PP 19 thn 2005,Psl 22 ayt 1,2,3 tentang Teknik Penilaian Pembobotan Sebelum proses penilaian terlebih dahulu dirancang suatu proses penilaian yang

BAB III TEKNIK PENILAIAN, PENGOLAHAN, DAN PEMANFAATANNYA

A. PP 19 thn 2005,Psl 22 ayt 1,2,3 tentang Teknik Penilaian

1 Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 3 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. 2 Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. 3 Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester. Teknik penilaian yang menjadi pembicaraan di pasal di atas menyiratkan perlu adanya berbagai cara yang dimungkinkan untuk dapat digunakan oleh guru guna mengetahui sejauh apa program yang diberikan kepada siswa memberi efek kemajuan pada siswa Pendidikan Khusus. Peraturan Pemerintah itu dijabarkan melalui beberapa teknik penilaian yang dapat secara oprasional dapat dibuat antara lain melalui cara dan prosedur sebagai berikut :

B. Pembobotan Sebelum proses penilaian terlebih dahulu dirancang suatu proses penilaian yang

adil dan terbuka. Kesepakatan pembobotan pada suatu mata pelajaran yang berkenaan dengan kemampuan yang hendak dikembangkan dilakukan secara bersama diantara guru-guru mata pelajaran sama dalam kebutuhan khusus yang sejenis juga. Beberapa syarat dan kriteria pengembangan dalam teknik penilaian mencakup: Pertama, untuk melakukan penilaian terhadap subyek pendidikan hendaknya guru dalam hal pemahaman terhadap setiap karakteristik Kekhususan sudah tidak diragukan lagi. Jadi guru harus sudah memahami karakteristik khusus yang dimiliki setiap siswa pada setiap jenis kebutuhan khusus. Ke dua , pada teknik penilaian ini dikemukakan pola pembobotan. Pola ini bertujuan agar guru dapat secara proporsional melakukan penilaian pada siswanya secara adil dan benar sesuai dengan derajat kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh siswanya di sekolahnya masing-masing. Ke tiga, karena keragaman keterbatasan intelektual, mental, fisik dan emosional peserta didik maka pembobotan dilakukan berdasarkan kriteria kemampuan individual yang berlaku khusus di sekolah pendidikan khusus itu. C. Kriteria Ketuntasan Belajar Minimum Kriteria ketuntasan belajar minimum adalah merupakan penjabaran dari kompetensi dasar menjadi beberapa indikator pencapaian belajar. Indikator- indikator itu digunakan sebagai acuan tercapainya ketuntasan belajar. Namun demikian ketuntasan belajar minimum ditentukan oleh sekolah melalui 24 kesepakatan guru-guru matapelajaran-matapelajaran yang sama dan sejenis dalam kebutuhan khususnya. Kriteria itu dibangun berdasarkan kondisi individu setiap siswa dan disesuaikan dengan kemampuan minimal yang harus dicapai berdasarkan skala maksimal yang memungkinkan untuk dikembangkan berdasarkan kemampuan individu siswa tersebut . Untuk itu setiap siswa harus diidentifikasi rentang kemampuan yang memungkinkan dikembangkan. Kriteria ketuntasan belajar minimum bersifat spesifik sekolah, mata pelajaran dikaitkan dengan jenis kebutuhan khusus siswanya. Ketuntasan belajar ditentukan oleh pencapaian kompetensi dasar yang dicerminkan dengan pencapaian ketuntasan pada setiap indikator. Jika ada salah satu atau lebih indikator yang belum tercapai , maka ketuntasan belajar minimum itu belum tercapai, untuk itu perlu ada remedial bagi indikator yang belum tercapai ketuntasannya. Tingkat ketuntasan merupakan keputusan dan kesepakatan bersama yang ditentukan para guru berdasarkan ketentuan diatas. Kriteria ketuntasan belajar mimimum harus ditinjau kembali secara berkala berdasarkan evaluasi program .

D. Teknik Penilaian yang Digunakan, Pengolahan, dan Pemanfaatannya 1. Penilaian Unjuk Kerja