PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ABSTRAK

PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh: Baroroh Barid

Bangsa Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari berbagai macam suku bangsa, sehingga memiliki kebudayaan yang beranekaragam. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki adat kebiasaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Masyarakat Jawa sangat memperhatikan adanya mitos dan kepercayaan yang menjadi keyakinan dalam kehidupan, sehingga mereka masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh leluhurnya. Oleh sebab itu, masih banyak dijumpai adat atau kebiasaan-kebiasaan untuk tidak melaksanakan hajatan dan perkawinan pada bulan Suro, karena bulan itu dipercayai oleh orang Jawa sebagai bulan yang dianggap keramat.

Masyarakat desa Ambarawa kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu dalam melaksanakan perkawinan masih berdasar kepercayaan dari para leluhurnya. Semisal mereka tidak berani melaksanakan pernikahan pada bulan Suro. Sehingga pada bulan suro di desa Ambarawa tidak ada hajatan atau pernikahan. Hal itu karena adanya kepercayaan-kepercayaan yang turun-menurun dari zaman dahulu, walaupun apabila dilanggar entah apa yang terjadi kita tidak tahu, Padahal Islam tidak seperti itu, Islam justru menganggap yang seperti ini adalah thiyarah (meramalkan bernasib sial karena melihat sesuatu akan tetapi itu adalah kepercayaan yang dipegang oleh orang-orang Jawa yang berada di desa Ambarawa kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu yang telah terbiasa dilakukan karena kebiasaan adat setempat yang sudah menjadi tradisi dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro? Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang bagaimana sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Berdasarkan angket yang disebar kepada 131 responden, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat desa Ambarawa setuju terhadap larangan perkawinan di Bulan Suro. Artinya masyarakat Ambarawa cenderung menolak terhadap pelaksanaan perkawinan pada bulan Suro.


(2)

PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

(Skripsi)

Oleh

BAROROH BARID

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh: Baroroh Barid

Bangsa Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari berbagai macam suku bangsa, sehingga memiliki kebudayaan yang beranekaragam. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki adat kebiasaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Masyarakat Jawa sangat memperhatikan adanya mitos dan kepercayaan yang menjadi keyakinan dalam kehidupan, sehingga mereka masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh leluhurnya. Oleh sebab itu, masih banyak dijumpai adat atau kebiasaan-kebiasaan untuk tidak melaksanakan hajatan dan perkawinan pada bulan Suro, karena bulan itu dipercayai oleh orang Jawa sebagai bulan yang dianggap keramat.

Masyarakat desa Ambarawa kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu dalam melaksanakan perkawinan masih berdasar kepercayaan dari para leluhurnya. Semisal mereka tidak berani melaksanakan pernikahan pada bulan Suro. Sehingga pada bulan suro di desa Ambarawa tidak ada hajatan atau pernikahan. Hal itu karena adanya kepercayaan-kepercayaan yang turun-menurun dari zaman dahulu, walaupun apabila dilanggar entah apa yang terjadi kita tidak tahu, Padahal Islam tidak seperti itu, Islam justru menganggap yang seperti ini adalah thiyarah (meramalkan bernasib sial karena melihat sesuatu akan tetapi itu adalah kepercayaan yang dipegang oleh orang-orang Jawa yang berada di desa Ambarawa kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu yang telah terbiasa dilakukan karena kebiasaan adat setempat yang sudah menjadi tradisi dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro? Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang bagaimana sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Berdasarkan angket yang disebar kepada 131 responden, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat desa Ambarawa setuju terhadap larangan perkawinan di Bulan Suro. Artinya masyarakat Ambarawa cenderung menolak terhadap pelaksanaan perkawinan pada bulan Suro.

PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU


(4)

Oleh:

BAROROH BARID 0513033018

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

Judul Skripsi : PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA


(5)

KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINSEWU

Nama Mahasiswa : Baroroh Barid No. Pokok Mahasiswa : 0513033018 Jurusan : Pendidikan IPS Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Maskun, M. H. Drs. Wakidi, M.Hum. NIP 19591228 1985031 005 NIP 19521216 1986031 001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Hi. Buckhori Asyik, M. Si Drs. Maskun, M.H

NIP19560108 1985031 002 NIP 19591228 1985031 005


(6)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Maskun, M. H

Sekretaris : Drs. Wakidi, M.Hum

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Syaiful M, M. Si

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.S NIP 19600315 1985031 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 19 September 2012

SURAT PERNYATAAN


(7)

nama : Baroroh Barid NPM : 0513033018

program studi : Pendidikan Sejarah

jurusan : Pendidikan IPS FKIP Unila

alamat : Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu

Perkawinan Di Bulan Suro Bagi Masyarakat Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu bukan hasil menjiplak dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis

Baroroh Barid NPM 0513033018

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Baroroh Barid yang dilahirkan di Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada tanggal 10 Mei 1987, sebagai anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Samsul Hidayat dan Ibu Poniyah.


(8)

Penulis memulai pendidikan dasar di Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiyah Ambarawa pada tahun 1991. Setelah itu Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Ambarawa, Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada tahun 1993.dan tamat pada tahun pelajaran 1998/1999. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Ambarawa dan selesai pada tahun pelajaran 2001/2002 Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Pringsewu pada tahun pelajaran 2002/2003 dan selesai pada tahun pelajaran 2004/2005.

Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SPMB. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Surya Darma Bandar Lampung.

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, dengan setulus hati penulis persembahkan karya sederhana ini

kepada :

Suamiku tercinta yang selalu membantuku dan tak pernah lelah berkorban

demi keberhasilanku. Anakku tercinta yang menjadi penyemangatku.


(9)

Kedua orang tuaku Kakek dan Nenekku tersayang yang selalu

mendoakanku, serta yang selalu memberi dukungan, semangat, dan

nasihat-nasihat untuk kebaikanku. Hanya ucapan terimakasih yang dapat aku

ucapkan pada Suamiku, Ibu, Bapak, dan Kakek dan Nenekku. Kasih

sayang Kalian takkan terganti.

Para Pendidik

Almamater Tercinta

MOTTO

.

Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

berlapang-lapanglah dalam majlis , Maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberikelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:


(10)

Berdirilah kamu, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang

beriman diantaramu dan orang-orang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat dan ALLAH Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan. (QS al-Mujaadilah: 11).

SANWACANA

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA


(11)

AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi, dimana dalam proses penyelesaiannya penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M. S, selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, selaku Pemabantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H, selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila 5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M. Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Maskun, M.H, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan P. IPS FKIP Unila sekaligus Pembimbing Akademik dan pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya dan kesediannya memberikan bimbingan, arahan, saran, dan nasihat dalam proses penyelesaian skripsi.

7. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam proses pengerjaan skripsi.

8. Bapak Drs. Syaiful M, M. Si, selaku pembahas utama saat seminar dan penguji utama pada ujian skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam proses pengerjaan skripsi.


(12)

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

10.

11. Masyarakat desa Ambarawa selaku responden dalam penulisan sripsi ini. 12. Semua keluargaku yang selalu mengharapkan dan mendoakan keberhasilanku 13.

14. Sahabat-sahabat terbaikku, Nita, Mbak Ana, Endah, Yuni, dan Farah. Terimakasih untuk semua yang kalian berikan untukku. Mudah-mudahan persahabatan kita takkan terkikis oleh waktu. I love you all.

15. Teman-teman terbaikku di Pendidikan Sejarah Angkatan 2005, Dyan ST, Zuli, Mey, Astri, Efi, Uci, Fero, Linda, Sriwahyuni, Tri, Disa, Liza, Mifta, Mirna, Corry, Rizca, Welly, Bang Joni, Jefri, Tian, Tiyas, Heni, Niaw, Bang Nashar, Aldi, Oby, Ari, Zius, dan Prio. Terimakasih atas semangat yang diberikan dan kebersamaan kita semoga menjadi kenangan indah.

16. Teman-teman seperjuangan pada waktu bimbingan, Rifki, Mba Rini, Yurina, Indah, Neng, Tiwi, Made, Wahyu, Nunik, dan Yanti. Kenangan di lorong i takkan terlupakan.

17. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis


(13)

Baroroh Barid

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Analisis Masalah ... 5


(14)

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A.Tinjauan Pustaka ... 8

B. Kerangka Pikir... 13

C. Paradigma ... 14

III. METODE PENELITIAN... 16

A. Metode yang digunakan ... 16

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Populasi dan Sampel ... 19

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

E. Teknik Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A.Hasil ... 26

1. Sejarah Singkat Desa Ambarawa ... 26

2. Letak dan Batas-batas Wilayah Desa Ambarawa...28

3. Kependudukan Desa Ambarawa...29

4. Sejarah Bulan Suro...33

5. Makna Bulan Suro atau Muharram...35

6. Karakteristik Responden...38

7. Sikap masyarakat tentang Perkawinan di Bulan Suro... 41

B.Pembahasan ... 50

1.Tabel Kerja Hasil Penelitian ... 50

2. Sikap Masyarakat terhadap Perkawinan pada Bulan Suro... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN ...62

A. Simpulan ... 62

B. Saran...62 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Anggota Populasi... 19

2. Jumlah Sampel ... 20

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan agama... 29

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 30

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 31


(16)

7. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan ... 39

8. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan... 40

9. Jumlah responden yang menjawab tentang perkawinan pada Bulan Suro 40 10. Jawaban responden tentang perkawinan pada bulan Suro ... 42

DAFTAR LAMPIRAN 1. Angket ... 55

2. Daftar Nama Responden ... 57

3. Surat Izin Penelitian Fakultas ... 63

4. Surat Izin Penelitian Desa Ambarawa... 64


(17)

(18)

PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

(Skripsi)

Oleh

BAROROH BARID

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(19)

PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh:

BAROROH BARID 0513033018

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Analisis Masalah ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A.Tinjauan Pustaka ... 8

B. Kerangka Pikir... 13

C. Paradigma ... 14

III. METODE PENELITIAN... 16

A. Metode yang digunakan ... 16

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Populasi dan Sampel ... 19

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

E. Teknik Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A.Hasil ... 26

1. Sejarah Singkat Desa Ambarawa ... 26

2. Letak dan Batas-batas Wilayah Desa Ambarawa...28

3. Kependudukan Desa Ambarawa...29


(21)

5. Makna Bulan Suro atau Muharram...35

6. Karakteristik Responden...38

7. Sikap masyarakat tentang Perkawinan di Bulan Suro... 41

B.Pembahasan ... 50

1.Tabel Kerja Hasil Penelitian ... 50

2. Sikap Masyarakat terhadap Perkawinan pada Bulan Suro... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN ...62

A. Simpulan ... 62

B. Saran...62 DAFTAR PUSTAKA


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad.1987.Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa: Bandung. 215 halaman

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktks. Rineka Cipta : Jakarta. 413 halaman

__________________.2000. Manajemen Penelitian. PT Rieneka Cipta : Jakarta. 333 halaman

Depdikbud. 1987. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Tengah. P3KD: Jakarta. 61 halaman

Depdikbud. 1987. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Yogyakarta. P3KD: Jakarta. 68 halaman

De jong, 1976. Salah Satu Sikap Hidup Orang Jawa. Semarang ; Yayasan Kanisius. 150 halaman

Dachlan, Aisyah. 1979. Perkawinan dalam Islam. Pustaka Amani : Jakarta. 198 halaman

Greertz, Clifford. 1983.Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.

Pustaka Jaya: Jakarta. 467 halaman

Hanafi. 1992. Perkawinan dalam Syariat Islam. Rieneka Cipta : Jakarta. 170 halaman

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Researc. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM : Yogyakarta.

Hadikuma, Hilman. 1990.Hukum perkawinan Adat. Citra Aditya Bakti.

Koentjaraningrat. 2000.Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. : Jakarta. 391 halaman

______________. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia : Jakarta. 506 halaman

Koestoro, Budi & Basrowi. 2006. Srtategi Penelitian Sosial danPendidikan. Yayasan Kampusina : Surabaya. 451 halaman


(23)

Nawawi, Hadari. 1993. Metode penelitian Bidang Sosial. Kurnia : Jakarta. 247 halaman

_____________,& Mimi Martini. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 271 halaman

Rahmat, Jalaludin. 1999.Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.

Salam, Burhanuddin. 2003.Pengantar Filsafat. PT Bumi Aksara: Jakarta. 234 halaman

Setiadi, Elly M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana. Jakarta. 218 halaman

Soekamto, Soejono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo : Jakarta. 515 halaman

Solikhin, Muhammad. 2010.Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa.Penerbit Narasi: Yogyakarta. 254 halaman

Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung. 333 halaman

Tashadi, dkk. 1994. Budaya Spiritual dalam Situs kramat di Gunung Kawi Jawa Timur.Depdikbud : Jakarta. 113 halaman

Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. 2008.Metode Penelitian Sosial.Bumi Aksaa : Jakarta. 170 halaman

Walgito, Bimo. 1980.Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta. 268 halaman


(24)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Anggota Populasi... 19 2. Jumlah Sampel ... 20 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan agama... 29 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 30 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 31 6. Karakteristik Responden Menurut Usia ... 38 7. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan ... 39 8. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan... 40 9. Jumlah responden yang menjawab tentang perkawinan pada Bulan Suro 40 10. Jawaban responden tentang perkawinan pada bulan Suro ... 42


(25)

MOTTO

.

Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

berlapang-lapanglah dalam majlis , Maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberikelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:

Berdirilah kamu, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang

beriman diantaramu dan orang-orang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat dan ALLAH Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan. (QS al-Mujaadilah: 11).


(26)

Judul Skripsi : PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINSEWU

Nama Mahasiswa : Baroroh Barid No. Pokok Mahasiswa : 0513033018 Jurusan : Pendidikan IPS Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Maskun, M. H. Drs. Wakidi, M.Hum. NIP 19591228 1985031 005 NIP 19521216 1986031 001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Hi. Buckhori Asyik, M. Si Drs. Maskun, M.H


(27)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Maskun, M. H

Sekretaris : Drs. Wakidi, M.Hum

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Syaiful M, M. Si

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.S NIP 19600315 1985031 003


(28)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, dengan setulus hati penulis persembahkan karya sederhana ini

kepada :

Suamiku tercinta yang selalu membantuku dan tak pernah lelah berkorban

demi keberhasilanku. Anakku tercinta yang menjadi penyemangatku.

Kedua orang tuaku Kakek dan Nenekku tersayang yang selalu

mendoakanku, serta yang selalu memberi dukungan, semangat, dan

nasihat-nasihat untuk kebaikanku. Hanya ucapan terimakasih yang dapat aku

ucapkan pada Suamiku, Ibu, Bapak, dan Kakek dan Nenekku. Kasih

sayang Kalian takkan terganti.

Para Pendidik

Almamater Tercinta


(29)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Baroroh Barid yang dilahirkan di Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada tanggal 10 Mei 1987, sebagai anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Samsul Hidayat dan Ibu Poniyah.

Penulis memulai pendidikan dasar di Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiyah Ambarawa pada tahun 1991. Setelah itu Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Ambarawa, Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada tahun 1993.dan tamat pada tahun pelajaran 1998/1999. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Ambarawa dan selesai pada tahun pelajaran 2001/2002 Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Pringsewu pada tahun pelajaran 2002/2003 dan selesai pada tahun pelajaran 2004/2005.

Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SPMB. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Surya Darma Bandar Lampung.


(30)

SANWACANA

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERKAWINAN DI BULAN SURO BAGI MASYARAKAT DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi, dimana dalam proses penyelesaiannya penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M. S, selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, selaku Pemabantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H, selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila 5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M. Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Maskun, M.H, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan P. IPS FKIP Unila sekaligus Pembimbing Akademik dan pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya dan kesediannya memberikan bimbingan, arahan, saran, dan nasihat dalam proses penyelesaian skripsi.


(31)

7. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam proses pengerjaan skripsi.

8. Bapak Drs. Syaiful M, M. Si, selaku pembahas utama saat seminar dan penguji utama pada ujian skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam proses pengerjaan skripsi. 9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

10.

11. Masyarakat desa Ambarawa selaku responden dalam penulisan sripsi ini. 12. Semua keluargaku yang selalu mengharapkan dan mendoakan keberhasilanku

13. g aku sayang

14. Sahabat-sahabat terbaikku, Nita, Mbak Ana, Endah, Yuni, dan Farah. Terimakasih untuk semua yang kalian berikan untukku. Mudah-mudahan persahabatan kita takkan terkikis oleh waktu. I love you all.

15. Teman-teman terbaikku di Pendidikan Sejarah Angkatan 2005, Dyan ST, Zuli, Mey, Astri, Efi, Uci, Fero, Linda, Sriwahyuni, Tri, Disa, Liza, Mifta, Mirna, Corry, Rizca, Welly, Bang Joni, Jefri, Tian, Tiyas, Heni, Niaw, Bang Nashar, Aldi, Oby, Ari, Zius, dan Prio. Terimakasih atas semangat yang diberikan dan kebersamaan kita semoga menjadi kenangan indah.

16. Teman-teman seperjuangan pada waktu bimbingan, Rifki, Mba Rini, Yurina, Indah, Neng, Tiwi, Made, Wahyu, Nunik, dan Yanti. Kenangan di lorong i takkan terlupakan.


(32)

17. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis


(33)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini nama : Baroroh Barid NPM : 0513033018

program studi : Pendidikan Sejarah

jurusan : Pendidikan IPS FKIP Unila

alamat : Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu

Perkawinan Di Bulan Suro Bagi Masyarakat Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu bukan hasil menjiplak dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis

Baroroh Barid NPM 0513033018


(34)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut dengan kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah. Kebudayaan itu sendiri memiliki tujuh unsur universal.

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat-alat-alat produksi, transportasi dan sebagainya)

2. Mata pencaharian hidup dan system ekonomi (pertanian, peternakan, system produksi, system distribusi, dan sebagainya)

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kemasyarakatan, organisasi politik, system hukun, dan perkawinan)

4. Bahasa (lisan maupun tertulis) 5. Kesenian

6. Sistem pengetahuan 7.

(C. Kluckhohn dalam Syani, 1995 : 58)

Perkawinan merupakan salah satu unsur dari sebuah kebudayaan. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal


(35)

berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, karena Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuam untuk dapat berhubungan antara satu sama lain, saling menyayangi dan saling mencintai sehingga menghasilkan keturunan serta hidup dalam kedamaian sesuai dengan perintah-NYA. Sudah menjadi kodrat manusia bahwa antara manusia satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian.

Guna melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa. Hari baik biasanya ditentukan berdasarkan tangggal lahir antara calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan. Bagi masyarakat Jawa ada bulan-bulan yang dianggap baik untuk melakukan hajatan terutama melaksanakan perkawinan ada pula bulan yang pantangan untuk melaksanakan perkawian. Bulan-bulan baik tersebut antara lain bulan syawal, rajab, dzulhijjah dan lain-lain. Sedangkan bulan yang menjadi pantangan adalah bulan muharam atau menurut penanggalan jawa disebut dengan bulan sura.

Bulan Suro merupakan bulan pertama pada penanggalan Jawa. Atau pada tahun hijriah disebut bulan Muharam. Titik awal penenggalan Jawa diperkenalkan oleh Raja Mataram. Sultan Agung pada tahun 1633 M. Sultan Agung mengubah tahun Saka menjadi tahun Jawa, yang mengikuti penanggalan Hijriah. Jadi tanggal 1 Suro 1555 tahun Jawa sama dengan 1 Muharamn 1043 Hijriah dan bertepatan pula dengan tanggal 8 Juli 1699 Masehi.

Secara tradisi masyarakat Jawa selalu memperingati datangnya bulan Suro dengan berbagai laku. Tradisi ini sebagai salah satu bentuk perenungan, intropeksi, dan


(36)

pendekatan diri kepada Sang Pencipta. Ada yang melakukan meditasi di tempat-tempat yang dianggap keramat dengan cara lek-lekan (begadang), melakukan tirakatan, dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Semua itu menunjuk pada sikap prihatin dan sedih. Sikap ini untuk mengingat kejadian 10 Muharam ketika terjadi perak Karbala. Ini merujuk pada pembantaian keji cucu Rasulullah Saw, yaitu Husein bin Ali bin Thalib ra, di mana ia disembelih oleh para pengikut Yazid bin Muawiyyah. Kejadian oleh kultur Jawa disimbolkan cengan bubur Suro warna merah dan putih. Bubur Suro adalah jenang bubur berwarna dua. Satu merah tanda keberanian seperti keberanian Husein bin Ali bin Thalib ra dan warna putih simbol kesucian dari Hasan bin Ali kakak dari Husein bin Ali.

Masyarakat jawa juga mengangap bulan Suro adalah bulan yang keramat sehingga membuat masyarakat Jawa sendiri enggan untuk melakukan kegiatan tertentu, misalnya pernikahan, hajatan dan sebagainya. Kekeramatan bulan Suro bagi masyarakat Jawa lebih disebabkan oleh faktor atau pengaruh budaya keraton. Di

agung.

Ada pula anggapan masyarakat Islam-Jawa bahwa bulan bulan Suro/Muharam merupakan bulan yang paling agung dan termulia, sebagai bulan (milik) Gusti Allah. Karena terlalu mulianya bulan Suro, maka dalam kepercayaan masyarakat hamba atau manusia tidak kuat atau memandang terlalu lemah untuk menyelenggarakan hajatan pada bulan tersebut.

Hamba atau manusia yang kuat untuk melaksanakan hajatan pada bulan itu hanyalah sultan atau raja. Sehingga bulan Suro ini, dianggap sebagai bulan -ikutan melaksanakan hajatan. (Solikhin, 2010 : 84)


(37)

Pengetahuan akhirnya akan menimbulkan kepercayaan pada masyarakat desa Ambarawa. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Begitu juga dengan masyarakat desa Ambarwa memiliki kepercayaan yang diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek bahwa bulan Suro adalah bulan yang keramat sehingga tidak diperbolehkan mengadakan melaksanakan perkawinan atau hajatan pada bulan tersebut, sehingga pada bulan Suro di Desa Ambarawa tidak ada hajatan ataupun perkawinan. Sistem kepercayaan misalnya mempunyai wujudnya sebagai sistem keyakinan, dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, roh-roh halus, neraka, sorga dan sebagainya. (Koentjaraningrat, 2000 : 204). Kepercayaan tersebut menimbulkan adanya sikap masyarakat yang bervariasi yaitu ada yang menerima/setuju dan ada pula yang menolak/tidak setuju terhadap pelaksanaan perkawinan pada bulan Suro.

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

1. Makna perkawinan di Bulan Suro menurut masyarakat desa Ambarawa 2. Pemahaman mayarakat terhadap perkawinan di bulan Suro

3. Sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro

2. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti tidak meluas maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalahnya pada sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro.


(38)

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro.

D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis dan pembaca hasil penelitian dapat memberikan tambahan penjelasan mengenai Perkawinan di bulan Suro dan memberikan gambaran mengenai sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di Bulan Suro

2. Sebagai suplemen mata pelajaran Sosiologi pada jej\njang Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah

D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian : Masyarakat yang bertempat tinggal di desa Ambarawa

2. Objek Penelitian : Sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap perkawinan di bulan Suro


(39)

3. Tempat Penelitian : Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa 4. Waktu Penelitian : Tahun 2012


(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Sikap

Bila seseorang ditanya tentang sikap mereka, umumnya mereka menjawab dengan opini, keyakinan, perasaan, pernyataan, fakta dan pernyataan tentang perilakunya sendiri. Sikap adalah suatu bangun psikologis. Dalam hal bangun sikap penting sekali untuk menetapkan kepastiannya dari, dan/atau kesamaannya dengan bangun-bangun psikologi lainnya, seperti kepercayaan, opini, minat, perlakuan, nilai, dan perilaku. (Mueller, 1992:2)

Menurut Thurstone, dala

positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologik. Afek yang positif yaitu afek senang atau sikap menerima atau setuju sedangkan afek negatif adalah sikap menolak atau tidak setuju. (Walgito,1983:51). Donald Campbell berpendapat bahwa sikap adalah konsistensi dalam menjawab obyek-obyek sosial, sedangkan Ralph Linton berpendapat bahwa sikap dapat ditetapkan sebagai jawaban diam-diam rahasia yang dinyatakan dengan suatu nilai. Daniel.J.Mueller menyatakan bahwa sikap adalah pengaruh atau penolakan, penilaian, suka atau tidak suka, dan kepostifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek. (Mueller, 1992:4)


(41)

Berdasarkan pengertian sikap di atas, maka dapat disimpulkan sikap adalah suatu bentuk perasaan atau kecenderungan untuk menerima / setuju dan menolak/tidak setuju terhadap suatu objek. Jadi sikap masyarakat desa Ambarawa terhadap Perkawinan di Bulan Suro adalah suatu bentuk perasaan atau kecenderungan untuk menerima / setuju dan menolak/tidak setuju terhadap Perkawinan pada bulan Suro.

2. Konsep Masyarakat Desa

berpartisipasi, saling bergaul. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

sekumpulan manusia yang saling bergaul atau berinteraksi. Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurt suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terkait oleh suatu identitas bersama. (Koentjaraningrat, 1990:146). Menurut Hassan Sadily masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam sesuatu tempat yang diatur dengan ikatan-ikatan dan aturan-aturan tertentu. (Shadily, 1984 : 47)

tanah leluhur yang menunjjukkan pada satu kesatuan hidup dengan satu kesatuan norma. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati sekelompok masyarakat yang bersifat agraris, sosialis dan berhak mengatur rumah tangga sendiri. (Yulianti, 2003:28).


(42)

Masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang sudah mantap dan mencangkup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial hidup bersama, bekerja sama dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Dalam menjalankan pemerintahan, masyarakat desa dibagi ke dalam beberapa tingkat mulai dari kepala desa, kepala dusun, ketua RW, ketua RT dan kepala keluarga. Jabatan di desa merupakan sebuah kehormatan dan pemilik jabatan akan dihormati dengan baik. (http://id.wikimedia.org/wiki/Desa)

Ciri-ciri masyarakat desa antara lain:

1. Memiliki mata pencaharian khas negara agraris. Mereka menggantungkan hidup dalam bercocok tanam di bidang pangan, perkebunan, peternakan dan perhutanan. Sawah dan ladang adalah salah satu pusat kehidupan sehari-hari masyarakat desa.

2. Memiliki ketergantungan dan kepedulian terhadap kondisi lingkungan tempat tinggal. Masyarakat desa sangat dekat dengan alam sehingga segala tindakan mereka memperhatikan efek yang ditimbulkan terhadap alam.

3. Pola bercocok tanam yang dijalankan tergantung kepada musim. Hanya sedikit masyarakat desa yang menggunakan sistem pengairan dengan bantuan mesin, misalnya dengan sumur bor.

4. Setiap warga desa mempunyai ikatan sosial yang tinggi. Setiap orang merasa memiliki hubungan kekerabatan atau sedarah. Mereka juga mengenal satu sama lain secara tatap muka dan personal.


(43)

5. Masyarakata desa pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu hanya sampai pada pendidikan dasar. Sebagian kecil masyarakat desa memilih melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

6. Tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh masyarakat desa pada umumnya bersifat irasional atau didasarkan oleh mitos dan keyakinan. Mitos diturunkan oleh leluhur desa dan berkembang ke anak turun mereka.

7. Memiliki ketertarikan yang besar terhadap kehidupan beragama sesuai aliran kepercayaan mereka. Pemimpin agama adalah tokoh yang dihormati oleh masyarakat setara dengan jabatan politis.

8. Mempunyai budaya gotong royong dalam menyelesaikan masalah yang menyangkut kepentingan individu maupun kepentingan masyarakat. Gotong royong menjadi pembeda masyarakat desa dan kota.

Masyarakat desa Ambarawa merupakan masyarakat agararis yang mayoritas penduduknya adalah petani yang pola bercocok tanamnya masih bergantung musim. Tingkat pendidikan masyarakat desa Ambarawa rata-rata hanya sampai pendidikan dasar. Setiap warga desa mempunyai ikatan sosial yang tinggi sehingga mereka mengenal satu sama lain.

3. Konsep Perkawinan di Bulan Suro

Perkawinan merupakan sarana utama dalam membentuk rumah tangga yang bahagia, karena pembangunan rumah tangga bahagia adalah berintikan keluarga yang baik melalui jalan perkawinan. Perkawinan merupakan perintah Tuhan dan Sunah Rosul.


(44)

Menurut hukum Islam pekawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk berketurunan yang dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan hukum syariat Islam (Hanafi;112)

Perkawinana menurut Aisyah Dahlan (1979; 56) adalah akad antara calon suami istri untuk hidup bersama sebagai pertalian yang suci antara pria dan wanita dengan tujuan menyelenggarakan hidup yang akrab guna mendapatkan keturunan yang sah dan membina keluarga dan rumah tangga yang bahagia.

Sedangkan perkawinan menurut hukum adat memberikan arti yang luas yaitu

wanita sebagai suami istri dengan maksud mendapatkan keturunan yang membangun serta membinakehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat baik dari pihak suami

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perkawinan di bulan suro dalam penelitiana ini adalah pengesahan suatu ikatan yang kekal antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai pasangan suami istri yang menjadi tali penghubung antara keluarga besar dari kedua belah pihak yang bertujuan untuk meneruskan garis keturunan yang dilaksanakan pada bulan suro.


(45)

Bulan Suro merupakan bulan pertama pada penanggalan Jawa atau pada tahun Hijriah disebut bulan Muharam. Bagi masyarakat Jawa bulan Suro merupakan bulan yang sakral atau keramat. Pada bulan Suro masyarakat mempercayai adanya pantangan-pantangan seperti tidak boleh membangun rumah, melakukan pindahan rumah, mengadakan hajatan, dan perkawinan. Apabila melanggar pantangan tersebut masyarakat meyakini akan tertimpa musibah atau bala, sehingga membuat masyarakat enggan untuk melakukan kegiatan tersebut. Begitu juga dengan masyarakat desa Ambarawa yang pada umumnya memiliki pemahaman bahwa pada bulan Suro tidak boleh mengadakan hajatan atau perkawinan. Pemahaman masyarakat tentang bulan suro menimbulkan sikap masyarakat sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju untuk melaksanakan hajatan atau perkawinan pada bulan Suro.

C. Paradigma

Perkawinan pada bulan Suro


(46)

Keterangan :

=Garis Kegiatan = Garis Hubungan

Sikap masyarakat Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten


(47)

III. METODE PENELITIAN

Di dalam penelitian metode sangat diperlukan karena merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan suatu keberhasilan penelitian. Winarno Surakhmad menjelaskan bahwa metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkai hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu. (Surakhmat, 1982 : 121). Menurut Husin Sayuti metode merupakan cara kerja untuk dapat memehami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Sayuti, 198 : 32)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara kerja atau jalan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam penelitian.

A. Metode yang digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif survei. Pengertian penelitian survei sangat bervariatif. Budi Koestoro dan Basrowi mengutip pendapat Nazir yang memberi penjelasan bahwa penelitian survei sebagai model penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah. (dalam Koestoro dan Basrowi, 2006 : 98)


(48)

Menurut Nawawi pengertian survei adalah sebagai berikut :

survei pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian). Pemakaian kedua istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek dari obyeknya, sedangkan survei bersifat menyeluruh kemudian akan dilanjutkan secara mengkhusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang lebih mendalam. Oleh karena itu, hasil survei sering dipergunakan untuk menyusun suatu perencanaan atau menyempurnakan perencanaan yang sudah ada. Di samping itu, suatu survei pada dasarnya tidak sekedar bertujuan memaparkan data tentang obyeknya, akan tetapi juga bermaksud menginterpretasikannya dan membandingkannya dengan ukuran standar tertentu yang sudah diterapkan. (Nawawi, 1993 ; 65)

Muhammad Ali berpendapat bahwa penelitian survei merupakan suatu cara mengadakan penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang cukup banyak dalam suatu jangka tertentu. (dalam Koestoro dan Basrowi, 2006 : 99) Menurut Faisal, survei merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang ditujukan pada sejumlah besar individu atau kelompok.(dalam Koestoro dan Basrowi, 2006 : 99)

Dari beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa metode survei adalah metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta yang bertujuan untuk memaparkan data tentang objeknya baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah. Metode penelitian survei yang dimaksud dalam penenitian ini adalah metode yang dilakukan untuk memperoleh gambaran sikap masyarakat Desa Ambarawa mengenai Perkawinan di Bulan Suro.


(49)

1. Variabel Penelitian

Menurt Budi Koestoro dan Basrowi, variabel penelitian adalah konsep yang dapat diukur dan mempunyai variasi nilai. (Koestoro & Basrowi, 2006 : 415). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah obyek suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. (Arikunto, 1986 : 91)

Denagn demikian variabel adalah sesuatu yang menjadi titik perhatian penelitian yang dapat diukur dan dapat memiliki bermacam-macam nilai.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Adapun pengertian dari variabel tunggal adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau koloni di dalamnya, yang berfungsi mendominasi dalam kondisi atau masalah tanpa dihubungkan dengan lainyya. (Nawawi, 1996:58)

Berdasarkan pengertian dari variabel tunggal di atas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sikap masyarakat terhadap perkawinan di bulan Suro di Desa Ambarawa.

2. Definisi Operasional Variabel

Setelah menentukan variabel yang digunakan dalam penelitian, maka variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Menurut Budi Koestoro dan Basrowi definisi operasional variabel adalah suatu konsep sehingga dapat diukur, dicapai dengan melihat pada dimensi tingkah laku atau property yang ditunjukkan oleh konsep, dan mengkategorikan hal tersebut menjadi elemen yang dapat diamati dan dapat diukur. (Koestoro & Basrowi, 2006:207)


(50)

Berdasarkan pendapat di atas, maka definisi operasional variabel adalah devinisi yang memberikan arti atau menspesifikasikan suatu kegiatan sehingga obyek yang diteliti dapat diamati dan diukur dengan jelas. Maka definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat yaitu masyarakat yang tinggal di desa Ambarawa kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu terhadap Perkawinan di bulan Suro.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi sering diartikan sebagai keseluruhan subyek penelitian. Hadari Nawawi menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. (Arikunto, 1998 : 115 & Nawawi, 1993 : 141)

Berdasarkan pendapat tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah kepala keluarga yang bertempat tinggal di desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu yaitu berjumlah 1.306 KK, dengan rincian pada tebel berikut:

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Ambarawa No Nama Dusun Populasi (KK)

1 Dusun I 398 KK


(51)

3 Dusun III 452 KK

Jumlah 1.306 KK

Sumber: Data Monografi Desa Ambarawa tahun 2012

2. Sampel

Tidak semua populasi dalam penelitian ini akan diselidiki, tetapi hanya sebagian dari populasi yang biasanya disebut dengan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Hadari Nawawi berpendapat bahwa sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. (Arikunto, 1998 : 117 & Nawawi, 1993 : 144).

Untuk pengambilan sampel penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto bahwa:

-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila subyeknya besar dapat diambil antara 10% -15% atau

20%-( Arikunto, 1987 : 107)

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 10% dari jumlah populasi yang ada. Sehingga sample yang diperoleh adalah 10% x 1306 = 130,6 jumlah tersebut dibulatkan menjadi 131 kepala keluarga. Kemudian teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel acak sederhana yang menurut Singarimbun (1987:156) terpilihnya tiap satuan elementer populasi ke dalam sampel benar-benar merupakan faktor kebetulan, bebas dari subyektif dari orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sampel acak sederhana adalah sebuah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehgingga tiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai


(52)

sampel. Jadi, sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 131 KK dengan rincian pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah sampel masyarakat di desa Ambarawa

No Nama Dusun Sampel

1 Dusun I 40

2 Dusun II 46

3 Dusun III 45

Jumlah 131

D. Teknik Pengumpulan Data

Gambaran penelitian dalam sebuah penelitian akan lebih jelas apabila ditunjang oleh alat-alat yang tersedia. Data yang didapat dalam penelitian merupakan perwujudan dari informasi untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa, oleh karenanya diperlukan tekni untuk mendapatkan data tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi dapat diartikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenei fenomena social dengan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang kemudian dilakukan pencatatan . Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data dengan cara melakukan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti.


(53)

Angket merupakan teknik pengumpulan data pokok dalam penelitian ini. Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulus kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2011 : 142). Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang pilihan jawabannya telah disediakan, dan responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. (Faisal, 2007 : 51).

Budi Koestoro dan Basrowi berpendapat angket tertutup yaitu angket yang jumlah item dan jawabannya sudah ditentukan, jadi responden tinggal memilihnya. (Koestoro & Basrowi, 2006 : 175). Jadi, dengan menggunakan angket tertutup, responden tinggal memilih jawaban dengan cara memberikan tanda centang pada alternatif jawaban yang tersedia.

3. Wawancara

Cara pengumpulan data yang kedua yaitu wawancara. Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data, merupakan suatu cara yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan cara bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. (Koentjaraningrat, 1997:162).

Wawancara yang digunakan bersifat bebas terarah yaitu wawancara tanpa daftar pertanyaan, hanya menggunakan suatu pedoman yang berisikan garis-garis besar pokok masalah yang hendak dan ingin diperoleh informasinya.


(54)

Teknik ini digunakan sebagai pelengkap dengan menggunakan data dengan tujuan untuk memperkuat hasil penelitian dan memperoleh informasi yang obyektif. Wawancara dilakukan setelah responden mengisi angket. Wawancara digunakan untuk menambah informasi yang belum diperoleh dari angket.

4. Kepustakaan

Teknik kepustakaan digunakan untuk mendapatkan berbagai konsep dan informasi yang bersifat teoritis melalui buku-buku sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kepustakaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi secara lengkap yang berkaitan dengan perkawinan di bulan Suro dan yang berkenaan dengan masalah persepsi masyarakat. Teknik kepustakaan ini dilakukan dengan mengumpulkan buku-buku dan data dari internet yang memberikan informasi mengenai prasasti dan juga yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Teknik analisis data

Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dan analisia data yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis data kualitatif melalui persentase. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2000:244) pencarian persentase dimaksudkan untuk mengetahui status sesuatu yang dipersentasekan dan disajikan tetap merupakan persentase. Akan tetapi kadang-kadang sesudah sampai kepersentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif dengan persentase.


(55)

Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini, adalah :

P = N F

x 100%

Keterangan : P = Persentase

F = Jumlah jawaban seluruh item


(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut 9% sangat setuju, 52% setuju, 29% tidak setuju, dan 10% sangat tidak setuju. Hal tersebut mencerminkan bahwa mayoritas masyarakat desa Ambarawa masih berpedoman pada adat kebiasaan yang dilakukan oleh leluhurnya yakni untuk tidak melaksanakan perkawina pada bulan Suro, karena pada bulan tersebut perkawinan ataupun mengadakan hajatan merupakan suatu pantangan atau larangan. Mereka mempercayai apabila melaksanakan perkawinan atau hajatan pada bulan Suro akan mendapatkan bala atau musibah. Sebagian kecil masyarakat desa Ambarawa menolak terhadap adanya anggapan bahwa bulan Suro merupakan bulan yang dilarang untuk melaksanakan perkawinan pada bulan Suro. Hal tersebut karena mereka lebih berpedoman kepada ajaran agama Islam dan menganggap bulan Suro abalah bulan yang baik dan penuh kemenangan.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan terkait dengan hasil akhir penulisan ini antara lain:

1. Sebagai genersi penerus harus menghargai tradisi dan kepercayaan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang sebagai warisan budaya sehingga kebudayaan tersebut dapat terus dilestarikan.


(57)

2. Untuk masyarakat agar tetap melestarikan tradisi atau budaya karena kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa.


(1)

sampel. Jadi, sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 131 KK dengan rincian pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah sampel masyarakat di desa Ambarawa

No Nama Dusun Sampel

1 Dusun I 40

2 Dusun II 46

3 Dusun III 45

Jumlah 131

D. Teknik Pengumpulan Data

Gambaran penelitian dalam sebuah penelitian akan lebih jelas apabila ditunjang oleh alat-alat yang tersedia. Data yang didapat dalam penelitian merupakan perwujudan dari informasi untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa, oleh karenanya diperlukan tekni untuk mendapatkan data tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi dapat diartikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenei fenomena social dengan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang kemudian dilakukan pencatatan . Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data dengan cara melakukan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti.


(2)

Angket merupakan teknik pengumpulan data pokok dalam penelitian ini. Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulus kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2011 : 142). Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang pilihan jawabannya telah disediakan, dan responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. (Faisal, 2007 : 51).

Budi Koestoro dan Basrowi berpendapat angket tertutup yaitu angket yang jumlah item dan jawabannya sudah ditentukan, jadi responden tinggal memilihnya. (Koestoro & Basrowi, 2006 : 175). Jadi, dengan menggunakan angket tertutup, responden tinggal memilih jawaban dengan cara memberikan tanda centang pada alternatif jawaban yang tersedia.

3. Wawancara

Cara pengumpulan data yang kedua yaitu wawancara. Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data, merupakan suatu cara yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan cara bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. (Koentjaraningrat, 1997:162).

Wawancara yang digunakan bersifat bebas terarah yaitu wawancara tanpa daftar pertanyaan, hanya menggunakan suatu pedoman yang berisikan garis-garis besar pokok masalah yang hendak dan ingin diperoleh informasinya.


(3)

Teknik ini digunakan sebagai pelengkap dengan menggunakan data dengan tujuan untuk memperkuat hasil penelitian dan memperoleh informasi yang obyektif. Wawancara dilakukan setelah responden mengisi angket. Wawancara digunakan untuk menambah informasi yang belum diperoleh dari angket.

4. Kepustakaan

Teknik kepustakaan digunakan untuk mendapatkan berbagai konsep dan informasi yang bersifat teoritis melalui buku-buku sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kepustakaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi secara lengkap yang berkaitan dengan perkawinan di bulan Suro dan yang berkenaan dengan masalah persepsi masyarakat. Teknik kepustakaan ini dilakukan dengan mengumpulkan buku-buku dan data dari internet yang memberikan informasi mengenai prasasti dan juga yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Teknik analisis data

Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dan analisia data yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis data kualitatif melalui persentase. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2000:244) pencarian persentase dimaksudkan untuk mengetahui status sesuatu yang dipersentasekan dan disajikan tetap merupakan persentase. Akan tetapi kadang-kadang sesudah sampai kepersentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif dengan persentase.


(4)

Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini, adalah : P =

N F

x 100% Keterangan : P = Persentase

F = Jumlah jawaban seluruh item


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut 9% sangat setuju, 52% setuju, 29% tidak setuju, dan 10% sangat tidak setuju. Hal tersebut mencerminkan bahwa mayoritas masyarakat desa Ambarawa masih berpedoman pada adat kebiasaan yang dilakukan oleh leluhurnya yakni untuk tidak melaksanakan perkawina pada bulan Suro, karena pada bulan tersebut perkawinan ataupun mengadakan hajatan merupakan suatu pantangan atau larangan. Mereka mempercayai apabila melaksanakan perkawinan atau hajatan pada bulan Suro akan mendapatkan bala atau musibah. Sebagian kecil masyarakat desa Ambarawa menolak terhadap adanya anggapan bahwa bulan Suro merupakan bulan yang dilarang untuk melaksanakan perkawinan pada bulan Suro. Hal tersebut karena mereka lebih berpedoman kepada ajaran agama Islam dan menganggap bulan Suro abalah bulan yang baik dan penuh kemenangan.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan terkait dengan hasil akhir penulisan ini antara lain:

1. Sebagai genersi penerus harus menghargai tradisi dan kepercayaan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang sebagai warisan budaya sehingga kebudayaan tersebut dapat terus dilestarikan.


(6)

2. Untuk masyarakat agar tetap melestarikan tradisi atau budaya karena kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa.