4.2 Hasil Penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  di  Yayasan  Panti  Werdha  Salib  Putih Salatiga.  Terdapat  penghuni  Panti  yang  berjumlah  sebanyak  31
orang Lanjut Usia, yang tinggal di dalam Panti berjumlah 26 orang Lanjut  Usia,  dan  yang  masih  tinggal  bersama  keluarga  dan  masih
sehat  namun  sudah  termasuk  penghuni  Panti  berjumlah  5  orang Lanjut Usia. Jumlah laki-laki penghuni Panti 5 orang, dan 26 orang
perempuan.  Diantaranya  terdapat  Lanjut  Usia  yang  sudah  tidak memiliki  sanak  saudara  berjumlah  sekitara  14  orang,  dan  sisanya
berjumlah 17 orang Lanjut Usia yang masih memiliki keluarga yakni itu anak, saudara, dan ponakan. Dari ke 31 penghuni ada 15 orang
Lanjut Usia itu adalah titipan dari gereja, kemudian 16 orang Lanjut Usia adalah asli orang Salib Putih, mereka tinggal di Panti Werdha
tanpa  membayar.  Lanjut  Usia  lebih  merasa  nyaman  dan  tidak merasa  kesepian  jika  berada  di  Panti.  Lanjut  Usia  juga  merasa
senang  berada  bersama-sama  dengan  teman  sebayanya,  karena itu  Lanjut  Usia  lebih  memilih  tinggal  di  Panti  Werdha  dari  pada
tinggal bersama keluarga. Disisi lain juga karena keluarga di rumah sering  meninggalkan  mereka  dan  sibuk  bekerja  di  luar  kota,  disitu
adalah  salah  satu  titik  dimana  mereka  merasa  kesepian  dirumah, dengan demikian Lanjut Usia memilih tinggal di Panti Werdha. Ada
beberapa  orang  Lanjut  Usia  mengatakan  bahwa  di  Panti  Werdha lebih nyaman dan punya banyak teman bercerita.
Dalam  penelitian  ini,  peneliti  mengambil  tiga  orang  Lanjut  Usia sesuai  kriteria  penelitian  untuk  menjadikan  riset  partisipan.  Hasil
dari  analisa  berdasarkan  tema yaitu  “Faktor-Faktor  yang
Mempengaruhi Lanjut Usia Memilih Tinggal di Panti Werdha ” dalam
data, yaitu: 1.
Kurangnya  Kepedulian  dan  Dukungan  Soisal Keluarga Terhadap Lanjut Usia,
2. Kurangnya
Dukungan Keluarga
Terhadap Kesehatan Lanjut Usia,
3. Lanjut  Usia  yang  Sudah  Tidak  Punya  Keluarga,
dan 4.
Lanjut Usia Merasa Kesepian.
Berikut  ini  adalah  tema-tema  yang  merupakan  hasil  dari penelitian:
4.2.1  Kurangnya  Kepedulian  dan  Dukungan  Soisal  Keluarga Terhadap Lanjut Usia
Dalam  ungkapan  diri  partisipan  tentang  kurangnya kepedulian  kebutuhan  hidup  Lanjut  Usia  yang  diberikan  oleh
keluarga  dapat  membuat  perasaan  yang  tidak  enak  dan merasa  tersinggung.  Bukan  hanya  kurang  kepedulian
keluarga  terhadap  kebutuhan  Lanjut  Usia  yang  harus
diperhatikan,  tetapi  juga  kepedulian  kebutuhan  fisik  dan  bisa menjaga  perasaan  Lanjut  Usia  supaya  mereka  merasa
senang,  tentram,  dan  merasa    nyaman.  Ketiga  partisipan  ini menyatakan  bahwa  kurangnya  dukungan  dari  keluarga  kita
sendiri. Hal ini dapat menyakiti hati, dan perasaan  yang tidak nyaman  jika  berlama-lama  bersama  keluarga  di  rumah.
Kurangnya  kepedulian  keluarga  terhadap  Lanjut  Usia  dapat mengakibatkan,  gangguan  kesehatan  psikologis  semakin
menurun  dan  akan  menyebabkan  Lanjut  Usia  menarik  diri. Perhatian  dan  dukungan  keluarga  sangatlah  penting  bagi
Lanjut  Usia  dimana  mereka  telah  mengalami  penuaan. Perawatan  yang  diberikan  akan  memambah  rasa  kepuasan,
rasa nyaman pada diri Lanjut Usia, mereka merasa masih ada yang  memperdulikan  mereka.  Dari  hasil  penelitian  ini
ditemukan bahwa kurangnya dukungan sosial terhadap Lanjut Usia,  dalam  menerima  keadaan  yang  sudah  semakin  tua,
karena  terjadi  proses  menua  yang  mempunyai  efek  pada penurunan  fisik,  mental,  psikologi,  dan  sosial.  Hal  ini
terungkap dari tiga partisipan sebagai berikut: “Saya itu tidak cocok sama istri adik saya waktu masih
tinggal dengan mereka di apartemen. Mereka mengatakan kalo saya  ini  nyusain  hidup  mereka  saja,  masuk  di  panti  jompo
sajalah 63-66. Saya merasa tidak senang sama ipar saya dan
ponakan  saya  selama  tinggal  bersama  mereka.  Mereka  tidak mempedulikan  saya,  hanya  saja  adik  saya  yang  baik  kepada
saya, tapi isterinya itu maunya saya keluar dari rumah mereka katanya  saya  nyusain  mereka  94-98.  Waktu  saya  tinggal
sama  mereka,  saya  juga  buka  usaha  jualan,  biar  menambah kebutuhan  saya  sendiri,  selama  tubuh  saya  ini  masih  bisa
bekerja. Saya juga sebetulnya tidak enak tinggal berlama-lama dengan mereka. Lebih baik saya tinggal di Panti Jompo supaya
beban mereka berkurang 74- 78.” RP1
Hasil  wawancara  partisipan  didukung,  dari  hasil wawancara  dengan  Kepala  Panti,  untuk  memperkuat  data,
sebagai berikut: “Mbah  S  itu  tidak  pernah  dijenguk,  hanya  saja  waktu
ngantar mbahnya ke sini, sepertinya keluarga mbah S, tidak peduli lagi sama mbahnya 35-37.
” KP
“Waktu  itu  saya  dipelihara  sama  orang  Belanda.  Saat bapak  dan  ibu  saya  meninggal,  saya  sudah  berusia  7
tahunan  begitu,  saya  tinggal  di  Panti  Asuhan  anak-anak 18.  Saya  merasa  tidak  enak  mereka  itu  kasar,  sukanya
bentak-bentak,  marah-marah,  pokoknya  tidak  enak  28. Tidak  ada  rasa  kasihan  atau  peduli,  walau  pun  mereka
bukan  orang  tua  kandung  saya,  seharusnya  mereka memperhatikan saya 30.
” RP3
Hasil  dari  wawancara  partisipan  diatas,  didukung  dari hasil  wawancara  dengan  Kepala  Panti,  untuk  memperkuat
data yang didapat, yaitu sebagai berikut: “Mbah  Y  ini  yang  setau  saya,  ia  sudah  tidak  punya
saudara kandung, kalo saudara sepupunya ada tapi mereka tidak tinggal disini 96-98
.” KP
4.2.2  Kurangnya  Dukungan  Keluarga  Terhadap  Kesehatan Lanjut Usia
Partisipan  mengatakan  bahwa,  keluarga  kurang memberikan dukungan dan memperhatikan kesehatan mereka
waktu  masih  di  rumah  bersama  dengan  keluarga.  Adapun ungkapan  dari  Lanjut  Usia,  jika  keluarga  memperhatikan
kesehatannya  dan  membantu  mereka  melakukan  aktivitas  di rumah.  Mereka  akan  lebih  merasa  bahagia  atau  senang.  Hal
ini dikatakan oleh ketiga partisipan sebagai berikut:
“Saya mau keluarga saya kesini,  agar  mereka melihat kondisi saya, saya sehat atau tidak bahkan saya jatuh sakit
tidak  ada  yang  jenguk  saya  kesini,  jangankan  itu  waktu  di
rumah  saja  tidak  ada  yang  pedulikan  waktu  saya  sakit. 125”. RP1
Hasil  dari  wawancara  dengan  partisipan  diatas, didukung  dari  hasil  wawancara  Kepala  Panti,  seperti  yang
sebelumnya  untuk  memperkuat  data  yang  didapat,  yaitu sebagai berikut:
“Waktu  itu  pernah  mbah  S  sakit,  sudah  saya  hubungi keluarganya,  tapi  mereka  yah  begitu  saja  tidak  ada  respon
60- 62.” KP
“Waktu  itu  saya  mencari  kontrakan  di  Desanya  orang dan  bertemu  dengan  orang  yang  baru  saya  kenali  itu,
namanya  Bu  Y,  dan  mereka  yang  membawa  saya  kesini. Saya  di  panggil  sama  mereka  untuk  tinggal  bersama,
sebelum saya dibawa kesini. Pernah saya sakit dan mereka memanggil  bidan  untuk  saya  berobat,  tapi  setelah  saya
sudah  tinggal disini  mereka  tidak  pernah  kesini  lagi  melihat keadaan saya 31, 32-
38”. RP2
Hasil  dari  wawancara  partisipan  diatas,  didukung dengan wawancara kepada Kepala Panti, sebagai berikut:
“Selama  mbah  R  sakit,  kenalannya  itu  tidak  pernah kesini untuk
mejenguknya 92, 93.” KP
“Waktu saya sakit tidak ada keluarga yang jenguk saya kesini,  mungkin  mereka  tinggalnya  jauh  maka  dari  itu
mereka tidak bisa jenguk saya 107, 108. Waktu jatuh sakit yang merawat saya hanya bu G Kepala Panti, saya dibawa
ke bidan atau ke puskesmas untuk berobat 102 .” RP3
Hasil  dari  wawancara  partisipan  didukung,  dengan wawancara  kepada  Kepala  Panti,  seperti  sebelumnya  yaitu
sebagai berikut: “Waktu  mbah  Y  ini  sakit,  yah  saya  sendiri  yang
merawatnya, membawanya bidan untuk berobat 124- 126.”
KP
4.2.3  Lanjut Usia yang Sudah Tidak Memiliki Keluarga Pada pengalaman menjadi tua merupakan pengalaman
dari  subjek  individu  Lanjut  Usia.  Hasil  wawancara  pada partisipan,  mereka  menyatakan  bahwa  tidak  menerima
dukungan  keluarga  karena  sudah  tidak  memiliki  keluarga. Masing-masing  partisipan  memiliki  alasan  tersendiri  untuk
mengidentifikasikan  dirinya  yang  sudah  mengalami  penuaan. Ungkapan dari Lanjut Usia sebagai berikut:
“Saya tidak dibesarkan oleh kedua orang tua saya 13. Kepedulian  dari  orang  tua  kepada  saya  itu  tidak  pernah  ada,
bahkan  saya  tidak  pernah  merasakan  itu  16-18.  Waktu  itu saya  tinggal  di  rumah  saya  sendiri,  kemudian  dijual  sama
kakak laki-laki saya, dan dia pergi tidak tau kemana. Akhirnya saya  mencari  kontrakan  agar  saya  bisa  tinggal  dan  berteduh
59-62. Saya merasa tidak enak sama mereka, karena mereka sudah  baik  pada  saya,  kemudian  mereka  mengatakan  pada
saya,  mereka  membawa  saya  ke  Panti  Jompo  supaya  ada yang  merawat  saya  48-51.  Mereka  juga  yang  mau  biayai
saya  masuk  Panti  Jompo,  dan  saya  juga  setuju,  karena  ini adalah  hal  yang  baik  supaya  saya  tidak  menyusain  hidup
mereka lagi, di rumah mereka 54-57 .” RP2
Hasil  dari  wawancara  partisipan  didukung,  dari  hasil wawancara dengan Kepala Panti, yaitu sebagai berikut:
“Katanya  mbah  R  ini  dengan  senang  hati  menerima tawaran  tinggal  di  Panti,  karena  mbah  R  tidak  mau
merepotkan  mereka,  dengan  kondisi  tubuh  yang  seperti sekarang ini 84-87
.” KP
“Saya punya saudara dari ibu, tapi mereka sudah tidak tinggal  di  Salib  Putih  62,  63.  Dulu  mereka  pernah  jenguk
saya  setelah  itu  tidak  pernah  kesini  lagi  sampai  sekarang 65.  Rasanya  itu  sedih  ya,  saya  merasa  sendirian  tapi
terima  sajalah  sudah  menjadi  jalan  hidup  saya  34,  yang penting  saya  itu  tidak  pernah  merepotkan  mer
eka  72.” RP3
Hasil  dari  wawancara  partisipan  didukung  juga,  dari hasil wawancara dengan Kepala Panti, sebagai berikut:
“Mbah  Y  menerima  dengan  keadaannya,  dan  mau tinggal  di  Panti,  ia  berpikir  karena  sudah  tidak  ada  yang
akan  merawat  dia,  jika  tinggal  sendiri  di  rumah  119- 121.”
KP
4.2.4  Lanjut Usia Merasa Kesepian Pada  masa  tua  yang  terus  berlangsung,  Lanjut  Usia
merasa  harga  dirinya  rendah  yang  disertai  dengan  perasaan negatif  dari  perkataan  yang  menyinggung,  meninggalkan
mereka sendiri melakukan aktivitas di rumah, dan merasa tidak ada  teman  bercerita,  sehinggan  membuat  mereka  nyaman
tinggal di Panti Jompo. Berikut ini adalah ungkapan dari ketiga partisipan yaitu:
“Sebenarnya  saya  merasa  kesepian  kalau  keluarga tidak ada yang nengok kesini, saya jugakan salah satu dari
keluarga mereka harusnya mereka nengok saya  120-122. Saya merasa tidak enak, hidup saya ini bergantung kepada
mereka.  Seakan-akan  saya  adalah  orang  pengganggu kesenangan mereka 69-
71.” RP1
Hasil  dari  wawancara  partisipan  didukung  juga,  dari hasil wawancara dengan Kepala Panti, sebagai berikut:
“Keluarganya mbah S tidak peduli atau menasehatinya, tidak pernah jenguk kesini lagi
47.”
Saya merasa kesepian tidak ada yang pedulikan saya. Hidup  seorang  diri  tanpa  saudara  kandung  satu  pun.  Saya
merasa benar-benar sendiri 78, 81.” RP2
Hasil  wawancara  partisipan  didukung,  dari  hasil wawancara dengan Kepala Panti, sebagai berikut:
“Mbha R sudah tidak punya siapa-siapa 66-67.” KP
Dari  hasil  penelitian  ini  terdapat  ada  beberapa  kesamaan alasan  dari  ketiga  partisipan  yaitu:  merasa  tinggalkan  keluarga,
tidak  ada  kepedulian  dari  keluarga,  tidak  ada  dukungan  dari
keluarga,  mereka  merasa  sendiri,  merasa  kesepian  dan  mereka mengatakan lebih baik tinggal di Panti Jompo. Disitulah jiwa mereka
bangkit,  tidak  merasa  sendiri  karena  banyak  teman  sebaya,  dan merasa  nyaman.  Adapun  peneliti  mendapat  perbedaan  dari  ketiga
partisipan  ini  adalah  dari  status  sosial  mereka,  ada  yang  masih memiliki keluarga dan ada yang sudah tidak punya siapa-siapa.
4.3 Pembahasan