjut Hamalik (2004: 161), mengemukakan tentang fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah.

Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak.

Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan

Proses belajar dalam pelaksanaannya sangat memerlukan motivasi, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Hamalik (2004: 162 163), membagi motivasi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional, seperti keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor faktor dari luar situasi belajar, seperti penghargaan, persaingan dan hukuman.

Keinginan, tujuan, dan kebutuhan dalam diri seseorang akan berbeda dengan yang lain. Dorongan atau motivasi yang terdapat dalam diri seseorang dapat dilihatdari karakteristik individu atau orang itu sendiri. Adapun karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut (Djaali, 2008: 109 110), yaitu:

1. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil hasilnya dan bukan atas dasar untung untungan, nasib atau kebetulan

2. Memilih tujuan yang realistis tetapi menentang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya.


(24)

3. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. 5. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan

yang lebih baik.

6. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal hal tersebut merupakan lembaga prestasi, suatu ukuran keberhasilan

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan belajar merupakan usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang keberhasilannya diukur dengan

prestasi.

Adanya dorongan dari dalam diri seseorang untuk belajar merupakan bentuk dari motivasi. Motivasi berprestasi berarti seorang siswa mempunyai

kemauan, dorongan, untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga untuk melakukan aktivitas yang mendukung terwujudnya tujuan belajar, serta bersemangat dalam menghadapi segala tantangan dan hambatan pada diri seorang mahasiswa untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Tingginya prestasi yang diraih dipengaruhi oleh tingginya motivasi berprestasi yang dimiliki.

3. Hasil Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati (2002:10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.


(25)

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121)

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002: 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar. Menurut Bloom, dalam Dimyati

(2002: 26)

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima, merespon, Menghargai, mengorganisasikan dan karakterisasi menurut nilai. 3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.


(26)

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.

Sementara itu, menurut Lester dalam Sagala (2007: 1) berpendapat bahwa:

Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap belajar. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang dipelajarinya. Klasifikasi belajar seperti di atas, menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) berpendapat bahwa:

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing-masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang


(27)

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar.

b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersal dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus bisa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu:

a) Kognitif:Knowledge(pengetahuan, ingatan),comprehension

(pemahaman, menjelaskan,meringkas),analysis(menguraikan, menentukan hubungan),synthesis(mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru),evaluation(menilai),

application(menerapkan).

b) Affective:Receiving(sikap menerima),responding(memberi respon),Valuing(menilai),organization(organisasi),

characterization(karakterisasi).

c) Psychomotor:initiatory level, pre-routine level, routinized level.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan


(28)

memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.

4. Inquiry

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiryyang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang

diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Menurut pendapat Schmidt dalam Ibrahim (2010: 1)

Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari.


(29)

Menurut Piaget dalam Rhyno (2010: 1) model inkuiri adalah,

Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

Tujuan utama dari pembelajaran melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa keingintahuan mereka. Siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan model pembelajaran inkuiri menurut Prambudi (2010:4) yaitu,

(1) Berorientasi pada pengembangan intelektual; (2) Prinsip

Interaksi; (3) Prinsip Bertanya; (4) Prinsip Belajar untuk Berpikir; (5) Prinsip keterbukaan.

Melalui pembelajaran model inkuiri, siswa belajar sains sekaligus juga belajar model sains. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana

memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Pembelajaran berbasis inkuri memungkinkan siswa belajar sistem, karena pembelajaran inkuiri memungkinkan terjadi integrasi berbagai disiplin ilmu.Ketika siswa

melakukan eksplorasi, akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang melibatkan matematika, bahasa, ilmu sosial, seni, dan juga teknik.

Peran guru di dalam pembelajaran inkuiri lebih sebagai pemberi bimbingan, arahan jika diperlukan oleh siswa. Dalam proses inkuiri siswa dituntut


(30)

bertanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sehingga tidak menganggu proses belajar siswa.

Dalam Ibrahim (2010: 5) langkah pembelajaran model inkuri, merupakan suatu siklus yang dimulai dari:

1) Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam 2) Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi 3) Mengajukan dugaan atau kemungkinanjawaban

4) Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan 5) Merumuskan kesimpulan berdasarkan data.

Joice dan Well dalam Ibrahim (2010: 5) mengungkapkan bahwa terdapat dua model inkuiri, yaitu latihan inkuiri dan inkuri sains.

Sintaks inkuiri sains terdiri atas empat fase, yaitu: 1) Fase investigasi dan pengenalan kepada siswa 2) Pengelompokan masalah oleh siswa

3) Identifikasi masalah dalam penyelidikan

4) Memberikan kemungkinan mengatasi kesulitan/masalah Sintaks latihan inkuiri terdiri atas:

1) Orientasi masalah;

2) Pengumpulan data dan verifikasi; 3) Pengumpulan data melalui eksperimen;

4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan 5) Analisis proses inkuiri.

Pembelajaran inkuri dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan dan cara bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Melalui pertanyaan tersebut siswa dilatih melakukan observasi terbuka, menentukan prediksi dan kemudian menarik kesimpulan. Kegiatan seperti ini dapat melatih siswa membuka pikirannya sehingga mampu membuat hubungan antara kejadian, objek atau kondisi dengan kehidupan nyata.


(31)

Menurut Prambudi (2010: 4) langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: (1) Orientasi; (2) Merumuskan Masalah; (3) Merumuskan Hipotesis; (4) Mengumpulkan Data; (5) Menguji Hipotesis; (6) Merumuskan Kesimpulan.

Inkuri juga memiliki macam-macam model pembelajaran. Beberapa macam model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge dalam Sahrul (2009: 1) adalah(1) Guide Inquiry; (2)

Modified Inquiry; (3) Free Inquiry; (4) Inquiry role Approach; (5)

Invitation Into Inquiry; (6) PictorialRiddle; (7) Synectics Lesson; (8)

Value Clarification.

Modelinquirymemiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-model pembelajaran lain. Keunggulan modelinquirymenurut Suhana (2009: 79)

a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif

b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya

c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi

d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing

e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat terbatas.

Modelinquiryjuga mempunyai beberapa kelemahan, menurut Prambudi (2010: 6)

1) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yangpanjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

3) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.


(32)

Berdasarkan pendapat Prambudi maka modelinquiryakan efektif jika siswa dapat menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dipecahkan. Bahan pelajaran pun bukan berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, melainkan sebuah kesimpulan yang memerlukan pembuktian. Proses

pembelajaran bermula dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu dan peserta didik memiliki kemauan dan kemampuan untuk berfikir. Jumlah siswapun harus ideal dengan kapasitas guru agar alokasi waktu mencukupi untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Inquiry berasal dari Bahasa Inggris yang berarti pertanyaan, atau

pemeriksaan, penyelidikan. Modelinquiryberarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Guided inquirysebagai proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Sasaran utama kegiatan pembelajaraninquiry

adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan; (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang

ditemukan dalam prosesinquiry.

Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berpikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.


(33)

Peran guru dalam pembelajaran guided inquiryadalah untuk memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri tidak sama dengan pertanyaan tebakan. Pertanyaan ha

harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan. Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.

Dalam upaya menanamkan konsep, terutama konsep fisika siswa tidak cukup hanya sekedar mendengarkan ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Dalam penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (1996). Adapun tahap pembelajaranguided inquirysebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Guided inquiry

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaanatau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memperioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.


(34)

untuk memperoleh informasi

informasi melalui percobaan. 5. Mengumpulkan dan

menganilisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaranguided Inquiryadalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau Permaslahan

Kegiatanguided Inquirydimulai ketika pertanyaan atau permasalah diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, petanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menayankan pada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalah yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matriks, atau grafik.

4. Analisis Data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji

Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelakan sesuai dengan proses inquiry yang telah dilakukannya. 5. Membuat Kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaranguided inquiryadalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh.


(35)

Menurut Roestiyah (2008)inquirymemiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Self- pada diri

siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaranguided inquiryantara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk mem-bantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.

3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.

Kelemahanguided inquirydapat diatasi dengan cara:

1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal

2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi

3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan-gagasan tersebut belum tepat.

5. Learning Cycle3 Phase(LC 3E)

Learning Cycle(LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang telah diakui dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan


(36)

Learning Cyclemerupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.

Learning Cyclemerupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme. Pembelajaran melalui model siklus belajar mengharuskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang dibimbing oleh guru. Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi (exploration), dalam fase ini siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain, dalam fase ini pula guru memberi

kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan praktikum.

Fase pengenalan konsep (explanation), siswa lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration), dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.

Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007) mengungkapkan bahwa:

Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC

adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).LCmerupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang


(37)

diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle3 Phase(LC3E) terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept

introduction/explanation), dan penerapan konsep (elaboration). Pada tahap eksplorasi (exploration), siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya(cognitive disequilibrium)yang ditandai dengan

munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase

pengenalan konsep (explanation).

Pada fase pengenalan konsep (explanation), diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan

konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang

membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni penerapan konsep (elaboration), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan-kegiatan sepertiproblem solvingatau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.


(38)

LC3Emelalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Hudojo (2001: 10) mengemukakan bahwa: ImplementasiLC3Edalam pembelajaran sesuai dengan pandangan

konstruktivis:

1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,

2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu,

3. orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.

Cohen dan Clough dalam Fajaroh dan Dasna (2007: 14) menyatakan bahwa

LC3Emerupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan bila ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan model ini memberi keuntungan sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik. 3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kekurangan penerapan model ini yang harus selalu diantisipasi dan diperkirakan menurut Soebagio (2007: 9) sebagai berikut:

1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran

2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran

3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi

4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.


(39)

6 . Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Menurut Sriyono dalam Sarinah (2009: 9) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus

diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Priyanto dan Harnoko (1997: 9) manfaat dan tujuan LKS antara lain:

1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau sub materi pokok mata pelajaran yang telah atau sedang diajarkan. LKS


(40)

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan analisis data dan pendapat-pendapat yang mendukung, maka dapat terlihat bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaranguided inquirydengan pembelajaranLC3E. Hal ini terlihat dari data kuantitatif yang menunjukkan model pembelajaranguided inquirylebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaranLC3E.

Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar pada masing-masing kelas eksperimen terkait proses pembelajaran dari kedua kelas tersebut. Secara keseluruhan proses pembelajaran pada kedua kelas eksperimen berbeda, yang

membedakan adalah pada proses berlangsungnya, dimana kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaranguided inquirydan kelas eksperimen 2 menggunakan pembelajaranLC3E. Perbedaan mendasar yang menjadi faktor utama yang menyebabkan rata-rata hasil belajar dan motivasi berprestasi siswa kelas dengan model pembelajaranguided inquirylebih tinggi daripada kelas dengan pembelajaranLC3Ekarena proses pembelajaran yang lebih menuntut siswa aktif terdapat pada kelas dengan model

pembelajaranguided inquiryyang secara otomatis membuat siswa meningkat secara pengetahuan dan pemahaman dimana komponen ini merupakan bagian penting dalam tercapainya tujuan hasil belajar dalam ranah kognitif. Seperti yang diungkapkan oleh Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 202) tujuan ranah kognitif digolongkan dalam 6 kelas atau tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Selain itu, dalam penerapannya model pembelajaranguided inquiry


(41)

disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya, dan untuk mengalami sendiri dalam mengikuti proses, bahkan siswa dituntut menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek sehingga siswa termotivasi untuk lebih belajar percaya diri dan berimbas pada hasil belajar siswa yang semakin meningkat. Hal ini juga terlihat dari data kuantitatif yang menunjukkan motivasi berprestasi siswa pada model pembelajaranguided inquirylebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaranLC3E.

Sedangkan pada pembelajaranLC3E, siswa juga berusaha dibangkitkan rasa percaya diri dalam hal pemecahan masalah dengan memberikan

permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan siswa, dan siswa juga diajak dalam menganalisis data dan menarik kesimpulan, yang dikuatkan oleh guru. Namun pada saat pemberian masalah ini lah pembelajaranLC3E

memiliki kelemahan yakni fase-fase pembelajarannya cukup sulit dipahami siswa,tidak seperti pada penerapan model pembelajaranguided inquiry. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan siswa cenderung lebih tertarik terhadap masalah yang dikemukakan oleh guru yang disertai urutan-urutan yang jelas, dibandingkan hanya dengan penjelasan secara lisan, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa dengan menggunakan pembelajaranLC3E

belum dapat mengungguli hasil belajar dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaranguided inquiry.

Berdasarkan analisis data dan pendapat-pendapat yang mendukung, dapat dinyatakan bahwa antara model pembelajaranguided inquirylebih efektif dibandingkan dengan pembelajaranLC3E.


(42)

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran guided inquiry(X1) dan model pembelajaranLC3E(X2),

sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi berprestasi siswa (Y1) dan hasil

belajar siswa (Y2).

Dalam penelitian ini ada dua motivasi berprestasi siswa dan dua hasil belajar yang diukur yaitu motivasi berprestasi siswa pada model pembelajaran

guided inquiry(R1) dan motivasi berprestasi siswa pada model pembelajaran

LC3E(R2), serta hasil belajar pada model pembelajaran guided inquiry(R3)

dan hasil belajar pada model pembelajaranLC3E(R4), kemudian dilakukan

uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran guided inquirydan model pembelajaranLC3E. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran.

Gambar 2.1 Diagram Pemikiran

Guided Inquiry

LC3E

Hasil Belajar Motivasi

Hasil Belajar Motivasi


(43)

C. Hipotesis Umum

1. Hipotesis Pertama

Ha : Tidak ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswapada pembelajaran fisikaantara model pembelajaran Guided Inquiry

dengan model pembelajaranLC3E.

1

H : Ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa pada

pembelajaran fisika antara model pembelajaran Guided Inquiry

dengan model pembelajaranLC3E.

2. Hipotesis Kedua

Ha : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquiry

dengan model pembelajaranLC3E.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.


(44)

Keterangan:

1

R : kelompok eksperimen 1

2

R : kelompok eksperimen 2

1

X : model pembelajaranguided inquiry 2

X : model pembelajaran LC3E

1

O : nilai posttest pada kelompok eksperimen 1 O : nilai posttest pada kelompok eksperimen 2

1

R X1 O1

2

R X2 O2

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas XI SMA PGRI 2 Pringsewu pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 2 kelas.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Sampling Total. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 2 kelas diambil seluruhnya sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen 2.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk True

Experimental Design dengan tipePosttest-Only Control Design. Pada desain ini, terdapat posttest yang diberikan setelah diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(45)

(Sugiyono, 2010: 110-111)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaranguided inquirydan pembelajaranLC3E, sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar angket setelah proses pembelajaran untuk mengukur motivasi berprestasi dan soal uraian hasil belajar kognitif siswa pada saatposttest.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki


(46)

validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasiproduct momentyang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

(Arikunto, 2008: 72) Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 19.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlation

lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang


(47)

sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

i2= jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan meng-gunakan SPSS 19.0 dengan model yang diukur berdasarkan skala 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1.

reliabel.

2. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3.

reliabel. 4.


(48)

5.

reliabel

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil penyebaran angket setelah

pembelajaran berlangsung dan hasil posttest. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 1 Tabel 2, dan Tabel 3 sebagai lampiran.

Teknik non tes digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi

berprestasi siswa yaitu dengan menggunakan angket yang diberikan langsung kepada siswa yang terdiri dari 18 soal.

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2010: 199). Lembar angket motivasi siswa terdiri dari sejumlah pernyataan yang disesuiakan dengan aspek yang diukur.

Angket ini berbentuk angket skala Likert yang di dalamnya terdapat pilihan jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun kisi-kisi angket motivasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Motivasi Berprestasi

No Indikator Nomor Soal Jumlah


(49)

positif Negatif

1 Tekun menghadapi tugas 1,2,18 3, 4 2 Ulet dalam menghadapi

kesulitan 11,13 10,14 4

3 Lebih senang bekerja mandiri 6,8 15 3 4 Senang mencari dan

memecahkan masalah soal-soal 9,16 5 3

5 Menunjukkan minat terhadap

bermacam-macam masalah 4,7,12,17 4

Jumlah soal 18

Pemberian skor dengan ketentuan:

a. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju 5 = sangat setuju

b. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat setuju

2 = setuju 3 = ragu-ragu 4 = tidak setuju 5 = sangat tidak setuju

(Suhadi, 2008) Setelah penskoran dilakukan, kemudian menentukan katagorinya dengan ketentuan:

skor rata-rata 1,00-1,49 = tidak baik skor rata-rata 1,50-2,49 = kurang baik skor rata-rata 2,50-3,49 = cukup baik skor rata-rata 3,50-4,49 = baik, dan skor rata-rata 4,50-5,00 = sangat baik

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


(50)

Data diambil dari hasil belajar fisika siswa yang berupa posttest. Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka hasil belajar yang diperoleh dianalisis terlebih dahulu. Analisis hasil belajar dilakukan dengan menggunakan software SPSS 19.

Penilaian motivasi berprestasi dilakukan setelah proses pembelajaran menggunakan lembar angket. Proses analisis untuk data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

(b) Persentase hasil belajar siswa dihitung dengan rumus

Pengkategorian hasil belajar adalah sebagai berikut: 81 100 Sangat baik

61 80 Baik

41 60 Cukup

21 40 Kurang

<20 Sangat Kurang

(Muhibin Syah dalam Marnasusanti (2007: 9)

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis


(51)

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas).Independent Sample T Testdigunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquiry


(52)

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t 1

H : Ada perbedaan rata-rata rata motivasi berprestasi siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquiry

dengan model pembelajaranLC3E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

ditolak.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

diterima.

Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquiry

dengan model pembelajaranLC3E.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

Rumus perhitunganIndependent Sample T Testadalah sebagai berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat


(53)

kebebasan (df) = n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Kriteria pengujian

a. HO diterima jika -ttabel thitung ttabel

b. HO ditolak jika-thitung< -ttabel atau t hitung> ttabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka

O

H ditolak.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

diterima.

(Priyatno, 2010: 32-41)

2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney.


(54)

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

1

H : Ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

ditolak.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

diterima. Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.


(55)

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

ditolak.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO


(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaran Guided Inquirydengan model pembelajaranLC3E. Dengan rata-rata nilai motivasi berprestasi siswa pada kelasGuided inquiry

76,00 sedangkan pada kelasLC3E 59,20. Rata-rata nilai motivasi belajar siswa SMA PGRI 2 Pringsewu yang menggunakan model pembelajaran

guided inquirylebih tinggi dibandingkan yang menggunakanLC3E.

2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

Dengan rata-rata nilai hasil belajar pada kelas Guided Inquiry77,57 sedangkan pada kelasLC3E 62,52.Rata-rata nilai hasil belajar siswa SMA PGRI 2 Pringsewu yang menggunakan model pembelajaranguided inquirylebih tinggi dibandingkan yang menggunakanLC3E.


(57)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian menggunakan model pembelajaranguided inquiryagar dalam pelaksanaannya dilakukan secara tim agar pengelolaan waktu dan kelas dalam proses pembelajaran lebih terencana dan terorganisir dengan baik sehingga pembelajaran lebih maksimal. 2. Pemahaman tentang karakteristik siswa sudah lebih awal diketahui oleh

peneliti karena dalam pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan kegiataa percobaan, terkadang ada siswa yang masih tidak serius melakukan-nya. Oleh karena itu, perlu adanya stimulasi berupa ketegasan, perhatian dan pengawasan yang baik dari guru.


(58)

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Maslah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Konsep Belajar dan Mengajar ... 6

2. Motivasi Berprestasi ... 10

3. Hasil Belajar... 15

4. Guided Inquiry... 19

5. Learning Cycle 3E... 26

B. Kerangka Pemikiran ... 31

C. Hipotesis Umum... 34

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 35

B. Sampel Penelitian ... 35

C. Desain Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Analisis Instrumen ... 37

G. Teknik Pengumpulan Data... 39

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 66

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 76


(59)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Silabus ... 81

2. Rencana pelaksanaan pembelajaranGuided Inquiry ... 83

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran LC3E ... 91

4. Lembar kerja kelompokGuided Inquiry ... 98

5. Jawaban lembar kerja kelompokGuided Inquiry ... 107

6. Lembar kerja kelompok LC3E... 115

7. Jawaban lembar kerja kelompok LC3E ... 120

8. Angket ... 125

9. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ... 126

10. Kisi-kisi Tes Produk (A) ... 128

11. Kisi-kisi Tes Produk (B) ... 134

12. Rubrikasi Penilaian (LP) 1: Produk ... 139

13. Lembar Penilaian (LP) 2: Proses... 144

14. Lembar Penilaian (LP) 3: Psikomotor... 146

15. Soal Tes Hasil Belajar ... 149

16. Kunci (LP) 1A: Produk ... 152

17. Kunci (LP) 1B: Produk ... 153

18. Analisis Motivasi BerprestasiGuided Inquiry ... 157

19. Analisis Hasil BelajarGuided Inquiry... 159

20. Analisis Motivasi Berprestasi LC3E ... 161

21. Analisis Hasil Belajar LC3E ... 163

22. Data Validitas Soal Pilihan Jamak ... 165

23. Data Validitas Soal Uraian... 166

24. Hasil Uji Angket Motivasi Berprestasi Siswa ... 167

25. Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi Siswa ... 169

26. Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Jamak ... 174

27. Hasil Uji Validitas Soal Uraian... 176

28. Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Berprestasi... 177

29. Hasil Uji Reliabilitas Soal Pilihan Jamak ... 178

30. Hasil Uji Reliabilitas Soal Uraian ... 179

31. Hasil Uji Normalitas ... 180

32. Hasil Uji Independen Sample T-Test ... 181

33. Data Penilaian Keterampilan Sosial Pembelajaran LC3E ... 184

34. Data Penilaian Keterampilan Sosial Pembelajaran Guided Inquiry.... 185

35. Data Perilaku Karakter PembelajaranGuided Inquiry... 186


(1)

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

1

H : Ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO ditolak.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO diterima.

Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.


(2)

46 a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

ditolak.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO diterima.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan rata-rata motivasi berprestasi siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaran Guided Inquirydengan model pembelajaranLC3E. Dengan rata-rata nilai motivasi berprestasi siswa pada kelasGuided inquiry 76,00 sedangkan pada kelasLC3E 59,20. Rata-rata nilai motivasi belajar siswa SMA PGRI 2 Pringsewu yang menggunakan model pembelajaran guided inquirylebih tinggi dibandingkan yang menggunakanLC3E.

2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaranGuided Inquirydengan model pembelajaranLC3E. Dengan rata-rata nilai hasil belajar pada kelas Guided Inquiry77,57 sedangkan pada kelasLC3E 62,52.Rata-rata nilai hasil belajar siswa SMA PGRI 2 Pringsewu yang menggunakan model pembelajaranguided inquirylebih tinggi dibandingkan yang menggunakanLC3E.


(4)

48

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian menggunakan model pembelajaranguided inquiryagar dalam pelaksanaannya dilakukan secara tim agar pengelolaan waktu dan kelas dalam proses pembelajaran lebih terencana dan terorganisir dengan baik sehingga pembelajaran lebih maksimal. 2. Pemahaman tentang karakteristik siswa sudah lebih awal diketahui oleh

peneliti karena dalam pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan kegiataa percobaan, terkadang ada siswa yang masih tidak serius melakukan-nya. Oleh karena itu, perlu adanya stimulasi berupa ketegasan, perhatian dan pengawasan yang baik dari guru.


(5)

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Maslah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Konsep Belajar dan Mengajar ... 6

2. Motivasi Berprestasi ... 10

3. Hasil Belajar... 15

4. Guided Inquiry... 19

5. Learning Cycle 3E... 26

B. Kerangka Pemikiran ... 31

C. Hipotesis Umum... 34

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 35

B. Sampel Penelitian ... 35

C. Desain Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Analisis Instrumen ... 37

G. Teknik Pengumpulan Data... 39

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 66

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 76


(6)

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 81

2. Rencana pelaksanaan pembelajaranGuided Inquiry ... 83

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran LC3E ... 91

4. Lembar kerja kelompokGuided Inquiry ... 98

5. Jawaban lembar kerja kelompokGuided Inquiry ... 107

6. Lembar kerja kelompok LC3E... 115

7. Jawaban lembar kerja kelompok LC3E ... 120

8. Angket ... 125

9. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ... 126

10. Kisi-kisi Tes Produk (A) ... 128

11. Kisi-kisi Tes Produk (B) ... 134

12. Rubrikasi Penilaian (LP) 1: Produk ... 139

13. Lembar Penilaian (LP) 2: Proses... 144

14. Lembar Penilaian (LP) 3: Psikomotor... 146

15. Soal Tes Hasil Belajar ... 149

16. Kunci (LP) 1A: Produk ... 152

17. Kunci (LP) 1B: Produk ... 153

18. Analisis Motivasi BerprestasiGuided Inquiry ... 157

19. Analisis Hasil BelajarGuided Inquiry... 159

20. Analisis Motivasi Berprestasi LC3E ... 161

21. Analisis Hasil Belajar LC3E ... 163

22. Data Validitas Soal Pilihan Jamak ... 165

23. Data Validitas Soal Uraian... 166

24. Hasil Uji Angket Motivasi Berprestasi Siswa ... 167

25. Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi Siswa ... 169

26. Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Jamak ... 174

27. Hasil Uji Validitas Soal Uraian... 176

28. Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Berprestasi... 177

29. Hasil Uji Reliabilitas Soal Pilihan Jamak ... 178

30. Hasil Uji Reliabilitas Soal Uraian ... 179

31. Hasil Uji Normalitas ... 180

32. Hasil Uji Independen Sample T-Test ... 181

33. Data Penilaian Keterampilan Sosial Pembelajaran LC3E ... 184

34. Data Penilaian Keterampilan Sosial Pembelajaran Guided Inquiry.... 185

35. Data Perilaku Karakter PembelajaranGuided Inquiry... 186