PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE DISCOVERY-INQUIRY
ABSTRAK
PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE
DISCOVERY-INQUIRY
Oleh
Hanny Kruisdiarti
Pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa dan tidak lagi menempatkan guru sebagai sumber belajar. Sehingga, perlu implementasi berbagai inovasi
pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pendidikannya. Penelitian ini membandingkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran siklus belajar empiris induktif dengan pembelajaran modified free discovery-inquiry. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui, (1) perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara model siklus belajar empiris induktif dengan pembelajaran modified free discovery-inquiry; (2) perbedaan rata-rata hasil belajar antara model siklus belajar empiris induktif dengan pembelajaran modified free discovery-inquiry. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMP Negeri 3 Bandarlampung. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 3 Bandarlampung. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yang diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel yang diperoleh adalah kelas VIIIC
(2)
Hanny Kruisdiarti sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas VIIID sebagai kelompok eksperimen 2. Desain penelitian menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil belajar
menggunakan skor gain ternormalisasi, sedangkan data keterampilan berpikir kritis dianalisis menggukan persentase perolehan nilai. Pada pengujian hipotesis menggunakan uji Independent Sample T Test. Berdasarkan hasil tes, nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas siklus belajar empiris induktif
sebesar 66,26 dan pada kelas modified free discovery-inquiry sebesar 75,35. Untuk hasil belajar, kelas siklus belajar empiris induktif memperoleh rata-rata N-gain hasil belajar sebesar 0,67 dan kelas modified free discovery-inquiry
memperoleh rata-rata N-Gain hasil belajar sebesar 0,76. Dengan demikian, hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar pada kelas modified free discovery-inquiry lebih tinggi dibandingkan dengan kelas siklus belajar empiris induktif.
Kata kunci : keterampilan berpikir kritis, hasil belajar, model siklus belajar empiris induktif, dan pembelajaran modified free discovery-inquiry
(3)
PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE
DISCOVERY-INQUIRY
Oleh
Hanny Kruisdiarti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG 2013
(4)
Judul Skripsi : PERBANDINGAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE
DISCOVERY-INQUIRY Nama Mahasiswa : Hanny Kruisdiarti Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022048 Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc Dr. Undang Rosidin, M.Pd NIP 19580603 198303 1 002 NIP 19600301 198503 1 003
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si NIP 19671004 199303 1 004
(5)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. ...
Sekretaris : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Agus Suyatna, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
(6)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Hanny Kruisdiarti NPM : 0913022048 Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Jln. Pajajaran Gg. Belia 30A Jagabaya II Bandarlampung
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, April 2013 Yang Menyatakan,
Hanny Kruisdiarti NPM. 0913022048
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jalan Jenderal Sudirman Gg. Rahayu, Kotabumi, Lampung Utara pada Tanggal 02 Agustus 1991. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Parwoto dan Ibu Mursujiati.
Pendidikan yang penulis tempuh berawal dari Taman Kanak-kanak Xaverius Kotabumi diselesaikan pada tahun 1997, Sekolah Dasar di SD Xaverius Kotabumi diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 23 Bandarlampung diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Al Azhar 3 Bandarlampung diselesaikan pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan selama 40 hari dan pada tahun yang sama pula penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 3 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan selama 3 bulan.
(8)
MOTTO
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman : 3)
“Allah SWT itu dekat” (Hanny)
(9)
PERSEMBAHAN
Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:
1. Mama dan Papa tercinta yang telah membesarkan, mendidik, selalu mendoakan dan memberikan yang terbaik untuk menuju keberhasilanku.
2. Mas Eko Putranto dan Mbak Adriyani Meilani, Mbak Mutiarini dan Mas Hadi Prayitno serta adikku tersayang Muhammad Ridho atas motivasi, doa dan semangatnya.
3. Teman-teman Pendidikan Fisika Angkatan 2009 Kelas B.
(10)
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa antara Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif dengan Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Lampung.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus Pembahas atas saran dan kritik yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc selaku Pembimbing Akademik atas kesediaan dan keikhlasannya selama penyelesaian masa studi, bimbingan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
(11)
5. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritiknya selama proses penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen serta staf Jurusan Pendidikan MIPA.
7. Bapak Drs. Bahrunsyah, M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 3 Bandarlampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
8. Ibu Hj. Darmi Betty, S.Pd selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
9. Sahabat terbaik ‘Cawan’, Merta Dhewakusuma, Putri Deryati, Rina Kurnia Dewi, Galuh Utami, Citra Mutiara, Febrianti Manullang, dan Pramita Sylvia Dewi atas motivasi dan semangat yang diberikan.
10.Teman-teman seperjuangan selama kuliah, Desma, Vera, Dita, Anggit Chibi, Sofyan-bintang 4, Kadek, Soirwan, dan Ria.
11.Seluruh keluarga besar Pendidikan Fisika 2009 atas kerja sama dan kekompakannya.
12.Kakak tingkat angkatan 2008, 2007, dan 2006 atas bimbingannya serta adik-adik tingkat angkatan 2010, 2011, dan 2012.
13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Bandarlampung, April 2013 Penulis,
(12)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Model Siklus Belajar Empiris Induktif ... 6
2. Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry ... 10
3. Keterampilan Berpikir Kritis ... 13
4. Hasil Belajar ... 14
B. Kerangka Pemikiran ... 16
C. Hipotesis ... 18
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 19
B. Sampel Penelitian ... 19
C. Desain Penelitian ... 19
D. Variabel Penelitian ... 20
(13)
xiv
F. Analisis Instrumen ... 20
G. Teknik Pengumpulan Data ... 23
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 23
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30
B.Pembahasan ... 47
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 55
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Pemetaan SK dan KD ... 61
2 Silabus ... 65
3 RPP Siklus Belajar Empiris Induktif ... 68
4 RPP Modified Free Discovery-Inquiry ... 81
5 Kisi-Kisi Pretest dan Posttest ... 94
6 Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis ... 100
7 Rubrik Penilaian Hasil Belajar ... 101
8 Lembar Pretest dan Posttest ... 102
9 Lembar Kerja Kelompok ... 107
10 Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 134
11 Data Hasil Uji Coba Soal ... 144
12 Hasil Uji Validitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 146
13 Hasil Uji Validitas Soal Hasil Belajar ... 147
14 Hasil Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 148
15 Hasil Uji Reliabilitas Soal Hasil Belajar ... 149
16 Analisis KBK Kelas Siklus Belajar Empiris Induktif ... 150
17 Analisis KBK Kelas Modified Free Discovery-Inquiry ... 151
(14)
xv
19 Analisis Hasil Belajar Kelas Modified Free Discovery-Inquiry ... 153
20 Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berpikir Kritis ... 154
21 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar ... 155
22 Hasil Uji Independent Sample T Test pada KBK siswa ... 156
(15)
xvi DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahapan Siklus Belajar Empiris Induktif ... 8
2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry ... 12
3.1. Indeks Reliabilitas ... 23
4.1 Hasil Uji Validitas Soal ... 41
4.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 41
4.3 Perolehan Skor KBK Siswa ... 43
4.4 Hasil Uji Normalitas Skor KBK ... 43
4.5 Hasil Uji Perbedaan KBK Siswa ... 44
4.6 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa ... 45
4.7 Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Hasil Belajar ... 45
(16)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram Kerangka Pemikiran ... 18
3.1 Desain Eksperimen One-Group Pretest-Posttest ... 20
4.1 Grafik Nilai Rata-Rata KBK per kelas eksperimen ... 48
(17)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Bandarlampung masih belum menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru berperan sebagai sumber belajar sekaligus pusat dari keseluruhan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 3 Bandarlampung, diketahui bahwa semua guru IPA di sekolah tersebut berlatar belakang pendidikan biologi. Guru merasa agak kesulitan ketika mengajarkan materi di luar bidang mereka khususnya fisika. Pada penerapannya guru cenderung melakukan pembelajaran langsung untuk materi fisika atau bahkan melewatkan beberapa materi yang kurang dipahami. Idealnya, pembelajaran fisika disampaikan secara utuh untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Salah satu kecakapan yang penting untuk dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir kritis. Kecakapan-kecakapan seperti kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan mengenali asumsi-asumsi, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan merupakan bagian dari keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis dapat membantu siswa
(18)
2 kemampuan analisis yang baik untuk memahami secara mendalam konsep dan aplikasi konsep yang disampaikan guru.
Pada usaha penyusunan kegiatan pembelajaran, sebaiknya merancang
pembelajaran yang melibatkan siswa sebagai pusat belajar dan guru berperan hanya sebagai fasilitator. Untuk membentuk kondisi kelas yang
membangkitkan motivasi belajar siswa, menyenangkan dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa sehingga meningkatkan pencapaian hasil belajar, dapat digunakan beberapa inovasi pembelajaran yang telah ada. Model yang dapat digunakan adalah model yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Pembelajaran siklus belajar empiris induktif (SBEI) merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berlandaskan paradigma konstruktivistik. Proses mengajar menjadi kegiatan untuk membangun pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Pada model ini, siswa melalui tiga fase pembelajaran, seperti eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. SBEI dilakukan melalui tahapan-tahapan observasi atau pengamatan langsung secara sistematis. Sehingga, keterampilan berpikir kritis dapat terasah dan diharapkan dapat membangkitkan hasil belajar siswa.
Selain SBEI ada juga pembelajaran modified free discovery inquiry (MFDI) yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah. Pada pembelajaran ini, guru hanya membimbing sedikit dalam proses pemecahan masalah. Siswa sendiri yang melakukan eksperimen hingga penulisan laporan. Guru hanya
(19)
3 bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali keterampilan berpikir kritis yang diharapkan dapat memengaruhi hasil belajar siswa.
Bedasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika antara Model Siklus Belajar Empiris Induktif dengan Pembelajaran Modified Free Discovery Inquiry”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
(1) Adakah perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI?
(2) Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
(1) perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI
(2) perbedaan rata-rata hasil belajar antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI
(20)
4 D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : (1) Dapat dijadikan referensi bagi guru untuk memvariasikan penyajian
materi guna meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa.
(2) Dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan hasil belajar.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Model SBEI. Model ini adalah proses pembelajaran secara sistematis melalui tahapan-tahapan berdasarkan obervasi atau pengamatan langsung dengan fase pembelajaran (a) eksplorasi, (b) pengenalan konsep, dan (c) aplikasi konsep
(2) Model pembelajaran MFDI. Model ini diartikan sebagai pembelajaran yang menuntut siswa untuk menjawab suatu permasalahan melalui pengamatan ataupun eksperimen atas inisiatif sendiri, dengan sintaks pembelajarannya antara lain, (a) perumusan masalah, (b) perumusan hipotesis, (c) pengumpulan data, (d) pengolahan data, (e) penyajian kesimpulan, dan (f) pembuatan laporan
(3) Keterampilan berpikir kritis didefinisikan sebagai keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan.
(21)
5 (4) Hasil belajar dibatasi pada ranah kognitif. Hasil belajar ini didefinisikan
sebagai representasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan (5) Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 3 Bandarlampung
tahun ajaran 2012/2013
(6) Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Gaya (7) Penelitian ini membandingkan antara model SBEI dengan pembelajaran
(22)
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoretis
1. Model Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)
SBEI merupakan salah satu dari tiga macam model siklus belajar. Adapun model siklus belajar termasuk ke dalam pendekatan konstruktivistik karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pemahamannya.
Menurut Lawson dalam Adnyana (2011:1) mengemukakan macam-macam siklus belajar ditinjau dari segi penalarannya sebagai berikut :
a. Siklus belajar deskriptif menghendaki pola-pola deskriptif, seperti seriasi, klasifikasi, dan konservasi.
b. Siklus belajar hipotesis-deduktif menghendaki pola-pola tingkat tinggi, seperti mengendalikan variabel, penalaran korelasional, dan penalaran hipotetis-deduktif.
c. Siklus belajar empiris-induktif bersifat intermediet, yakni penggabungan antara pola-pola deskriptif dan tingkat tinggi.
SBEI diartikan sebagai proses pembelajaran secara sistematis melalui tahapan-tahapan berdasarkan obervasi atau pengamatan langsung. Siswa dituntut dapat menjelaskan fenomena dan mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan bimbingan dari guru sebagai fasilitator. Observasi yang dilakukan melalui beberapa fase, antara lain fase eksplorasi, fase
(23)
7 1. Fase Eksplorasi
Pada fase eksplorasi, siswa belajar melalui tindakan-tindakan dan
reaksi-reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Dalam fase ini, mereka sering kali
mengeksplorasi fenomena baru dengan tuntunan minimal. Fenoma baru ini
harus memunculkan pertanyaan-pertanyaan atau kekompleksan yang tidak
dapat dipecahkan dengan konsepsi mereka yang ada atau pola-pola berpikir
yang sudah biasa.
Adnyana (2011: 1) berpendapat mengenai fase eksplorasi dalam SBEI,
sebagai berikut :
Serangkaian kegiatan belajar yang dapat dilakukan siswa pada fase eksplorasi, seperti: melakukan pengamatan (observasi), membaca uraian, membaca dan menganalisa artikel, membaca tabel dan berdiskusi.
Berdasarkan pendapat Adnyana, pengamatan (observasi) pada tahap
eksplorasi mengharapkan siswa agar mampu menetapkan
hubungan-hubungan, mengamati pola, dan bertanya tentang suatu peristiwa. Adapun
diskusi dilakukan agar dapat terlihat pengetahuan yang dimiliki siswa
apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian
benar. Guru sebagai fasilitator siap membantu siswa dalam usaha
mengumpulkan fakta-fakta.
2. Fase Pengenalan Konsep
Pada tahap ini siswa memperoleh istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.
Menurut Yasin (2009), “fase ini dimulai oleh guru dengan pengenalan istilah baru yang digunakan untuk menamakan pola yang ditemukan selama
eksplorasi”. Pada tahap ini siswa diberi paparan untuk memperkenalkan konsep inti pelajaran yang dikaitkan langsung dengan fase eksplorasi. Siswa
(24)
8 mendapatkan penjelasan tentang konsep yang ditemukan dan memperoleh
informasi yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari dengan
kehidupan sehari-hari. Uraian pengayaan diarahkan untuk menyamakan
presepsi, definisi atau hubungan antarkonsep.
3. Fase Aplikasi Konsep
Pada fase ini, menurut Yasin (2009) siswa diberi kesempatan untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru serta memahami
hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep-konsep lain. Siswa
diberi kegiatan yang dapat memperkuat dan memperluas konsep yang telah
dipelajari. Kegiatan yang dilakukan bisa dengan mengaitkan konsep yang
diperoleh dengan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Secara lebih lanjut tahapan pembelajaran dengan model SBEI dijabarkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tahapan SBEI
Indikator
Tahapan Eksplorasi Pengenalan
Konsep Aplikasi Konsep Guru Mengidentifikasi konsep yang akan diajarkan. Guru berposisi sebagai katalis atau fasilitator. Membantu siswa mengembangkan konsep dengan cara menghubungkan konsep yang diperoleh melalui eksplorasi dengan membimbing siswa pada pemahaman konsep baru yang bermakna. Cara yang dapat
Mendukung siswa untuk menguji kemampuannya dalam menerapkan konsep pada situasi yang baru. Guru berposisi sebagai mentor.
(25)
9 dilakukan yakni dengan mengembangkan strategi bertanya. Siswa Memulai mengenal materi baru atau fenomena baru dengan bimbingan minimal dimana fenomena yang disajikan menantang struktur mental siswa. Mencoba memahami konsep baru dan berdiskusi dalam hal yang berkaitan dengan fenomena pada tahap eksplorasi Memperoleh penguatan pada perkembangan struktur mental yang baru.
(Samsudin, 2012: 27)
Pengamatan-pengamatan yang dilakukan pada SBEI bersifat deskriptif dan ada usaha untuk melahirkan jawaban atau dugaan sementara untuk menjelaskan hasil pengamatannya. Dengan kata lain, pembelajaran ini mengemukakan sebab dan menguji sebab itu, sehingga disebut empiris induktif.
Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan pada model SBEI. Yasin (2007) mengemukakan beberapa keunggulan model SBEI, antara lain :
1) Bagi Siswa
(a) Pembelajaran berpusat pada siswa sehingga lebih terkondisi
(b) Siswa dapat mengeksplorasi pengetahuannya selama pembelajaran
(c) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat (d) Pemahaman konsep siswa akan lebih baik dengan
melalui percobaan
(e) Siswa mendapatkan pengalaman belajar 2) Bagi Guru
(a) Guru berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran (b) Untuk mengenalkan konsep baru, guru hanya
mengarahkan saja berdasarkan konsep yang dieksplorasi oleh siswa
(26)
10 (c) Memudahkan pengkonstruksian suatu konsep sehingga
terjadi asimilasi berdasarkan percobaan
(d) Selama proses pembelajaran terjadi dialog interaktif sehingga semua siswa terlibat langsung dan aktif Beberapa keunggulan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, siswa cenderung dapat mengeksplorasi pengetahuan, memahami konsep lebih baik, dan memperoleh pengalaman belajar. Sedangkan manfaat lain, guru cenderung berfungsi sebagai fasilitator, pengkonstruksian konsep lebih mudah, dan terjadi dialog interaktif di kelas.
2. Pembelajaran Modified Free Discovery Inquiry (MFDI)
Pembelajaran inkuiri terdiri dari tiga jenis model pembelajaran yaitu, inkuiri terbimbing, inkuiri bebas dan inkuiri bebas termodifikasi. Dimana inkuiri bebas termodifikasi merupakan gabungan dari inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Al-Hafizh (2012: 1) mengemukakan bahwa :
Model pembelajaran Inquiry (inkuiri) ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua model pembelajaran Inquiry (inkuiri) sebelumnya, yaitu: model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran inkuiri bebas. Meskipun begitu
permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada.
Pembelajaran MFDI atau discovery-inquiry bebas yang termodifikasi merupakan jenis discovery-inquiry dimana guru hanya memberikan suatu masalah saja, siswa dituntut untuk menjawab permasalahan tersebut melalui pengamatan ataupun eksperimen atas inisiatif sendiri. Menurut pendapat Amin dalam Rijal (2011:1) :
(27)
11 Model pembelajaran discovery-inquiry bebas termodifikasi
merupakan suatu kegiatan discovery-inquiry bebas tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru. Pada pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus di dorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan.
Dalam pembelajaran ini, guru berperan sebagai pendorong, narasumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa. Guru memfasilitasi siswa untuk bereksperimen dan berdiskusi menjawab permasalahan yang diberikan.
Sintaks pembelajaran MFDI secara umum menurut Hermawan (2009: 1) yaitu:
(1)Perumusan masalah (2)Merumuskan hipotesis
(3)Pengumpulan data eksperimen (4)Mengolah data eksperimen (5)Membuat kesimpulan
(6)Mengkomunikasikan dalam bentuk laporan
MFDI menekankan kegiatan-kegiatan belajar siswa terutama dengan eksplorasi, merancang dan melaksanakan eksperimen. Guru hanya menyediakan alat dan bahan untuk kebutuhan siswa dalam melaksanakan eksperimen dan memberikan sedikit bantuan kepada siswa jika diperlukan. Pada waktu siswa melakukan proses belajarnya untuk mencari pemecahan atau jawaban masalah itu, bantuan yang diberikan guru ialah teknik pertanyaan-pertanyaan, bukan berupa penjelasan. Ini dimaksudkan agar siswa tetap dirangsang berpikir untuk mencari dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Menurut Herdian (2010: 1) menjelaskan bahwa :
(28)
12 Dalam inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran MFDI lebih khusus dijelaskan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran MFDI
No Langkah Pokok Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Perumusan masalah -Menjelaskan metode inquiri
-Menyajikan situasi problematika dengann pertanyaan, mengajukan persoalan
- Mendengarkan dan mengikuti prosedur - Siswa mengidentifikasi masalah untuk merumuskan hipotesa - Siswa diminta
memecahkan problem tersebut melalui prosedur eksperimen
2. Merumuskan hipotesa
-Membimbing dan memacu siswa dalam merumuskan hipotesa -Menjelaskan tujuan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan
- Merumuskan hipotesa
- Siswa menuliskan tujuan dari
eksperimen yang akan dilakukan
3. Pengumpulan data eksperimen
-Memberi alat dan bahan -Memberi pengarahan
berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan suatu problem
-Meminta siswa membuat langkah-langkah eksperimen sendiri/mencari pada sumber bacaan sendiri -Meminta siswa untuk
- Mengambil data dan memeriksanya - Mencari dasar teori
pada buku sumber - Membuat langkah- langkah/prosedur eksperrimen - Melakukan
kegiatan sesuai prosedur yang telah dibuat sendiri - Merangkai alat
sendiri
(29)
13 melakukan eksperimen
sendiri
-Sebagai teman siswa sebagai narasumber
4. Mengolah data eksperimen
-Mengawali proses pengolahan data
-Menjawab kemungkinan ada pertanyaan dari siswa
- Mengolah data hasil eksperimen - Berdiskusi
5. Membuat kesimpulan
-Sebagai pengamat - Membuat kesimpulan
6. Mengkomunikasikan dalam bentuk laporan
-Meminta siswa untuk membuat laporan hasil kegiatannya
- Menyusun laporan hasil kegiatan
(Hermawan, 2009)
3. Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esenssial dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan. Seperti diungkapkan oleh Achmad (2007) bahwa berpikir kritis telah dikemukakan oleh banyak ahli dan dijadikan tujuan pokok dalam pendidikan. Proses berpikir kritis langsung kepada fokus dari tujuan sehingga dapat disebut kegiatan berpikir tingkat tinggi. Sebagaimana pendapat Agustinus (2007) bahwa kemampuan dalam berpikir kritis dapat dengan tepat menentukan keterkaitan antara satu dan lain hal dengan lebih akurat.
Sesuai dengan pendapat Anggelo dalam Achmad (2007:1) :
berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi
(30)
14 Keterampilan berpikir kritis disimpulkan oleh Yuniar (2007) sebagai keterampilan berpikir yang memadukan proses kognitif serta mengajak siswa untuk berpikir reflektif dalam proses pemecahan masalah. Tujuan dari berpikir kritis adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menganalisis berbagai informasi yang diperoleh berdasarkan observasi maupun pengalaman.
Menurut Ennis seperti dikutip oleh Yuniar (2007: 1) bahwa :
Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu :
(1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) (2) Membangun keterampilan dasar (basic support)
(3) Menyimpulkan (interference)
(4) Memberi penjelasan lebih lanjut (advanced clarification) (5) Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics)
Morgan dalam Solo (2011) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis Antar-Universitas (Intercollege Committee on Critical Thinking) yang terdiri atas: (1) kemampuan
mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.
4. Hasil Belajar
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.
Sebagaimana pendapat Djamarah dan Zain (2006:1) bahwa interaksi antara guru dengan anak didik pada kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk
(31)
15 mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan
pembelajaran sesungguhnya adalah sejauh mana tingkat keberhasilan belajar yang diperoleh siswa. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah representasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006 : 107) sebagai berikut :
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa dengan kemampuan analisis mampu memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi gagasan-gagasan untuk
dikonstruk. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002 : 19) :
Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.
Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 26) :
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
(32)
16 2. Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima, merespon, Menghargai, mengorganisasikan dan karakterisasi menurut nilai. 3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu, hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.
B. Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model SBEI (X1) dengan pembelajaran MFDI (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis (Y1) dan hasil belajar (Y2). Dalam penelitian ini ada dua keterampilan berpikir kritis dan dua hasil belajar yang diukur yaitu keterampilan berpikir kritis pada model SBEI dan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran MFDI, serta hasil belajar pada model SBEI dan hasil belajar pada pembelajaran MFDI, kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Keterampilan berpikir kritis memerlukan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) dan memberi kesempatan bagi siswa untuk
(33)
17 mengemukakan gagasan-gagasan untuk menjawab permasalahan. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menggali keterampilan berpikir kritis siswa secara efektif. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya senantiasa merangsang siswa untuk berpikir kritis sehingga turut meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Kedua pembelajaran yang digunakan merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Kedua model pembelajaran
memiliki kesamaan karakterisitik yaitu menyajikan masalah untuk kemudian diselesaikan melalui observasi berupa demonstrasi atau eksperimen.
Pada model SBEI, siswa memperoleh kesempatan untuk berdiskusi dengan bimbingan secara langsung dari guru sebagai fasilitator agar dapat
menjelaskan fenomena yang disajikan. Proses pembelajaran dilalui secara sistematis berdasarkan observasi atau pengamatan. Sedangkan pada
pembelajaran MFDI, dalam pelaksanaan eksperimen guru hanya menyediakan alat dan bahan. Guru hanya memberikan bantuan seminimal mungkin dalam proses pemecahan masalah.
Berdasarkan keterangan di atas, pembelajaran MFDI cenderung
mengakibatkan lebih baik daripada model SBEI karena guru memberikan bantuan secara tidak langsung pada siswa. Bimbingan yang diberikan guru berupa contoh-contoh yang relevan atau dalam bentuk teknik-teknik pertanyaan agar siswa dirangsang untuk dapat berpikir kritis. Dengan
(34)
18 demikian, siswa cenderung untuk mencari dan menemukan cara penelitian yang tepat atas hasil pemikirannya sendiri dalam proses pemecahan masalah. Sedangkan pada pembelajaran SBEI, siswa kurang kecenderungannya untuk mengemukakan pertanyaan berdasarkan hasil pemikirannya.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran MFDI lebih baik dalam merangsang berpikir kritis siswa sehingga hasil belajar pun dapat ditingkatkan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran.
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.
2. Hipotesis Kedua
Rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.
X1
X2
dibandingkan Y2
(35)
19
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Bandarlampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 7 kelas berjumlah 251 siswa.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik ini digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa tidak ada kelas unggulan di sekolah tersebut. Kemampuan siswa tersebar secara merata pada tiap kelas, sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 7 kelas diambil 2 kelas secara acak sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas VIIIB kelas eksperimen 1 dan kelas VIIIC sebagai kelas eksperimen 2.
C. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk
Pre-Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi
(36)
20
Keterangan:
O1 : nilai pretest O2 : nilai posttest
1
X : model SBEI
2
X : pembelajaran MFDI
1
O X1 O2
1
O X2 O2
perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain eksperimen One Group Pretest-Posttest Design
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model SBEI (X1) dan pembelajaran MFDI (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah
keterampilan berpikir kritis (Y1) dan hasil belajar (Y2).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah soal uraian terdiri dari 5 soal esai untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dan 5 soal esai untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa pada saat pretest dan posttest.
F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
(37)
21 1. Uji Validitas
Validitas menunjuk pada sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation
(38)
22 lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construct yang kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika instrumen itu dapat memberikan hasil yang tetap. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk
menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
∑
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 = varians total
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan model Cronbach’s Alpha yang diukur berdasarkan skala Cronbach’s Alpha 0 sampai 1.
Instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterpretasikan sebagai berikut:
(39)
23 Tabel 3.1. Indeks Reliabilitas
No. Indeks Reliabilitas Kriteria 1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi 2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Sedang 4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah
Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil pretest sebelum dilakukan perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data
1.1Analisis Data Hasil Belajar
Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor postest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah
(40)
24
Keterangan: g = N-Gain Spre = Skor pretest Spost = Skor posttest Smax = Skor maksimum
1.2Analisis Data Keterampilan Berpikir Kritis
Data keterampilan berpikir kritis yang diperoleh berupa nilai pretest dan posttest. Nilai pretest dan posttest siswa digunakan untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis sebelum dan setelah diberi perlakuan. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran diberikan dan nilai posttest diambil setelah pembelajaran dilaksanakan. Adapun teknik penskoran nilai yaitu :
Keterangan :
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut
2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
pre pre post
S
S
S
S
g
(41)
25 Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
O
H : data terdistribusi secara normal
1
H : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.
2. Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.
1) Independent Sample T Test
Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Pengujian dilakukan menggunakan SPSS 17.0.
(42)
26 Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.
1
H : Ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
Hipotesis Kedua O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.
1
H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada
pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.
(43)
27 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t
Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut :
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Kriteria pengujian
(1) HO diterima jika -t tabel t hitung t tabel
(2) HO ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
Jika data tidak terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik non parametrik tes.
2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)
(44)
28 menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan
menggunakan Uji Mann-Whitney.
Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.
1
H : Ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
Hipotesis Kedua O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.
1
H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada
pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.
(45)
29 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
(46)
55
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara
pembelajaran MFDI dengan SBEI. Data kuantitatif yang diperoleh mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.
2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran MFDI dengan model pembelajaran SBEI. Berdasarkan data kuantitaif yang diperoleh dapat dikemukakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.
B. Saran
Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran MFDI dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di
sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis siswa.
(47)
56 2. Pada pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan
indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis dan mampu mengelola kelas dengan baik sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik. 3. Agar pelaksanaan pembelajaran MFDI dapat berjalan dengan baik, guru
harus mempersiapkan secara matang baik mental dan pengetahuan maupun peralatan yang akan digunakan, serta kondisi siswa. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.
4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses
pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keterampilan berpikir kritis siswa hingga mampu meningkatkan hasil belajar.
5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh guru agar mampu memberikan kontribusi yang positif bagi proses pembelajaran. Sehingga, keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arief. 2007. Artikel: Memahami Berpikir Kritis. Bandung. http://re-searchengines.com/1007arief3.html. Diakses 30 Oktober 2012 (18:33 WIB) Adnyana, Gede Putra. 2011. Model Siklus Belajar (Learning Cycle).
http://www.psb-psma.org/content/blog/3927-model-siklus-belajar-learning-cycle. Diakses 4 Desember 2012 (19.05 WIB)
Agustinus, Setiono. 2007. Berpikir Kritis. http://agustinussetiono.wordpress.com /2007/09/25/berpikir-kritis/. Diakses 31 Oktober 2012 (17.28 WIB) Al-Hafizh, Mushlihin. 2012. Model Pembelajaran Inquiry (Inkuiri).
http://www.referensimakalah.com/2012/10/model-pembelajaran-inquiry-inkuiri.html. Diakses 6 Desember 2012 (20.41 WIB)
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Herdian. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri. http://herdy07.wordpress.com/2010/ 05/27/model-pembelajaran-inkuiri/. Diakses 6 Desember 2012 (21.10 WIB) Hermawan, Hendrik. 2009. “Penggunaan Metode Guided dan Modified Discovery
- Inquiry terhadap Ketrampilan Psikomotorik Siswa Ditinjau dari Kecerdasan Emosi (EQ). (Studi Kasus Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VII Mts Darul Huda Ponorogo Pada Materi Kinematika Gerak Lurus Tahun Pelajaran 2008 / 2009)”. Skripsi.Universitas Negeri Sebelas Maret. http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=4790.
(49)
Hirawan, I Kadek Adi. 2009. Model Siklus Belajar (Learning Cycle).
http://www.scribd.com/doc/16315603/Model-Siklus-Belajar. Diakses 10 Desember 2012 (22.12 WIB)
Karim, Saeful. Ida Kaniawati. Yuli Nurul Fauziah. Wahyu Sopandi. 2008. Belajar IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Krisno, H. Moch. Agus. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam : SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kusumah, Wijaya. 2008. Model-Model Pembelajaran. http://wijayalabs. multiply.com Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012 (19.00 WIB) Novianti, Devi Sri. 2008. “Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar Tipe
Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_040208_chapter2.pdf. Diakses 31 Oktober 2012 (19.05 WIB)
Pratiwi, Rinie. Nur Kuswanti. Rahardjo. Yuni Sri Rahayu. Muhammad Amin. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusatr Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rijal, Resolusi. 2011. Pembelajaran Discovery-Inquiry. http://resolusirijal. blogspot.com. Diakses 30 Oktober 2012 (19:44 WIB)
Samsudin, Achmad. 2012. Model-Model Pembelajaran. http://file.upi.edu/Direk-tori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SAMSUDIN/BPF/ MODEL-MODEL_PEMBELAJARANx.pdf. Diakses 10 Desember 2012 (21.14 WIB)
Setiyani, Hesti. 2011. “Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Cooperative Learning Type Think Pair Share dan Group Investigation (GI)”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung
Sudrajat, Akhmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri. http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2011/09/12/pembelajaran-inkuiri/. Diakses 10 Desember 2012 (20.33 WIB)
Solo, Wong. 2011. Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Solo. http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/ 2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran. Diakses 30 Oktober 2012. (20.32 WIB)
(50)
Wasis. Sugeng Yuli Irianto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 2. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yasin, Ahmad. 2009. Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Kimia Melalui Model Learning Cycle.
http://fikriam.blogspot.com/ Diakses 6 Desember 2012 (20.03 WIB) Yuniar, Ratna. 2007. Keterampilan Berpikir Kritis.
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/keterampilan-berpikir-kritis.html. Diakses 30 Oktober 2012 (20.10 WIB)
(1)
29 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
(2)
55
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara
pembelajaran MFDI dengan SBEI. Data kuantitatif yang diperoleh mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI. 2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran
MFDI dengan model pembelajaran SBEI. Berdasarkan data kuantitaif yang diperoleh dapat dikemukakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.
B. Saran
Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran MFDI dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di
sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis siswa.
(3)
56 2. Pada pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan
indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis dan mampu mengelola kelas dengan baik sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik. 3. Agar pelaksanaan pembelajaran MFDI dapat berjalan dengan baik, guru
harus mempersiapkan secara matang baik mental dan pengetahuan maupun peralatan yang akan digunakan, serta kondisi siswa. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik. 4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh
proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keterampilan berpikir kritis siswa hingga mampu meningkatkan hasil belajar.
5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh guru agar mampu memberikan kontribusi yang positif bagi proses pembelajaran. Sehingga, keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arief. 2007. Artikel: Memahami Berpikir Kritis. Bandung. http://re-searchengines.com/1007arief3.html. Diakses 30 Oktober 2012 (18:33 WIB) Adnyana, Gede Putra. 2011. Model Siklus Belajar (Learning Cycle).
http://www.psb-psma.org/content/blog/3927-model-siklus-belajar-learning-cycle. Diakses 4 Desember 2012 (19.05 WIB)
Agustinus, Setiono. 2007. Berpikir Kritis. http://agustinussetiono.wordpress.com /2007/09/25/berpikir-kritis/. Diakses 31 Oktober 2012 (17.28 WIB) Al-Hafizh, Mushlihin. 2012. Model Pembelajaran Inquiry (Inkuiri).
http://www.referensimakalah.com/2012/10/model-pembelajaran-inquiry-inkuiri.html. Diakses 6 Desember 2012 (20.41 WIB)
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Herdian. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri. http://herdy07.wordpress.com/2010/ 05/27/model-pembelajaran-inkuiri/. Diakses 6 Desember 2012 (21.10 WIB)
Hermawan, Hendrik. 2009. “Penggunaan Metode Guided dan Modified Discovery - Inquiry terhadap Ketrampilan Psikomotorik Siswa Ditinjau dari Kecerdasan Emosi (EQ). (Studi Kasus Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VII Mts Darul Huda Ponorogo Pada Materi Kinematika Gerak Lurus Tahun Pelajaran 2008 / 2009)”. Skripsi.Universitas Negeri Sebelas Maret. http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=4790.
(5)
Hirawan, I Kadek Adi. 2009. Model Siklus Belajar (Learning Cycle).
http://www.scribd.com/doc/16315603/Model-Siklus-Belajar. Diakses 10 Desember 2012 (22.12 WIB)
Karim, Saeful. Ida Kaniawati. Yuli Nurul Fauziah. Wahyu Sopandi. 2008. Belajar IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Krisno, H. Moch. Agus. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam : SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kusumah, Wijaya. 2008. Model-Model Pembelajaran. http://wijayalabs. multiply.com Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012 (19.00 WIB)
Novianti, Devi Sri. 2008. “Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar Tipe
Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa”. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_040208_chapter2.pdf. Diakses 31 Oktober 2012 (19.05 WIB)
Pratiwi, Rinie. Nur Kuswanti. Rahardjo. Yuni Sri Rahayu. Muhammad Amin. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusatr Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rijal, Resolusi. 2011. Pembelajaran Discovery-Inquiry. http://resolusirijal. blogspot.com. Diakses 30 Oktober 2012 (19:44 WIB)
Samsudin, Achmad. 2012. Model-Model Pembelajaran. http://file.upi.edu/Direk-tori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SAMSUDIN/BPF/ MODEL-MODEL_PEMBELAJARANx.pdf. Diakses 10 Desember 2012 (21.14 WIB)
Setiyani, Hesti. 2011. “Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa dengan Metode Cooperative Learning Type Think Pair
Share dan Group Investigation (GI)”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung
Sudrajat, Akhmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri. http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2011/09/12/pembelajaran-inkuiri/. Diakses 10 Desember 2012 (20.33 WIB)
Solo, Wong. 2011. Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Solo. http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/ 2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran. Diakses 30 Oktober 2012. (20.32 WIB)
(6)
Wasis. Sugeng Yuli Irianto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 2. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yasin, Ahmad. 2009. Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Kimia Melalui Model Learning Cycle.
http://fikriam.blogspot.com/ Diakses 6 Desember 2012 (20.03 WIB) Yuniar, Ratna. 2007. Keterampilan Berpikir Kritis.
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/keterampilan-berpikir-kritis.html. Diakses 30 Oktober 2012 (20.10 WIB)