Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fotografi merupakan sebuah kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini. Berbagai kebutuhan masyarakat baik bisnis maupun pribadi terselesaikan dan tersampaikan kepada khalayak umum melalui media fotografi. Photography on business dibagi menjadi dua, yaitu: editorial photography dan advertising photography. Editorial photography, meliputi: fotografi jurnalistik, fotografi dokumenter dan travel photography. Sedangkan advertising photography, meliputi: gaya hidup, produk atau still life, dan fashion atau kecantikan Ardiyanto Nograha, 2012:26 Fashion fotografi merupakan fotografi yang paling diminati di dunia. Fashion fotografi tidak sekadar berkonsentrasi pada pakaian, namun juga harus memperhatikan kosmetik, model pakaian yang pantas, aksesori, hair style, dan lain-lain. Dewasa ini fashion fotografi merupakan sarana tumbuh kembangnya dunia fashion. Remaja, khususnya wanita merupakan fashion icon di dalam maupun di luar negeri. Di usia puber seorang remaja perempuan selalu meng-update penampilannya untuk mempertahankan citra dan kepercayaan dirinya dengan memancarkan penampilannya dalam fashion. Namun, tidak banyak remaja yang mampu ber-fashion dengan baik, kebanyakan remaja hanya menjadi fashion follower dengan meniru gaya fashion di televisi, majalah maupun di jalanan. 1 commit to user 2 Tidak hanya demikian, remaja yang memiliki perwatakan atau bentuk tubuh yang tidak ideal pun merasa tidak percaya diri dan lebih memilih menjadi fashion follower, yaitu menjadi pribadi yang lain. Sebagai contoh, seorang remaja yang berkarakter kepribadian kholeris yang tangguh dan berkesan cuek, memaksakan diri berpenampilan feminin agar mampu mengikuti trendmode terkini. Pahadal dengan menjadi fashion follower, seorang remaja tersebut dapat kehilangan jati diri dan bersembunyi di balik kepribadian yang sesungguhnya. Karena kepribadian sangat penting dalam menunjang karir seseorang. Kepribadian setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tingkat cairan tubuh pada tubuh manuasia tersebut. Hippocrates adalah seorang bapak ilmu kedokteran berpendapat bahwa dalam kepribadian seseorang terdapat empat macam sifat yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan dalam tubuh manusia, yaitu: sifat kering yang terdapat dalam chole, sifat basah yang terdapat dalam melanchole, sifat dingin yang terdapat dalam phlegma, dan sifat panas yang terdapat dalam sangunis. Galenus berpendapat sama dengan Hippocrates, kemudian menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut, dan membeda-bedakan kepribadiaan manusia atas dasar proporsi campuran cairan-cairan tersebut. Secara teori, cairan-cairan tersebut ada dalam tubuh manusia dalam proporsi tertentu. Apabila suatu cairan berada dalam tubuh manusia melebihi proporsi yang seharusnya atau dominan maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas, yang disebut dengan temperamen. Sifat temperamen remaja memiliki peran penting dalam perkembangan seseorang karena di usia ini seseorang yang commit to user 3 dapat mengembangkan kepribadian dirinya dengan baik mampu menunjang keberhasilannya di hari depan nanti. Bahkan dapat mencitrakan kepribadian sebuah bangsa Sumadi Suryabrata, 2008:207. Negeri matahari terbit misalnya, memiliki fashion style yang mencitrakan karakter kepribadian penduduknya yang dapat mengemas fashion style sehingga sanggup mencitrakan identitas Negara Jepang, yaitu Harajuku Style. Harajuku merupakan penggabungan baju, hair style, make-up, aksesori, sandal, legging, dan lain-lain. Keseluruhan itu menjadi sebuah kesatuan yang bertema dan mencitrakan karakter kepribadian seseorang. Walaupun terkesan bertabrakan, harajuku style dapat diolah dan padukan hingga menjadi punk, unique, ataupun cute. Bahkan Harajuku style dapat memadukan pakaian tradisional jepang, seperti kimono dan sandal geta tetapi tetap menampilkan kesan karakter seseorang tersebut http:wikipedia.com, diakses 1032012. Berdasarkan pembelajaran di atas, keterbukaannya karakter kepribadian seseorang terhadap fashion dapat menjadikan citra seseorang yang lebih baik untuk perkembangan diri dan bangsa pada umumnya. Dewasa ini fashion remaja baru merangkak awal di Indonesia maka penulis ingin memadukan karya fotografi fashion dengan konsep lolipop. Latarbelakang penulis mengangkat karya fotografi fashion dengan konsep lolipop karena ketika remaja penulis merasa kesulitan mencari mode yang sesuai dengan kepribadian dirinya. Di masa remaja kemunculan trend fashion yang update setiap saat, membuat teman-teman sebaya ramai-ramai mengenakan fashion terbaru bahkan tanpa mempedulikan fashion tersebut sesuai atau tidak, commit to user 4 kebanyakan mereka hanya ingin terlihat gaul dan modis. Sehingga penulis ingin merancang sebuah karya yang mampu menginovasi kaum remaja, khususnya perempuan agar lebih percaya diri dengan kepribadiannya. Maka, dingkatlah tema lolipop karena lolipop memiliki warna-warni yang ceria dan mencitrakan remaja banget. Lolipop memiliki bermacam-macam warna, yaitu: hijau, biru, merah muda, dan kuning yang mengorientasikan semangat remaja yang gemar mencari karakter dirinya. Dengan demikian, penulis ingin mengkonsep sebuah karya fotografi fashion yang berjudul “PERANCANGAN FOTOGRAFI FASHION LOLIPOP MELALUI MEDIA COFFEE TABLE BOOK”. Fotografi fashion dengan konsep lolipop ini diangkat agar seseorang tidak lagi menjadi fashion follower, melainkan menjadi fashion leader atau biasa disebut dengan trendsetter yang dapat memunculkan kepribadian seseorang yang sesunggguhnya. Sehingga mereka yakin terhadap kepribadian mereka masing-masing.

B. Rumusan Masalah