27
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria atau wanita. b.
Mencapai peran sosial pria dan wanita. c.
Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
bertanggungjawab. e.
Mempersiapkan karir ekonomi. f.
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. g.
Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan remaja jika dikaitkan dengan penerimaan diri adalah
menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif. Selanjutnya mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
bertanggungjawab. Oleh karena itu, kedua tugas perkembangan tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai
dengan baik.
D. Penelitian Terdahulu
1. Hasil penelitian tentang “Penerimaan Diri Pada Remaja Leukimia” oleh
Ulfa Rizkiana ditemukan hasil bahwa sebagai penderita leukemia subjek pada penelitian ini memiliki penerimaan diri yang baik karena
subjek memiliki pemahaman tentang diri juga mengenali apa yang
menjadi kelebihan dan kekurangannya.
2. Hasil penelitian tentang “Meningkatkan Penerimaan Diri Self
Acceptance Siswa Kelas VIII Melalui Konseling Realita di SMP Negeri 1 Bantarbol
ang Kab. Pemalang Tahun Ajaran 20122013” oleh
28
Akbar Heriyadi diperoleh hasil bahwa self acceptance siswa sebelum mendapat konseling individu realita termasuk rendah dengan
prosentase 48. Setelah dilakukan konseling mengalami peningkatan 64 dengan demikian terjadi perubahan positif sebesar 16.
Dapat disimpulkan bahwa konseling individu realita dapat mengubah self
acceptance.
3. Penelitian tentang “Perbedaan Self Acceptance Penerimaan Diri Pada
Anak Panti Asuhan Ditinjau Dari Segi Usia” oleh Getrudis Guna Putri, Putri Agusta K.D, Shubhi Najahi diperoleh hasil bahwa pada usia anak-
anak 8-11 tahun dan remaja 12-15 tahun merupakan masa peralihan dan masih terdapat beberapa sifat, sikap, dan kebiasaan yang dibawa
dari masa anak-anak ke masa remaja sehingga tidak terdapat perbedaan
penerimaan diri pada anak panti asuhan yang ditinjau dari segi usia.
4. Penelitian tentang “Harga Diri Remaja Putri Yang Telah Melakukan
Hubungan Seks Pranikah” oleh Citra Puspita Sari diperoleh hasil bahwa subjek pada penelitian ini memiliki harga diri yang rendah, dia
melakukan hubungan seks pranikah karena tingkat religius yang tergolong rendah, ketidakhadiran orang tua, pergaulan, rasa penasaran,
dan pengalaman berpacaran, subjek merasa dirinya tidak berharga dan kotor. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah faktor psikologis,
lingkungan sosial dan fisik.
29
5. Penelitian tentang “Harga Diri Remaja Panti Asuhan SOS Desa Taruna
Semarang” oleh Rosalia Dyah Puspita diperoleh hasil bahwa penerimaan terhadap diri dan penilaian yang positif dari lingkungan
dapat memunculkan penghargaan diri yang baik karena remaja panti lebih agresif, mudah tersinggung, pendiam dan hal negatif lain yang
membuat remaja tersebut kurang dapat menghargai dirinya sendiri
karena pergolakan batin sebagai remaja panti asuhan.
Berdasar beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai penerimaan diri, diperoleh hasil bahwa penerimaan diri yang baik pada
individu dapat diperoleh melalui pemahaman tentang diri. Penerimaan diri juga dapat ditingkatkan melalui salah satunya dengan melakukan
konseling individu. Pada usia peralihan dari anak-anak menuju remaja dengan rentang usia 8-15 tahun tidak terdapat perbedaan penerimaan
diri. Selanjutnya mengenai penelitian tentang harga diri dapat disimpulkan bahwa harga diri yang rendah dipengaruhi oleh faktor
psikologis, lingkungan sosial dan fisik, selain itu penghargaan diri yang
baik dapat diperoleh dari penerimaan dan penilaian positif terhadap diri
dan lingkungan.
E. Kerangka Berpikir