P + b Mod n
Tabel 4.4 Proses Enkripsi Affine Cipher
Plainteks Index
List Kunci
C
m.P + b Mod n
C2 Bil.
Prima Pergeseran
{ 73
598711 54726078
37 b
+ 77
598711 54726078
38 c
o 50
598711 54726078
8 I
s 54
598711 54726078
9 J
` 88
598711 54726078
64 q
52 598711
54726078 55
t Q
16 598711
54726078 46
k R
17 598711
54726078 23
X E
4 598711
54726078 43
h 91
598711 54726078
88 `
a 36
598711 54726078
51 p
p 51
598711 54726078
78 -
Tabel 4.4 merupakan tabel yang menunjukkan hasil dari cipherteks yang kedua. Cipherteks yang kedua ini membutuhkan cipherteks yang pertama sebagai plainteks
dan pengacakan kunci untuk bilangan prima dan pergeserannya.
4.2.5 Dekripsi Beaufort Cipher
Dekripsi pada tahap ini akan menghasilkan cipherteks yang ketiga. Cipherteks ini terdiri dari kata sandi yang panjang karakternya sama dengan panjang cipherteks
kedua. Pada enkripsi ini diperlukan kunci yang sama pada saat melakukan enkripsi Beaufort Cipher
yang pertama. Tampilan pada sistem ditunjukkan pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Tampilan Hasil Cipherteks III
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10 menunjukkan hasil cipherteks yang ketiga. Hasil cipherteks ini diperoleh dari plainteks berupa cipherteks yang kedua. Cipherteks kedua ini telah dikurangi
dengan kunci Beaufort Cipher. Ilustrasi cara mendapatkan cipherteks yang ketiga dapat ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Proses Dekripsi Beaufort Cipher
Plainteks Index pada
List Kunci
Index pada List
P
K – C
Mod n C3
b 37
26 82
c 38
b 37
92 ‘ ‘
I 8
B 1
86 ?
J 9
M 12
3 D
64 o
50 79
= t
55 J
9 47
l k
46 w
58 12
M X
23 70
47 l
h 43
e 40
90 \
` 88
d 39
44 i
p 51
80 29
3 -
78 U
20 35
9 Pada Tabel 4.5 memiliki data kunci yang sama pada saat melakukan enkripsi. Pada
Tabel 4.5 ini juga menghasilkan cipherteks yang ketiga. Cipherteks ini berasal dari pengurangan dari setiap index yang ada pada kunci terhadap index yang ada pada
plainteks.
4.2.6 Dekripsi Affine Cipher
Dekripsi pada tahap ini akan menghasilkan plainteks asli. Plainteks ini terdiri dari kalimat yang sama dengan plainteks di awal. Pada dekripsi ini diperlukan kunci yang
sama pada saat melakukan enkripsi Affine Cipher yang pertama. Tampilan pada sistem dapat ditunjukkan pada Gambar 4.11.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11 Tampilan Hasil Plainteks Awal kembali
Gambar 4.11 menunjukkan hasil akhir berupa plainteks awal. Pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa form yang menampung hasil cipherteks mempengaruhi keluaran pada
form yang menampung hasil cipherteks berikutnya. Hal ini menjelaskan bahwa
enkripsi Beaufor Cipher dapat dilakukan jika ada plainteks awal. Enkripsi Affine Cipher
dapat dilakukan jika ada cipherteks yang pertama. Dekripsi Beaufort Cipher dapat dilakukan jika ada cipherteks yang kedua. Dekripsi Affine Cipher dapat
dilakukan jika ada cipherteks yang ketiga dan cipherteks yang pertama. Ilustrasi perhitungan dapat ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Proses Dekripsi Affine Cipher
C1 C3
Kunci P
C1 + m-1 C3 + b
Mod n Plainteks
Bil. Prima
Pergeseran 73
82 598711
54726078 46
k 77
92 598711
54726078 53
r 50
86 598711
54726078 44
i 54
3 598711
54726078 51
p 88
79 598711
54726078 55
t 52
47 598711
54726078 50
o 16
12 598711
54726078 42
g 17
47 598711
54726078 53
r 4
90 598711
54726078 36
a 91
44 598711
54726078 41
f 36
29 598711
54726078 44
i 51
35 598711
54726078 62
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 menunjukkan hasil dari dekripsi Affine Cipher. Plainteks dihasilkan dari penjumlahan cipherteks yang pertama dan cipherteks yang ketiga. Kunci yang
digunakan sama seperti pada saat enkripsi Affine Cipher diakukan.
Keseluruhan perhitungan dimulai dari enkripsi Beaufort Cipher lalu dilanjutkan dengan enkripsi Affine Cipher kemudian dilakukan Dekripsi Beaufort
cipher terakhir dilakukan dekripsi Affine Cipher. Tahapan enkripsi dan dekripsi
tersebut menunjukkan hasil plainteks akhir yang sama dengan plainteks awal masukan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi algoritma klasik Beaufort
Cipher dan Affine Cipher pada Three-pass Protocol memenuhi keutuhan data.
4.2.7 Pengujian Kompleksitas Algoritma
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat nilai masukan n suatu algoritma. Kompleksitas algoritma ini dapat dilihat dari kode program yang digunakan. Untuk
kompleksitas algoritma enkripsi Beaufort Cipher ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Kompleksitas Algoritma Enkripsi Beaufort Cipher
No Kode Program
C C x
1 def EnkBeaufort Plainteks, kunci:
C
1
1 C
1
2 hasil1 =
C
2
1 C
2
3 for x in rangelenPlainteks:
C
3
n C
3
n 4
temp = z.indexkunci[x] - z.indexPlainteks[x] lz
C
4
n C
4
n 5
hasil1 = hasil1 + z[temp] C
2
n C
2
n 6
return hasil1 C
5
1 C
5
i
Ci n
T 11
=
5 2
4 3
2 1
C n
C n
C n
C C
C
=
1 4
3 2
5 2
1
n C
C C
n C
C C
=
n
Tabel 4.7 menunjukkan hasil dari kompleksitas algoritma dari enkripsi Beaufort Cipher
. Pada Tabel 4.7 terdapat Kolom C yaitu sebagai variabel menghitung seberapa banyak processor melakukan komputasi. Kolom sebagai variabel untuk menghitung
kalimat statement program yang dieksekusi. Kolom C x yaitu menunjukkan hasil
Universitas Sumatera Utara
perkalian dari C dan . Sehingga, berdasarkan persamaan 11 akumulasi dari kompleksitas algoritma enkripsi Beaufort Cipher adalah
n
. Kompleksitas algoritma selanjutnya adalah enkripsi Affine Cipher yang ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Kompleksitas Algoritma Enkripsi Affine Cipher
No Kode Program C
C x 1
def EnkAffm, b, data: C
1
1 C
1
2 hasil2 =
C
2
1 C
2
3 for x in rangelendata:
C
3
n C
3
n 4
temp = m z.indexdata[x] + b lz C
4
n C
4
n 5
hasil2 = hasil2 + z[temp] C
2
n C
2
n 6
return hasil2 C
5
1 C
5
i
Ci n
T 12
=
5 2
4 3
2 1
C n
C n
C n
C C
C
=
1 4
3 2
5 2
1
n C
C C
n C
C C
=
n
Tabel 4.8 menunjukkan hasil dari kompleksitas algoritma dari Affine Cipher . Pada Tabel 4.8 terdapat Kolom C yaitu sebagai variabel menghitung seberapa banyak
processor melakukan komputasi. Kolom sebagai variabel untuk menghitung kalimat
statement program yang dieksekusi. Kolom C x yaitu menunjukkan hasil perkalian dari C dan . Sehingga akumulasi dari kompleksitas algoritma enkripsi
Affine Cipher adalah
n
. Selanjutnya dihitung kompleksitas algoritma dekripsi Beaufort Cipher
ditunjukkan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Kompleksitas Algoritma Dekripsi Beaufort Cipher
No Kode Program
C C x
1 def DekBeaufort data, kunci:
C
1
1 C
1
2 hasil3 =
C
2
1 C
2
3 for x in rangelendata:
C
3
n C
3
n 4
temp = z.indexkunci[x] –
z.indexdata[x] lz C
4
n C
4
n 5
hasil3 = hasil3 + z[temp] C
2
n C
2
n 6
return hasil3 C
5
1 C
5
i
Ci n
T 13
=
5 2
4 3
2 1
C n
C n
C n
C C
C
=
1 4
3 2
5 2
1
n C
C C
n C
C C
=
n
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 menunjukkan hasil dari kompleksitas algoritma dari Beaufort Cipher . Pada Tabel 4.9 terdapat Kolom C yaitu sebagai variabel menghitung seberapa banyak
processor melakukan komputasi. Kolom sebagai variabel untuk menghitung kalimat
statement program yang dieksekusi. Kolom C x yaitu menunjukkan hasil perkalian dari C dan . Sehingga akumulasi kompleksitas algoritma dekripsi Beaufort
Cipher sama dengan kompleksitas algoritma enkripsi Beaufort Cipher yaitu
n
. Selanjutnya dilakukan perhitungan kompleksitas algoritma dekripsi Affine Cipher
ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Kompleksitas Algoritma Dekripsi Affine Cipher
No Kode Program C
C x 1
def DekAffm, b, data, data2: C
1
1 C
1
2 hasil4 =
C
2
1 C
2
3 for x in rangelendata:
C
3
n C
3
n 4
temp = z.indexdata[x] + m - 1 z.indexdata2[x] + b lz
C
4
n C
4
n 5
hasil4 = hasil4 + z[temp] C
2
n C
2
n 6
return hasil4 C
5
1 C
5
i
Ci n
T =
5 2
4 3
2 1
C n
C n
C n
C C
C
=
1 4
3 2
5 2
1
n C
C C
n C
C C
=
n
Tabel 4.10 menunjukkan hasil dari kompleksitas algoritma dari Affine Cipher . Pada Tabel 4.10 terdapat Kolom C yaitu sebagai variabel menghitung seberapa banyak
processor melakukan komputasi. Kolom sebagai variabel untuk menghitung kalimat
statement program yang dieksekusi. Kolom C x yaitu menunjukkan hasil perkalian dari C dan . Sehingga akumulasi dari kompleksitas algoritma dekripsi
Affine Cipher sama dengan kompleksitas algoritma enkripsi Affine Cipher yaitu
n
4.2.8 Pengujian Kombinasi Algoritma terhadap Waktu
Pada pengujian ini akan dilihat melalui tiga plainteks dengan karakter yang berbeda. Setiap plainteks diuji sebanyak lima kali perubahan cipherteks pertama, kedua dan
ketiga terhadap waktu. Waktu proses pada plainteks 12 karakter ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Waktu Proses pada Plainteks 12 Karakter
Plainteks C1
C2 C3
Waktu s
kriptografi. 3TuUQ]s_As;w
so}|-KkKq\ HSo\+m?:_]4
0.0019998550415 \rT`q4 y0
0czv|dEU3Zk IMaNu,Z,kj
0.00200009346008 C_PQ9U}o0?v acq~m=pDj|[Z MHHgbL5f{tB 0.00100016593933
em,dk:,RB| PZjb uaEB
],lv17n\G88 0.00300002098083
G[n,N7 }pv |dPIm{nb;RD w~NGy9z;{IX
0.0019998550415 Rata
– rata Waktu 0.001999998
Pada Tabel 4.11 ditunjukkan hasil rata – rata waktu proses setiap perubahan
cipherteks. Pada tabel 4.11 terdapat Kolom C1 diperoleh dari hasil enkripsi Beaufort Cipher
. Kolom C2 menunjukkan cipherteks yang kedua diperoleh dari hasil enkripsi Affine Cipher
dam kolom C3 menunjukkan cipherteks yang ketiga diperoleh dari dekripsi Beaufort Cipher.
Berdasarkan plainteks ‘kriptografi.’ pada cipherteks pertama, kedua dan ketiga diperoleh rata
– rata waktunya adalah 0.001999998 s. Selanjutnya dihitung waktu proses pada plainteks 20 karakter . Perhitungan
ditunjukkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Waktu Proses pada Plainteks 20 Karakter
Plainteks C1
C2 C3
Waktu s
KRIPTO GRAFI
Kuantum .
v_K=EDkRF L{57Wpfs
7PadVr]j| XDFkC
Dzx\n;eVa1l ZIpHp
0.0039999 4850159
0`u}g\A~;|ap P1?+z
K`F:rd5oU 2I~.zgw,
07[BuVkywd[, .GtOMy
0.0030000 2098083
fN?vtsFp[Zl TBsT_oU
_[2L\:XT.i8 Y;:YVt5
xmz+- tDayMIpkUo
1hp 0.0169999
599457 `U{mOy,-
yZ-Kuh5 dHkuWU
6 U GqEj\ x\[Q6\KJea|d.,
WrPkD 0.0080001
3542175 r=RyriL8T
g_|e,Yh ?Pu|BP7Gr?:
bief`{9 t5c-
qRW}]bPE: mg5
0.0030000 2098083
Rata – rata Waktu
0.0070000 17
Pada Tabel 4.24 ditunjukkan hasil rata – rata waktu proses untuk setiap perubahan
yang terjadi pada cipherteks pertama, kedua dan ketiga. Pada tabel 4.12 terdapat
Universitas Sumatera Utara
Kolom C1 diperoleh dari hasil enkripsi Beaufort Cipher. Kolom C2 menunjukkan cipherteks yang kedua diperoleh dari hasil enkripsi Affine Cipher dam kolom C3
menunjukkan cipherteks yang ketiga diperoleh dari dekripsi Beaufort Cipher. Sehingga diperoleh rata
– rata waktu prosesnya adalah 0.007000017 s. Pada pengujian terakhir untuk plainteks 60 karakter ditunjukkan pada table 4.13.
Tabel 4.13 Waktu Proses pada Plainteks 60 Karakter
Plainteks C1
C2 C3
Waktu s
AzizahMeiSariSebay ang19062014 adalah
ID untuk Seminar Hasil.
oe- G.uPRWDFQ:n7`h5
P8e3UgCQvA5T\8 Usj .
StuU1Xy[Q}.Q`263 Eep
AOuNB}Qvo_jtS RDG[}AemW9=j
Ci[pcWxf{NC{ 4BWF2IjbNjD
keVAr zIPL_FkfJnYnu3
{QCQpYdi\EW m_H`A8cD1q[
SiVN3WP?_Y;xW h1|y
0.007000207 901
kyl1QE}1|1TF+u Br=AZ[\m?BRnB
msaMzMxwdgfx20 goKc2S`3ZGp`
i8:DpTU\:3:;QH [,~K4Fy+R ,zv,
loJo=V9Xw=`mZ XW15m0|Ny}|
+vFn~?StB\HiO B]6_]4;4I[nzm2
_7ZFp,]aycacTx] 1~E7;IqTS,
0.012000083 9233
Z}gla`eu5- v|{B0yFqs3MYSgs
YM+fLqCc7kq9? i`eY0YqK4`S
xL8[VZgCL2 |eS\iUn{mTDav
[mDE_NBvKW 9qlHtCnX}J5
a xY;2Gm}h]J
]7~R0VqT6gb}Jsx g|j1_f6;Ke38E
3uENI]|6[-ti 0.008000135
42175
oeLMV.]TyXQ,tfrw W6ts8074EWD~F
pjxUt=7Ar|Fox O9ntdDtbxM
]vf?hpjC84Rd5 sH6y=d1nerc,y~
_b.oU2Tdr};wi bO]V2BJd:~dg2f
i6.bOJHWGy2 Cf2BCwQgDIS
z_GeHkmz}AYQ[ L9,~y_OE[}APuh
d-7 0.006000041
96167
15ak7M}bMzcNj 6~QZtr?wuQ{N:P]r
4RbRL|g4\Xh0CG 9gSO,qrsC6Bv
_pt,8f{LA{[rcSZ~ XdJ7ojCsdS}B|
oN+A+9eGENz0gl 5fREWuwMo`
~1Q 9fZi9iKoWiNy
{Jbqjq04RF7Wd NZgr{]t`b{-
qvZ3?j|wdKC; VK
0.010999917 984
Rata – rata Waktu
0.008800077 Pada Tabel 4.13 ditunjukkan hasil rata
– rata waktu proses untuk setiap perubahan cipherteks berdasarkan plainteks ‘AzizahMeiSariSebayang19062014 adalah ID untuk
Seminar Hasil.’. Pada tabel 4.12 terdapat Kolom C1 diperoleh dari hasil enkripsi
Beaufort Cipher . Kolom C2 menunjukkan cipherteks yang kedua diperoleh dari hasil
enkripsi Affine Cipher dam kolom C3 menunjukkan cipherteks yang ketiga diperoleh
Universitas Sumatera Utara
dari dekripsi Beaufort Cipher. Sehingga diperoleh rata – rata waktu prosesnya adalah
0.008800077 s. Hasil waktu proses yang diperoleh berdasarkan jumlah karakter plainteks
dapat diilustrasikan pada sebuah grafik pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Waktu Proses dan Karakter Plainteks
Gambar 4.12 ini menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara jumlah karakter plainteks terhadap waktu proses yang dilakukan. Pada plainteks 12 karakter
dihasilkan waktu proses 0.002 sekon. Plainteks untuk 20 karakter dihasilkan waktu 0.007 sekon sedangkan plainteks untuk 60 karakter dihasilkan waktu 0.0088 sekon.
Garis hubungan ini menunjukkan persamaan linear
c mx
y
dimana m adalah tingkat kemiringan gradient. x adalah nilai yang terdapat pada sumbu x. y adalah
nilai yang terdapat pada sumbu y. sedangkan c adalah nilai konstanta. Apabila diterjemahkan ke dalam sebuah grafik maka persamaan menjadi
c mn
t
.
Dapat dinyatakan bahwa hasil pengujian terhadap keutuhan data plainteks awal yang ada pada pihak pengirim sesuai dengan plainteks yang sampai pada pihak
penerima. Pengujian terhadap kompleksitas algoritma dihasilkan kompleksitas yang sama untuk setiap enkripsi dan dekripsi kedua algoritma yaitu
n
. Hanya saja enkripsi Beaufort Cipher yang terlebih dahulu dilakukan dapat menutupi kelemahan
0.001 0.002
0.003 0.004
0.005 0.006
0.007 0.008
0.009 0.01
Plainteks 12 Karakter
Plainteks 20 Karakter
Plainteks 60 Karakter
Waktu t
Jumlah Plainteks n
Grafik Panjang Plainteks dan Waktu Proses
Waktu Proses
Universitas Sumatera Utara
kunci Affine Cipher. Hal ini dikarena plainteks yang menjadi masukan untuk di lakukan enkripsi dengan menggunakan Affine Cipher bukan plainteks yang
sebenarnya. Sedangkan kelemahan dari Beaufort Cipher dapat ditutupi dengan penambahan nilai dengan bilangan acak dari RandomNumber Python 3.1.3. Pengujian
terhadap waktu adalah parameter yang membuktikan bahwa kompleksitas algoritma yang telah diuji berbanding lurus dengan waktu proses pada sistem.
Universitas Sumatera Utara