Penelitian Terdahulu PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS PARTAI POLITIK (Kajian pada Pengelolaan Keuangan, Kelembagaan,dan Sistem Pengkaderan Partai Politik PDIP, Golkar, Demokrat, Gerindra di Propinsi Bali).

PKS. Lebih lanjut studi ini juga mengeksplorasi sumber-sumber keuangan dari sumbangan para donator seperti teman, rekan kerja, saudara dan lain-lain yang hampir sebagian partai yang disebutkan di atas tersebut tidak dimasukan dalam laporan keuangan, dengan alasan sebagai uang sukarela.Sehingga laporan keuangan yang dibuat terkesan fiktif tidak dijelaskan kenyataan yang sesungguhnya. Hasil kajian ini juga menjelaskan bahwahampir sebagian besar partai politik tidak tertib dari awal proses pengelolaan keuangan dan tidak mematuhi aturan dan kelayakan laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye LPPDK. Dan penyusunan laporan keuangan partai politik di Banten hanya dilakukan oleh calon legislative seorang dari partai tersebut, disusun secara tidak benar dan tidak layak berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku berbasis moral hazard dan ini menunjukkan adanya akuntabilitas keuangan masih sangat rendah. Masiyah Kholmi 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Presepsi Pengurus Partai terhadap Akuntabilitas Keuangan Partai Politik di Kota Malang .Dengan menggunakan metode kuantitatif dengan mengambil populasi pengurus partai DPD Kabupaten Jombang dan sample dari tujuh besar partai politik ynag terpilih sebagaipeserta pemilu 2009 yaitu Demokrat,PDIP, Golkar,PKS,PAN, PKB dan PPP. Dari hasil kajiannya disimpulkan bahwa pengurus partai politik sependapat untuk menerapkan tiga kategori akuntabilitas dalam mengelola organisasi partai, yaitu akuntabilitas keuangan tahunan, akuntabilitas keuangan dana kampanye dan akuntabilitas politik keuangan dana bantuan APBD. Sebagian besar responden menjawab sangat setuju 47,26 dan setuju 43,24 adanya akuntabilitas keuangan partai politik. Namun demikian, masih terdapat pengurus partai sangat tidak setuju 2,31 atas akuntabilitas keuangan partai politik, dan sangat tidak setuju jika partai melakukan penyusunan program dan rencana keuangan. Partai membuat rekening atas nama partai masing-masing prosentase jawaban respondent 17,65. Penelitian yang sejenis tetapi berbeda dalam penggunaan framework nya dengan kajian penulis yakni diteliti oleh Emmy Hafidz bersama Internasional Transparancy Indonesia tahun 2008 dengan judul Laporan hasil Pengukuran Tingkat Transparansi Pendanaan Partai Politik di Tingkat Dewan Pimpinan Pusat . Dengan metode kuantitatif melalui pendekatan survey dan penggunaan questioner dari 9 partai di parlemen pusat, 5 partai sangat kooperatif terhadap survey yakni Gerindra, PAN, PDIP, PKB, dan Hanura. 1 partai kooperatif yaitu PPP, 2 partai kurang kooperatif, PKS dan Demokrat dan 1 partai tidak kooperatif yaitu Golkar. Dari 5 partai yang disurvey, terdapat 3 diantaranya sudah transparan dengan score di atas, 3,00 Partai Gerindra, PAN, dan PDIP, 2 partai yang lain PKB dan Hanura belum transparan. Dalam hal informasi yang wajib tersedia, rata-rata partai politik belum transparan. Dalam hal informasi yang wajib dipublikasikan, hanya 2 partai Gerindra dan Pan yang sudah transparan. Dalam hal informasi yang wajib dilaporkan kepada pemerintah, semua partai memiliki tingkat transparansi yang baik. Sedangkan penelitian mengenai ruang partisipasi untuk masyarakat dalam partai politik saat ini masih relatif sedikit. Baharuddin 2009 dalam penelitiannya: Optimalisasi Peran Partai Politik dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat pada Pemilu Legislatif Berdasarkan UU no 2 tahun 2008 tentang partai Politk; Studi di Kalimantan Barat .Dengan metode penelitian hukum normatif dihasilkan bahwa partai politik di Kalimantan Barat belum optimal dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam setiap pemilu legislatif. Hal ini disebabkan beberapa alasan yakni masih adanya egosentrisme dan arogansi di partai politik, pendidikan politik belum memadai,rekruitmen politik tidak tepat,adanya kepentingan sesaat pada partai politik,kebanyakan masyarakat selalu dijadikan obyek bukan subyek. Selama ini partai politik di Kalimantan Barat lebih banyak disibukkan dengan kegiatan partai sendiri, baik itu konsolidasi dan penyelesaian konflik intern dalam tubuh partai serta penentuan caleg menjelang pemlu legislatif, kedua, pembekalan-pembekalan terhadap kader-kadernya ditujukan untuk kepentingan sendiri dan partai untuk mendulang sebanyak-banyaknya suara dan perolehan kursi di lembaga perwakilan dimaa masyarakat hanya dijadikan obyek semata-mata. Dan di Kalimantan Barat nampaknya tidak ada gerakan-gerakan secara signifikant yang menyentuh secara langsung kesadaran emosional dan kesadaran politik agar pemilu legislative menjadi bagian yang terpenting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partai politik tidak memiliki visi dan strategi yang jelas dalam upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Perbedaan jelas telah terlihat bahwa penelitian terdahulu atau sebelumnya memakai tinjauan akuntabilitas untuk memotret penyusunan laporan keuangan dana kampanye pemilu legislative dan presiden. Sedangkan kajian penulis akan meneliti akuntabilitassebagai pisau yang dipakai untuk membedah pengelolaan keuangan partai politik baik untik penyusunan laporan keuangan partai untuk dana kampanye, laporan keseharian, laporan dana yang bersuumber dari dana APBD dan lain sebagainya yang berstandar akuntansi. Selain akuntabilitas, juga akan diteliti mengenai ada tidaknya ruang partisipasi untuk masyarakat yang sudah dilakukan oleh partai politik baik pada saat rekruitmen kader, pengurus,dan juga rekruitmen calon anggota dewan. Karakteristik daerah tertentu seperti Bali yang mempunyai kekhasan budaya dalam gerakan adatnyatentu bisa menghasilkan hasil riset yang berbeda dalam akutabilitas partaipolitik, meskipun ragam partai politik di Indonesia adalah sama baik dalam regulasi, aturan, tetapi mekanisme dan budaya kerja serta SDM tentu saja berbeda sehingga menghasilkan karya yang bisa berbeda pula.

c. Kontribusi Penelitian ini

Keberadaan partai politik memainkan peran yang unik dan penting dalam sistem pemerintahan demokrasi di Indonesia.Partai politik menjadi perantara antara masyarakat dan pemerintah. Sebagai organisasi yang hidup di tengah masyarakat, partai politik menyerap, merumuskan, dan mengagregasi kepentingan masyarakat, sedangkan sebagai organisasi yang menempatkan kader-kadernya di lembaga legislatif maupun eksekutif, partai politik menyampaikan dan mendesakkan kepentingan masyarakat. Oleh karena dalam era demokrasi ini masyarakat memberikan ekspektasi yang besar pada partai politik untuk memperjuangkan haknya selama kuraang lebih 32 tahun terkukung dalam rezim Orde Baru yang represif. Namun demikian, ibarat dua mata koin selain manfaat partai politik juga memberikan sesuatu yang merugikan bagi masyarakat apalagi jika melihat bahwa hal di atas bersifat normatif sementara realita bicara lain. Peneliti CSIS JosefKristiadi anonim, 2011 dalam kompas.com mengatakan perilaku elite yang berorientasi kepada kekuasaan subyektif mengakibatkan transformasi politik masyarakat belum banyak mencapai kemajuan. Manuver politik didominasi oleh nafsu berkuasa sehingga jagat politik Indonesia sarat dengan intrik, kompromi politik yang pragmatis dan oportunis, politik uang, tebar pesona, janji-janji sebagai alat merayu dukungan dan lain sebagainya. inilah beberapa hal yang menjadi alasan publik tidak mempercayai partai politik. Untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap partai politik, akuntabilitas, partisipasi dan transparansi mutlak diimplementasikan terhadap seluruh partai politik. Untuk itu, studi ini disajikan dalam rangka mengukur pemenuhan akuntabilitas partai politik, serta membukaruang partisipasi masyarakat di dalam organisasi partai politikdan sebaliknya partai melakukan aksi partisipasi kepada masyarakat. Bila partai akuntabel dan partisipatif, maka pengembaliancitra kepercayaan masyarakat akan terwujud, dan partai politik menjadi tumpuan kehidupan bernegara dan berpemerintahan. Setidaknya terdapat beberapa hal yang menunjukkan urgensi studi akuntabilitas dan partisipasi dalam partai politik. Pertama, Partisipasi publik dalam partai politik akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi terwujudnya good governance. Penyelenggara organisasi partai pun akan dapat memetik berbagai keuntungan administratifdan politis bila ide ini diadopsi dalam proses pembuatan kebijakan di partai politik. Hal ini dipertegas oleh riset Polgov UGM Ketut Erawan dkk,2007:11Partisipasi publik dalam penyelenggaraan kegiatan di partai berhasil menciptakan pola komunikasi politik yang baik antara penyelenggara organisasi parpol dan konstituennya. Parpol bisa menggunakan berbagai sarana intermedia yang disepakati bersama untuk menyaring berbagai opini dan isu publik.Sedangkan pada saat yang bersamaan sarana intermediasi ini bisa didayagunakan untuk mensosialisasikan dan mengkomunikasikan berbagai kepentingan bagi dewan di legislatif sebagai refresentasi wakilrakyat kepada masyarakat secara efektif. Bila komunikasi antara partai politik dan warga atau konstituen terus menerus berlangsung secara efektif maka akan menjadi common language artinya partai selalu membawa kepentingan public umum terkait dengan proses kebijakan dan pembangunan. Masyarakat yang terlibat dalam proses partisipasi akan merasa turut sumbang suara dalam keputusan-keputusan yang sudah diambil dalam program kegiatan partaiyang sudah disepakati. Sehingga akan muncul berbagai ide segar dari warga karena mereka selalu merasa menjadi warga bagian dari program kebijakan partai politiknya. Bilakondisi ini berlangsung, maka kritik warga terhadap program kebijakan yang ada akan terminimalisasi. Mereka akan punya kecenderungan untuk menjaga harmoni agar kemitraan dan kolaborasi yang ada tetap berjalan. Dengan menyediakan partisipasi publik, maka partai dan para perwakilan legislatifnya mampu merumuskan desain kebijakan yang sensitif dengan konteks sosial yang berkembang. Betapa keterlibatan publikdalam kegiatan dan program di organisasi partai bisa memberikan implikasi positif dari penyelenggaraan kelembagaan publik ini. Keuntungan tersebut tidak hanya menghasilkan hubungan yang semakin dekat antara arah partai politik dengan komunitas-komunitas yang ada di masyarakat secara luas tetapi juga menjadikan proses kebijakan yang ada berjalan lebih efektif dan efisien.

Dokumen yang terkait

Partisipasi Politik Elit Politik Perempuan di DPC Partai Demokrat Pematangsiantar (Studi Kasus Pada Pemilihan Umum 2009)

1 45 71

PELAKSANAAN REKRUTMEN KADER PARTAI DALAM PARTAI POLITIK (Studi Penelitian Di Kantor DPC Partai PDIP Dan DPD Partai Golkar Kota Tarakan)

0 4 31

POLITIK KEKERABATAN DALAM POLITIK LOKAL DI SULAWESI SELATAN PADA ERA REFORMASI (STUDI TENTANG REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI GOLKAR, PARTAI AMANAT NASIONAL DAN PARTAI DEMOKRAT SULAWESI SELATAN TAHUN 2009)

2 23 90

PERAN PARTAI POLITIK GOLKAR DALAM PENDIDIKAN POLITIK (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen) Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen).

0 1 17

Akuntabilitas Partai Politik (penelitian pemagangan di Bali).

0 0 1

Partisipasi dan Akuntabilitas partai politik.

0 1 68

Analisis Perspektif Good Governance dalam Pengelolaan Keuangan Partai Politik (Kajian Akuntabilitas, Transparansi, dan Responsivitas Penggunaan Dana APBD pada Partai Demokrat Daerah Istimewa Yogyakarta).

0 1 10

RESPONSIVITAS PARTAI POLITIK TERHADAP DIFABEL (Analisis Dokumen AD/ART PDIP, Partai Golkar dan Partai Gerindra di Kota Surakarta).

0 0 13

AKUNTABILITAS PARTAI POLITIK DAN ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK: STUDI KASUS PADA PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU DI PROPINSI DIY TAHUN 2014

0 0 10

PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PARTAI GOLONGAN KARYA DAN PARTAI DEMOKRAT (Studi Tentang Perbandingan Pemasaran Politik Partai Golkar dan Partai Demokrat Dalam Rangka Menarik Massa Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Daerah Pilihan II Kab

0 0 150