2. Pemilikan harta bersama dari perkawinan seorang suami yang
mempunyai isteri lebih dari seorang sebagaimana tersebut dalam ayat 1, dihitung pada saat berlangsungnya akad
perkawinan yang kedua, ketiga, atau yang keempat.
12
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai perkawinan poligami dan mengenai harta bersama dalam perkawinan poligami maka perlu diketahui
bagaimana cara pelaksanaan pembagian harta bersama dalam perkawinan poligami tersebut dan takaran jumlah harta yang didapatkan oleh masing-
masing, karena didalam Putusan Pengadilan Agama Medan No 636 Pdt.G 2008 PA-Mdn tidak dijelaskan mengenai hal tersebut. Selain itu bagian
harta yang dibagi belum sesuai dengan KHI dan UU No 7 Tahun 1974. Maka dari itu penulis tertarik ingin mengkaji permasalah tersebut,
untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan diatas, dan kiranya nanti dapat berguna dan dapat diterapkan di tengah-tengah Pengadilan dalam
memutus perkara yang sama. Selanjutnya penulis ingin meneruskan penelitian ini ke dalam sebuah karya ilmiah berbentuk tesis, dengan
judul PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT HUKUM ISLAM DI INDONESIA STUDI
TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN NOMOR 636Pdt.G2008 PA-Mdn
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian tentang Pembagian Harta Bersama dalam Perkawinan Poligami ini, ada beberapa hal yang dapat dirumuskan menjadi
pertanyaan, yaitu : 1.
Bagaimana pembagian harta bersama dalam perkawinan poligami menurut Hukum Islam di Indonesia?
12
Mahkamah Agung RI, Kompilasi Hukum Islam, h 50
2. Bagaimana Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama dalam Perkawinan
Poligami di Pengadilan Agama Medan?
C. Tujuan Penelitian
Secara detail tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui pembagian harta bersama dalam perkawinan poligami menurut Hukum Islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama dalam
Perkawinan Poligami di Pengadilan Agama Medan
D. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khazanah kepustakaan pendidikan dan membantu bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih jauh mengenai pembagian harta bersama
dalam perkawinan poligami menurut Hukum Islam di Indonesia Studi Kasus di Pengadilan Agama Medan.
2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
bagi penulis sendiri dalam bidang perkawinan, dan pembagian harta bersama dalam perkawinan poligami.
E. Kerangka Pemikiran
Perkawinan adalah suatu hal yang mempunyai akibat yang luas di dalam hubungan hukum antara suami dan isteri. Dengan perkawinan itu
timbul suatu ikatan yang berisi hak dan kewajiban. Tentang bentuknya, maka perkawinan harus dilakukan menurut ketentuan undang-undang. Apabila
ketentuan ini dipenuhi, maka perkawinan sah. J. satrio menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
Hukum Harta Perkawinan dengan hukum keluarga. Hukum harta perkawinan menurut J. Satrio adalah sebagai berikut:
Peraturan hukum yang mengatur akibat-akibat perkawinan terhadap harta kekayaan suami isteri yang telah melangsungkan
perkawinan. Hukum harta perkawinan disebut juga hukum harta benda perkawinan, yang merupakan terjemahan dari kata
huwelijksgoederenrech. Sedangkan hukum Harta Perkawinan sendiri merupakan terjemahan dari huwelijksmogensrecht.
13
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan di sebutkan bahwa:
Harta benda dalam perkawinan, harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama, harta bawaan dari masing-masing suami
dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau
13
J. Satrio, Hukum Harta Perkawinan, Cet. 4, Bandung : Citra Aditya Bakti, h 26.
warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
14
Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut Undang- undang No 1 tahun 1974, di dalam satu keluarga mungkin terdapat lebih dari
satu kelompok harta. Bahkan pada asasnya di sini, di dalam satu keluarga terdapat lebih dari satu kelompok harta. Harta kekayaan perkawinan
menurut kitab undang-undang hukum perdata adalah berdasarkan ketentuan pasal 119 KUH Perdata. Apabila calon suami isteri sebelum perkawinan
dilangsungkan tidak dibuat perjanjian kawin, dalam mana persatuan campuran harta kekayaan dibatasi atau ditiadakan sama sekali, maka demi
hukum akan ada persatuan bulat antara kekayaan suami isteri, baik yang akan mereka bawa dalam perkawinan maupun yang akan mereka peroleh
sepanjang perkawinan. Oleh karena itu, dengan adanya Undang-undang yang membedakan harta benda perkawinan menjadi dua yaitu harta bersama dan
harta bawaan.
F. Metodologi Penelitian