KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DITINJAU BERDASARKAN KEFAVORITAN SEKOLAH.

(1)

1

Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta Ditinjau Berdasarkan

Kefavoritan Sekolah

SKgIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persayaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dionisia Dwi Prasetyawati NIM 12304241030

JUgUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVEgSITAS NEGEgI YOGYAKAgTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang (Amsal 23 : 18)

Keringat dan air mata adalah anak sungai yang akan terus mengangkut sampan impianku. Diatasnya akan ku

tumpangkan impian-impian manisku itu. (Firman nofeki)

Dream, Believe and Make it Happen (Anonim)

Usaha, kerja keras, perjuangan, semangat, pantang menyerah,

serta doa yang akan menghantarkanmu menuju kesuksesan


(6)

vi

PEgSEMBAHAN

Puji Tuhan, suatu kebahagiaan akhirnya satu tahapan telah terlaksana. Kebahagiaan ini tak lupa berkat bantuan doa dan dukungan dari banyak pihak dan campur tangan dari Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih. Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

 Kedua orangtuaku Bapak Ignatius Mariyo dan Ibu Christina Maria Sumiyati yang selalu memberi dukungan, semangat, doa and everything Terimakasih atas semua yang telah Bapak Ibu berikan padaku.

 Kakakku Marieta Anna Wulandari, Kakak Iparku Martinus Joko Sukamto dan tak lupa Keponakanku yang lucu dan pinter Dorothea Aurelya Githa Christabel terima kasih atas dukungan semangat dan doa yang tak henti dari kalian.

 Kelas A Pendidikan Biologi 2012 yang mengajariku banyak hal, kebersamaan, canda dan tawa kalian akan selalu kuingat. Terimakasih kebersamaan selama 4 tahun ini, aku belajar banyak hal dari kalian. Tetap kompak ya gaes 

 Teman-teman Tim Hore and Best PartnerReno, Irsyad, Puput, Lia, Lita, Dika, Pipit, Ikhsan, Ucup, Suci, Kikik makasih kalian telah memberi warna tersendiri dalam hidupku.

 Temen KPS Lailul, Opi, Wilda terima kasih atas semangat, doa dan dukungan kalian. Partner skripsiku kefavoritan Rosita (Oci) terima kasih kerjasamanya selama ini, terima kasih pengertian, kesabaran dan tuntunanmu, sukses selalu untuk kita. Amiin 


(7)

vii

 KKN 2013 Cengkehan (Eko, Miftah, Novia, Bilby, Intan, Ryan, Vikri, Lisin,Arba, Rimba, Khusnul) makasih support dan doanya. Makasih bullyannya 

 PPL SMA N 1 Piyungan 2015 terutama partner sesama pendidikan biologi nurul ayuningtyas terimakasih banyak doa dan dukungan semangatnya.  IKMK 2012 terimkasih karena kalian mengajarkanku banyak hal. Makaish

doanya, ucapanya. Kita adalah keluarga gaes .

OMK Kleben (Mas Purnomo,Dhian,Tinus,Okta,Ria,Dina,Ardi,dkk) makasih semangat kalian, bully kalian, kebersamaan bersama kalian   OMK Kleputerima kasih teman-teman semuanya anggota OMK Klepu

kalian telah memberikan warna-warna menarik dalam hidupku. Kangen rapat lembur bareng gaes 


(8)

viii

KEMAMPUAN BEgPIKIg DIVEgGEN KETEgAMPILAN PgOSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAg DITINJAU

BEgDASAgKAN KEFAVOgITAN SEKOLAH Oleh :

Dionisia Dwi Prasaetyawati 12304241030

ABSTgAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains (KBDKPS) aspek biologi kelas V sekolah dasar di kota yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah dan kaitannya dengan profesi orang tua. Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan untuk menghasilkan bermacam-macam alternatif jawaban dalam suatu permasalahan. Kemampuan berpikir divergen penting untuk di kembangkan dalam pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel penelitian sebanyak 441 siswa kelas V di kota Yogyakarta terdiri dari 12 sekolah yang ada di UPTD Jogja timur dan UPTD Jogja utara dengan menggunakan teknikpurposive sampling dalam mengambil sampel penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir divergen siswa kelas V sekolah dasar dengan variabel bebas kefavoritan sekolah dan sebagai variabel pengganggu adalah keterkaitan kemampuan berpikir divergen dengan profesi orang tua (guru/dosen atau selain keduanya).

Hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif menunjukkan skor rata-rata KBDKPS sebesar (15,29) dari total skor 40 yang tergolong kategori sedang. Rerata skor KBDKPS siswa di sekolah favorit (16,37) lebih tinggi daripada sekolah tidak favorit (14,38). Rerata skor KBDKPS kelompok siswa di sekolah favorit dengan profesi orang tua guru/dosen (18,32) lebih tinggi daripada siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai bukan guru/dosen (15,91). Rerata skor KBDKPS kelompok siswa di sekolah tidak favorit dengan profesi orang tua bukan guru/dosen (15,36) lebih tinggi daripada siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai guru/dosen (9,02) Secara keseluruhan rerata skor KBDKPS tertinggi diperoleh sekolah favorit dengan siswa yang orangtuanya berprofesi sebagai guru/dosen.

Kata kunci : kefavoritan sekolah, kemampuan berpikir divergen, keterampilan proses sains


(9)

ix

KATA PENGANTAg

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi (TAS) dengan judul yKemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta Ditinjau dari Kefavoritan Sekolah” dapat terselesaikan. Tugas Akhir Skripsi merupakan karya tulis ilmiah mahasiswa yang mencerminkan kemampuan melakukan proses, sikap, dan pola berpikir ilmiah melalui kegiatan penelitian sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.

Penyusunan skripsi bertujuan memantapkan wawasan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam melakukan kegiatan ilmiah. Melalui penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa berpikir divergen (menghasilkan banyak alternatif jawaban) mendukung pengembangan kreativitas dalam pemecahan masalah, dan keduanya sangat penting untuk dikembangkan terutama melalui proses pembelajaran mulai dari jenjang pendidikan dasar. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang mendukung, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan ijin penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar. 2. Bapak Dr. Paidi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

DosenPembimbing Akademik dan Pembimbing Utama yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, arahan selama penyusunan skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Bambang Subali, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, arahan selama penyusunan skripsi.

4. Pihak UPTD dan SD/Sederajat di Kota Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan, arahan, serta kerjasama yang baik untuk melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi.


(10)

x

5. Segenap mahasiswa seperjuangan kelas Pendidikan Biologi A 2012, yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Tim penelitian payung yang telah banyak bekerjasama dan memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas semangat, usaha, dan kerjasama dalam mendukung penyelesaian tugas dengan dilandasi rasa kekeluargaan.

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyusunan karya tulis berikutnya yang lebih baik. Penulis memohon maaf atas kekurangan yang ada pada skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi pihak yang mempelajari serta memberikan kontribusi nyata bagi bidang pendidikan di Indonesia.

Yogyakarta, …. Oktober 2016 Penulis


(11)

xi DAFTAg ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 14

G.Definisi Operasional ... 15

BAB II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Ilmu Sains/IPA dan Biologi ... 17

B. Hakikat Pembelajaran Sains/IPA ... 19

C. Keterampilan Proses Sains ... 24

D. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik ... 27

E. Kemampuan Berpikir Divergen dan Kreativitas ... 32

1. Kemampuan Berpikir dan Kreativitas ... 32

2. Hubungan Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Divergen ... 36

F. Kemampuan Berpikir Divergen dalam Keterampilan Proses Sains ... 37

G. Peran Sekolah dan Kefavoritan Sekolah ... 38

1. Peran Sekolah ... 38

2. Kefavoritan Sekolah ... 39

H. Peran dan Pekerjaan/Profesi Orang tua ... 42

1. Peran Orang tua ... 42

2. Pekerjaan/Profesi Orang tua ... 44

I. Penelitian yang Relevan ... 45

J. Kerangka Berpikir ... 47

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

C. Populasi dan Sampel ... 48


(12)

xii

E. Instrumen ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Pengelompokan Kafavoritan Sekolah Berdasarkan Hasil UN ... 53

2. Skor KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas V SD di Kota Yogyakarta 54 3. Skor KBDKPS Siswa KelasVSD berdasarkan Kefavoritan Sekolah ... 56

4. Skor KBDKPS Siswa Kelas V SD berdasar Kefavoritan Sekolah dan Profesi Orang tua ... 57

5.Data Analisis Peran Orang Tua Membimbing Anaknya Belajar Di rumah ... 58

B. Pembahasan ... 58

1. Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V SD di Kota Yogyakarta ... 59

2. Keterkaitan Kefavoritan Sekolah terhadap KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas V ... 64

3. Keterkaitan Kefavoritan Sekolah terhadap KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas VI berdasar Aspek Profesi Orang tua ... 67

BAB V. PENUTUP A. Simpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian ... 73

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(13)

xiii

DAFTAg TABEL

Tabel 1. Domain Pengembangan Potensi Manusia (Taksonomi Bloom Baru) .... 22

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains ... 25

Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa ... 26

Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya ... 27

Tabel 5. Tahapan Perkembangan Intelektual Peserta Didik Menurut Piaget... 29

Tabel 6. Perkembangan Sosial Manusia Menurut Erikson ... 31

Tabel 7. Daftar nama sekolah dasar yang menjadi sampel di Kota Yogyakarta ... 49

Tabel 8. Contoh item soal tes KBDKPS oleh Bambang Subali ... 51

Tabel 9. Analisis Pengkategorian Sekolah ... 53

Tabel 10. Hasil analisis KBDKPS Semua Sampel Sekolah ... 54

Tabel 11. Hasil analisis KBDKPS Berdasarkan Kategori Sekolah ... 56

Tabel 12. Hasil analisis keterkaitan KBDKPS Berdasarkan Kefavoritan Sekolah ditinjau Dari Profesi Orang Tua ... 57

Tabel 13. Hasil Analisis Peran Orang Tua Membimbing Anaknya Belajar di Rumah ... 58


(14)

xiv

DAFTAg LAMPIgAN

Lampiran 1. Aspek Dan Subaspek KPS ... 81

Lampiran 2. Kisi-Kisi Pengisian Data Identitas Diri Siswa ... 86

Lampiran 3. Kolom Pengisian Data Identitas Diri Siswa ... 87

Lampiran 4. Lampiran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI ... 89

Lampiran 5. Lampiran Nilai Ujian Nasional SD di Kota Yogyakarta ... 95

Lampiran 6. Lampiran Data Hasil Penelitian ... 108

Lampiran 7. Lampiran Angket Penelitian Lanjutan ... 121

Lampiran 8. Surat Keterangan Pembimbing ... 122


(15)

(16)

1

BABBIB PENDAHULUANB A. LatarBBelakangBB

Pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain) dengan sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi (Dwi,2007:53). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU Nomor 20 Tahun 2003). Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses dalam kehidupan manusia yang melalui lembaga pendidikan mewujudkan pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta bertujuan untuk mengembangkan potensi anak.

Biologi menurut Champbell (2010:1) adalah salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari kehidupan. Menurut Bambang (2011:131) biologi sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan keterampilan proses sains yang berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup. Pemahaman konsep sebagai wujud dari produk keilmuan biologi, dapat diawali dengan adanya penyelidikan dengan cara khusus seperti yang dijelaskan Sudjoko (2001:2) bahwa proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun fakta-fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara khusus yang sering disebut sebagai proses/metode ilmiah.


(17)

2

Pembelajaran menurut Nazarudin (2007:163) adalah suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreativitas. Pembelajaran menurut BSNP (2006:30) merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman bermakna. Singkatnya, pembelajaran adalah suatu proses belajar yang sudah direncanakan dan mengharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya.

Pembelajaran biologi (sains/IPA) dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap gejala/fenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 maupun kurikulum 2013 pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sains/IPA pada pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ini mengutamakan proses ilmiah dalam pembelajaran.

Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk kelas IV-VI dan tematik untuk kelas I-III. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak secara terus menerus hanya teori saja namun juga membentuk sikap dan perilaku ilmiah serta mengembangkan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan. Seperti


(18)

3

yang dijelaskan oleh Carin and Sund (1989:4-5) bahwa hakikat sains meliputi proses/metode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Proses untuk memperoleh pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan yang biasa disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan mempelajari gejala alam/fakta-fakta di alam sekitar. Tuntutan pembelajaran IPA secara inkuiri ini sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Isi pada jenjang Sekolah Dasar(BNSP,2006:161) sebagai berikut

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah

Telah dipaparkan dengan jelas bahwa dalam pembelajaran IPA yang sudah mulai dipelajari di tingkat SD/MI sebaikya dilaksanakan secara inkuiri. Inkuiri merupakan proses yang ditempuh siswa (mencari/menyelidiki) untuk menemukan dan memecahkan masalah yang diberikan guru agar peserta didik terbiasa bersikap ilmiah sehingga pelajaran terasa lebih bermakna (Ika, 2014:5). Pembelajaran inkuiri melibatkan proses ilmiah serta menuntut guru dan peserta didik dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA secara inkuiri menuntut peserta didik untuk mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses ini memang harus dikuasai terlebih dahulu oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan proses ilmiah berkaitan dengan pembelajaran sains. Keterampilan dalam hal ini


(19)

4

adalah keterampilan untuk memecahkan suatu masalah/persoalan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sains dengan menggunakan proses/ metode ilmiah. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan proses sains. Adanya tuntutan dari kurikulum untuk menerapkan keterampilan proses sains pada pembelajaran di jenjang sekolah dasar teretera dalamLampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk jenjang SD/MI/SDLB/Paket A yang berisi agar siswa dapat menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di sekitar. Hal ini jelas menuntut siswa agar mampu menguasai keterampilan proses sains.

Keterampilan proses sains menurut Bryce et. al. (1990:3) terdiri dari keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan memroses (process skills), serta keterampilan melakukan investigasi secara terintegrasi.Keterampilan proses sains dasar mencakup keterampilan (a) mengamati, (b) mengumpulkan data, (c) melakukan pengukuran, (d) mengikuti instruksi, dan (e) mengimplementasikan prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses meliputi keterampilan: (a) menginferensi, dan (b) menyeleksi berbagai cara/prosedur. Keterampilan melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri dari keterampilan: (a) merencanakan investigasi, (b) melaksanakan investigasi, dan (c) melaporkan hasil investigasi. Tingkat pendidikan dasar di SD untuk penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), menghitung (kuantifikasi),


(20)

5

meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19)

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Sesuai dengan penjelasan Carin and Sund (1989:4-5) bahwa hakikat sains berupa proses ilmiah/metode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Perolehan produk ilmiah yang berupa gejala/fakta diiringi dengan pengembangan dan pembentukan sikap ilmiah yang terdiri dari sikap jujur, obyektif serta sikap lain yang dapat dikembangkan adalah sikap kreatif. Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan NasionalPasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian diatas jelas menegaskan bahwa dalam tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yangkreatif. Sejalan dengan hal tersebut sesuai yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang mengatakan bahwa Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang


(21)

6

pendidikan dasar dimaksudkan untuk menanamkan kebiasaan berpikir dan menerapkan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Penjelasan tersebut semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) jenjang Sekolah Dasar bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah kritis serta kreatif.

Kurikulum pada tingkat Sekolah Dasar (SD) menekankan penggunaan keterampilan proses terutama dalampembelajaran sains/IPA. Hal ini menjadikan siswa dan guru dalam melakukan proses pembelajaran diharapkan untuk menerapkan keterampilan proses sains yang menjadi tuntutan kompetensi keterampilan yang juga bertujuan untuk membiasakan peserta didik untuk berpikir secara ilmiah. Kurikulum yang digunakan oleh sekolah yang menjadi sampel penelitian ini menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Karakteristik Peserta didik di tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan masa kanak-kanak akhir, menurut Piaget (Rita,2008:106) anak yang tergolong pada masa operasi konkret dapat berpikir logis terhadap objek yang konkret dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau hal yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek, atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan. Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap operasional konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas memahami dan memecahkan masalah, anak sudah lebih mampu berpikir.


(22)

7

Subyek pada penelitian ini adalah siswa ditingkat sekolah dasar kelas V yang pada umumnya berusia antara 6-11 tahun. Usia tersebut tergolong dalam tahap operasional konkret dimana anak sudah lebih mampu bepikir. Hal ini merupakan kesempatan emas yang memungkinkan guru dalam pembelajaran di kelas untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikir anak baik berpikir konvergen maupun divergen. Keadaan di sekolah lebih banyak mengembangkan kemampuan berpikir konvergen yakni kemampuan berpikir yang menuntut siswa hanya fokus terhadap satu jawaban benar, di sekolah contohnya seperti Ujian Akhir Sekolah sedangkan untuk perkembangan berpikir divergen dirasa masih kurang dalam pelaksaaannya di sekolah. Kemampuan berpikir divergen lebih menekankan siswa untuk dapat mempunyai alternatif jawaban benar. Jika keduanya berkembang secara bersamaan dan seimbang maka akan lebih baik lagi. Kemampuan berpikir konvergen dan divergen sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar dapat membentuk kreativitas anak. Salah satu dasar untuk memilih kelas V sebagai subyek penelitian antara lain karena siswa kelas V dalam hal ini belum disibukkan ataupun belum fokus oleh Ujian Nasional dan jika dibandingkan dengan dengan kelas-kelas rendah lainnya dilihat dari segi kemampuan daya tangkap dalam menyerap pertanyaan yang ada pada soal-soal kemampuan berpikir divergen dalam hal ini cenderung lebih mampu, paham dan berpengalaman serta pengetahuannya lebih banyak.

Proses pembelajaran disekolah memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan


(23)

8

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP Nomor 19 Tahun 2005). Kreativitas penting karena itu diperlukan untuk membentuk serta mengembangkan potensi-potensi anak. Sementara itu, indikator dari kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen (Utami,2012:9) . Awal untuk terbentuknya kreativitas perlu adanya penguasaan terhadap kemampuan berpikir divergen. Jika seseorang telah dapat menguasai kemampuan berpikir divergen dengan baik maka dari berbagai alternatif jawaban benar tersebut, seseorang akan lebih mudah menemukan gagasan baru yang beda dengan yang lain, benar, orisinil dan unik.

Kaitan dengan proses pembelajaran di sekolah, melihat berdasarkan fakta bahwa lebih dominan mengembangkan kemampuan berpikir konvergen, maka pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan menjelaskan bahwa dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenarannya multi dimensi.Berarti dalam pembelajaran guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk dapat berpikir lebih luas dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari satu. Guru dapat melakukan pertanyaan yang bersifat terbuka agar dapat menggiring anak untuk mengajukan banyak pendapat dan jawaban benar sehingga mendorong anak untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen.

Kaitan dengan penelitian ini, selain dari segi proses pembelajaran faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir divergen dan kreativitas peserta didik antara lain adalah faktor luar seperti


(24)

9

gender, IQ, motivasi belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, pekerjaan orang tua, dan kefavoritan sekolah. Agar dapat mengetahui dan menyelidiki apakah faktor-faktor tersebut berkaitan dan berhubungan ataupun mempengaruhi terhadap kemampuan berpikir divergen peserta didik maka dilakukan suatu penelitian payung oleh Bambang Subali dkk taun 2015. Anak payung penelitian tersebut antara lain meneliti keterkaitan antara variabel IQ, motivasi belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, dengan kemampuan berpikir divergen. Penelitian ini fokus pada kefavoritan sekolah sebagai variabel bebas dan profesi orang tua sebagai variabel penganggu.

Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergen dengan kefavoritan sekolah perlu diselidiki karena tingkat kefavoritan sekolah salah satu indikatornya berkaitan dengan prestasi siswa di sekolah tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ratna (2005:2) bahwa indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki sarana prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi (5) banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. Kefavoritan sekolah dalam hal ini mengacu pada sekolah unggul dan sekolah efektif. Menurut Aischa (2010: 97) lulusan sekolah unggulan lebih baik dari sekolah non unggulan. Berdasarkan pernyataan tersebut asumsi awal dari penelitian ini adalah kefavoritan sekolah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir divergen siswa karena sekolah favorit cenderung siswanya berprestasi.


(25)

10

Hasil penelitian Carolina (2015:160) menunjukkan jika kefavoritan sekolah berkaitan dengan mutu sekolah maka . Kategori kefavoritan sekolah tidak lepas kaitannya dengan peran dan pandangan masyarakat ataupun orang tua terhadap sekolah tersebut. Adanya anggapan tingkat kefavoritan sekolah mempengaruhi pertimbangan orang tua dalam memilih sekolah. Selain itu, peran dan tugas orang tua dalam mendidik anaknya sangat penting, baik dari segi motivasi belajar yang berkaitan langsung dengan membimbing anaknya maupun dari segi pembiayaan sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan orang tua. Hasil penelitian Azwar (2014:58) menunjukkan bahwa anak dengan orang tua berprofesi non guru lebih tinggi kepeduliannya terhadap pendidikan anak dibandingkan anak yang orang tuanya berprofesi sebagai guru.

Pemilihan Kota Yogyakarta sebagai sampel penelitian antara lain karena Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar yang terdiri dari banyak sekolah yang memiliki banyak prestasi, diantaranya seperti yang dikemukanan Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 dan 2014 bahwa rata-rata UAS di sekolah dasar di kota Yogyakarta menempati peringkat pertama kemudian disusul Kebupaten Sleman dan Kulonprogo. Hal ini yang menjadi menarik untuk diteliti apakah prestasi siswa di Kota Yogyakarta tinggi dan kaitannya dengan kemampuan berpikir divergen siswa.

Sejauh ini belum ada informasi mengenai penelitian kemampuan berpikir divergen siswa sekolah dasar di Kota Yogyakarta kaitannya dengan tingkat kefavoritan sekolah, oleh karena itu penelitian tentang kemampuan berpikir divergen siswa pada tingkat sekolah dasar di Kota Yogyakarta ditinjau


(26)

11

berdasarkan kefavoritan sekolah perlu dilakukan serta kaitannya dengan pekerjaan orang tua .

B. IdentifikasiBMasalahBB

Meninjau dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan antara lain adalah:

1. Kefavoritan sekolah berkaitan dengan kualitas sekolah yang dapat dilihat berdasarkan prestasi yang sudah dicapai oleh siswa.. Biasanya erat dikaitkan dengan prestasi akademik yang menyangkut nilai yang diperoleh ataupun dicapai oleh siswa. Ujian Nasional (UN) merupakan slah satu kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik. Nilai UN penting karena merupakan penentu lulusan peserta didik dari suatu tingkat pendidikan. Hal ini sekolah berperan dalam pembelajaran terutama dalam mengembangkan berpikir divergen. Apakah kefavoritan sekolah yang dilihat dari prestasi berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) mempengaruhi kemampuan berpikir divergen siswa?

2. Kefavoritan sekolah berkaitan dengan pandangan masyarakat. Kualitas sekolah dapat dilihat berdasarkan segi fasilitas dan sarana prasarana yang diberikan sekolah untuk menunjang proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang optimal dengan didukung fasilitas dan sarana prasarana yang mumpuni akan mendukung perkembangan kemampuan berpikir divergen siswa. Adakah perbedaan kemampuan berpikir divergen siswa kaitannya dengan


(27)

12

kefavoritan sekolah yang dilihat berdasarkan fasilitas dan sarana prasarana yang ada di sekolah?

3. Kefavoritan sekolah kaitannya dengan motivasi belajar merupakan hal dan tugas penting orang tua dalam mendidik dan membimbing anaknya belajar di rumah. Kepedulian terhadap pendidikan anak dan motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar anak sehingga pengetahuan dan kemampuan berpikirpun bertambah. Apakah kemampuan berpikir divergen berkaitan dengan motivasi belajar dari orang tua?

4. Kefavoritan sekolah kaitannya dengan pekerjaan orang tua. Pekerjaan orang tua dapat berkaitan dengan biaya, latar belakang pendidikan, peran orang tua dalam membimbing anaknya belajar di rumah, lama membimbing dan penguasaan materi. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting. Adakah perbedaan kemampuan berpikir divergen siswa ditinjau dari pekerjaan orang tua?

C. BatasanBMasalahB

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, pada penelitian ini akan berfokus pada kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di Kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah. Aspek pekerjaan orang tua sebagai variabel pengganggu yang dianalisisketerakitannya dan beberapa variabel lain yang kemungkinan terkait dalam penelitian ini tidak di kontrol secara ketat.


(28)

13

D. RumusanBMasalahB

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dipaparkan, masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di Kota Yogyakarta?

2. Apakah kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di kota Yogyakarta berkaitan dengan tingkat kefavoritan sekolah?

3. Apakah kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah berkaitan dengan profesi orang tua?

E. TujuanBPenelitianB

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui

1. Kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek Biologi siswa sekolah dasar kelas V di kota Yogyakarta

2. Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergenketerampilan proses sains aspek biologi anak sekolah dasar kelas V di Kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah

3. Keterkaitan antara kefavoritan sekolah terhadap kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa


(29)

14

kelas V SD di Kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan profesi orang tua.

F. ManfaatBPenelitianBB

1.Bagi Departemen Pendidikan Nasional (Depiknas)

a. Sebagai informasi dan pengetahuan serta gambaran keadaan empiris kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains dalam mata pelajaran IPA SD khusunya di Kota Yogyakarta

b. Dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan terkait pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan berpikir divergen siswa sekolah dasar khususnya mata pelajaran IPA/Sains di Kota Yogyakarta.

2.Bagi guru (IPA/Sains maupun Tematik)

a.Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan agar dapat memotivasi guru untuk mengembangkan pembelajaran dengan mengutamakan proses sains melalui berbegai persoalan IPA/Sains.

b.Memberikan informasi serta pertimbangan terhadap pembelajaran sains/IPA pada siswa sekolah dasar yang hendaknya mengembangkan pola berpikir divergen dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka dan menekankan sains sebagai proses dilandasi sikap ilmiah 3.Bagi peneliti


(30)

15

a.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kependidikan.

b.Mengetahui gambaran tingkat berpikir

divergenketerampilan proses sains aspek biologi siswa sekolah dasar kelas v di kota Yogyakarta.

G. DefinisiBOperasionalB

1. KemampuanBBerpikirBDivergenB

Pola berpikir divergen adalah suatu penguasaan pola berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban/gagasan dalam memecahkan suatu masalah/persoalan (Utami,1985:51)

2. KeterampilanBProsesBSainsB

Keterampilan proses sains aspek biologi dalam mata pelajaran IPA SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah langkah ilmiah terstruktur terkait dengan permasalahan ilmiah. Digolongkan menjadi keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan mengolah/memroses (proses skills). Keterampilan dasar (basic skills) yang meliputi: (a) keterampilan melakukan pengamatan, (b) keterampilan merekam sata/informasi, (c) keterampilan mengikuti instruksi, (d) keterampilan mengklasifikasi, (e) keterampilan melakukan pengukuran, (f) keterampilan

melakukan manipulasi gerakan, dan (g) keterampilan

mengimplementasikan prosedur/teknik/penggunaan peralatan dan keterampilan mengolah/memproses (prosess skills) yang meliputi : (a) keterampilan menginferensi, (b) keterampilan membuat prediksi, dan (c) keterampilan menyeleksi prosedur (Bambang, 2013:11-12). Keterampilan


(31)

16

proses sains yang dimaksud berupa ide/gagasan dan pemikiran kognitif yang mendasari kerja ilmiah siswa.

3. KefavoritanBSekolahB

Menurut Ratna (2005:2) indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki sarana prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi (5) banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit.

Penelitian ini meneliti hubungan keterkaitan antara Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains dengan kefavoritan sekolah yang dilihat dari nilai Ujian Nasional lulusan sekolah tersebut.

4. ProfesiBOrangBTuaB

Profesi orang tua dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yakni orang tua yang berprofesi sebagai guru/dosen dan yang berprofesi selain guru/dosen. Perihal ini akan dilihat keterkaitan antara KBDKPS dengan profesi orang tua. Variabel ini sebagai variabel penganggu yang dikaji keterkaitannya dengan kefavoritan sekolah.


(32)

1

BABBIIB KAJIANBPUSTAKAB

A.HakikatBSains/IPABdanBBiologiB

Hakikat ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Secara jelas dipaparkan bahwa Ilmu mempunyai metode untuk menerangkat suatu pengetahuan.

Sains biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Sains secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau mempelajari oeristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Patta, 2006:9)

Menurut Fisher (Moh.Amin, 1978:4) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi.

Hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur (Trianto, 2010:137).

Sejalan dengan hal tersebut, Carin & Sund (1989:4-5) menjelaskan bahwa sains adalah cara untuk mengenal alam secara ilmiah melalui observasi dan eksperimen. Unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses sains/metode ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses sains/metode ilmiah, merupakan cara-cara khusus dalam penyelidikan atau pemecahan


(33)

2

masalah. Misalnya membuat hipotesis, merancang dan melaksanakan percobaan, mengumpulkan dan menyusun data, mengukur dan sebagainya. Produk Ilmiah, meliputi fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya. Sikap Ilmiah, meliputi kepercayaan, nilai-nilai, gagasan obyektif, jujur. Serta sikap ilmiah lain dalam membuat suatu keputusan setelah memperoleh data. Komponen sikap juga mencakup nilai dan moral meliputi : rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif, rendah hati, berpandangan terbuka.

Hakikat sains/IPA secara singkat dapat diartikan bahwa IPA terdiri dari beberapa komponen diantaranya merupakan produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. IPA adalah ilmu yang mempelajari segala macam tentang alam yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah dengan menerapkan sikap ilmiah sehingga memperoleh produk hasil yang dapat berupa fakta, teori maupun konsep. Jadi, dengan demikian adanya metode ilmiah inilah yang merupakan cara untuk memecahkan permasalahan sains dengan rangkaian suatu tahapan.

Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi Sudjoko (2001:2). Proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun fakta-fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara khusus yang sering disebut sebagai proses/metode ilmiah.


(34)

3

B.HakikatBPembelajaranSains/IlmuBPengetahuanBAlamBdanBBiologiB

Pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru dan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 201:461).Menurut BSNP (2006:30) Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dpat memperoleh pengalaman bermakna. Secara singkat pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang terjadi di suatu lingkungan belajar. Adanya interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik ini yang nantinya diharapkan agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sesuai dengan pernyataan tersebut, diharapkan bahwa pendidikan di Indonesia ini dapat mewujudkan suasana belajar yang baik agar dapat mengembangkan potensi dan keterampilan yang ada didalam diri peserta didik.

Biologi menurut Champbell (2010:1) merupakan salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari kehidupan. Biologi merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memang sudah dipelajari mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) . Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk kelas IV-VI dan tematik untuk kelas I-III.


(35)

4

Pembelajaran biologi (sains/IPA) dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap gejala/fenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 maupun kurikulum 2013 pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sains/IPA pada pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ini mengutamakan proses ilmiah dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran IPA adalah proses untuk memperoleh pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan yang biasa disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan mempelajari gejala alam/fakta-fakta di alam sekitar. Hal ini seperti yang tertera pada pada BSNP (2006:161) :

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah

Sudah sangat jelas dipaparkan bahwa dalam pembelajaran IPA yang sudah mulai dipelajari di tingkat SD/MI sebaikya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah atau dikatakan sebagai penyelidikan ilmiah. Menurut Nyoman (1985:8) inkuiri ilmiah adalah sebagai usaha mencari pengetahuan dan


(36)

5

kebenaran/ usaha penyelidikan. Dengan demikian guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri sesuai dengan hakikat IPA/Sains sebagai proses yakni mengarahkan siswa untuk melakukan penemuan baik melalui fakta atau gejala melalui proses ilmiah.

Pembelajaran di kelas menuntut guru untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibahas sebelumnya. Pembelajaran agar dapat mengembangkan seluruh potensi-potensi ataupun kemampuan dari peserta didik serta untuk memudahkan pengkajian pembahasan dan penilaian biasanyadiadakan pemilahan dengan menggunakan asepek-aspek tertentu. Aspek-aspek tersebut dibagi kedalam beberapa bagian seperti yang dijelaskan oleh Dettmer (2006:71-73) dalam taksonomi bloom yang membedakan kemampuan manusia kedalam 4 domain yakni : (a) kognitif, (b) afektif, (c) sensorimotor, dan (d) sosial. Ranah kognitif berisi aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir, ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, minat,, motivasi dan sikap sedangkan ranah psikomotorik berisi perilaku yang menekankan funsi manipulatif dan keterampilan motorik/ kemampuan fisik. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai keempat domain tersebut.


(37)

6

Tabel 1. Domain-Domain yang dikembangkan dalam Pembelajaran Domain

Kognitif

Domain Afektif Domain Sensorimotor

Domain Sosial Kesatuan (Unity) Mengetahui (know) Menerima (receive) Mengamati (observe) Menghubungkan (relate) Merasa (percive) Memahami (comprehend) Menanggapi (respond) Bereaksi (react) Berkomunikasi (communicate) Mengerti (understand) Menerapkan (apply)

Menilai (value) Beraktivitas (act) Berpartisipasi (participate) Menggunakan/ menangani (use) Menganalisis (analysis) Mengorganisasi (organize) Beradaptasi (adapt) Bernegosiasi (negotiate) Membedakan/ menemukenali perbedaan (differentiate) Mengevaluasi (evaluate) Menginternalisasi (internalize) Melakukan aktivitas nyata (authenticate) Memutuskan berdasarkan pertimbangan (adjudicate) Memvalidasi/ menunjukkan yang sebenarnya (validate) Menyintesis (synthesize) Mengarakterisasi (characterize) Mengharmoni sasikan (harmonize) Berkolaborasi (collaborate) Berinte-grasi (integrate) Berimajinasi (image) Mengagumi (wonder) Berimprovisas i (inprovise) Berinisiatif (initiate) Berani menempuh resiko (venture) Berkreasi (create) Beraspirasi (aspire) Berinovasi (innovate)

Mengonversi ke hal baru (convert)

Melakukan sesuatu yang orisinal (originate) Sumber : Dettmer 2006:73

Selain itu Dettmer (2006:73) juga membagi domain-domain tersebut ke dalam jenjang-jenjang menjadi 3 berdasarkan karakteristik yaitu (a) basic learning yang mencakup nomor 1-2, (b) applied learning yang mencakup nomer 3-5 dan (c) ideational learning mencakup nomor 6-8.


(38)

7

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui interaksi serta berbagai pengalaman dalam belajar. Sesuai dengan yang tertera pada Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif seta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

Pembelajaran juga berguna untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada peserta didik. Hal ini seperti yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahas Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Seperti yang telah dipaparkan diatasseturut dengan hal itu, menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 memaparkan bahwa

“Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri”.

Semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) jenjang Sekolah


(39)

8

Dasar bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah kritis serta kreatif.

C.KeterampilanBProsesBSainsB

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah.

Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Conny Semiawan (1992:15) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan demikian, jika dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran maka diharapkan siswa dapat menemukan fakta dan mengembangkan konsep dari sebuah peristiwa maupun permasalahan.

Menurut Towle (1989:18-22) keterampilan ilmiah meliputi keterampilan (a) melakukan pengamatan dan mengumpulkan data,(b) melakukan pengukuran, (c) mengorganisasi data (bentuk grafik, tabel, diagram, peta, dsb.), (d) mengklasifikasi, (e) merumuskan hipotesis, (f) memprediksi berbagai hal yang relevan dalam menguji hipotesis, (g) merancang dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis, (h) menganalisis data (i) menarik kesimpulan berdasar fakta dan pengetahuan


(40)

9

atau hasil percobaan sebelumnya, (j) menafsirkan, dan (k) mengomunikasikan/melaporkan.

Menurut Rezba et.al (2007:5) keterampilan proses sains adalah sejumlah langkah ilmiah yang tergolong sebagai keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan mengolah/memroses (process skills). Keterampilan dasar (basic skills).

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains Menurut Rezba (Sumber : Rezba, 2007:5)

Bryce et. al. (1990: 2-3) mengelompokkan keterampilan proses sains menjadi keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains lanjut. Keterampilan proses sains dasar dapat dipecah menjadi keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan mengolah/memproses (process skill). Keterampilan proses sains lanjut berupa keterampilan melakukan investigasi (investigation skill) secara terintegrasi.Keterampilan proses sains dasar mencakup keterampilan (a) mengamati, (b) mengumpulkan data, (c) melakukan pengukuran, (d) mengikuti instruksi, dan (e)mengimplementasikan prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses meliputi keterampilan: (a) menginferensi, dan (b) menyeleksi berbagai cara/prosedur. Keterampilan


(41)

10

melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri dari keterampilan: (a) merencanakan investigasi, (b) melaksanakan investigasi, dan (c) melaporkan hasil investigasi.

Pada tingkat pendidikan dasar di SD untuk penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19)

Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa Keterampilan Proses Kelas

Observasi 1 2 3 4 5 6 7

Klasifikasi x x x x x x x

Kuantifikasi x x x x x x x

Komunikasi x x x x x x x

Inferensi x x x x x x x

Prediksi x x x x x x x

Interpretasi x x x x

Menyusun hipotesis x x x

Mengontrol variabel x x x x

Eksperimentasi x x x x

Memformulasi model x x

Sumber : Elementary Science Curiculum Guide, Vancouver, BC 1989 (Patta,2006:49)

Berdasarkan tabel keterampilan proses sains diatas, subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar maka dari itu peserta didik sebaiknya dalam keterampilan proses sains harus menguasai ketrampilan-keterampilan yang telah disebutkan diatas. Subyek penelitian ini dipilih siswa sekolah dasar kelas V karena dianggap sudah lebih memiliki bekal pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibandingkan dengan


(42)

11

kelas di bawahnya dan juga sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian Nasional sebagai syarat untuk kelulusan.

Sehubungan dengan penguasaan keterampilan proses sains pada, berikut terdapat beberapa indikator keterampilan proses pada tingkat sekolah dasar.

Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya Keterampilan Proses Indikator

Observasi (mengamati) Menggunakan alat indera sebanyak mungkin mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai Klasifikasi

(menggolongkan) Mencari perbedaan, mengontraskan, mencari kesamaan, membandingkan, mencari dasar penggolongan Aplikasi konsep

(menerapkan konsep) Menghitung, menjelaskan peristiwa, menerapkan konsep yang dipelajari pada situasi baru Prediksi (meramalkan) Menggunakan pola, menghubungkan pola yang ada, dan

memperkirakan peristiwa yang akan terjadi Interpretasi

(menafsirkan) Mencatat hasil pengamatan, menhubungkan hasil pengamatan, dan kesimpulan Menggunakan alat Berlatih menggunakan alat/bahan, menjelaskan

mengapa dan bagaimana alat digunakan Eksperimen

(merencanakan dan melakukan percobaan)

Menentukan alat dan bahan yang digunakan, menentukan variable, menentukan apa yang diamati, diukur, menentukan langkah kegiatan, menentukan bagaimana data diolah dan disimpulkan

Mengkomunikasikan Membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sisrematis.

Mengajukan pertanyaan Bertanya, meminta penjelasan, bertanya tentang latar belakang hipotesis.

Sumber : Modifikasi dari Hadiat (Patta,2006:63)

D.KarakterisitikBPerkembanganBPesertaBDidikBB

Perkembangan merupakan suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik perubahan fisik (jasmaniah), maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis dan berkesinambungan (Syamsu, 2012:1-2) Pada intinya perkembangan merupakan proses yang kompleks yang terjadi dalam hidup


(43)

12

manusia. Proses perkembangandimulaisejak dari dalam kandungan hingga dewasa. Banyak terjadi perubahan dalam hidup manusia, diantaranya adalah perkembangan fisik, perkembangan intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa serta emosi dan sosial.

Menurut teori perkembangan intelektual, Piaget (Dwi, 2007:111) mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Menurut teori ini, perkembangan intelektual peserta didik melalui tahap-tahap, setiap tahap perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksikan ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor peserta didik berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988).

Perkembangan intelektual peserta didik berkembang bertahap seturut dengan bertambahnya usia dan juga bertambahnya pengalaman, pendidikan serta pengetahuan dari peserta didik. Setiap perkembangan intelektual anak-anak dan remaja memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan masing-masing tahap perkembangannya. Menurut Jean Piaget (Dwi,2007:111) perkembangan intelektual peserta didik berlangsung dalam empat tahap, yaitu : (a) tahap sensori motor, (b) tahap pra-operasional, (c) tahap operasional konkrit, dan (d) tahap operasional formal. Hal ini dapat dicermati lebih lengkap sebagai berikut :


(44)

13

Tabel 5. Tahapan Perkembangan Intelektual Peserta Didik Menurut Piaget Umur

(Tahun) Perkembangan Fase Perubahan Perilaku 0,0 – 2,0 Tahap Sensori

Motor Kemampuan berpikir peserta didik baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/ memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesar adalah ‘menangis’. Memberi pengetahuan pada mereka pada usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak.

2,0 – 7,0 Tahap

Pra-operasional Kemampuan skema kognitif masih terbatas. Suka meniru perilaku orang lain. Terutama meniru perilaku orang tua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaanm dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.

7,0 – 11,0 Tahap Operasional Kongkrit

Peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 11,0 – 14,0 Tahap

Operasional Formal

Telah memiliki kemampuan mengkoordinasi dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik akan mempu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika, dan lainnya.


(45)

14

Sesuai dengan subyek penelitian ini yakni siswa kelas V SD yang rata-rata berusia 11 tahun yang berarti dalam tahapan perkembangan intelektual tergolong dalam tahapan operasional konkret yang dalam perkembangan intelektualnya menurut piaget sudah dapat memahami materi dan sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Sejalan dengan itu, menurut Piaget (Rita, 2008:105) masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalahyang bersifat konkret dan mampu berpikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang.

Masa kanak-kanak akhir menurut Piaget (Rita, 2008 :106) anak yang tergolong pada masa Operasi Konkret dimana anak berpikir logis terhadap objek yang konkret dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau hal yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek, atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan.

Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap operasional konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Pengalaman hidupnya memberikan andil dalam mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu berpikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses kognitifnya


(46)

15

tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis.(Rita, 2008 : 105:106) (Buku Perkembangan Peserta Didik)

Selain perkembangan intelektual, manusia juga mengalami perkembangan sosial dalam hidupnya. Perkembangan sosial menurut Erickson (Dwi,2007:113) antara lain sebagai berikut

Tabel 6. Perkembangan Sosial Manusia Menurut Erikson Umur

(Tahun) Perkembangan Fase Perubahan Perilaku 0,0 – 1,0 Trust vs

Mistrust Tahap pertama adalah tahap perkembangan rasa percaya diri kepada orang lain. Fokus terletak pada panca indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan

2,0 – 3,0 Autotomy vs

Shame Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa ‘nakal’nya. Namun kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting disekitarnya, misalnya orang-orang tua dan guru. 4,0 – 5,0 Inisiative vs

Guilt Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Mereka juga mengalami perkembangan inisiatif/ ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Perkembangan lain yang harus tercipta adalah identitas diri terutama yang berhubungan dengan jenis kelamin. Anak belajar menjadi laki-laki atau perempuan bukan hanya dari alat kelaminnya tetapi juga perlakuan orang disekelilingnya kepada mereka. Fase ini menjadi penting karena umumnya anak mulai merasakan secara psikologis pengaruh dari jenis kelaminnya. Anak laki-laki cenderung menjadi lebih sayang pada ibu, anak perempuan lebih sayan pada ayah.

6,0 –

11,0 Industry Inferiority vs Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. 12,0 –

18/20 Ego – identity vs Role on fusion

Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirina. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda. 18/19 –

30 Intimacy Isolation vs Memasuki tahap ini, manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya

31 - 60 Generativity

vs Stagnation Tahap ini ditandau dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa.

60 ke

atas Ego Integrity vs Putus asa Masa ini dimulai pada usia 60-an, dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya. Sumber : (Dwi, 2007 :113-114)


(47)

16

Usia anak-anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-11 tahun perkembangan sosialnya menurut erikson mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan bersemangat serta termotivasi untuk belajarnamun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. Sebagai pendidik hendaknya dalam fase ini harus dapat membimbing dan mengajarkan dengan telaten anak sebaik mungkin.

Subyek penelitian ini dipilih siswa sekolah dasar kelas V karena dianggap sudah lebih memiliki bekal pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibandingkan dengan kelas di bawahnya dan juga sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian Nasional untuk kelulusan.

E.KemampuanBBerpikirBDivergenBdanBKreativitasBB 1.BKemampuanBBerpikirBDivergenBdanBKreativitasBB

a. Kemampuan Berpikir Divergen

Proses Pembelajaran di sekolah menuntut peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen, hal ini seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 bahwa pembelajaran yang menekankan jawaban tungal menuju pembelajaran dengan jawaban kebenarannya multi dimensi. Kutipan pada Undang-Undang tersebut jelas dipaparkan bahwa pembelajaran di sekolah hendaknya lebih menuntut dan mengembangkan peserta didik untuk berpikir divergen dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari satu jawaban. Guru dituntut untuk menuntun siswa mengamati fakta-fakta/gejala kemudian memecahkan suatu permasalahan dengan


(48)

17

menggunakan metode ilmiah. Guru juga dituntut untuk lebih banyak melakukan pertanyaan terbuka agar banyak alternatif jawaban benar (berpikir divergen) dari peserta didik. Guru mendorong agar peserta didik banyak bertanya dan mengemukakan pendapat.

Berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Santrock (2014:9-11) berpikir adalah sebagai suatu aktivitas memanipulasi dan mengubah informasi dalam memori seperti membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Intinya berpikir merupakan proses menemukan dan memecahkan masalah serta memutuskan suatu permasalahan dengan menggunakan akal budi yang sejatinya merupakan salah satu ciri unik yang diciptakan oleh Tuhan yang hanya dimiliki oleh manusia.

Pemikiran divergen menurut Santrock (2004:11) adalah pemikiran yang menghasilkan beberapa alternatif jawaban untuk satu pertanyaan dan mencirikan kreativitas.

Utami (1985:51) mengatakan bahwa berpikir divergen adalah suatu penguasaan pola berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban/gagasan dalam memecahkan suatu masalah/persoalan.


(49)

18

Menurut Guilford (Suharnan,2005:25). Berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atas alternatif yang banyak.

Menurut Suharnan (2005:26) berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahakan masalah yang kreatif. Suharnan juga menjelaskan bahwa berpikir divergen sebagai operasi mental yang menurut penggunaan kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisionalitas, elaborasi dan kolaborasi, artinya seseorang dikatakan berpikir divergen dalam memecahkan masalah jika memenuhi empat kriteria sebagai berikut : kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas dan elaborasi. Keempat keriteria tersebut diuraikan sebagai berikut : (a) kelacaran seseorang menghasilkan gagasan yang banyak, (b) keluwesan berpikir adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang terdiri dari ketegori-kategori yang berbeda-beda atau kemampuan memandan suatu objek, situasi atau masalah dai berbagai sudut pandang, (c) originalitas atau sering disebut berpikir tidak lazim adalah bentuk keaslian berpikir mengenai suatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran orang pada umumnya, (d) elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.

Menurut Tadkiroatun (2003:23) kegiatan berpikir divergen memiliki ciri-ciri generatif, eksploratif, tak terprediksi (unpredictable), dan multijawab.


(50)

19

Setelah melihat berbagai definisi tersebut, pada intinya berpikir divergen adalah suatu pemikiran yang menghasilkan bermacam-macam gagasan (alternatif jawaban) untuk memecahkan suatu masalah/persoalan. Penelitian ini, kemampuan berpikir divergen yang dilihat yakni berdasarkan gagasan yang tidak dapat dipisahkan dari kreativitas dan dinilai dari aspek kognitif anak.

Menurut Utami (1985:52) Kreativitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Kreativitas menurut Santrock (2014:20) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk berpikir tentang cara baru, tidak biasa dan datang dengan solusi yang unik. Sementara menurut Tatang (2009:2) adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan hal-hal baru yang efektif dan etis. Menilik dari definisi tersebut, pada intinya kreativitas adalah suatu kemampuan seseorang untuk dapat membuat atau menghasilkan gagasan, hal maupun suatu penemuan yang baru dan unik.

Sebelum dikatakan kreatif, manusia harus menguasai kemampuan berpikir terlebih dahulu, hal ini seperti yang dikatakan oleh Santrock (2014:9-11) bahwa dalam berpikir terdapat 3 aspek penting yang ada didalamnya yaitu mampu berpikir secara kritis, kreatif dan ilmiah. Berdasarkan pendapat tersebut jelas disebutkan bahwa kreatif dan juga


(51)

20

ilmiah merupakan hal penting agar dapat berpikir. Jadi keduanya memang berhubungan dan berkaitan satu sama lainnya.

2.BHubunganBKreativitasBdanBKemampuanBBerpikirBDivergenBB

Kreativitas erat kaitannya dengan berpikir divergen. Menurut Utami (1985:21) mengatakan bahwa pengembangan kreativitas selalu menuntut peserta didik untuk memikirkan bermacam-macam kemungkinan jawaban (tidak hanya satu) untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan itu Santrock (2014:20) mengatakan bahwa berpikir divergen adalah karakteristik dari kreativitas. Jadi, dengan kata lain kreativitas selalu menuntut akan adanya pemikiran/berpikir divergen (ada alternatif jawaban) lebih dari satu jawaban.

Utami (2012:9) mengatakan bahwa kemampuan berpikir divergen merupakan indikator kreativitas. Penguasaan kemampuan berpikir divergen dengan menghasilkan lebih dari satu alternatif jawaban peserta didik dari berbagai alternatif jawaban tersebut nantinya akan ada gagasan baru yang dianggap unik, orisinil, benar dan berbeda dari orang lain yang disebut sebagai kreatif. Penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan kreativitas terlebih dahulu ada pemikiran divergen (berbagai alternatif jawaban) lalu muncullah gagasan benar, baru, unik yang kemudian menjadi sebuah hal yang berbeda yang disebut dengan kreativitas.


(52)

21

F.KemampuanBBerpikirBDivergenBdalamBKeterampilanBProsesBSainsBB

Proses pembelajaran sains/IPA sesuai dengan hakikat IPA yang mengutamakan dan bertumpu pada proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut melibatkan keterampilan proses sains (Bambang, 2013:8).

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah.

Keterampilan proses sains pada tingkat sekolah dasar difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19).

Pembelajaran IPA dengan menggunakan dan menerapkan metode ilmiah serta menggunakan keterampilan proses sains dengan hal tersebut dapat membiasakan anak berpikir kreatif, kritis, dan ilmiah.Peran guru dalam pembelajaran dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka (alternatif jawaban lebih dari satu) dapat lebih mengoptimalkan kemampuan berpikir divergen anak. Dengan begitu siswa akan dapat memunculkan banyak jawaban benar dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Siswa yang mampu menguasai kemampuan berpikir divergen akan mampu mengambil keputusan sebagai bentuk berpikir konvergen (Bambang, 2013:12-13)


(53)

22

Penelitian ini menggunakan tes tertulis untuk pengukuran keterampilan proses sains yang berupa ide atau gagasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harlen (1992:174-184) bahwa penilaian keterampilan proses dapat berfokus pada ide-ide/gagasan (kognitif) dan atau kinerja yang ditampilkan siswa pada setiap langkah ilmiah.

Harlen (1992,190-200) menambahkan juga bahwa kererampilan proses dapat dinilai melalui tes tertulis dengan pertanyaan terbuka yang mengandaikan siswa mengalami aktivitas ilmiah. Herlen (1999:129) menambahkan bahwa keterampilan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dalam bentuk perbuatan, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang berkaitan dengan persoalan penggunaan keterampilan tersebut.

G.PeranBSekolahBdanBKefavoritanBSekolahB 1.BPeranBSekolahB

Sekolah menurut Wayne (Atmodiwiro,2000:37) adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1997:544) sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi sekolah adalah suatu kumpulan individu yang melakukan kegiatan bersama beinteraksi membentuk kesatuan yang saling bertukar pikiran untuk menambah wawasan pengetahuan.


(54)

23

Menurut Daryanto (1997:544) Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan peserta didik dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah dengan mendayagunakan komponen-komponen sekolah secara maksima; dalam kehidupan bermasyarakat yang bersifat nyata di sekitarnya.

Di bidang sosial dan pendidikan sekolah memiliki fungsi yaitu membina dan mengembangkan sikap mental peserta didik dan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dengan melaksanakan pengelolaan komponen-komponen sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan melaksanakan supervisi. Secara garis besar fungsi sekolah adalah : (a) Mendidik calon warganegara yang dewasa, (b) Mempersiapkan calon warga masyarakat, (c) Mengembangkan cita-cita profesi atau kerja, (d) Mempersiapkan calon pembentuk keluarga baru, dan (e) Pengembangan pribadi (realisasi pribadi)Simanjuntak (Atmodiwirjo:200:65)

Berdasarkan teori diatas, telah dijelaskan bahwa fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan sebagai alat untuk membentuk kepribadian individu dan mendidik mereka menjadi lebih baik, berpengetahuan dan berwawasan luas serta beguna bagi bangsa dan negara.

2.BKefavoritanBSekolahB

Favorit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang duharapkan (dijagokan, diunggulkan) untuk menjadi juara. Jelas dari definisi diatas bahwa favorit dapat juga dikatakan sebagai yang


(55)

24

dijagokan dan yang diunggulkan. Maka dari itu, dalam hal ini akan dipaparkan secara berkaitan antara kefavoritan ataupun keunggulan yang keduanya memang saling mengacu dan berkaitan satu sama lain.

Sekolah berperan penting dalam membentuk karakter dan mengembangkan kemampuan intelektual serta kreativitas peserta didik. Peserta didik banyak memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dari proses pembelajaran yang ada di Sekolah. Segala bentuk fasilitas, sarana dan prasarana dari sekolah juga mendukung dan berkontribusi terbentuknya perkembangan berpikir kreatif peserta didik. Maka dari itu kualitas sekolah menjadi salah satu faktor yang penting yang dapat mempengaruhi perkembangan berpikir kreatif siswa. Sekolah yang berkualitas biasanya mengacu pada kriteria fasilitas yang memadai, sarana prasarana yang lengkap, tenaga pengajar yang profesional serta kinerja guru yang baik. Salah satu tolok ukur dari sekolah yang berkualitas adalah adanya predikat sekolah favorit yang ada di kalangan masyarakat. Sekolah yang dianggap favorit biasanya adalah sekolah yang dianggap unggul oleh masyarakat baik dari segi fasilitas, sarana prasarana, kinerja guru, kualitas lulusan, yang nantinya akan memicu membludaknya animo pendaftar pada sekolah tersebut.

Kefavoritan mengacu pada teori kriteria “sekolah unggul” dan “sekolah efektif”. Menurut Aischa (2010) mengatakan bahwa lulusan sekolah unggulan lebih baik daripada lulusan sekolah non unggulan. Sekolah favorit atau sekolah unggul adalah sekolah yang pada umumnya


(56)

25

dikaitkan dengan proses, yaitu perubahan dari input ke dalam output. Semua input yang masuk ke dalam suatu sekolah. Menurut Ratna (2005:2) indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki sarana prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi (5) banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit.

Sejalan dengan hal yang telah dijelaskan bahwa teori kefavoritan mengacu pada kriteria sekolah unggul, menurut Abdul (2011:6) sekolah unggul diartikan sama dengan sekolah efektif yaitu sekolah yang memiliki kemampuan menyelenggarakan proses dan menghasilkan output pendidikan yang lebih tinggi dari standar yang ada.

Menurut Carolina (2015) favorit tidaknya suatu sekolah dapat dilihat dari beberapa indikasi antara lain : (1) Tingginya minat masyarakat untuk memasuki sekolah tersebut sehingga jumlah pendaftar lebih banyak dari jumlah siswa yang diterima; (2) Tingginya Nilai Akhir Nasional (UAN) siswa yang diterima di sekolah tersebut’ (3) Sekolah tersebut banyak mengukir prestasi baik siswa maupun gurunya; (4) Lulusannya banyak diterima di Perguruan tinggi.

Secara jelas dipaparkan bahwa salah satu acuan tentang kefavoritan sekolah adalah melihat dari sisi nilai Ujian Nasional (UN) lulusan dari sekolah tersebut. Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada


(57)

26

tingkat kefavoritan sekolah yang dilihat berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) lulusan (output).

H.PeranBdanBPekerjaan/ProfesiBOrangBtuaB 1.PeranBOrangBtuaB

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Menurut Hurlock (1992:9) keluarga berfungsi sebagai mediator sosial budaya bagi anak.

Lingkungan keluarga merupakan sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Lingkungan keluarga memiliki indikator yang terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian orang tua serta latar belakang kebudayaan (Mizan,2011:5)

Menurut Thamrin (1989:26) Peran orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah mengatasi masalah-masalah dalam belajar, memantau jadwal anak baik jadwal sekolah maupun di rumah, memperhatikan kesehatan anak dan memberikan hadiah maupun peringatan. Orang tua memperhatikan dan mengawasi pendidikan anak melalui melatih dan mendorong anak untuk hidup mandiri sesuai dengan tahap perkembangannya.

Menurut Stainback dan Susan (1999:30) Peran orang tua dlam membimbing anaj belajar di rumah berarti membantu perkembangan sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan yang mendorong keberhasilan siswa melalui kesediaan orang tua untuk memotivasi anak sehingga


(58)

27

berprestasi dalam belajar. Orang tua harus mendidik, menyediakan fasilitas belajar yang cukup dan bersedia melibatkan diri dalam belajar anak.

Manurut Grant Martin (2000:25) Peran orang tua membimbing anak belajar di rumah yaitu orang tua harus bersedia menjadi pendengar aktif, membantu anak menyusun jadwal dan pelaksanaannya. Etiyasningsih (2011) bahwa kesadaran akan tugas utama memberi bimbingan anak adalah tugas orang tua, maka akan memberikan pengaruh positif dalam pembentukan tanggung jawab dan mendorong motivasi belajar, mempermudah proses belajar pada anak dan pengkoordinasian lingkungan keluarga untuk mewujudkan anak-anak cerdas berprestasi. Jadi, orang tua dapat berperan aktif dengan memberikan motivasi, bimbingan, fasilitas belajar serta perhatian yang cukup terhadap anak-anaknya yang akan menunjang keberhasilan belajar anak. Adanya dukungan dari orang tua, maka akan membantu anak dalam belajarnya, dengan begitu anak akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk meraih prestasi belajar yang optimal.

Disisi lain, Hurlock (1992: 9) menyatakan bahwa orang tua yang mendidik anak dengan cara demokratis mampu mengembangkan kreativitas jauh lebih baik daripada cara otoriter. Kemungkinan orang tua dengan profesi guru/dosen lebih mampu mendidik anaknya secara demokratis sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen yang mendasari kreativitas anak.


(59)

28

2.Pekerjaan/ProfesiBB

Menurut Djam’an Satori (2007:14) mengatakan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Berarti dalam suatu profesi itu harus dijalankan oleh seseorang yang mempunyai keahlian khusus pada profesi tersebut.

Berdasarkan data hasil database kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, daftar pekerjaan yang ada di Kota Yogyakarta terapat berbagai jenis pekerjaan diantaranya mengurus rumah tangga, pensiunan, PNS, TNI, Polri, Pejabat negara, Buruh, Petani, kayawan BUMN, karyawan swasta, wiraswasta, tenaga medis dan lain-lain. Berbagai macam pekerjaan tersebut dpat dikelompokkan menjadi dua yaitu pekerjaan berbasis profesi kependidikan dan bukan kependidikan. Profesi kependidikan yang dimaksud adalah guru dan dosen, sedangkan profesi bukan kependidikan yaitu semua profesi selain guru dan dosen.

Guru merupakan jabatan profesional yang tidak sembarang orang mampu melakukannya. Guru dalam mengajar tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, namun juga harus mampu merubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektual


(60)

29

maupun keterampilan motorik, serta membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif (Wina, 2014: 14).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni melalui pendidikan, penelitian, dan penagbdian kepada masyarakat. Secara keseluruhan berdasarkan pemaparan tersebut, jelas bahwa guru dan dosen adalah seorang pendidik yang mempunyai tugas utama mendidik, membimbng dan mentransfer ilmu kepada peserta didik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luluk Kartikawati (2015) menunjukkan bahwa profesi orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar. Penelitian lain menurut hasil penelitian Azwar (2014:58) tentang studi komparasi kepedulian orang tua yang berprofesi guru dengan non guru terhadap pendidikan anak diperoleh hasil bahwa untuk anak dengan orang tua berprofesi non guru lebih tinggi kepeduliannya terhadap pendidikan anak walaupun hanya selisih sedikit dengan hasil dari anak yang orang tuanya berprofesi sebagai guru.


(61)

30

I.PenelitianByangBRelevanBB

Penelitian yang relevan yang sebelumya sudah pernah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian oleh Dyah Aniza Kismiati dengan judul penelitian Skripsi “Kemampuan Berpikir Kreatif Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri Di Yogyakarta Ditinjau Berdasarkan Kefavoritan Sekolah”

2. Penelitian oleh Ria Fitriyani Hadi dengan judul penelitian Skripsi : “Kreativitas Keterampilan Proses Sains Aspek Kehidupan pada Siswa Sekolah Dasar Kelas IV dan V Berdasarkan Lokasi Sekolah di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo”.

B B B B B B B B B B


(1)

39

348 Tidak Favorit P − 21

349 Tidak Favorit P − 19

350 Tidak Favorit P − 20

351 Tidak Favorit L − 16

352 Tidak Favorit L √ 18

353 Tidak Favorit L − 20

354 Tidak Favorit P − 23

355 Tidak Favorit P √ 17

356 Tidak Favorit P − 23

357 Tidak Favorit L − 23

358 Tidak Favorit P − 27

359 Tidak Favorit P − 17

360 Tidak Favorit P − 20

361 Tidak Favorit P √ 18

362 Tidak Favorit P √ 18

363 Tidak Favorit L − 22

364 Tidak Favorit L − 10

365 Tidak Favorit L − 19

366 Tidak Favorit P − 18

367 Tidak Favorit P √ 15

368 Tidak Favorit P − 16

369 Tidak Favorit P − 11

370

SD J

Tidak Favorit P − 26

371 Tidak Favorit P − 16

372 Tidak Favorit P − 22

373 Tidak Favorit P − 11

374 Tidak Favorit P √ 7

375 Tidak Favorit P − 3

376 Tidak Favorit L − 12

377 Tidak Favorit L − 13

378 Tidak Favorit L − 21

379 Tidak Favorit L − 9

380 Tidak Favorit P − 15

381 Tidak Favorit P − 5

382 Tidak Favorit P − 13

383 Tidak Favorit P − 12

384 Tidak Favorit L − 17

385 Tidak Favorit L − 6


(2)

40

387 Tidak Favorit L √ 2

388 Tidak Favorit P √ 1

389 Tidak Favorit L − 21

390 Tidak Favorit P − 18

391 Tidak Favorit P − 13

392 Tidak Favorit P − 19

393 Tidak Favorit P − 16

394 Tidak Favorit L − 9

395 Tidak Favorit L − 22

396

SD K

Tidak Favorit L − 16

397 Tidak Favorit P − 20

398 Tidak Favorit L √ 11

399 Tidak Favorit P √ 10

400 Tidak Favorit L − 5

401 Tidak Favorit L − 11

402 Tidak Favorit L √ 9

403 Tidak Favorit P − 23

404 Tidak Favorit L − 13

405 Tidak Favorit P − 17

406 Tidak Favorit L − 12

407 Tidak Favorit P − 24

408 Tidak Favorit P − 17

409 Tidak Favorit L − 14

410 Tidak Favorit P − 26

411 Tidak Favorit L − 21

412 Tidak Favorit P − 15

413 Tidak Favorit P − 26

414 Tidak Favorit L − 14

415 Tidak Favorit P − 7

416 Tidak Favorit L − 16

417 Tidak Favorit L − 11

418

Sekol ah Dasar

L

Tidak Favorit P − 14

419 Tidak Favorit L − 20

420 Tidak Favorit L − 23

421 Tidak Favorit P − 25

422 Tidak Favorit L − 11

423 Tidak Favorit P − 17

424 Tidak Favorit P − 17


(3)

41

426 Tidak Favorit P − 14

427 Tidak Favorit L − 12

428 Tidak Favorit P − 22

429 Tidak Favorit P − 30

430 Tidak Favorit P − 29

431 Tidak Favorit P − 20

432 Tidak Favorit P − 36

433 Tidak Favorit L − 22

434 Tidak Favorit P − 26

435 Tidak Favorit P − 15

436 Tidak Favorit L − 20

437 Tidak Favorit L − 15

438 Tidak Favorit L − 20

439 Tidak Favorit P − 19

440 Tidak Favorit P − 21

441 Tidak Favorit P − 24

Keterangan Tabel : √ Orang tua Guru/dosen − Orang tua Non guru/dosen


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN DALAM PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI PERBEDAAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA DITINJAU BERDASARKAN JENJANG KELAS.

0 0 1

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU BERDASARKAN JENJANG KELAS.

0 0 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA DITINJAU BERDASARKAN ASPEK GENDER.

0 0 5

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V DI KABUPATEN BANTUL DITINJAU BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 2

HUBUNGAN INTELIGENSI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA SEKOLAH DASAR DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 1 3

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH DI KOTA YOGYAKARTA DAN KABUPATEN KULON PROGO.

0 0 1

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA DALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI KEFAVORITAN SEKOLAH.

0 2 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V DI KABUPATEN BANTUL DAN SLEMAN BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 1

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 0 14