BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK dalam Pendidikan Dokter
Kurikulum, menurut David Pratt 1990 adalah: “An organized set of formal teaching and learning intentions
“. Mengacu kepada definisi tersebut, hakikat sebuah kurikulum adalah sebuah dokumen tertulis tentang struktur pembelajaran yang
memiliki manajerial yang jelas dan terencana organized, mengikat formal dosen maupun mahasiswa dalam sebuah proses belajar mengajar yang mempunyai tujuan
yang jelas teaching-learning intentions.
Di Indonesia, telah melaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK keputusan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi yang tertuang dalam SK No.
138DT2004. Kurikulum berbasis kompetensi memberikan keleluasan kepada perguruan tinggi dalam menyusun silabus modul kuliah yang disesuaikan dengan
potensi perguruan tingginya. Sejak tahun 2006, telah ditetapkan standar kompetensi dokter oleh Kolegium
Kedokteran Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut semua institusi kedokteran ditanah air harus mengacu pada standar tersebut. Maka kurikulum yang sesuai adalah
Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi ketercapaian tujuan kurikulum dinyatakan dengan telah dikuasainya
kompetensi yang ditetapkan yang diukur berdasarkan Standar Kompetensi yang digunakan, yaitu Standar Nasional yang mengacu Standar Kompetensi Dokter dari
Konsil Kedokteran Indonesia, dan Standar Internasional yang mengacu pada WFME Global Standandarts of Basic Medical Education for Quality Improvement.
Kurikulum berbasis kompetensi KBK dilaksanakan dengan menggunakan metode SPICES, yaitu Student Centre, Problem Based Learning, Integrated,
Community Based, Early Clinical Exposure, dan Structured. Adanya kurikulum ini, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif belajar, mempelajari ilmu kedokteran ber-
basiskan problem kesehatan yang ada, dan metode yang terintegrasi antara satu mata
kuliah dan mata kuliah lain. Mahasiswa juga diprioritaskan mempelajari penyakit- penyakit yang ada di masyarakat secara lebih dalam dan secara dini dikenalkan
dengan suasana klinik. Para calon ahli medis diharapkan dapat lebih berkomunikasi dengan pasien dan mengembangkan empati Mulyawan, 2008.
Dalam KBK di Fakultas Kedokteran standar WHO terdapat tujuh kompetensi, adalah sebagai berikut: 1 keterampilan berkomunikasi. 2 keterampilan klinik. 3
keterampilan dasar ilmu biomedik. 4 keterampilan pengelolaan masalah kesehatan. 5keterampilan memanfaatkan nilai secara kritis teknologi informasi. 6 mawas diri
dan belajar sepanjang hayat long-life learner. 9 keterampilan beretika, moral dan profesionalisme. Berdasarkan kompetensi tersebut diatas diharapkan sumber daya
manusia khususnya dokter yang berkualitas dapat diciptakan melalui proses pendidikan yang mempunyai standar kompetensi.
2.2 Gambaran Umum Independent Learning