LatarBBelakangBB KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DITINJAU BERDASARKAN KEFAVORITAN SEKOLAH.

1 BABBIB PENDAHULUANB

A. LatarBBelakangBB

Pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain dengan sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi Dwi,2007:53. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya UU Nomor 20 Tahun 2003. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses dalam kehidupan manusia yang melalui lembaga pendidikan mewujudkan pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta bertujuan untuk mengembangkan potensi anak. Biologi menurut Champbell 2010:1 adalah salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari kehidupan. Menurut Bambang 2011:131 biologi sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan keterampilan proses sains yang berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup. Pemahaman konsep sebagai wujud dari produk keilmuan biologi, dapat diawali dengan adanya penyelidikan dengan cara khusus seperti yang dijelaskan Sudjoko 2001:2 bahwa proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun fakta-fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara khusus yang sering disebut sebagai prosesmetode ilmiah. 2 Pembelajaran menurut Nazarudin 2007:163 adalah suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreativitas. Pembelajaran menurut BSNP 2006:30 merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman bermakna. Singkatnya, pembelajaran adalah suatu proses belajar yang sudah direncanakan dan mengharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya. Pembelajaran biologi sainsIPA dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap gejalafenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 maupun kurikulum 2013 pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sainsIPA pada pendekatan saintifik scientific approach. Pendekatan ini mengutamakan proses ilmiah dalam pembelajaran. Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA untuk kelas IV-VI dan tematik untuk kelas I-III. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA tidak secara terus menerus hanya teori saja namun juga membentuk sikap dan perilaku ilmiah serta mengembangkan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan. Seperti 3 yang dijelaskan oleh Carin and Sund 1989:4-5 bahwa hakikat sains meliputi prosesmetode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Proses untuk memperoleh pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan yang biasa disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan mempelajari gejala alamfakta-fakta di alam sekitar. Tuntutan pembelajaran IPA secara inkuiri ini sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Isi pada jenjang Sekolah DasarBNSP,2006:161 sebagai berikut Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah scientific inquiry untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SDMI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah Telah dipaparkan dengan jelas bahwa dalam pembelajaran IPA yang sudah mulai dipelajari di tingkat SDMI sebaikya dilaksanakan secara inkuiri. Inkuiri merupakan proses yang ditempuh siswa mencarimenyelidiki untuk menemukan dan memecahkan masalah yang diberikan guru agar peserta didik terbiasa bersikap ilmiah sehingga pelajaran terasa lebih bermakna Ika, 2014:5. Pembelajaran inkuiri melibatkan proses ilmiah serta menuntut guru dan peserta didik dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA secara inkuiri menuntut peserta didik untuk mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses ini memang harus dikuasai terlebih dahulu oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan proses ilmiah berkaitan dengan pembelajaran sains. Keterampilan dalam hal ini 4 adalah keterampilan untuk memecahkan suatu masalahpersoalan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sains dengan menggunakan proses metode ilmiah. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan proses sains. Adanya tuntutan dari kurikulum untuk menerapkan keterampilan proses sains pada pembelajaran di jenjang sekolah dasar teretera dalamLampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk jenjang SDMISDLBPaket A yang berisi agar siswa dapat menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di sekitar. Hal ini jelas menuntut siswa agar mampu menguasai keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains menurut Bryce et. al. 1990:3 terdiri dari keterampilan dasar basic skills dan keterampilan memroses process skills, serta keterampilan melakukan investigasi secara terintegrasi.Keterampilan proses sains dasar mencakup keterampilan a mengamati, b mengumpulkan data, c melakukan pengukuran, d mengikuti instruksi, dan e mengimplementasikan prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses meliputi keterampilan: a menginferensi, dan b menyeleksi berbagai caraprosedur. Keterampilan melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri dari keterampilan: a merencanakan investigasi, b melaksanakan investigasi, dan c melaporkan hasil investigasi. Tingkat pendidikan dasar di SD untuk penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar basic sciencec process skill yang meliputi keterampilan mengamati observasi, menggolongkan klasifikasi, menghitung kuantifikasi, 5 meramalkan prediksi, menyimpulkan inferensi, dan mengkomunikasikan komunikasi Patta, 2006:19 Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkahmetode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Sesuai dengan penjelasan Carin and Sund 1989:4-5 bahwa hakikat sains berupa proses ilmiahmetode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Perolehan produk ilmiah yang berupa gejalafakta diiringi dengan pengembangan dan pembentukan sikap ilmiah yang terdiri dari sikap jujur, obyektif serta sikap lain yang dapat dikembangkan adalah sikap kreatif. Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan NasionalPasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan uraian diatas jelas menegaskan bahwa dalam tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yangkreatif. Sejalan dengan hal tersebut sesuai yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang mengatakan bahwa Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang 6 pendidikan dasar dimaksudkan untuk menanamkan kebiasaan berpikir dan menerapkan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Penjelasan tersebut semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA jenjang Sekolah Dasar bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah kritis serta kreatif. Kurikulum pada tingkat Sekolah Dasar SD menekankan penggunaan keterampilan proses terutama dalampembelajaran sainsIPA. Hal ini menjadikan siswa dan guru dalam melakukan proses pembelajaran diharapkan untuk menerapkan keterampilan proses sains yang menjadi tuntutan kompetensi keterampilan yang juga bertujuan untuk membiasakan peserta didik untuk berpikir secara ilmiah. Kurikulum yang digunakan oleh sekolah yang menjadi sampel penelitian ini menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Karakteristik Peserta didik di tingkat Sekolah Dasar SD merupakan masa kanak-kanak akhir, menurut Piaget Rita,2008:106 anak yang tergolong pada masa operasi konkret dapat berpikir logis terhadap objek yang konkret dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau hal yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek, atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan. Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap operasional konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas memahami dan memecahkan masalah, anak sudah lebih mampu berpikir. 7 Subyek pada penelitian ini adalah siswa ditingkat sekolah dasar kelas V yang pada umumnya berusia antara 6-11 tahun. Usia tersebut tergolong dalam tahap operasional konkret dimana anak sudah lebih mampu bepikir. Hal ini merupakan kesempatan emas yang memungkinkan guru dalam pembelajaran di kelas untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikir anak baik berpikir konvergen maupun divergen. Keadaan di sekolah lebih banyak mengembangkan kemampuan berpikir konvergen yakni kemampuan berpikir yang menuntut siswa hanya fokus terhadap satu jawaban benar, di sekolah contohnya seperti Ujian Akhir Sekolah sedangkan untuk perkembangan berpikir divergen dirasa masih kurang dalam pelaksaaannya di sekolah. Kemampuan berpikir divergen lebih menekankan siswa untuk dapat mempunyai alternatif jawaban benar. Jika keduanya berkembang secara bersamaan dan seimbang maka akan lebih baik lagi. Kemampuan berpikir konvergen dan divergen sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar dapat membentuk kreativitas anak. Salah satu dasar untuk memilih kelas V sebagai subyek penelitian antara lain karena siswa kelas V dalam hal ini belum disibukkan ataupun belum fokus oleh Ujian Nasional dan jika dibandingkan dengan dengan kelas-kelas rendah lainnya dilihat dari segi kemampuan daya tangkap dalam menyerap pertanyaan yang ada pada soal-soal kemampuan berpikir divergen dalam hal ini cenderung lebih mampu, paham dan berpengalaman serta pengetahuannya lebih banyak. Proses pembelajaran disekolah memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan 8 perkembangan fisik serta psikologis peserta didik PP Nomor 19 Tahun 2005. Kreativitas penting karena itu diperlukan untuk membentuk serta mengembangkan potensi-potensi anak. Sementara itu, indikator dari kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen Utami,2012:9 . Awal untuk terbentuknya kreativitas perlu adanya penguasaan terhadap kemampuan berpikir divergen. Jika seseorang telah dapat menguasai kemampuan berpikir divergen dengan baik maka dari berbagai alternatif jawaban benar tersebut, seseorang akan lebih mudah menemukan gagasan baru yang beda dengan yang lain, benar, orisinil dan unik. Kaitan dengan proses pembelajaran di sekolah, melihat berdasarkan fakta bahwa lebih dominan mengembangkan kemampuan berpikir konvergen, maka pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan menjelaskan bahwa dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenarannya multi dimensi.Berarti dalam pembelajaran guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk dapat berpikir lebih luas dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari satu. Guru dapat melakukan pertanyaan yang bersifat terbuka agar dapat menggiring anak untuk mengajukan banyak pendapat dan jawaban benar sehingga mendorong anak untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen. Kaitan dengan penelitian ini, selain dari segi proses pembelajaran faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir divergen dan kreativitas peserta didik antara lain adalah faktor luar seperti 9 gender, IQ, motivasi belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, pekerjaan orang tua, dan kefavoritan sekolah. Agar dapat mengetahui dan menyelidiki apakah faktor-faktor tersebut berkaitan dan berhubungan ataupun mempengaruhi terhadap kemampuan berpikir divergen peserta didik maka dilakukan suatu penelitian payung oleh Bambang Subali dkk taun 2015. Anak payung penelitian tersebut antara lain meneliti keterkaitan antara variabel IQ, motivasi belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, dengan kemampuan berpikir divergen. Penelitian ini fokus pada kefavoritan sekolah sebagai variabel bebas dan profesi orang tua sebagai variabel penganggu. Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergen dengan kefavoritan sekolah perlu diselidiki karena tingkat kefavoritan sekolah salah satu indikatornya berkaitan dengan prestasi siswa di sekolah tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ratna 2005:2 bahwa indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain 1 minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat 2 prestasi yang didapatkan sekolah banyak 3 memiliki sarana prasarana yang memadai 4 lulusan baik dan nilai lulusan tinggi 5 banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. Kefavoritan sekolah dalam hal ini mengacu pada sekolah unggul dan sekolah efektif. Menurut Aischa 2010: 97 lulusan sekolah unggulan lebih baik dari sekolah non unggulan. Berdasarkan pernyataan tersebut asumsi awal dari penelitian ini adalah kefavoritan sekolah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir divergen siswa karena sekolah favorit cenderung siswanya berprestasi. 10 Hasil penelitian Carolina 2015:160 menunjukkan jika kefavoritan sekolah berkaitan dengan mutu sekolah maka . Kategori kefavoritan sekolah tidak lepas kaitannya dengan peran dan pandangan masyarakat ataupun orang tua terhadap sekolah tersebut. Adanya anggapan tingkat kefavoritan sekolah mempengaruhi pertimbangan orang tua dalam memilih sekolah. Selain itu, peran dan tugas orang tua dalam mendidik anaknya sangat penting, baik dari segi motivasi belajar yang berkaitan langsung dengan membimbing anaknya maupun dari segi pembiayaan sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan orang tua. Hasil penelitian Azwar 2014:58 menunjukkan bahwa anak dengan orang tua berprofesi non guru lebih tinggi kepeduliannya terhadap pendidikan anak dibandingkan anak yang orang tuanya berprofesi sebagai guru. Pemilihan Kota Yogyakarta sebagai sampel penelitian antara lain karena Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar yang terdiri dari banyak sekolah yang memiliki banyak prestasi, diantaranya seperti yang dikemukanan Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 dan 2014 bahwa rata-rata UAS di sekolah dasar di kota Yogyakarta menempati peringkat pertama kemudian disusul Kebupaten Sleman dan Kulonprogo. Hal ini yang menjadi menarik untuk diteliti apakah prestasi siswa di Kota Yogyakarta tinggi dan kaitannya dengan kemampuan berpikir divergen siswa. Sejauh ini belum ada informasi mengenai penelitian kemampuan berpikir divergen siswa sekolah dasar di Kota Yogyakarta kaitannya dengan tingkat kefavoritan sekolah, oleh karena itu penelitian tentang kemampuan berpikir divergen siswa pada tingkat sekolah dasar di Kota Yogyakarta ditinjau 11 berdasarkan kefavoritan sekolah perlu dilakukan serta kaitannya dengan pekerjaan orang tua .

B. IdentifikasiBMasalahBB

Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN DALAM PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI PERBEDAAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA DITINJAU BERDASARKAN JENJANG KELAS.

0 0 1

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU BERDASARKAN JENJANG KELAS.

0 0 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA DITINJAU BERDASARKAN ASPEK GENDER.

0 0 5

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V DI KABUPATEN BANTUL DITINJAU BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 2

HUBUNGAN INTELIGENSI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA SEKOLAH DASAR DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 1 3

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH DI KOTA YOGYAKARTA DAN KABUPATEN KULON PROGO.

0 0 1

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI KEFAVORITAN SEKOLAH.

0 2 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V DI KABUPATEN BANTUL DAN SLEMAN BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 1

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 0 14