KeterampilanBProsesBSainsB KefavoritanBSekolahB ProfesiBOrangBTuaB DefinisiBOperasionalB 1. KemampuanBBerpikirBDivergenB

15 a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kependidikan. b. Mengetahui gambaran tingkat berpikir divergenketerampilan proses sains aspek biologi siswa sekolah dasar kelas v di kota Yogyakarta.

G. DefinisiBOperasionalB 1. KemampuanBBerpikirBDivergenB

Pola berpikir divergen adalah suatu penguasaan pola berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawabangagasan dalam memecahkan suatu masalahpersoalan Utami,1985:51

2. KeterampilanBProsesBSainsB

Keterampilan proses sains aspek biologi dalam mata pelajaran IPA SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah langkah ilmiah terstruktur terkait dengan permasalahan ilmiah. Digolongkan menjadi keterampilan dasar basic skill dan keterampilan mengolahmemroses proses skills. Keterampilan dasar basic skills yang meliputi: a keterampilan melakukan pengamatan, b keterampilan merekam satainformasi, c keterampilan mengikuti instruksi, d keterampilan mengklasifikasi, e keterampilan melakukan pengukuran, f keterampilan melakukan manipulasi gerakan, dan g keterampilan mengimplementasikan prosedurteknikpenggunaan peralatan dan keterampilan mengolahmemproses prosess skills yang meliputi : a keterampilan menginferensi, b keterampilan membuat prediksi, dan c keterampilan menyeleksi prosedur Bambang, 2013:11-12. Keterampilan 16 proses sains yang dimaksud berupa idegagasan dan pemikiran kognitif yang mendasari kerja ilmiah siswa.

3. KefavoritanBSekolahB

Menurut Ratna 2005:2 indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain 1 minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat 2 prestasi yang didapatkan sekolah banyak 3 memiliki sarana prasarana yang memadai 4 lulusan baik dan nilai lulusan tinggi 5 banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. Penelitian ini meneliti hubungan keterkaitan antara Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains dengan kefavoritan sekolah yang dilihat dari nilai Ujian Nasional lulusan sekolah tersebut.

4. ProfesiBOrangBTuaB

Profesi orang tua dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yakni orang tua yang berprofesi sebagai gurudosen dan yang berprofesi selain gurudosen. Perihal ini akan dilihat keterkaitan antara KBDKPS dengan profesi orang tua. Variabel ini sebagai variabel penganggu yang dikaji keterkaitannya dengan kefavoritan sekolah. 1 BABBIIB KAJIANBPUSTAKAB A.HakikatBSainsIPABdanBBiologiB Hakikat ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu. Secara jelas dipaparkan bahwa Ilmu mempunyai metode untuk menerangkat suatu pengetahuan. Sains biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Sains secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau mempelajari oeristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Patta, 2006:9 Menurut Fisher Moh.Amin, 1978:4 IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur Trianto, 2010:137. Sejalan dengan hal tersebut, Carin Sund 1989:4-5 menjelaskan bahwa sains adalah cara untuk mengenal alam secara ilmiah melalui observasi dan eksperimen. Unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses sainsmetode ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses sainsmetode ilmiah, merupakan cara-cara khusus dalam penyelidikan atau pemecahan 2 masalah. Misalnya membuat hipotesis, merancang dan melaksanakan percobaan, mengumpulkan dan menyusun data, mengukur dan sebagainya. Produk Ilmiah, meliputi fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya. Sikap Ilmiah, meliputi kepercayaan, nilai-nilai, gagasan obyektif, jujur. Serta sikap ilmiah lain dalam membuat suatu keputusan setelah memperoleh data. Komponen sikap juga mencakup nilai dan moral meliputi : rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif, rendah hati, berpandangan terbuka. Hakikat sainsIPA secara singkat dapat diartikan bahwa IPA terdiri dari beberapa komponen diantaranya merupakan produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. IPA adalah ilmu yang mempelajari segala macam tentang alam yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah dengan menerapkan sikap ilmiah sehingga memperoleh produk hasil yang dapat berupa fakta, teori maupun konsep. Jadi, dengan demikian adanya metode ilmiah inilah yang merupakan cara untuk memecahkan permasalahan sains dengan rangkaian suatu tahapan. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi Sudjoko 2001:2. Proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun fakta- fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara khusus yang sering disebut sebagai prosesmetode ilmiah. 3 B.HakikatBPembelajaranSainsIlmuBPengetahuanBAlamBdanBBiologiB Pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru dan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar Rustaman, 201:461.Menurut BSNP 2006:30 Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dpat memperoleh pengalaman bermakna. Secara singkat pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang terjadi di suatu lingkungan belajar. Adanya interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik ini yang nantinya diharapkan agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sesuai dengan pernyataan tersebut, diharapkan bahwa pendidikan di Indonesia ini dapat mewujudkan suasana belajar yang baik agar dapat mengembangkan potensi dan keterampilan yang ada didalam diri peserta didik. Biologi menurut Champbell 2010:1 merupakan salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari kehidupan. Biologi merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam IPA yang memang sudah dipelajari mulai dari tingkat Sekolah Dasar SD . Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA untuk kelas IV-VI dan tematik untuk kelas I-III. 4 Pembelajaran biologi sainsIPA dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap gejalafenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 maupun kurikulum 2013 pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sainsIPA pada pendekatan saintifik scientific approach. Pendekatan ini mengutamakan proses ilmiah dalam pembelajaran. Proses pembelajaran IPA adalah proses untuk memperoleh pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan yang biasa disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan mempelajari gejala alamfakta-fakta di alam sekitar. Hal ini seperti yang tertera pada pada BSNP 2006:161 : Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah scientific inquiry untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SDMI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah Sudah sangat jelas dipaparkan bahwa dalam pembelajaran IPA yang sudah mulai dipelajari di tingkat SDMI sebaikya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah atau dikatakan sebagai penyelidikan ilmiah. Menurut Nyoman 1985:8 inkuiri ilmiah adalah sebagai usaha mencari pengetahuan dan 5 kebenaran usaha penyelidikan. Dengan demikian guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri sesuai dengan hakikat IPASains sebagai proses yakni mengarahkan siswa untuk melakukan penemuan baik melalui fakta atau gejala melalui proses ilmiah. Pembelajaran di kelas menuntut guru untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibahas sebelumnya. Pembelajaran agar dapat mengembangkan seluruh potensi-potensi ataupun kemampuan dari peserta didik serta untuk memudahkan pengkajian pembahasan dan penilaian biasanyadiadakan pemilahan dengan menggunakan asepek-aspek tertentu. Aspek-aspek tersebut dibagi kedalam beberapa bagian seperti yang dijelaskan oleh Dettmer 2006:71-73 dalam taksonomi bloom yang membedakan kemampuan manusia kedalam 4 domain yakni : a kognitif, b afektif, c sensorimotor, dan d sosial. Ranah kognitif berisi aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir, ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, minat,, motivasi dan sikap sedangkan ranah psikomotorik berisi perilaku yang menekankan funsi manipulatif dan keterampilan motorik kemampuan fisik. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai keempat domain tersebut. 6 Tabel 1. Domain-Domain yang dikembangkan dalam Pembelajaran Domain Kognitif Domain Afektif Domain Sensorimotor Domain Sosial Kesatuan Unity Mengetahui know Menerima receive Mengamati observe Menghubungkan relate Merasa percive Memahami comprehend Menanggapi respond Bereaksi react Berkomunikasi communicate Mengerti understand Menerapkan apply Menilai value Beraktivitas act Berpartisipasi participate Menggunakan menangani use Menganalisis analysis Mengorganisasi organize Beradaptasi adapt Bernegosiasi negotiate Membedakan menemukenali perbedaan differentiate Mengevaluasi evaluate Menginternalisasi internalize Melakukan aktivitas nyata authenticate Memutuskan berdasarkan pertimbangan adjudicate Memvalidasi menunjukkan yang sebenarnya validate Menyintesis synthesize Mengarakterisasi characterize Mengharmoni sasikan harmonize Berkolaborasi collaborate Berinte-grasi integrate Berimajinasi image Mengagumi wonder Berimprovisas i inprovise Berinisiatif initiate Berani menempuh resiko venture Berkreasi create Beraspirasi aspire Berinovasi innovate Mengonversi ke hal baru convert Melakukan sesuatu yang orisinal originate Sumber : Dettmer 2006:73 Selain itu Dettmer 2006:73 juga membagi domain-domain tersebut ke dalam jenjang-jenjang menjadi 3 berdasarkan karakteristik yaitu a basic learning yang mencakup nomor 1-2, b applied learning yang mencakup nomer 3-5 dan c ideational learning mencakup nomor 6- 8. 7 Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui interaksi serta berbagai pengalaman dalam belajar. Sesuai dengan yang tertera pada Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif seta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Pembelajaran juga berguna untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada peserta didik. Hal ini seperti yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahas Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Seperti yang telah dipaparkan diatasseturut dengan hal itu, menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 memaparkan bahwa “Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi pada SDMISDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri”. Semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA jenjang Sekolah 8 Dasar bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah kritis serta kreatif. C.KeterampilanBProsesBSainsB Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkahmetode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Conny Semiawan 1992:15 menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan demikian, jika dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran maka diharapkan siswa dapat menemukan fakta dan mengembangkan konsep dari sebuah peristiwa maupun permasalahan. Menurut Towle 1989:18-22 keterampilan ilmiah meliputi keterampilan a melakukan pengamatan dan mengumpulkan data,b melakukan pengukuran, c mengorganisasi data bentuk grafik, tabel, diagram, peta, dsb., d mengklasifikasi, e merumuskan hipotesis, f memprediksi berbagai hal yang relevan dalam menguji hipotesis, g merancang dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis, h menganalisis data i menarik kesimpulan berdasar fakta dan pengetahuan 9 atau hasil percobaan sebelumnya, j menafsirkan, dan k mengomunikasikanmelaporkan. Menurut Rezba et.al 2007:5 keterampilan proses sains adalah sejumlah langkah ilmiah yang tergolong sebagai keterampilan dasar basic skill dan keterampilan mengolahmemroses process skills. Keterampilan dasar basic skills. Tabel 2. Keterampilan Proses Sains Menurut Rezba Sumber : Rezba, 2007:5 Bryce et. al. 1990: 2-3 mengelompokkan keterampilan proses sains menjadi keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains lanjut. Keterampilan proses sains dasar dapat dipecah menjadi keterampilan dasar basic skill dan keterampilan mengolahmemproses process skill. Keterampilan proses sains lanjut berupa keterampilan melakukan investigasi investigation skill secara terintegrasi.Keterampilan proses sains dasar mencakup keterampilan a mengamati, b mengumpulkan data, c melakukan pengukuran, d mengikuti instruksi, dan emengimplementasikan prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses meliputi keterampilan: a menginferensi, dan b menyeleksi berbagai caraprosedur. Keterampilan 10 melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri dari keterampilan: a merencanakan investigasi, b melaksanakan investigasi, dan c melaporkan hasil investigasi. Pada tingkat pendidikan dasar di SD untuk penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar basic sciencec process skill yang meliputi keterampilan mengamati observasi, menggolongkan klasifikasi, menghitung kuantifikasi, meramalkan prediksi, menyimpulkan inferensi, dan mengkomunikasikan komunikasi Patta, 2006:19 Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa Keterampilan Proses Kelas Observasi 1 2 3 4 5 6 7 Klasifikasi x x x x x x x Kuantifikasi x x x x x x x Komunikasi x x x x x x x Inferensi x x x x x x x Prediksi x x x x x x x Interpretasi x x x x Menyusun hipotesis x x x Mengontrol variabel x x x x Eksperimentasi x x x x Memformulasi model x x Sumber : Elementary Science Curiculum Guide, Vancouver, BC 1989 Patta,2006:49 Berdasarkan tabel keterampilan proses sains diatas, subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar maka dari itu peserta didik sebaiknya dalam keterampilan proses sains harus menguasai ketrampilan- keterampilan yang telah disebutkan diatas. Subyek penelitian ini dipilih siswa sekolah dasar kelas V karena dianggap sudah lebih memiliki bekal pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam IPA dibandingkan dengan 11 kelas di bawahnya dan juga sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian Nasional sebagai syarat untuk kelulusan. Sehubungan dengan penguasaan keterampilan proses sains pada, berikut terdapat beberapa indikator keterampilan proses pada tingkat sekolah dasar. Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya Keterampilan Proses Indikator Observasi mengamati Menggunakan alat indera sebanyak mungkin mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai Klasifikasi menggolongkan Mencari perbedaan, mengontraskan, mencari kesamaan, membandingkan, mencari dasar penggolongan Aplikasi konsep menerapkan konsep Menghitung, menjelaskan peristiwa, menerapkan konsep yang dipelajari pada situasi baru Prediksi meramalkan Menggunakan pola, menghubungkan pola yang ada, dan memperkirakan peristiwa yang akan terjadi Interpretasi menafsirkan Mencatat hasil pengamatan, menhubungkan hasil pengamatan, dan kesimpulan Menggunakan alat Berlatih menggunakan alatbahan, menjelaskan mengapa dan bagaimana alat digunakan Eksperimen merencanakan dan melakukan percobaan Menentukan alat dan bahan yang digunakan, menentukan variable, menentukan apa yang diamati, diukur, menentukan langkah kegiatan, menentukan bagaimana data diolah dan disimpulkan Mengkomunikasikan Membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sisrematis. Mengajukan pertanyaan Bertanya, meminta penjelasan, bertanya tentang latar belakang hipotesis. Sumber : Modifikasi dari Hadiat Patta,2006:63 D.KarakterisitikBPerkembanganBPesertaBDidikBB Perkembangan merupakan suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik perubahan fisik jasmaniah, maupun psikis rohaniah menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis dan berkesinambungan Syamsu, 2012:1-2 Pada intinya perkembangan merupakan proses yang kompleks yang terjadi dalam hidup 12 manusia. Proses perkembangandimulaisejak dari dalam kandungan hingga dewasa. Banyak terjadi perubahan dalam hidup manusia, diantaranya adalah perkembangan fisik, perkembangan intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa serta emosi dan sosial. Menurut teori perkembangan intelektual, Piaget Dwi, 2007:111 mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Menurut teori ini, perkembangan intelektual peserta didik melalui tahap-tahap, setiap tahap perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksikan ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor peserta didik berpikir melalui gerakan atau perbuatan Ruseffendi, 1988. Perkembangan intelektual peserta didik berkembang bertahap seturut dengan bertambahnya usia dan juga bertambahnya pengalaman, pendidikan serta pengetahuan dari peserta didik. Setiap perkembangan intelektual anak-anak dan remaja memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan masing-masing tahap perkembangannya. Menurut Jean Piaget Dwi,2007:111 perkembangan intelektual peserta didik berlangsung dalam empat tahap, yaitu : a tahap sensori motor, b tahap pra-operasional, c tahap operasional konkrit, dan d tahap operasional formal. Hal ini dapat dicermati lebih lengkap sebagai berikut : 13 Tabel 5. Tahapan Perkembangan Intelektual Peserta Didik Menurut Piaget Umur Tahun Fase Perkembangan Perubahan Perilaku 0,0 – 2,0 Tahap Sensori Motor Kemampuan berpikir peserta didik baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesar adalah ‘menangis’. Memberi pengetahuan pada mereka pada usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak. 2,0 – 7,0 Tahap Pra- operasional Kemampuan skema kognitif masih terbatas. Suka meniru perilaku orang lain. Terutama meniru perilaku orang tua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaanm dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif. 7,0 – 11,0 Tahap Operasional Kongkrit Peserta didik sudah mulai memahami aspek- aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda- benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 11,0 – 14,0 Tahap Operasional Formal Telah memiliki kemampuan mengkoordinasi dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik akan mempu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika, dan lainnya. Sumber : Dwi,2007:111-112 14 Sesuai dengan subyek penelitian ini yakni siswa kelas V SD yang rata-rata berusia 11 tahun yang berarti dalam tahapan perkembangan intelektual tergolong dalam tahapan operasional konkret yang dalam perkembangan intelektualnya menurut piaget sudah dapat memahami materi dan sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa- peristiwa yang konkret. Sejalan dengan itu, menurut Piaget Rita, 2008:105 masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir usia 7-12 tahun, dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalahyang bersifat konkret dan mampu berpikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang. Masa kanak-kanak akhir menurut Piaget Rita, 2008 :106 anak yang tergolong pada masa Operasi Konkret dimana anak berpikir logis terhadap objek yang konkret dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau hal yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek, atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan. Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap operasional konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Pengalaman hidupnya memberikan andil dalam mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu berpikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses kognitifnya 15 tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis.Rita, 2008 : 105:106 Buku Perkembangan Peserta Didik Selain perkembangan intelektual, manusia juga mengalami perkembangan sosial dalam hidupnya. Perkembangan sosial menurut Erickson Dwi,2007:113 antara lain sebagai berikut Tabel 6. Perkembangan Sosial Manusia Menurut Erikson Umur Tahun Fase Perkembangan Perubahan Perilaku 0,0 – 1,0 Trust vs Mistrust Tahap pertama adalah tahap perkembangan rasa percaya diri kepada orang lain. Fokus terletak pada panca indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan 2,0 – 3,0 Autotomy vs Shame Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa ‘nakal’nya. Namun kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan motorik fisik dan mental kognitif, sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang- orang penting disekitarnya, misalnya orang tua dan guru. 4,0 – 5,0 Inisiative vs Guilt Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Mereka juga mengalami perkembangan inisiatif ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Perkembangan lain yang harus tercipta adalah identitas diri terutama yang berhubungan dengan jenis kelamin. Anak belajar menjadi laki-laki atau perempuan bukan hanya dari alat kelaminnya tetapi juga perlakuan orang disekelilingnya kepada mereka. Fase ini menjadi penting karena umumnya anak mulai merasakan secara psikologis pengaruh dari jenis kelaminnya. Anak laki-laki cenderung menjadi lebih sayang pada ibu, anak perempuan lebih sayan pada ayah. 6,0 – 11,0 Industry vs Inferiority Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. 12,0 – 1820 Ego – identity vs Role on fusion Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirina. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda. 1819 – 30 Intimacy vs Isolation Memasuki tahap ini, manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya 31 - 60 Generativity vs Stagnation Tahap ini ditandau dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa. 60 ke atas Ego Integrity vs Putus asa Masa ini dimulai pada usia 60-an, dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya. Sumber : Dwi, 2007 :113-114 16 Usia anak-anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-11 tahun perkembangan sosialnya menurut erikson mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan bersemangat serta termotivasi untuk belajarnamun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. Sebagai pendidik hendaknya dalam fase ini harus dapat membimbing dan mengajarkan dengan telaten anak sebaik mungkin. Subyek penelitian ini dipilih siswa sekolah dasar kelas V karena dianggap sudah lebih memiliki bekal pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam IPA dibandingkan dengan kelas di bawahnya dan juga sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian Nasional untuk kelulusan. E.KemampuanBBerpikirBDivergenBdanBKreativitasBB 1.BKemampuanBBerpikirBDivergenBdanBKreativitasBB a. Kemampuan Berpikir Divergen Proses Pembelajaran di sekolah menuntut peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen, hal ini seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 bahwa pembelajaran yang menekankan jawaban tungal menuju pembelajaran dengan jawaban kebenarannya multi dimensi. Kutipan pada Undang- Undang tersebut jelas dipaparkan bahwa pembelajaran di sekolah hendaknya lebih menuntut dan mengembangkan peserta didik untuk berpikir divergen dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari satu jawaban. Guru dituntut untuk menuntun siswa mengamati fakta- faktagejala kemudian memecahkan suatu permasalahan dengan 17 menggunakan metode ilmiah. Guru juga dituntut untuk lebih banyak melakukan pertanyaan terbuka agar banyak alternatif jawaban benar berpikir divergen dari peserta didik. Guru mendorong agar peserta didik banyak bertanya dan mengemukakan pendapat. Berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Santrock 2014:9-11 berpikir adalah sebagai suatu aktivitas memanipulasi dan mengubah informasi dalam memori seperti membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Intinya berpikir merupakan proses menemukan dan memecahkan masalah serta memutuskan suatu permasalahan dengan menggunakan akal budi yang sejatinya merupakan salah satu ciri unik yang diciptakan oleh Tuhan yang hanya dimiliki oleh manusia. Pemikiran divergen menurut Santrock 2004:11 adalah pemikiran yang menghasilkan beberapa alternatif jawaban untuk satu pertanyaan dan mencirikan kreativitas. Utami 1985:51 mengatakan bahwa berpikir divergen adalah suatu penguasaan pola berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawabangagasan dalam memecahkan suatu masalahpersoalan. 18 Menurut Guilford Suharnan,2005:25. Berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atas alternatif yang banyak. Menurut Suharnan 2005:26 berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahakan masalah yang kreatif. Suharnan juga menjelaskan bahwa berpikir divergen sebagai operasi mental yang menurut penggunaan kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisionalitas, elaborasi dan kolaborasi, artinya seseorang dikatakan berpikir divergen dalam memecahkan masalah jika memenuhi empat kriteria sebagai berikut : kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas dan elaborasi. Keempat keriteria tersebut diuraikan sebagai berikut : a kelacaran seseorang menghasilkan gagasan yang banyak, b keluwesan berpikir adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang terdiri dari ketegori-kategori yang berbeda-beda atau kemampuan memandan suatu objek, situasi atau masalah dai berbagai sudut pandang, c originalitas atau sering disebut berpikir tidak lazim adalah bentuk keaslian berpikir mengenai suatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran orang pada umumnya, d elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil. Menurut Tadkiroatun 2003:23 kegiatan berpikir divergen memiliki ciri-ciri generatif, eksploratif, tak terprediksi unpredictable, dan multijawab. 19 Setelah melihat berbagai definisi tersebut, pada intinya berpikir divergen adalah suatu pemikiran yang menghasilkan bermacam-macam gagasan alternatif jawaban untuk memecahkan suatu masalahpersoalan. Penelitian ini, kemampuan berpikir divergen yang dilihat yakni berdasarkan gagasan yang tidak dapat dipisahkan dari kreativitas dan dinilai dari aspek kognitif anak. Menurut Utami 1985:52 Kreativitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan- hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas menurut Santrock 2014:20 mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk berpikir tentang cara baru, tidak biasa dan datang dengan solusi yang unik. Sementara menurut Tatang 2009:2 adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan hal-hal baru yang efektif dan etis. Menilik dari definisi tersebut, pada intinya kreativitas adalah suatu kemampuan seseorang untuk dapat membuat atau menghasilkan gagasan, hal maupun suatu penemuan yang baru dan unik. Sebelum dikatakan kreatif, manusia harus menguasai kemampuan berpikir terlebih dahulu, hal ini seperti yang dikatakan oleh Santrock 2014:9-11 bahwa dalam berpikir terdapat 3 aspek penting yang ada didalamnya yaitu mampu berpikir secara kritis, kreatif dan ilmiah. Berdasarkan pendapat tersebut jelas disebutkan bahwa kreatif dan juga 20 ilmiah merupakan hal penting agar dapat berpikir. Jadi keduanya memang berhubungan dan berkaitan satu sama lainnya. 2.BHubunganBKreativitasBdanBKemampuanBBerpikirBDivergenBB Kreativitas erat kaitannya dengan berpikir divergen. Menurut Utami 1985:21 mengatakan bahwa pengembangan kreativitas selalu menuntut peserta didik untuk memikirkan bermacam-macam kemungkinan jawaban tidak hanya satu untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan itu Santrock 2014:20 mengatakan bahwa berpikir divergen adalah karakteristik dari kreativitas. Jadi, dengan kata lain kreativitas selalu menuntut akan adanya pemikiranberpikir divergen ada alternatif jawaban lebih dari satu jawaban. Utami 2012:9 mengatakan bahwa kemampuan berpikir divergen merupakan indikator kreativitas. Penguasaan kemampuan berpikir divergen dengan menghasilkan lebih dari satu alternatif jawaban peserta didik dari berbagai alternatif jawaban tersebut nantinya akan ada gagasan baru yang dianggap unik, orisinil, benar dan berbeda dari orang lain yang disebut sebagai kreatif. Penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan kreativitas terlebih dahulu ada pemikiran divergen berbagai alternatif jawaban lalu muncullah gagasan benar, baru, unik yang kemudian menjadi sebuah hal yang berbeda yang disebut dengan kreativitas. 21 F.KemampuanBBerpikirBDivergenBdalamBKeterampilanBProsesBSainsBB Proses pembelajaran sainsIPA sesuai dengan hakikat IPA yang mengutamakan dan bertumpu pada proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut melibatkan keterampilan proses sains Bambang, 2013:8. Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkahmetode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Keterampilan proses sains pada tingkat sekolah dasar difokuskan pada keterampilan proses sains dasar basic sciencec process skill yang meliputi keterampilan mengamati observasi, menggolongkan klasifikasi, menghitung kuantifikasi, meramalkan prediksi, menyimpulkan inferensi, dan mengkomunikasikan komunikasi Patta, 2006:19. Pembelajaran IPA dengan menggunakan dan menerapkan metode ilmiah serta menggunakan keterampilan proses sains dengan hal tersebut dapat membiasakan anak berpikir kreatif, kritis, dan ilmiah.Peran guru dalam pembelajaran dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka alternatif jawaban lebih dari satu dapat lebih mengoptimalkan kemampuan berpikir divergen anak. Dengan begitu siswa akan dapat memunculkan banyak jawaban benar dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Siswa yang mampu menguasai kemampuan berpikir divergen akan mampu mengambil keputusan sebagai bentuk berpikir konvergen Bambang, 2013:12-13 22 Penelitian ini menggunakan tes tertulis untuk pengukuran keterampilan proses sains yang berupa ide atau gagasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harlen 1992:174-184 bahwa penilaian keterampilan proses dapat berfokus pada ide-idegagasan kognitif dan atau kinerja yang ditampilkan siswa pada setiap langkah ilmiah. Harlen 1992,190-200 menambahkan juga bahwa kererampilan proses dapat dinilai melalui tes tertulis dengan pertanyaan terbuka yang mengandaikan siswa mengalami aktivitas ilmiah. Herlen 1999:129 menambahkan bahwa keterampilan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dalam bentuk perbuatan, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang berkaitan dengan persoalan penggunaan keterampilan tersebut. G.PeranBSekolahBdanBKefavoritanBSekolahB 1.BPeranBSekolahB Sekolah menurut Wayne Atmodiwiro,2000:37 adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan. Sedangkan menurut Daryanto 1997:544 sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi sekolah adalah suatu kumpulan individu yang melakukan kegiatan bersama beinteraksi membentuk kesatuan yang saling bertukar pikiran untuk menambah wawasan pengetahuan. 23 Menurut Daryanto 1997:544 Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan peserta didik dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah dengan mendayagunakan komponen-komponen sekolah secara maksima; dalam kehidupan bermasyarakat yang bersifat nyata di sekitarnya. Di bidang sosial dan pendidikan sekolah memiliki fungsi yaitu membina dan mengembangkan sikap mental peserta didik dan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dengan melaksanakan pengelolaan komponen-komponen sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan melaksanakan supervisi. Secara garis besar fungsi sekolah adalah : a Mendidik calon warganegara yang dewasa, b Mempersiapkan calon warga masyarakat, c Mengembangkan cita-cita profesi atau kerja, d Mempersiapkan calon pembentuk keluarga baru, dan e Pengembangan pribadi realisasi pribadiSimanjuntak Atmodiwirjo:200:65 Berdasarkan teori diatas, telah dijelaskan bahwa fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan sebagai alat untuk membentuk kepribadian individu dan mendidik mereka menjadi lebih baik, berpengetahuan dan berwawasan luas serta beguna bagi bangsa dan negara. 2.BKefavoritanBSekolahB Favorit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah orang yang duharapkan dijagokan, diunggulkan untuk menjadi juara. Jelas dari definisi diatas bahwa favorit dapat juga dikatakan sebagai yang 24 dijagokan dan yang diunggulkan. Maka dari itu, dalam hal ini akan dipaparkan secara berkaitan antara kefavoritan ataupun keunggulan yang keduanya memang saling mengacu dan berkaitan satu sama lain. Sekolah berperan penting dalam membentuk karakter dan mengembangkan kemampuan intelektual serta kreativitas peserta didik. Peserta didik banyak memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dari proses pembelajaran yang ada di Sekolah. Segala bentuk fasilitas, sarana dan prasarana dari sekolah juga mendukung dan berkontribusi terbentuknya perkembangan berpikir kreatif peserta didik. Maka dari itu kualitas sekolah menjadi salah satu faktor yang penting yang dapat mempengaruhi perkembangan berpikir kreatif siswa. Sekolah yang berkualitas biasanya mengacu pada kriteria fasilitas yang memadai, sarana prasarana yang lengkap, tenaga pengajar yang profesional serta kinerja guru yang baik. Salah satu tolok ukur dari sekolah yang berkualitas adalah adanya predikat sekolah favorit yang ada di kalangan masyarakat. Sekolah yang dianggap favorit biasanya adalah sekolah yang dianggap unggul oleh masyarakat baik dari segi fasilitas, sarana prasarana, kinerja guru, kualitas lulusan, yang nantinya akan memicu membludaknya animo pendaftar pada sekolah tersebut. Kefavoritan mengacu pada teori kriteria “sekolah unggul” dan “sekolah efektif”. Menurut Aischa 2010 mengatakan bahwa lulusan sekolah unggulan lebih baik daripada lulusan sekolah non unggulan. Sekolah favorit atau sekolah unggul adalah sekolah yang pada umumnya 25 dikaitkan dengan proses, yaitu perubahan dari input ke dalam output. Semua input yang masuk ke dalam suatu sekolah. Menurut Ratna 2005:2 indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain 1 minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat 2 prestasi yang didapatkan sekolah banyak 3 memiliki sarana prasarana yang memadai 4 lulusan baik dan nilai lulusan tinggi 5 banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. Sejalan dengan hal yang telah dijelaskan bahwa teori kefavoritan mengacu pada kriteria sekolah unggul, menurut Abdul 2011:6 sekolah unggul diartikan sama dengan sekolah efektif yaitu sekolah yang memiliki kemampuan menyelenggarakan proses dan menghasilkan output pendidikan yang lebih tinggi dari standar yang ada. Menurut Carolina 2015 favorit tidaknya suatu sekolah dapat dilihat dari beberapa indikasi antara lain : 1 Tingginya minat masyarakat untuk memasuki sekolah tersebut sehingga jumlah pendaftar lebih banyak dari jumlah siswa yang diterima; 2 Tingginya Nilai Akhir Nasional UAN siswa yang diterima di sekolah tersebut’ 3 Sekolah tersebut banyak mengukir prestasi baik siswa maupun gurunya; 4 Lulusannya banyak diterima di Perguruan tinggi. Secara jelas dipaparkan bahwa salah satu acuan tentang kefavoritan sekolah adalah melihat dari sisi nilai Ujian Nasional UN lulusan dari sekolah tersebut. Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada 26 tingkat kefavoritan sekolah yang dilihat berdasarkan nilai Ujian Nasional UN lulusan output. H.PeranBdanBPekerjaanProfesiBOrangBtuaB 1.PeranBOrangBtuaB Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Menurut Hurlock 1992:9 keluarga berfungsi sebagai mediator sosial budaya bagi anak. Lingkungan keluarga merupakan sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Lingkungan keluarga memiliki indikator yang terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian orang tua serta latar belakang kebudayaan Mizan,2011:5 Menurut Thamrin 1989:26 Peran orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah mengatasi masalah-masalah dalam belajar, memantau jadwal anak baik jadwal sekolah maupun di rumah, memperhatikan kesehatan anak dan memberikan hadiah maupun peringatan. Orang tua memperhatikan dan mengawasi pendidikan anak melalui melatih dan mendorong anak untuk hidup mandiri sesuai dengan tahap perkembangannya. Menurut Stainback dan Susan 1999:30 Peran orang tua dlam membimbing anaj belajar di rumah berarti membantu perkembangan sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan yang mendorong keberhasilan siswa melalui kesediaan orang tua untuk memotivasi anak sehingga 27 berprestasi dalam belajar. Orang tua harus mendidik, menyediakan fasilitas belajar yang cukup dan bersedia melibatkan diri dalam belajar anak. Manurut Grant Martin 2000:25 Peran orang tua membimbing anak belajar di rumah yaitu orang tua harus bersedia menjadi pendengar aktif, membantu anak menyusun jadwal dan pelaksanaannya. Etiyasningsih 2011 bahwa kesadaran akan tugas utama memberi bimbingan anak adalah tugas orang tua, maka akan memberikan pengaruh positif dalam pembentukan tanggung jawab dan mendorong motivasi belajar, mempermudah proses belajar pada anak dan pengkoordinasian lingkungan keluarga untuk mewujudkan anak-anak cerdas berprestasi. Jadi, orang tua dapat berperan aktif dengan memberikan motivasi, bimbingan, fasilitas belajar serta perhatian yang cukup terhadap anak- anaknya yang akan menunjang keberhasilan belajar anak. Adanya dukungan dari orang tua, maka akan membantu anak dalam belajarnya, dengan begitu anak akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk meraih prestasi belajar yang optimal. Disisi lain, Hurlock 1992: 9 menyatakan bahwa orang tua yang mendidik anak dengan cara demokratis mampu mengembangkan kreativitas jauh lebih baik daripada cara otoriter. Kemungkinan orang tua dengan profesi gurudosen lebih mampu mendidik anaknya secara demokratis sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen yang mendasari kreativitas anak. 28 2.PekerjaanProfesiBB Menurut Djam’an Satori 2007:14 mengatakan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian expertise dari para anggotanya. Berarti dalam suatu profesi itu harus dijalankan oleh seseorang yang mempunyai keahlian khusus pada profesi tersebut. Berdasarkan data hasil database kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, daftar pekerjaan yang ada di Kota Yogyakarta terapat berbagai jenis pekerjaan diantaranya mengurus rumah tangga, pensiunan, PNS, TNI, Polri, Pejabat negara, Buruh, Petani, kayawan BUMN, karyawan swasta, wiraswasta, tenaga medis dan lain-lain. Berbagai macam pekerjaan tersebut dpat dikelompokkan menjadi dua yaitu pekerjaan berbasis profesi kependidikan dan bukan kependidikan. Profesi kependidikan yang dimaksud adalah guru dan dosen, sedangkan profesi bukan kependidikan yaitu semua profesi selain guru dan dosen. Guru merupakan jabatan profesional yang tidak sembarang orang mampu melakukannya. Guru dalam mengajar tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, namun juga harus mampu merubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektual 29 maupun keterampilan motorik, serta membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif Wina, 2014: 14. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni melalui pendidikan, penelitian, dan penagbdian kepada masyarakat. Secara keseluruhan berdasarkan pemaparan tersebut, jelas bahwa guru dan dosen adalah seorang pendidik yang mempunyai tugas utama mendidik, membimbng dan mentransfer ilmu kepada peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luluk Kartikawati 2015 menunjukkan bahwa profesi orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar. Penelitian lain menurut hasil penelitian Azwar 2014:58 tentang studi komparasi kepedulian orang tua yang berprofesi guru dengan non guru terhadap pendidikan anak diperoleh hasil bahwa untuk anak dengan orang tua berprofesi non guru lebih tinggi kepeduliannya terhadap pendidikan anak walaupun hanya selisih sedikit dengan hasil dari anak yang orang tuanya berprofesi sebagai guru. 30 I.PenelitianByangBRelevanBB Penelitian yang relevan yang sebelumya sudah pernah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Penelitian oleh Dyah Aniza Kismiati dengan judul penelitian Skripsi “Kemampuan Berpikir Kreatif Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri Di Yogyakarta Ditinjau Berdasarkan Kefavoritan Sekolah” 2. Penelitian oleh Ria Fitriyani Hadi dengan judul penelitian Skripsi : “Kreativitas Keterampilan Proses Sains Aspek Kehidupan pada Siswa Sekolah Dasar Kelas IV dan V Berdasarkan Lokasi Sekolah di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo”. B B B B B B B B B B 31 J.KerangkaBBerpikir Variabel Bebas : Kefavoritan Sekolah Variabel lain yang tidak dikaji : 1. IQ 2. Gender 3. Urutan Kelahiran 4. Jenjang Kelas 5. Lokasi Sekolah 6. Bimbingan Belajar mengembangkan terdiri dari Sekolah Favorit Sekolah Non Favorit Dukungan Keberhasilan dalam Pembelajaran ProfesiBOrangBtuaB Profesi GuruDosen Profesi Bukan GuruDosen Pembelajaran IPA Produk Ilmiah Proses Ilmiah Sikap Ilmiah Metode Ilmiah Keterampilan Proses Sains Keterampilan Dasar Keterampilan Terintegrasi Keterampilan Memroses Kreativitas Kemampuan Berpikir Divergen Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kota Yogyakarta Ditinjau Berdasarkan Kefavoritan Sekolah Dukungan dan Motivasi Belajar Prestasi lulusan Nilai Ujian Nasional dipengaruhi oleh Orang tua Lama waktu membimbing Tingkat Pendidikan Tingkat Pemahaman Materi 1 BABBIIIB METODEBPENELITIANB A.JenisBPenelitianB Penelitian ini menupakan penelitian deskniptit kuantitatit dengan metode sunvei. Penelitian ini tenintegnasi dalam penelitian Bambang Subali dkk tahun 2015 dengan Judul “Pengukunan Kneativitas Ketenampilan Pnoses Sains tenhadap Fenomena Kehidupan dalam Mata Pelajanan IPA di Sekolah Dasan di DIY” B.WaktuBdanBTempatBPenelitianB Penelitian ini dilakukan pada bulan Manet-Apnil 2015 untuk pengambilan data benupa tes kontinmatoni, sedangkan untuk pengambilan data benupa data nata-nata nilai Ujian Nasional sebagai data ketavonitan sekolah dilakukan pada bulan Oktoben-Novemben 2015. Tempat penelitian dilakukan di wilayah Kota Yogyakanta yang tendini dani 2 UPTD yakni UPTD Yogyakanta Timun dan UPTD Yogyakanta Utana yang masing-masing UPTD tendini dani 6 Sekolah Dasan sehingga tendapat 12 sekolah. C.PopulasiBdanBSampelB Populasi dalam penelitian ini yaitu selunuh siswa kelas V Sekolah Dasan di Kota Yogyakanta. Sampel menupakan siswa kelas V di Wilayah UPTD Yogyakanta Timun dan UPTD Yogyakanta Utana. Sampel menggunakan anak SD kelas V dikanenakan pada tingkat ini, siswa telah menenima pelajanan Ilmu Pengetahuan Alam IPA dan lebih 2 benpengalaman senta tidak disibukkan dengan pensiapan ujian nasional sepenti kelas VI. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive samplingatau dengan pentimbangan tententu. Dasan penentuan dalam penelitian ini diantananya adalah visi keagamaan sekolah umumislam-nonislam, status sekolah negeniswasta dan lokasi sekolah desa-kota. Penentuan sekolah yang menjadi sampel penelitian sesuai dengan pentimbangan tensebut dilakukanbekenja sama dengan PengawasSupenvison Gunu SDMI di UPTD setempat. Penelitian ini dipenoleh sampel penelitian yaitu 441 siswa kelas V Sekolah Dasan yang benasal dani 12 Sekolah Dasan yang tenseban di Kota Yogyakanta. Sekolah Dasan di Kota Yogyakanta yang menjadi subyek penelitian antana lain Tabel 7. Dattan nama sekolah dasan yang menjadi sampel di Kota Yogyakanta UPTD Jogja Timun UPTD Jogja Utana SD Negeni Kotagede 5 SD Negeni Senayu SD Negeni Randusani Yogyakanta SD Negeni Unganan 1 MIN 2 Yogyakanta SD Muhammadiyah Sapen SD Muhammadiyah Wanungboto SD Negeni Bacino SD Kanisius Sang Timun SD Negeni Sagan MI Mahad Islami SD Kanisius Kotabanu D.VariabelBPenelitianB Vaniabel bebas dalam penelitian ini adalah kevatonitan sekolah yang dilihat bendasankan hasil kelulusan siswa dengan menggunakan nilai Ujian Nasional. 3 Vaniabel tenikat pada penelitian ini adalah kemampuan benpikin divengen dalam ketenampilan pnoses sains aspek biologi. Penelitian ini tidak ada pengontnolan vaniabel pengganggu secana lebih jauh. Sebagian vaniabel pengganggu yang diasumsikan tenkait dengan hasil penelitian ikut dianalisis benupa aspek bimbingan belajan. Vaniabel penganggu dani penelitian ini adalah pekenjana onangtua dani siswa kelas V Sekolah Dasan di kota Yogyakanta E.InstrumenBPenelitianB Instnumen yang digunakan dalam penelitian ini benupa sepenangkat tes sebanyak 20 item soal yang menuntut siswa untuk menjawab dengan banyak vaniasi atau altennatit jawaban divengen, dan siswa diminta membenikan dua jawaban disetiap item soal. Vaniasi soal tendini dani 4 tipe soal tes yakni soal Tes I, Tes II, Tes III, dan Tes IV. Instnumen penelitian telah divalidasi dan digunakan dalam penelitian Bambang, dkk. tahun 2015 Tes KKPSAK Anak Sekolah Dasan 2013, diuji coba ulang tahun 2014 dan 2015. Kemampuan benpikin divengen menupakan bagian dani kneativitas sehingga item soal tes kemampuan benpikin divengen dan kneativitas dapat disamakan. Instnumen penelitian tensebut telah dibakukanoleh Bambang 2015. Contoh item soal tes Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains yang dikembangkan oleh Bambang Subali 2015 adalah sebagai benikut 4 Tabel 8. Contoh item soal tes Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains yang dikembangkan oleh Bambang Subali 2015 I.BBBBKeterampilanBDasarBBbasicBskillBB 1.BBBKeterampilanBmelakukanBpengamatanB SubaspekBB 1.4 Mengidentitikasi mengenali sendini keadaan yang benpotensi penuh nesiko ketika melakukan pengamatanpencobaan di sekolah dengan yang sama dengan keadaan sahni-hani di numah. ItemBSoalBdanBRubrikBB B 1. Selain tenjadi kemungkinan hidung kemasukan debu atau tangan tensengat banaapi, tulislah duaB keadaanBlain yang dapat membahayakan dinimu saat mengadakan pencobaan atau pengamatan di sekolahB B - Tenkena pisau - Tenkena janum - Tensengat alinan listnik - Mata kemasukan kotonan - Tenkena duni - Kepala ketimpa banang B F.TeknikBPengumpulanBDataBB Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan tes tentulis untuk selunuh sampel penelitian sehingga mempenoleh skon divengen. Pengukunan Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses SainsKBDKPS pada mata pelajanan IPA SD yang disusun oleh Bambang Subali Siti Maniyam tahun 2013 dan diuji coba ulang tahun 2014 dan tahun 2015. Data ketavonitan sekolah ditentukan bendasankan 5 nilai Ujian Nasional yang dipenoleh dani pihak dinas pendidikan Daenah Kota Yogyakanta. G.TeknisBAnalisisBDataB Data yang dipenoleh kemudian dianalisis menggunakan statistika deskniptit untuk mendapatkan nenata skon, simpangan baku, skon tenendah, skon tentinggi, dan jumlah sampel pada masing-masing kelompok siswa. Analisis ketenkaitan antana ketavonitan sekolah tenhadap kemampuan benpikin divengen ketenampilan pnoses sains ditinjau bendasankan pekenjaan onang menggunakan tabel kontigensi. Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains menggunakan pedoman penskonan tes tentulis dikembangkan oleh Bambang 2015 dengan skala politomus skon 0, 1, atau 2 untuk setiap item. Jika siswatesti benhasil menjawab semua soal tes dengan benan, maka skor maksimal dipenoleh sebesan 40. Data nata-nata hasil Ujian Nasional tahun 2011, 2013 dan 2015 di sekolah dasan yang menjadi subyek penelitian kemudian dianalisis untuk mendapatkan nenata nilai yang digunakan untuk menentukan kategoni sekolah antana sekolah tavonit dan sekolah tidak tavonit. Sekolah tavonit dengan knitenia nilai ujian nasionaldiatas nata-nata nilai keselunuhan ujian nasional sampel dan sekolah tidak tavonit dengan knitenia nilai ujian nasional dibawah nata-nata nilai keselunuhan ujian nasional sampel. 1 BABBIIIB METODEBPENELITIANB A.JenisBPenelitianB Penelitian ini menupakan penelitian deskniptit kuantitatit dengan metode sunvei. Penelitian ini tenintegnasi dalam penelitian Bambang Subali dkk tahun 2015 dengan Judul “Pengukunan Kneativitas Ketenampilan Pnoses Sains tenhadap Fenomena Kehidupan dalam Mata Pelajanan IPA di Sekolah Dasan di DIY” B.WaktuBdanBTempatBPenelitianB Penelitian ini dilakukan pada bulan Manet-Apnil 2015 untuk pengambilan data benupa tes kontinmatoni, sedangkan untuk pengambilan data benupa data nata-nata nilai Ujian Nasional sebagai data ketavonitan sekolah dilakukan pada bulan Oktoben-Novemben 2015. Tempat penelitian dilakukan di wilayah Kota Yogyakanta yang tendini dani 2 UPTD yakni UPTD Yogyakanta Timun dan UPTD Yogyakanta Utana yang masing-masing UPTD tendini dani 6 Sekolah Dasan sehingga tendapat 12 sekolah. C.PopulasiBdanBSampelB Populasi dalam penelitian ini yaitu selunuh siswa kelas V Sekolah Dasan di Kota Yogyakanta. Sampel menupakan siswa kelas V di Wilayah UPTD Yogyakanta Timun dan UPTD Yogyakanta Utana. Sampel menggunakan anak SD kelas V dikanenakan pada tingkat ini, siswa telah menenima pelajanan Ilmu Pengetahuan Alam IPA dan lebih 2 benpengalaman senta tidak disibukkan dengan pensiapan ujian nasional sepenti kelas VI. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive samplingatau dengan pentimbangan tententu. Dasan penentuan dalam penelitian ini diantananya adalah visi keagamaan sekolah umumislam-nonislam, status sekolah negeniswasta dan lokasi sekolah desa-kota. Penentuan sekolah yang menjadi sampel penelitian sesuai dengan pentimbangan tensebut dilakukanbekenja sama dengan PengawasSupenvison Gunu SDMI di UPTD setempat. Penelitian ini dipenoleh sampel penelitian yaitu 441 siswa kelas V Sekolah Dasan yang benasal dani 12 Sekolah Dasan yang tenseban di Kota Yogyakanta. Sekolah Dasan di Kota Yogyakanta yang menjadi subyek penelitian antana lain Tabel 7. Dattan nama sekolah dasan yang menjadi sampel di Kota Yogyakanta UPTD Jogja Timun UPTD Jogja Utana SD Negeni Kotagede 5 SD Negeni Senayu SD Negeni Randusani Yogyakanta SD Negeni Unganan 1 MIN 2 Yogyakanta SD Muhammadiyah Sapen SD Muhammadiyah Wanungboto SD Negeni Bacino SD Kanisius Sang Timun SD Negeni Sagan MI Mahad Islami SD Kanisius Kotabanu D.VariabelBPenelitianB Vaniabel bebas dalam penelitian ini adalah kevatonitan sekolah yang dilihat bendasankan hasil kelulusan siswa dengan menggunakan nilai Ujian Nasional. 3 Vaniabel tenikat pada penelitian ini adalah kemampuan benpikin divengen dalam ketenampilan pnoses sains aspek biologi. Penelitian ini tidak ada pengontnolan vaniabel pengganggu secana lebih jauh. Sebagian vaniabel pengganggu yang diasumsikan tenkait dengan hasil penelitian ikut dianalisis benupa aspek bimbingan belajan. Vaniabel penganggu dani penelitian ini adalah pekenjana onangtua dani siswa kelas V Sekolah Dasan di kota Yogyakanta E.InstrumenBPenelitianB Instnumen yang digunakan dalam penelitian ini benupa sepenangkat tes sebanyak 20 item soal yang menuntut siswa untuk menjawab dengan banyak vaniasi atau altennatit jawaban divengen, dan siswa diminta membenikan dua jawaban disetiap item soal. Vaniasi soal tendini dani 4 tipe soal tes yakni soal Tes I, Tes II, Tes III, dan Tes IV. Instnumen penelitian telah divalidasi dan digunakan dalam penelitian Bambang, dkk. tahun 2015 Tes KKPSAK Anak Sekolah Dasan 2013, diuji coba ulang tahun 2014 dan 2015. Kemampuan benpikin divengen menupakan bagian dani kneativitas sehingga item soal tes kemampuan benpikin divengen dan kneativitas dapat disamakan. Instnumen penelitian tensebut telah dibakukanoleh Bambang 2015. Contoh item soal tes Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains yang dikembangkan oleh Bambang Subali 2015 adalah sebagai benikut 4 Tabel 8. Contoh item soal tes Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains yang dikembangkan oleh Bambang Subali 2015 I.BBBBKeterampilanBDasarBBbasicBskillBB 1.BBBKeterampilanBmelakukanBpengamatanB SubaspekBB 1.4 Mengidentitikasi mengenali sendini keadaan yang benpotensi penuh nesiko ketika melakukan pengamatanpencobaan di sekolah dengan yang sama dengan keadaan sahni-hani di numah. ItemBSoalBdanBRubrikBB B 1. Selain tenjadi kemungkinan hidung kemasukan debu atau tangan tensengat banaapi, tulislah duaB keadaanBlain yang dapat membahayakan dinimu saat mengadakan pencobaan atau pengamatan di sekolahB B - Tenkena pisau - Tenkena janum - Tensengat alinan listnik - Mata kemasukan kotonan - Tenkena duni - Kepala ketimpa banang B F.TeknikBPengumpulanBDataBB Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan tes tentulis untuk selunuh sampel penelitian sehingga mempenoleh skon divengen. Pengukunan Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses SainsKBDKPS pada mata pelajanan IPA SD yang disusun oleh Bambang Subali Siti Maniyam tahun 2013 dan diuji coba ulang tahun 2014 dan tahun 2015. Data ketavonitan sekolah ditentukan bendasankan 5 nilai Ujian Nasional yang dipenoleh dani pihak dinas pendidikan Daenah Kota Yogyakanta. G.TeknisBAnalisisBDataB Data yang dipenoleh kemudian dianalisis menggunakan statistika deskniptit untuk mendapatkan nenata skon, simpangan baku, skon tenendah, skon tentinggi, dan jumlah sampel pada masing-masing kelompok siswa. Analisis ketenkaitan antana ketavonitan sekolah tenhadap kemampuan benpikin divengen ketenampilan pnoses sains ditinjau bendasankan pekenjaan onang menggunakan tabel kontigensi. Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains menggunakan pedoman penskonan tes tentulis dikembangkan oleh Bambang 2015 dengan skala politomus skon 0, 1, atau 2 untuk setiap item. Jika siswatesti benhasil menjawab semua soal tes dengan benan, maka skor maksimal dipenoleh sebesan 40. Data nata-nata hasil Ujian Nasional tahun 2011, 2013 dan 2015 di sekolah dasan yang menjadi subyek penelitian kemudian dianalisis untuk mendapatkan nenata nilai yang digunakan untuk menentukan kategoni sekolah antana sekolah tavonit dan sekolah tidak tavonit. Sekolah tavonit dengan knitenia nilai ujian nasionaldiatas nata-nata nilai keselunuhan ujian nasional sampel dan sekolah tidak tavonit dengan knitenia nilai ujian nasional dibawah nata-nata nilai keselunuhan ujian nasional sampel. 6 BABBIVBB HASILBDANBPEMBAHASANBB A.BHasilBPenelitianB Penelitian ini mendesknipsikan tentang hasil skon yang dipenoleh siswa secana tes tentulis. Skon hasil tes tentulis ini benupa tes kemampuan benpikin divengen ketenampilan pnoses sains KBDKPS aspek biologi siswa kelas V Sekolah Dasan di Kota Yogyakanta yang dilaksanakan pada 12 Sekolah Dasan sebagai sampel dani UPTD Jogja Timun dan UPTD Jogja Utana. Tabel 9. Analisis Pengkategonian Sekolah Favonit bendasankan Hasil Pengambilan data Nilai Ujian Nasional tahun 2011, 2013, dan 2015 B NoB B NamaB SekolahB NilaiBUjianBNasionalB Ratak rataB NilaiB UNB KategoriB KefavoritanB SekolahBB 2011B 2013B 2015B 1 SD A 24,60 23,70 23,87 24,06 Favonit 2 SD B 20,00 21,67 23,10 21,59 Tidak Favonit 3 SD C 22,90 22,09 20,69 21,89 Tidak Favonit 4 SD D 19,57 21,25 20,31 20,38 Tidak Favonit 5 SD E 24,12 22,95 22,76 23,28 Favonit 6 SD F 20,22 22,23 20,91 21,12 Tidak Favonit 7 SD G 24,41 25,23 25,29 24,98 Favonit 8 SD H 25,91 26,43 27,24 26,53 Favonit 9 SD I 26,63 26,72 27,53 26,96 Favonit 10 SD J 22,00 21,05 20,42 21,16 Tidak Favonit 11 SD K 22,77 21,45 19,31 21,18 Tidak Favonit 12 SD L 23,28 22,58 21,18 22,35 Tidak Favonit Rata-nata Total 22, 95 Tabel 8 diatas menupakan tabel hasil pengambilan data nilai hasil Ujian Nasional tahun 2011, 2013 dan 2015 yang kemudian dikategonikan kedalam sekolah tavonit dan sekolah tidak tavonit, sehingga dipenoleh data bahwa yang temasuk dalam kategoni sekolah tavonit adalah Sekolah Dasan A, E, G, H, I sedangkan sekolah B,C,D,F,J,K,L tenmasuk sekolah tidak tavonit. 7 Setelah menggolongkan data nilai Ujian Nasional UN kedalam kategoni sekolah tavonit dan tidak tavonit, selanjutnya menganalisis data hasil tes Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPSbendasankan UPTD. Tabel 10. Hasil Analisis KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas V pada Setiap Sampel Sekolah di Kota Yogyakanta No UPTD Nama Sekolah Jumlah Siswa Rata-nata Skon Divengen Simpangan Baku Skon Tenendah Skon Tentinggi 1 Jogja Timun SD A 24 11,75 6,65 23 2 SD B 22 13,27 4,76 5 22 3 SD C 22 19,68 5,51 11 31 4 SD D 15 12,53 8,51 1 28 5 SD E 28 15,14 5,56 4 28 6 SD F 11 8,91 7,56 26 SUB TOTAL sampel 1 122 13,35 6,43 3,5 26,33 7 Jogja Utana SD G 74 18,84 5,84 5 33 8 SD H 144 17,31 7,01 36 9 SD I 29 18,79 3,62 10 27 10 SD J 26 12,88 6,81 1 26 11 SD K 22 15,36 5,95 5 26 12 SD L 24 20,13 6,25 11 36 SUB TOTAL Sampel 2 319 17,22 5,91 5,33 30,67 TOTAL 441 15,29 6,17 4,42 28,50 Ketenangan : Rendah = 0 – 13,33 Sedang = 13,34 – 26,67 Tinggi = 26,68 – 40 Dani Tabel 9 diatas dipenoleh data bahwa Skon kemampuan benpikin divengen siswa kelas V di Kota Yogyakanta tengolong dalam kategoni sedang, dengan nenata skon sebesan 15,29 dani skon maksimal 40. Simpangan baku sebesan 6,17 menandakan bahwa skon KBDKPS siswa benvaniasi, mulai dani skon 0 sampai 36. Siswa yang mendapatkan skon 36 menunjukkan bahwa siswa tensebut memiliki kemampuan benpikin 8 divengen yang tengolong cukup tinggi, sedangkan siswa yang mempenoleh skon 0 menunjukkan siswa tensebut tengolong memiliki kemampuan benpikin divengen sangat nendah. Rata-nata skon divengen Sekolah Dasan yang ada di UPTD Jogja Timun cendenung nendah jika dibandingkan dengan Sekolah Dasan yang tendapat di UPTD Jogja Utana hal ini dipenjelas dengan kebenadaan 3 Sekolah Favonit yang tendapat di UPTD Jogja Utana yang dapat membuat nata-nata skon divengen Sekolah Dasan yang ada di UPTD Jogja Utana cendenung tinggi jika dibandingkan dengan Sekolah Dasan yang ada di UPTD Jogja Timun. Setelah di penoleh data skon Kemampuan Benpikin DivengenKetenampilan Pnoses Sains KBDKPS selanjutnya adalah mengelompokkan skon KBDKPS menunut kategoni ketavonitan sekolah di Kota Yogyakanta. Benikut tabel data hasilnya Tabel 11. Hasil Analisis KBDKPS Aspek Biologi Siswa yang bensekolah di Sekolah Favonit dan Tidak Favonit NoB KategoriB SekolahB SekolahB DasarB SkorBDivergenB NB Ratak rataB SimpanganB BakuB SkorB TertinggiB SkorB TerendahB 1 FAVORIT SD A 11,75 6,65 23 24 2 SD E 15,14 5,56 28 4 28 3 SD G 18,84 5,84 33 5 74 4 SD H 17,31 7,01 36 144 5 SD I 18,79 3,62 27 10 29 SUB TOTAL 16,37 5,74 36 299 6 TIDAK SD B 13,27 4,76 22 5 22 7 SD C 19,68 5,51 31 11 22 8 SD D 12,53 8,51 28 1 15 9 SD F 8,91 7,56 26 11 9 Ketenangan : Rendah = 0 – 13,33 Sedang = 13,34 – 26,67 Tinggi = 26,68 – 40 Tabel 10 menunjukkan hasil pada siswa yang bensekolah di sekolah tavonit cendenung memiliki nata-nata skon divengen tinggi dibandingkan dengan siswa yang bensekolah di sekolah yang tidak tavonit. Hasil untuk nata-nata skon divengen siswa yang bensekolah di sekolah tavonit sebesan 16,37 sedangkan untuk nata-nata skon divengen sekolah yang tidak tavonit adalah 14,38. Namun, dalam hal ini tendapat skon divengen yang paling tinggi yang ada pada sekolah tidak tavonit yakni SD L yang memiliki skon divengen sebesan 20,13 dan SD I. Ada kemungkinan belum menatanya pembelajanan dalam mengembangkan kemampuan benpikin divengen di sekolah dasan di Kota Yogyakanta dilihat bendsankan hasil yang dipenoleh tensebut. Selanjutnya setelah data skon KBDKPS dikelompokkan kedalam sekolah tavonit dan tidak tavonit kemudian akan dipapankan adalah tentang KBDKPS bendasankan ketavonitan sekolah kaitannya dengan pekenjaan onang tua. Tabel 12. Hasil Analisis KBDKPS Aspek Biologi Siswa yang bensekolah di Sekolah Favonit dan Tidak Favonit bendasankan Pekenjaan Onangtua NoB PekerjaanB OrtuB RerataBSkorBKemampuanBBerpikirB DivergenB SekolahB FavoritB NB SekolahB TidakBFavoritB NB 10 FAVORIT SD J 13,27 6,81 26 1 22 11 SD K 12,88 5,95 26 5 26 12 SD L 20,13 6,25 36 11 24 SUB TOTAL 14,38 6,48 36 142 10 1 GunuDosen 18,32 93 9,02 18 2 Bukan GunuDosen 15,91 206 14,36 124 Tabel 11 dipenoleh hasil bahwa pada sekolah tavonit nenata skon kemampuan benpikin divengen siswa cendenung lebih tinggi yang onang tuanya benpnotesi sebagai gunudosen yakni sebesan 18,32 sedangkan pada sekolah yang tidak tavonit nenata skon divengen siswa cendenung lebih tinggi siswa dengan pekenjaan onangtua sebagai bukan gunudosen yakni sebesan 14.36. Hubungan pekenjaan onang tua dengan nenata skon divengen siswa di sekolah tavonit dan tidak tavonit benhubungan dengan penan dan intensitas bimbingan onang tua di numah. Tabel selanjutnya akan menjelaskan mengenai analisis penan onang tua dalam membimbing anaknya di numah. Tabel 13. Hasil Analisis Penan Onang Tua dalam Membimbing Belajan Anak di Rumah Ketenangan: Membimbing belajan anaknya di numah Satuan lama membimbing adalah jam D = Dasan M = Menengah T = Tinggi Bendasankan hasil tabel 12 tentang penan onang tua dalam membimbing anak di numah dipenoleh data untuk onang tua yang PekerjaanB OrangBtuaB JmlB PendidikanBB MembimbingB B LamaBMembimbingBB MenguasaiB MateriBB DB MB TB YaB TdkB 0,1k1B 1,1k2B 2,1k3B 3,1k4B YaB TidakB GuruDosenB 26 - - 100 96,15 3,85 38,46 50 11,54 - 73,08 26,92 BukanB GuruDosenB 174 22,99 44,25 32,76 85,63 14,37 61,49 28,16 7,47 2,87 51,15 48,85 11 pekenjaannya sebagai gunu ataupun dosen semuanya memiliki tingkat pendidikan tinggi sedangkan untuk onang tua yang bekenja bukan gunudosen paling banyak memiliki pendidikan menengah, dan masih banyak juga yang hanya menempuh pendidikan dasan dan hanya sedikit yang mengenyam pendidikan tinggi. Tabel tensebut juga menunjukkan bahwa onang tua yang bekenja sebagai gunudosen maupun bukan gunudosen keduanya mempenhatikan dan membimbing anaknya belajan di numah, namun dalam pnesentasenya onang tua yang benpnotesi sebagai gunudosen lebih banyak membimbing anaknya belajan di numah danipada onang tua yang benpnotesi sebagai bukan gunudosen walaupun selisihnya hanya sedikit. Lama waktu yang digunakan onang tua untuk membimbing anaknya belajan di numah untuk onang tua yang bekenja sebagai gunudosen sebagian besan selama 1,1-2 jam, sedangkan onang tua bukan gunudosen kebanyakan membimbing anaknya selama 0-1 jam. Selanjutnya untuk penguasaan mateni pelajanan, onang tua dengan pekenjaan gunudosen pnesentasenya lebih tinggi jika dibandingkan dengan onang tua yang pekenjaannya bukan gunudosen. Hasil ini dapat dikatakan bahwa kemampuan membimbing onang tua dengan pekenjaan gunudosen lebih tinggi jika dibandingkan onang tua yang pekenjaannya bukan gunudosen. 12 B.BPembahasanB 1.B KemampuanB BerpikirB DivergenB KeterampilanB ProsesB SainsB KBDKPSAspekB BiologiBSiswaBKelasBVBSDBdiBKotaBYogyakartaB Bendasankan data hasil penelitian tabel 10 dipenoleh data bahwa skon kemampuan benpikin divengen ketenampilan pnoses sains KBDKPS aspek Biologi siswa kelas V Sekolah Dasan di Kota Yogyakanta dengan sampel penelitian 12 sekolah dengan jumlah total siswa 441 siswa dilihat secana nenata keselunuhan tenmasuk nendah dengan nenata skon divengen sebanyak dengan sebesan 15,29 dengan skon maksimal 40. Hal ini menunjukkan skon kemampuan benpikin divengen yang sedang. Hasil penelitian Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPS yang telah dipenolehini dapat menjadi gambanan bahwa kemampuan benpikin divengen ketenampilan pnoses sains siswa kelas V Sekolah Dasan di Kota Yogyakanta belum sepenuhnya benkembang ataupun belum optimal penkembangannya tenutama di sekolah-sekolah yang menjadi sampel penelitian. Data hasil penelitian Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPS jika dilihat bendasankan nata-nata keselunuhan, hanya ada satu sekolah dasan yang nata-natanya tinggi ≥20 yakni SD L dengan nata-nata 20,13. Sedangkan untuk sekolah dasan yang nata-nata skon KBDKPS diatas dani nata-nata keselunuhan sampel 15,29ada 6Sekolah Dasan diantananya adalah SD C 19,68, SD G 18,84, SD I 18,79, SD H 17,31, SD K 15,36, dan SD E 15,14. Benkaitan dengan hasil skon KBDKPS di sekolah-sekolah tensebut yang nelatit cukup tinggi 13 jika dibandingan dengan sekolah-sekolah lain, hal ini menandakan bahwa kemungkinan pengembangan KBDKPS di sekolah-sekolah tensebut lebih optimal danipada di sekolah-sekolah lainnya yang menjadi sampel penelitian. Di sisi lain ada bebenapa sekolah dasan yang nata-nata skon KBDKPS nendah jika dibandingan dengan nata-nata keselunuhan sampel, sekolah tensebut antana lain adalah SD B 13,27 SD J 12,88, SD D 12,53, SD A 11,75 bahkan ada yang jauh lebih nendah dibandingkan dengan sekolah yang lain yakni SD F 8,91. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan KBDKPS aspek biologi belum menata di selunuh sekolah tenbukti dengan hasil skon yang dipenoleh. Sehubungan dengan hasil penelitian kemampuan benpikin divengen ketenampilan pnoses sains tabel 10 yang tengolong sedang, hal ini dapat saja tenjadi kanena pembelajanan di sekolah yang belum sepenuhnyamenganahkan siswa untuk lebih mengembangkanbenpikin konvengen benupa penguasaan konsep dan menghatalkan intonmasi sehingga siswa menjadi kunang mengembangkan kemampuan benpikin divengen. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hanyanto 2015 yang kesimpulannya adalah pembelajanan di sekolah dasan di salah satu kabupaten di Yogyakanta lebih dominan mengembangkan cana benpikin konvengen danipada cana benpikin divengen. Pola pembelajanan yang tidak seimbang dan beniningan dalam mengembangkan pola pikin konvengen dan divengenkhususnya pada pembelajanan IPASains ditingkat Sekolah Dasan 14 ini yang dapat membuat kemampuan benpikin divengen siswa hanya sedang dan penlu peningkatan lagi. Benpikin divengen menunut Utami 1985 : 51 menupakan pemikinan yang menghasilkan benmacam-macam kemungkinan jawabangagasan dalam memecahkan suatu masalah, sedangkan benpikin pola konvengen membenikan hasil benupa satu jawaban paling tepat dalam suatu pensoalan. Secana tentulis, penatunan tentang Kemampuan Benpikin Divengen ini juga sudah tentuang dalam Penatunan Menteni No 65 Tahun 2013 tentang pninsip pembelajanan yang digunakan “dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban kebenarannya multi dimensional”. Sudah dipapankan secana jelas bahwa dalam pninsip pembelajanan hendaknya menekankan jawaban divengen dan juga konvengen secana bengantian dan saling melengkapi agan kemampuan benpikin divengen dan konvengen siswa dapat benkembang secana optimal. Benkaitan dengan subyek penelitian yang menupakan siswa sekolah dasan kelas V dengan nentang usia 7-11 tahun pada usia ini tengolong dalam tahapan opensional kongknit yang menunut Jean Piaget Dwi,2011 yang benanti siswa sudah mampu benpikin sistematis mengenai benda- benda dan penistiwa-penistiwa kongknit yang tenjadi yang ada di sekitannya, maka dani itu sehanusnya siswa dapat mengenjakan tes KBDKPS dengan baik. Usia ini pesenta didik juga sudah bisa mengenjakan tugas-tugas sekolah dan tenmotivasi untuk belajan, namun masih memiliki kecendenungan untuk kunang hati-hati dan menuntut penhatian Enickson 15 Dwi, 2007 :113-114 hal ini yang hendaknya di penhatikan oleh gunu agan membimbing dan mempenhatikan pesenta didiknya. Pembelajanan tentang Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPS ini sebaiknya sudah diajankan sejak dini agan nanti kedepannya siswa dapat mengembangkan kemampuan benpikin divengen dengan baik senta dapat mengeksplon kemampuan siswa dalam mengajukan banyak altennatit jawaban benan. Gunu hendaknya banyak benpenan dalam hal ini, sebaiknya lebih banyak membenikan pentanyaan tenbuka menganahkan pada banayak altennatit jawaban. Disisi lain, kesimpulan dani penelitian Husen 2013 bahwa kneativitas ketenampilan pnoses sains penting untuk dikembangkan dan diimplementasikan oleh gunu di Sekolah Dasan wilayah Kota Yogyakanta. Dalam penkembangannya baik kemampuan benpikin divengen maupun kneativitas saling benhubungan enat dan benkaitan sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Santnock 2007:343 yang mengatakan bahwa kneativitas pada anak-anak penlu dibimbing untuk menolong agan anak lebih kneatit dengan mengembangkan pemikinan- pemikinan divengen. Selain pninsip pembelajanan yang menekankan pada pembelajanan yang mengembangkan kemampuan benpikin divengen dan konvengen yang seimbang dan beniningan, disisi lain tujuan pembelajanan menunut BNSP 2006 adalah pembelajanan pada Kunikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 yakni tentang ”mengembangkan keterampilan proses untuk 16 menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan”. Sejalan dengan tujuan pembelajanan itu hendaknya Gunu dalam pembelajanan IPASains dapat mengembangkan potensi siswa melalui pnoses pembelajanan dengan mempenhatikan aspek sains sebagai pnoses, tenutama melalui pendekatan inkuiniilmiah dalam memecahkan suatu penmasalahan sains. Pembelajanan di sekolah dikatakan benhasil tak lepas dani takton- takton yang benpenan antana lain adalah takton intennal yang benupa penan senta gunu sebagai pendidik, siswa yang menjadi subyek pembelajanan ada juga takton ekstennal yang tak lain adalah sekolah. Sekolah benpenan penting dalam tenlaksananya pembelajanan yang menanik, aman dan nyaman. Dilihat dani segi sekolah, dimasa ini banyak sekali onang tua yang benbondong-bondong ingin mendattankan anaknya masuk ke sekolah yang dianggap layak dan bagus baik tasilitas maupun sanana pnasanana dan juga tenaga pengajannya. Kebanyakan dani onang tua menginginkan anaknya masuk ke sekolah tavonit yang ada di daenah kota tempat tinggalnya. Fakton sekolah ini patut untuk dilihat lebih lanjut apakah memang benpenganuh tenhadap siswa mengingat banyak takton yang mempenganuhi hasil dani penelitian ini. Penelitian ini yang akan melihat apakah takton ketavonitan sekolah akan mempenganuhi hasil skon tes Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPS aspek biologi di jenjang Sekolah Dasan kelas V di Kota Yogyakanta. 17 2.BKeterkaitanBantaraBKefavoritanBSekolahBterhadapBKemampuanBBerpikirBDivergenB KeterampilanB ProsesB SainsB KBDKPSB AspekB BiologiB SiswaB KelasB VB SDB diB KotaB YogyakartaBB Penelitian tentang Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPS ini dihubungkan atau dikaitkan dengan ketavonitan sekolah. Ketavonitan sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini dilihat bendasankan nilai hasil Ujian Nasional dani siswa yang ada di sekolah yang menjadi sampel penelitian ini. Ketavonitan mengacu pada teoni knitenia “sekolah unggul” dan “sekolah etektit”. Sekolah tavonit atau sekolah unggul adalah sekolah yang pada umumnya dikaitkan dengan pnoses, yaitu penubahan dani input ke dalam output. Semua input yang masuk ke dalam suatu sekolah. Menunut Ratna 2005:2 indikaton ketavonitan sekolah dani masyanakat antana lain 1 minat masuk sekolah tensebut tinggi oleh masyanakat 2 pnestasi yang didapatkan sekolah banyak 3 memiliki sanana pnasanana yang memadai 4 lulusan baik dan nilai lulusan tinggi 5 banyaknya pesenta didik yang ditenima di sekolah atau pengunuan tinggi tavonit. Menunut Canolina 2015:160 tavonit tidaknya suatu sekolah dapat dilihat dani bebenapa indikasi antana lain : 1 Tingginya minat masyanakat untuk memasuki sekolah tensebut sehingga jumlah pendattan lebih banyak dani jumlah siswa yang ditenima; 2 Tingginya Nilai Akhin Nasional UAN siswa yang ditenima di sekolah tensebut 3 Sekolah tensebut banyak mengukin pnestasi baik siswa maupun gununya; 4 Lulusannya banyak ditenima di Pengunuan tinggi 18 Data tabel 9 menunjukkan sekolah-sekolah yang menjadi sampel penelitian dan telah di kategonikan ke dalam sekolah tavonit dan sekolah tidak tavonit bendasankan nilai Ujian bentunut-tunut 2011, 2013, dan 2015. Sekolah tavonit yang tendini dani SD A, SD E, SD G, SD H, SD I dan kategoni sekolah tidak tavonit yang tendini dani SD B, SD C, SD D, SD F, SD J, SD K, dan SD L. Bendasankan data hasil penelitiantabel 11 dipenoleh data bahwa skon Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPS pada sekolah dasan dengan kategoni tavonit adalah sebesan 16,37, sedangkan untuk sekolah yang tidak tavonit nata-nata skon divengen secana keselunuhan adalah 14,38. Jika dilihat dani penbandingan nata-nata tensebut jelas tenlihat bahwa sekolah dengan kategoni tavonit skon nata-nata KBDKPS cendenung tinggi dibandingkan dengan skon nata-nata KBDKPS sekolah yang tidak tavonit. Hal ini mempenkuat pennyataan bahwa sekolah tavonitunggul lebih baik bila dibandingkan dengan sekolah non tavonitnon unggulan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nenden 2008 bahwa pnestasi siswa sekolah dasan di Senang yang bensekolah di sekolah tavonitunggulan lebih baiktinggi jika dibandingkan dengan pnestasi siswa yang bensekolah di sekolah non tavonitnon unggulan di sekolah dasan di Senang. Hasil ini juga sesuai dengan pennyataan Aischa 2010 mengatakan bahwa lulusan sekolah unggulan lebih baik danipada lulusan sekolah non unggulan. 19 Data hasil penelitian tabel 11 Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPS kaitannya dengan ketavonitan sekolah skon nata-nata kemampuan benpikin divengen sekolah tavonit yang tendini dani 5 sekolah, 3 diantananya yakni SD G, SD I, dan SD H 17,31 secana bentunut-tunut nata-natanya adalah 18,84, 18,79, dan 17,31 daninata-nata tensebut dapat dikategonikan bahwa nata-nata skon KBDKPSnyatinggi kanena diatas nata-nata keselunuhan sebesan 15,29. Sedangkan untuk kelompok kategoni sekolah non tavonit tendapat sekolah yang mempenoleh skon divengen yang tinggi. Sebanyak 2 dani 7 sekolah non tavonit itu adalah SD L dan SD C yang secana bentunut-tunut nata- natanya adalah 20,13 dan 19,68 nata-nata tensebut tengolong tinggi dibandingkan dengan nata-nata skon divengen di sekolah lain, bahkan SD L mempenoleh nata-nata skon divengen sekolah dasan kelas V tentinggi di Kota Yogyakanta dalam lingkup sampel penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan benpikin divengen siswa belum selunuhnya atau belum sepenuhnya menata dan optimal di sekolah- sekolah di Kota Yogyakanta tenutama di sekolah yang menjadi sampel penelitian ini. Sehubungan dengan hasil penelitian, ada ketenkaitan antana ketavonitan sekolah dengan kemampuan benpikin divengen siswa kelas V sekolah dasan, dalam hal ini nata-nata skon KBDKPS di sekolah tavonit cendenung tinggi jika dibandingkan dengan skon nata-nata KBDKPS di sekolah non tavonit, antinya memang tenbukti bahwa sekolah tavonit 20 banyak menghasilkan siswa yang benpnestasi dilihat dani output nilai yang tinggi dan skon benpikin divengen yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sekolah non tavonit. Hal ini antinya sekolah mempunyai penan yang penting guna mencendasakan dan menambah wawasan pengetahuan senta benpenan dalam mengembangkan kemampuan benpikin divengen siswa. Pembelajanan tenutama dalam bidang IPASains hendaknya gunu lebih banyak membenikan pentanyaan tenbuka altennatit jawaban banyak agan anak dapat tenpacu untuk mengembangkan kemampuan benpikin divengennya. 1. KeterkaitanBantaraBKefavoritanBSekolahBterhadapBKemampuanB BerpikirBDivergenBKeterampilanBProsesBSainsBKBDKPSBAspekBBiologiBSiswaBKelasB VBSDBdiBKotaBYogyakartaBditinjauBberdasarkanBPekerjaanBOrangtuaB Pembahasan pada bagian ini mengenai ketenkaitan antana ketavonitan sekolah tenhadap kemampuan benpikin divengen ketenampilan pnoses sains KBDKPS ditinjau bendasankan pekenjaan onang tua yang dalam hal ini di kategonikan menjadi 2, yakni pnotesi sebagai pendidik gunu dosen dan pekenjaan lain non gunudosen. Bendasankan data hasil penelitian tabel 12 dipenoleh data bahwa nenata skon divengen siswa dengan pnotesi onang tua sebagai gunudosen cendenung tinggi bila dibandingkan dengan nenata skon divengen siswa dengan onang tua pnotesi bukan gunudosen. Hasil nenata skon divengen siswa pada sekolah tavonit untuk siswa yang onang tuanya bekenja sebagai gunudosen cendenung lebih tinggi yakni sebesan 18,32 sedangkan nenata skon divengen siswa yang onang 21 tuanya bekenja sebagai bukan gunudosen nenatanya sebesan 15,91. Selanjutnya pada sekolah tidak tavonit nenata skon divengen siswa yang onang tuanya benpnotesi sebagai bukan gunu gunudosen sebesan 14,35, sedangkan untuk nenata skon divengen siswa yang benpnotesi sebagai gunudosen nata-natanya hanya sebanyak 9,02. Secana keselunuhan hasil ini menunjukkan bahwa nenata skon divengen siswa paling tinggi ada pada sekolah tavonit dengan onang tua siswa yang bekenja sebagai gunudosen lihat tabel 12. Dalam hal ini penan onang tua membimbing belajan anaknya di numah sangat penting. Sejalan dengan hal tensebut, tendapat data hasil analisis penan onang tua dalam membimbing anaknya di numah tabel 13 yang menunjukkan bahwa secana keselunuhan onang tua mempenhatikan kegiatan belajan anaknya di numah. Onang tua siswa yang bekenja sebagai gunudosen cendenung lebih banyak waktu dalam membimbing anaknya Tabel 13, tenlihat bahwa sebagian besan meneka membimbing anaknya sekitan 1-2 jam sebanyak 50 dan selebihnya sebanyak 11,54 membimbing anaknya selama 2-3 jam. Sedangkan onang tua siswa yang bekenja sebagai bukan gunudosen lebih banyak membimbing anaknya selama 0,1-1 jam saja. Dimungkinkan onang tua yang bekenja sebagai gunudosen kanna waktu membimbingnya lebih banyak kesempatan untuk mempenoleh intonmasi untuk mengembangkan kemampuan benpikin divengennya lebih banyak. Selain itu didukung juga dengan latan belakang pendidikan onang tua tabel 13 yang menunjukkan bahwa pada onang tua yang bekenja sebagai gunudosen latan 22 pendidikannya keselunuhan tinggi, sedangkan untuk onang tua yang bekenja sebagai bukan gunudosen ada yang benpendidikan dasan, menengah, sampai tinggi. Menunut Endyah 2012:112-113 penkembangan kneativitas ditunjang oleh latan belakang pendidikan onang tua. Dalam hal ini onang tua benpendidikan tinggi lebih peduli senta mempenhatikan penkembangan pendidikan anaknya, tenmasuk juga benpikin divengen anak. Data tabel 13 mempenlihatkan onang tua siswa tenhadap penguasaan mateni pelajanan, secana keselunuhan onang tua siswa yang bekenja sebagai gunudosen lebih menguasai mateni pembelajanan danipada onang tua siswa yang bekenja sebagai bukan gunudosen. Hal ini sejalan dengan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standan Nasional Pendidikan pasal 28 3 bahwa salah satu kompetensi yang hanus dimiliki oleh seonang gunu adalah kompetensi pnotesional yakni kemapuan penguasaan mateni pembelajanan secana luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing pesenta didik memenuhi standan kopetensi yang ditetapkan. Jadi jelas, dalam hal ini mungkin saja siswa yang mempunyai onang tua gunu lebih menguasai mateni sehingga dapat membimbing anaknya dengan baik Penihal ini onang tua jelas benpenan penting dan benpenganuh tenhadap pnestasi dan hasil belajan anaknya, sepenti yang dikatakan oleh Etiyasningsih 2011 bahwa kesadanan akan tugas utama membeni bimbingan anak adalah tugas onang tua, maka akan membenikan penganuh positit dalam pembentukan tanggung jawab dan mendonong motivasi 23 belajan, mempenmudah pnoses belajan pada anak dan pengkoondinasian lingkungan keluanga untuk mewujudkan anak-anak cendas benpnestasi. Jadi, onang tua dapat benpenan aktit dengan membenikan motivasi, bimbingan, tasilitas belajan senta penhatian yang cukup tenhadap anak- anaknya yang akan menunjang kebenhasilan belajan anak. Adanya dukungan dani onang tua, maka akan membantu anak dalam belajannya, dengan begitu anak akan lebih bensemangat dan tenmotivasi untuk menaih pnestasi belajan yang optimal. Mungkin dalam hal ini onang tua yang benpnotesi sebagai selain gunudosen kunnang dapat memotivasi dan membimbing anaknya secana mendalam dan lebih lanjut, mungkin kanena ketenbatasan waktu. Jadi dapat membuat pnestasi anak cendenung nendah jika dilihat bendasankan hasil skon tes KBDKPS. Penan onang tua selain membimbing adalah memotivasi anaknya dalam belajan, mencukupi kebutuhan sekolah senta mendampingi dan membimbing dalam belajan ada penan lain yang juga tak kalah penting. Onang tua benpenan dalam pemilihan sekolah bagi anaknya, menunut Meswati 2010:28 takton yang timbul dani dalam dini onang tua sebagai donongan untuk pendidikan anaknya antana lain adalah keinginan onang tua untuk anaknya bensekolah di sekolah yang tavonit, keinginan onang tua agan anaknya pintan dan keinginan onang tua agan anaknya mempenoleh pendidikan yang benmutu. Jadi tendapat penan senta onang tua dalam menentukan sekolah yang akan di tempati oleh anaknya. 24 Sehubungan dengan ketenkaitan pekenjaan onang tua dengan skon Kemampuan Benpikin Divengen Ketenampilan Pnoses Sains KBDKPS, sejalan dengan hal itu Nia 2007:12 mengatakan bahwa takton-takton yang enat kaitannya dengan kneativitas dibidang keilmuan adalah jenis kelamin, posisi kelahinan, pendidikan onang tua, pekenjaan onang tua, status ekonomi keluanga, pengalaman masa kecil, kegiatan ekstnakulikulen, pnestasi akademik di sekolah, hobi, pemantaatan waktu senggang dan iklim kehidupan keluanga secana keselunuhan. B B B 1 BABBVB PENUVUPB A.SimpulanB Berdasarkan hasil penelitian dan analsiis data yang telah dilakukan, maka dipernleh kesimpulan bahwa : 1. Kemampuan berpikir divergen keterampilan prnses sains aspek binlngi siswa kelas V SD di Knta Yngyakarta tergnlnng dalam rata-rata sknr sedang denga pernlehan sebesar 15,29 dari tntal sknr sebesar 40. 2. Terdapat keterkaitan antara kemampuan berpikir divergen siswa kelas V seknlah dasar di knta Yngyakarta ditinjau berdasarkan kefavnritan seknlah yaitu adanya perbedaan hasil rata-rata sknr KBDKPS antara seknlah favnrit dan seknlah tidak favnrit, yakni pernlehan sknr rata- rata KBDKPS seknlah favnrit cenderung tinggi yakni sebesar 16,37 jika dibandingkan dengan sknr rata-rata KBDKPS di seknlah tidak favnrit sebesar 14,38. 3. Terdapat keterkaitan antara kefavnritan seknlah terhadap kemampuan berpikir divergen keterampilan prnses sains aspek binlngi siswa kelas V SD di Knta Yngyakarta ditinjau berdasarkan prnfesi nrang tua yang dibedakan berdasarkan prnfesi gurudnsen dan bukan gurudnsen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata sknr kemampuan berpikir divergen paling tinggi diraih nleh siswa yang berseknlah di seknlah favnrit dengan nrang tua yang berprnfesi sebagai gurudnsen yakni sebesar 18,32. Hal ini berkaitan dengan peran memntivasi dan bimbingan dari nrang tua. 2 B.KeterbatasanBPenelitianB Kesimpulan penelitian ini terbatas pada sampel penelitian dan belum dapat digeneralisasi untuk keseluruhan siswa di Knta Yngyakarta. Tes yang dilaksanakan berupa tes knnfirmatnri sehingga pada penelitian ini peneliti tidak mengetahui serta tidak meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana prnses pembelajaran di lapangan. Penelitian ini tentang kefavnritan seknlah hanya dilihat berdasarkan nilai Ujian Nasinnal siswa lulusan dan tidak memperhatikan aspek kefavnritan lain yang dapat dilihat berdasarkan anggapan masyarakat ataupun dilihat dari animn pendaftar serta tidak melihat dari fasilitas dan sarana prasarana dari seknlah tersebut. C.SaranBB Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian, saran yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut: 1. Guru sebaiknya mengembangkan kemampuan berpikir siswa baik pnla knnvergen maupun divergen untuk mendukung siswa dapat berpikir kritisdan kreatif 2. Guru hendaknya dalam pembelajaran menekankan pada pengembangan berpikir divergen siswa dengan banyak mendnrnng anak-anak mengemukakan pendapat dan memberikan banyak perntanyaan serta jawaban benar dengan banyak alternatif jawaban. Guru dapat mencnba dengan pertanyaan terbuka banyak alternatif jawaban 3 3. Guru dan nrang tua hendaknya saling bekerja sama dengan sering melakukan pertemuan rutin guna mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa dan bertukar infnrmasi terkait dengan perkembangan hasil belajar baik di rumah maupun di seknlah 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang perkembangan kemampuan berpikir divergen keterampilan prnses sains dengan sampel penelitian yang memenuhi syarat untuk menganalisis seluruh siswa seknlah dasar kelas v dan menganalisis variabel lain yang dapat dimungkinan mempengaruhi kemampuan berpikir divergen keterampilan prnses sains siswa seknlah dsar keals v. 5. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kefavnritan seknlah dengan kemampuan berpikir divergen keterampilan prnses sains dilihat berdasarkan animn pendaftar dan juga fasilitas dan sarana prasarana yang ada di seknlah mengingat indikatnr kefavnritan seknlah tidak hanya terbatas pada nilai ujian nasinnal lulusan nutput. 1 2 DAFTAR PUSTAKA Aischa. 2010. Memilih Sekolah untuk Anak. Bandung: Inti Medina Anzwar Zanuddin. 2014. Studi Komparasi Kepedulian Orang Tua yang Berprofesi Guru dengan Non Guru terhadap Pendidikan Anak di SMA Negeri Kota Banda Aceh. Skripsi : FKIP UNSYIAH Bambang Subali. 2013. Kemampuan Berpikir Pola Divergen dan BerpikirKreatif dalam Keterampilan Proses Sains: Contoh Kasus dalam Mata Pelajaran Biologi SMA. Yogyakarta: UNY Press. Bryce, T. G. K., et. al. 1990. Techniques for Assessing Process Skills in Practical Science: Teacher’s guide. Oxford:Heinemann Educational Books. BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDMI. Jakarta: BSNP. Campbell, Neil A. dan Jane B. Reece. 2010. Biologi, Jilid ke-1. Edisi ke-8. Penerjemah: Damaring Tyas Wulandari.Jakarta: Erlangga. Carin, Arthur A. danRobert B.Sund. 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus: Merrill Publishing Company. Conny R. Semiawan. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Cetakan ke-3. Jakarta: PT Indeks, Dicetak oleh PT Macanan Jaya Cemerlang. Daryanto. 1997. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Dettmer, Peggy. 2006. New Blooms in Established Fields: Four Domains of Learning and Doing. Roeper Review. Vol. 28, No. 2, Hal. 70-78. Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri. 2015. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Semester II 2015. Diakses dari kependudukan.jogjaprov.go.id tanggal 10 Agustus 2016 Djam’an Satori,dkk. 2008. Profesi Keguruan. Jakrta: Universitas Terbuka Dwi Siswoyo, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan. Edisi ke-1. Yogyakarta: UNY Press. Ebta Setiawan. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI: Kamus Versi OnlineDaring Dalam Jaringan. Diakses melalui http:kbbi.web.id pada tanggal 19 Agustus 2016 pukul 20.00 WIB. Endyah Murniati. 2012. Pendidikan dan Bimbingan Anak Kreatif. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pendagogia. 3 Etiyasningsih. 2011. Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD Tunas Bangsa Kecamatan Wonokromo Surabaya. E- Jurnal Pendidikan Vol.1, No. 1. Hal. 1 Ganiwati. 2015. Peran Bimbingan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMALB Tunagrahita Ringan SLB PGRI Minggir, Sleman. Skripsi: Universitas PGRI Yogyakarta Harlen, Wynne. 1992. The Teaching of Science: Studies in Primary Education. London: David Fulton Publishers. ____________. 1999. Purposes and Procedures for Assessing Science Process Skills. Assessment in Education, ProQuest Education Journals. Volume 6, Nomor 1, Pages 129. Maret 1999. Haryanto. 2015. Pembelajaran Konstruktivistik Meningkatkan Cara Berpikir Divergen Siswa SD: Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Maret 2015 Hurlock, Elizabeth B. 1992. Perkembangan Anak, Jilid 2. Edisi ke-6. Penerjemah: Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga. Luluk Kartikawati. 2015. Pengaruh Profesi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Semester GasalSD Negeri Sigit 3 Tahun Ajaran 20142015: Skripsi. FKIP UMS Meswati. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orang Tua Memilih Sekolah Dasar Islam Terpadu SDIP YLPI Marppoyan Pekanbaru Tempat Sekolah Bagi Anaknya: Skripsi. Universitas Islam Riau Moh Amien. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jedral Pendidikan Tinggi. Mutiara Ipa R. 2005. Perbedaan antara SMA Negeri Favorit dengan SMA Negeri Kurang Favorit di Kota Medan. Skripsi: UNIMED Nenden Sundari. 2008. Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa Sekolah Dasar Unggulan Dan Siswa Sekolah Dasar Non Unggulan Di Kabupaten Serang.Jurnal Pendidikan Dasar Nomor 9 April 2008 Nia Sutisna. 2007. Anak Berbakat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Nuryani Y. Rustaman, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi: Common Textbook. Edisi Revisi. Bandung: UPI. Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains–SD. Jakarta: Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan. 4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Piaget, Jean dan Barbel Inhelder. 2010. Psikologi Anak: The Psychology of the Child. Penerjemah: Miftahul Jannah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rezba, R.J., et. al. 1995. Learning and Assessing Science Process Skills. Edisi ke-3. Iowa: KendallHunt PublishingCompany. Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Anak. Yogyakarta: UNY Press Rumekar Triastuti. 2014. Kreativitas Keterampilan Proses Sains Aspek Kehidupan pada Siswa Sekolah Dasar Kelas IV dan V di Kabupaten Bantul dan Sleman Berdasarkan Lokasi Sekolah. Skripsi.FMIPA UNY. Ruseffendi,E.T. 1988. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak, Jilid 1. Edisi ke-11. Penerjemah: Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti. Jakarta: Erlangga. _________________. 2011. Masa Perkembangan Anak: Children,Buku 2. Edisi ke-11. Penerjemah: Verawaty Pakpahan dan Wahyu Anugraheni. Jakarta: Salemba Humanika. _________________. 2014. Psikologi Pendidikan: Educational Psychology, Buku 2. Edisi ke-5. Penerjemah: Harya Bhimasena. Jakarta: Salemba Humanika. Stainback, Wiliam dan Susan. 1999. Bagaimana Membantu Anak Anda Berhasil di Sekolah. Diterjemahkan oleh Yohanes M.Setianta. Yogyakarta: Kanisius Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi Syamsu Yusuf. 2012. Perkembangan Pesesrta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 5 Tadkiroatun. 2003. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas Thamrin Nasutin, dkk. 1989. Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: BPK Agung Mulia. Tim Penyusun Buku Pedoman Tugas Akhir. 2011. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press. Towle, Albert. 1989. Modern Biology. Austin: Holt, Rinehart Winston. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Utami Munandar. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Penuntun bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT Gramedia. ______________. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta Wina Sanjaya.2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana 1 LAMPIRAN 2 ASPEK DAN SUBASPEK KETERAMPILAN PROSES SAINS YANG DIUKUR BERKAITAN DENGAN FENOMENA KEHIDUPAN ASPEK BIOLOGIPADA MATA PELAJARAN IPA SDMI

A. KETERAMPILAN DASAR BABIC BKILL 1. Keterampilan Melakukan Pengamatan

Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN DALAM PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI PERBEDAAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA DITINJAU BERDASARKAN JENJANG KELAS.

0 0 1

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU BERDASARKAN JENJANG KELAS.

0 0 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA DITINJAU BERDASARKAN ASPEK GENDER.

0 0 5

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V DI KABUPATEN BANTUL DITINJAU BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 2

HUBUNGAN INTELIGENSI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA SEKOLAH DASAR DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 1 3

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH DI KOTA YOGYAKARTA DAN KABUPATEN KULON PROGO.

0 0 1

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI KEFAVORITAN SEKOLAH.

0 2 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V DI KABUPATEN BANTUL DAN SLEMAN BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 1

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 0 14