80
Teori dan Indikator Pembangunan
4. Di Bidang Pertahanan
Indikator yang tersirat dalam bidang pembangunan pertahanan antara lain:
a. meningkatnya jumlah dan kondisi peralatan pertahanan
ke arah modernisasi alat utama sistem persenjataan dan kesiapan operasional;
b. meningkatnya
penggunaan alat
utama sistem
persenjataan produksi
dalam negeri
dan dapat
ditanganinya pemeliharaan
alat utama
sistem persenjataan oleh industri dalam negeri;
c. terdayagunakannya potensi masyarakat dalam bela
negara sebagai salah satu komponen utama pertahanan negara.
Berbagai indikator non-ekonomi ini perlu dikaji perkembangan- nya dalam perspektif jangka panjang pembangunan sebagai
proses interaksi dengan berbagai indikator pembangunan ekonomi.
C. Indikator Pembangunan Gabungan HDI
Meskipun indikator pembangunan dapat dibedakan antara yang ekonomi dan yang non-ekonomi, pada pembahasan arti
pembangunan Bab II telah dikemukakan bahwa interaksi antara kedua jenis indikator ini sangat erat dan sering sulit dipisahkan.
Dalam hubungan ini, United Nations Development Program UNDP sejak tahun 1990 telah menerbitkan suatu indikator yang
Modul Diklatpim Tingkat III
81
menggabungkan faktor ekonomi pendapatan nasional dan faktor non-ekonomi kesehatan dan pengetahuan, yang
mempengaruhi pengembangan manusia, dan dinamakan Human Development Index
HDI. HDI ini dipublikasikan setiap tahun oleh UNDP dalam bentuk Human Development Report, yang
dalam edisi tahun 2006 meliputi 177 negara. Sementara itu, UNDP mengingatkan bahwa pengembangan
manusia yang dimaksudkan di dalam HDI tidak sama dengan pengembangan sumber daya manusia SDM yang biasanya
dimaksudkan di teori ekonomi, di mana SDM menunjuk pada manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu sebagai tenaga
kerja yang produktivitasnya harus ditingkatkan. Dalam hal ini manusia hanya sebagai alat input untuk mencapai tujuan yaitu
peningkatan output barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam HDI lebih dimaksudkan sebagai tujuan pembangunan
yang orientasi akhirnya adalah pada peningkatan kesejahteraan manusia.
HDI diciptakan oleh UNDP berdasarkan pandangan bahwa kemajuan suatu negara tidak dapat dilihat hanya dengan ukuran
pendapatan nasional. Karenanya telah disusun ukuran indikator sosio-ekonomi yang lebih komprehensif dalam bentuk HDI. HDI
merupakan gabungan dari tiga unsur utama pembangunan manusia, yaitu harapan hidup longevity, pengetahuan
knowledge yang diukur oleh tingkat melek orang dewasa dengan timbangan duapertiga serta rata-rata tahun bersekolah
timbangan: satupertiga, kesejahteraan ekonomi standard of
82
Teori dan Indikator Pembangunan
living yang diukur oleh PDB per kapita setelah disesuaikan
dengan paritas daya beli purchasing power parityPPP. Meskipun sebagai indikator pembangunan manusia, dapat
dimasukkan berbagai unsur lain seperti tingkat kebebasan politik, UNDP berpendapat bahwa menambahkan unsur selain
yang tiga tersebut dapat menimbulkan kekaburan pada suatu trend yang ingin dikaji.
Metode penghitungan HDI didasarkan atas penentuan nilai minimum dan maksimum untuk setiap dimensi pembangunan
manusia. Selanjutnya posisi setiap negara ditentukan oleh nilai pada skala antara 0 dan 1. Dalam hal minimum tingkat melek
dewasa adalah 0 dan nilai maksimumnya adalah 100, maka komponen melek huruf dalam unsur pengetahuan knowledge
bagi suatu negara yang tingkat melek hurufnya mencapai 94 adalah 0.94. Dalam hal nilai minimum dan nilai maksimum bagi
harapan hidup adalah 25 tahun dan 85 tahun, maka unsur longevity
untuk suatu negara yang angka harapan hidupnya mencapai 65 adalah 0.6.
Dalam publikasi Human Development Report tahun 2006, nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing unsur tersebut
adalah sebagai berikut: -
harapan hidup saat lahir: 25 tahun dan 85 tahun -
tingkat melek huruf dewasa: 0 dan 100 -
gabungan angka partisipasi sekolah kasar: 0 dan 100 -
PDB per kapita PPP US : 100 dan 40.000
Modul Diklatpim Tingkat III
83
Angka indeks masing-masing unsur tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai sebenarnya - Nilai minimum Indeks = -------------------------------------------
Nilai maksimum - Nilai minimum Pada Tabel IV.3 di bawah disajikan angka HDI Indonesia dan
beberapa negara lain dalam lingkungan ASEAN dan di luar ASEAN. Pada Tabel ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2004,
Indonesia berada pada ranking 108, yang cenderung merosot dari ranking 102 pada tahun 1993. Kemerosotan ini merupakan tanda
lampu kuning perlu waspada bukan hanya dari sudut posisi relatif Indonesia terhadap negara-negara lain tetapi juga bagi
situasi ekonomi, sosial dan politik dalam negeri, sehingga perlu dengan segera ditempuh langkah-langkah untuk mengatasinya.
Meskipun demikian, indikator HDI pada Tabel IV.3 perlu juga dikaji secara lebih mendalam. Pertama, ranking Indonesia 108
berada jauh di bawah Qatar 46. Perlu dikaji lebih lanjut seberapa besar pengaruh tingginya pendapatan nasional Qatar
sebagai salah satu pengekspor minyak terbesar di dunia dan relatif kecilnya jumlah penduduknya pada hitungan HDI.
Pengkajian ini perlu mengingat pada Bab I tentang Arti Pembangunan telah disentuh bahwa pertumbuhan pendapatan
nasional belum tentu sama dengan tingginya tingkat pembangunan. Kedua, ranking Vietnam 109 berada hanya satu
tingkat di bawah Indonesia. Dibandingkan dengan HDI 1993,
84
Teori dan Indikator Pembangunan
ketika Vietnam masih berada pada posisi 121 yang jauh di bawah Indonesia, maka kecepatan negara tersebut untuk memperbaiki
HDInya seharusnya memacu negara kita agar tidak lebih jauh tertinggal dimasa yang akan datang. Hal ini terutama mengingat
posisi setingkat di atas Indonesia dicapai negara tersebut walaupun dari unsur ekonominya GDP per kapita pada tahun
2001 Vietnam masih berada di bawah Indonesia, yaitu Indonesia dengan PPPUS 2.940 dan Vietnam PPPUS 2.070. Ketiga,
ranking Brunei Darussalam 31 yang berada jauh di atas Indonesia disebabkan bukan saja oleh faktor ekonomi PDB per
kapita tetapi juga non-ekonomi, tingkat melek hurufnya sebesar 92,7 yang dalam indeks pengetahuan diberi timbangan 23 yang
lebih besar dari timbangan partisipasi sekolah sebesar 13. Ini berarti bahwa meskipun merupakan suatu penghasil minyak,
Brunei Darussalam telah lebih gencar mengembangkan segi pengetahuan penduduknya. Dilain pihak, ranking Indonesia
terutama setelah reformasi politik, dibandingkan dengan ranking Brunei dapat menjadi lebih baik jikalau HDI juga
memuat indeks yang menyangkut pengembangan kehidupan politik.
Berbagai catatan yang dapat diberikan pada hasil kompilasi HDI tersebut menunjukkan bahwa indikator pembangunan ini masih
harus diterapkan secara hati-hati. Suatu kelemahan dari cara perhitungan ini yang harus diperhatikan adalah dipergunakannya
angka rata-rata yang tentunya belum menggambarkan distribusi dari unsur yang bersangkutan. Meskipun demikian, HDI
merupakan suatu indikator pembangunan yang sangat berharga
Modul Diklatpim Tingkat III
85
sebagai upaya penggabungan faktor ekonomi dan non-ekonomi dari proses pembangunan.
Tabel IV.3
Nilai Hdi Dan Rangking Indonesia Di Antara 177 Negara 2004
NEGARA HDI
RANKING DI
ANTARA 177
NEGARA HARAP
AN HIDUP
tahun
TING KAT
MELEK HURUF
PARTI SIPASI
SEKOLAH GABUNG
AN PDB PER
KAPITA USD,
PPP ASEAN :
INDONESIA 0.711
108 67.2
90.4 68
3.609 THAILAND
0.784 74
70.3 92.6
74 8.090
MALAYSIA 0.805
61 73.4
88.7 73
10.276 FILIPINA
0.763 84
70.7 92.6
82 4,614
BRUNEI 0.871
34 76.6
92.7 77
19.210 SINGAPURA
0.916 25
78.9 92.5
87 28.077
VIETNAM 0.709
109 70.8
90.3 63
2.745 KAMBODIA
0.583 129
56.5 73.6
60 2.423
MYANMAR 0.581
130 60.5
89.9 49
1.027 LAOS
0.553 133
55.1 68.7
61 1.954
BUKAN ASEAN LDC :
CHINA 0.768
81 71.9
90.9 70
5.896 INDIA
0.611 126
63.6 61
62 3.139
KOREA 0.912
26 77.3
98 95
20.499 QATAR
0.844 46
73 89
76 19.844
BUKAN ASEAN DC:
KANADA 0.950
6 80.2
99 93
31.263 JEPANG
0.949 7
82.2 99
85 29.251
SUMBER : HUMAN DEVELOPMENT REPORT, 2006, UNDP
LDC = Negara-negara yang sedang membangun DC = Negara-negara yang sudah maju
86
Teori dan Indikator Pembangunan
D. Peranan Data Statistik Pada Indikator