P a g e | 36
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
BAB III STRUKTUR SOSIAL
Standar Kompetensi: Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas social
Kompetensi Dasar
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan
2. Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat
3. Menganalisis hubungan antara struktur sosial dengan mobilitas sosial
Tujuan Pembelajaran 1.
Mengidentifikasi unsur-unsur dalam struktur sosial dalam kehidupan masyarakat 2.
Menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya diferensiasi dan stratifikasi sosial yang ada di dalam kehidupan masyarakat
3. Menjelaskan dampak stratifikasi sosial
4. Menganalisis hubungan antara struktur sosial dan mobilitas sosial
Pengantar
Manusia selalu hidup berkelompok untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sejarah peradaban manusia jelas memperlihatkan bagaimana hubungan manusia dengan manusia lain dalam
menghadapi bahaya dan tantangan lingkungan sekitarnya sebagai wujud dalam proses adaptasi. Dengan demikian, setiap individu tidak bebas dan senantiasa terlibat dalam interaksi sosial dengan
sesama warga kelompoknya sejak ia dilahirkan. Ketika manusia lahir ke dunia, ia akan dihadapkan pada aturan-aturan dimana ia lahir.
Dalam melakukan interaksi sosial tersebut maka muncullah apa yang dinamakan sebuah penghargaan terhadap sesuatu hal. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap sesuatu hal
menyebabkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi. Gejala tersebut menyebabkan timbulnya lapisan sosial dalam masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu
kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal. Hal ini pernah disampaikan oleh Pitirim Sorokim yang menyebutkan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat merupakan ciri yang
tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Dalam kacamata sosiologi, kondisi tersebut dipelajari dalam konsep struktur sosial. Dalam kegiatan belajar kali ini, maka akan
mempelajari pengertian struktur sosial dan bentuk struktur sosial tersebut yaitu adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial dalam masyarakat serta dampak stratifikasi sosial yang menimbulkan konflik
sosial dan memunculkan mobilitas sosial dalam masyarakat Pengertian Struktur Sosial
Apa yang dimaksud dengan konsep struktur sosial? Untuk menjawab pertanyaan ini tidak mudah karena sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempunyai banyak teori dan paradigma. Dalam
sosiologi, ketika berbicara mengenai struktur sosial, maka sesungguhnya berbicara mengenai sesuatu yang saling bergantung dan membentuk suatu pola tertentu, yang terdiri atas pola perilaku individu,
kelompok, institusi maupun masyarakat secara luas.
George C. Homans, yang mempelajari sosiologi mikro, mengaitkan struktur sosial dengan perilaku sosial elementer dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Gerhard Lenski, yang mempelajari
sosiologi makro, berbicara mengenai struktur masyarakat yang diarahkan oleh kecenderungan panjang yang menandai sejarah. Talcott Parsons mengatakan bahwa struktur sosial adalah
keterkaitan antar manusia. Kornblum menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan
antar kelompok dalam masyarakat.
Menurut Raymond Flirth, struktur sosial merupakan suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga dimana
orang banyak tersebut ambil bagian. Sedangkan menurut Soerjono Soekamto, bahwa struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan yang lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada
masyarakat yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisasi.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur sosial adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat diprediksikan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 37
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
melalui pola perilaku berulang-ulanh antar individu antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Struktur sosial memiliki empat unsur pembentuk, yaitu:
1. Status Sosial
Status sosial merupakan kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat, meliputi keseluruhan posisi sosial yang terdapat dalam suatu kelompok besar masyarakat, dari
yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Status terbagi atas: a.
Ascribed Status Status
yang “diberikan” kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat atau karakteristik unik orang tersebut. Didapat secara otomatis melalui kelahiran keturunan.
Misalnya ras, gender, dan usia. b.
Achieved Status Status yang didapat seseorang melalui usaha-usahanya sendiri. Seseorang harus melakukan
sesuatu untuk mendapatkan acheved status, seperti bersekolah, mempelajari keterampilan,
berteman, atau menciptakan sesuatu yang baru. c.
Assigned Status Status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk
masyarakat, misalnya pahlawan nasional. 2.
Peran Sosial Merupakan seperangkat harapan yang mulai dilakukan oleh seseorang yang menempati
suatu posisi atau status sosial tertentu. Peran yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat sosial-position merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu
dalam organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak menunjuk pada fungsi artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran.
Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal yaitu: a.
Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat
b. Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
c. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat
Seiring dengan adanya konflik antara kedudukan-kedudukan maka ada juga konflik peran conflict of role dan bahkan pemisahan antara individu dengan peran yang sesungguhnya harus
dilaksanakan role-distance, yang terjadi apabila seseorang merasakan dirinya tertekan karena
merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peran yang diberikan oleh masyarakat kepadanya sehingga tidak dapat melaksanakan perannya dengan sempurna atau bahkan
menyembunyikan diri. Berdasarkan pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.
Peranan yang diharapkan expected roles merupakan peranan yang ideal sesuai dengan penilaian masyarakat. Peranan ini dilaksanakan dengan secermat-cermatnya yang tidak dapat
ditawar lagi dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. b.
Peranan yang disesuaikan actual roles, merupakan cara yang sebenarnya peranan itu dijalankan. Artinya dalam menjalankan peranan ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang tertentu. 3.
Kelompok Setujukah bahwa bagi sebagian besar anggota masyarakat terputusnya hubungan dengan
seluruh jaringan kelompok secara total sama saja hukuman mati artinya manusia itu mati secara sosial. Jika setuju, apakah peran kelompok yang sebenarnya dan mengapa begitu penting bagi
setiap anggota masyarakat? Kelompok memainkan peran yang sangat penting dan vital dalam struktur sosial masyarakat karena sebagian besar interaksi sosial kita berlangsung dalam kelompok
dan dipengaruhi oleh norma-norma dan sanksi yang ada dalam kelompok. Kelompok sosial merupakan sejumlah orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan harapan yang sama, serta
secara sadar dan teratur saling berinteraksi.
Secara sosiologis, kelompok adalah setiap kumpulan manusia yang memiliki pola interaksi yang terorganisir dan terjadi secara berulang-ulang. Hakikat keberadaan kelompok sosial bukanlah
terletak pada dekatnya jarak fisik melainkan pada kesadaran untuk berinteraksi. Misalnya saja, sekumpulan orang yang sedang menonton pertandingan sepak bola apabila diantara mereka tidak
ada interaksi sosial hanya menonton sepak bola saja maka bukan sebuah kelompok sosial. Mereka tidak ada kesadaran untuk berinteraksi sosial. Sangat berbeda ketika ada banyak orang yang tidak
pernah bertemu secara fisik tetapi mereka saling mengirimkan kabar melalui surat, email, telepon ataupun sms. Kesadaran berinteraksi ini diperlukan oleh mereka untuk menciptakan suatu
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 38
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
kelompok sedangkan kehadiran fisik semata-mata sama sekali tidak diperlukan. Kesadaran berinteraksi ini sangat penting karena melalui kelompok, seorang individu menghayati aturan-
aturan yang ada dalam masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhannya. 4.
Institusi Sosial Merupakan pola terorganisasi dari kepercayaan dan perilaku yang dipusatkan kebutuhan dasar
sosial. Institusi dibentuk untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu. Melalui institusi sosial, terlihat struktur dalam masyarakat. Institusi sosial seperti keluarga, agama, dan pemerintah merupakan
aspek fundamental dari struktur sosial. Ada 3 kata kunci di dalam setiap pembahasan institusi sosial yaitu nilainorma dan pola
perilaku yang dibakukan serta sistem hubungan yaitu jaringan peran dan status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku. pembahasan
insititusi sosial akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab 7. Sejak orang mulai berspekulasi mengenai sifat-sifat masyarakat, perhatian mereka tertarik
pada perbedaan-perbedaan yang terlihat antara individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Adanya struktur soaial yang berbeda-beda, dengan peran dan status anggotanya
yang juga berbeda-beda, menimbulkan terjadinya ketidaksamaan dalam masyarakat. Ketidaksamaan ini meliputi jumlah kekayaan, prestise dan kekuasaan yang dimiliki. Selain itu,
ketidaksamaan dalam masyarakat juga dapat dilihat dari adanya berbagai macam ras atai etnik, gender, agama dan lain-lain.
Keanekaragaman individu yang berinteraksi dalam masyarakat ini disebut perbedaan sosial. Secara umum, perbedaan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu secara horizontal yang
disebut Diferensiasi Sosial, yaitu perbedaan yang dikaitkan dengan interaksi, tetapi tidak menunjukkan adanya tingkatan lebih tinggi atau lebih rendah dan secara vertikal disebut
Stratifikasi Sosial, yaitu perbedaan sosial yang menunjukkan adanya tingkatan yang berbeda dalam masyarakat.
Diferensiasi Sosial Pengertian masyarakat terbentuk oleh sekumpulan individu yang masing-masing mempunyai
potensi atau kemampuan yang berbeda-beda. Keanekaragaman individu yang saling berinteraksi ini disebut “perbedaan sosial”. Diferensiasi sosial adalah proses penempatan orang-orang dalam berbagai
kategori sosial yang berbeda, yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan yang diciptakan secara sosial. Menurut
Soerjono Soekanto, diferensiasi sosial adalah variasi pekerjaan, prestise dan kekuasaan kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan dengan interaksi atau akibat umum dari
proses interaksi sosial yang lain. Diferensiasi sosial terjadi akibat pola interaksi individu yang memiliki ciri-ciri fisik dan non fisik
berbeda-beda, meliputi : 1.
Ciri fisik seperti bentuk dan tinggi tubuh, raut muka, warna kulit, warna rambut, dan lain-lain 2.
Ciri sosial budaya, antara lain kecerdasan, motivasi, dedikasi, minat dan bakat. Dalam lingkup yang lebih luas meliputi bentuk organisasi, kebiasaan dan sistem nilai budaya lainnya.
Diferensiasi sosial merupakan karakteristik sosial yang membuat individu atau kelompok terpisah dan berbeda satu sama lain. Perbedaan ini didasarkan pada beberapa faktor, yaitu usia,
gender, latar belakang etnik. Bentuk-bentuk diferensiasi berdasarkan faktor-faktor pembentuk yang lebih disebutkan di atas, ada beberapa bentuk diferensiasi sosial, yaitu :
1. Ras dan Etnik
Menurut Banton 1967 ras merupakan suatu tanda peran; perbedaan fisik yang dijadikan dasar untuk menetapkan peran yang berbeda-beda. Pengertian ras menyangkut
aspek biologis ciri fisik, warna kulit, bentuk tubuh, dan lain-lain dan
aspek sosial menyangkut peran dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan.
Menurut Francs 1847, kelompok etnik adalah suatu komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat istiadat, kebiasaan, wilayah, bahkan sejarah. Etnik ditandai dengan persamaan
warisan kebudayaan dan ikatan batin Wefeeling di antara anggota-anggotanya. Menurut
Koentjraningrat 1983 pengertian “kelompok etnik” mempunyai kesamaan makna dengan pengertian “suku bangsa” pada masyarakat Indonesia.
2. Agama dan Kepercayaan
Pada dasarnya suatu agama timbul karena adanya ketidakmampuan manusia mengungkap seluruh rahasia alam dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terutama tentang
rahasia alam gaib, termasuk untuk menjawab pertanyaan “ada apa setelah kematian?”. Jadi pada hakikatnya, agama adalah kepercayaan akan alam gaib, dai mana, bagaimana, dan akan kemana
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 39
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
manusia setelah mati, yang dicantumkan dalam kitab-kitab suci. Terdapat beberapa agama dan kepercayaan di dunia ini, antara lain Islam, Nasrani, Katolik, Buddha, Hindu, dan lain-lain.
Dengan demikian, agama dan kepercayaan dapat dijadikan dasar diferensiasi sosial. Namun, diferensiasi berdasarkan agama dan kepercayaan ini jangan sampai dibesar-besarkan dan
dijadikan pembeda dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan ciri fisik yang dibawa sejak lahir dan tidak ditentukan sendiri oleh individu berdasarkan keinginannya. Di lain sisi, juga dikenal konsep gender untuk membedakan
peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Gender adalah perbedaan secara budaya antara pria dan wanita yang dipelajari melalui proses sosialisasi. Para ahli sosiologi sebenarnya
tidak memandang bahwa pria berkedudukan lebih tinggi dari wanita di dalam sistem sosial. Namun demikian, fakta sosial di dalam kehidupan masyarakat, perbedaan laki-laki dan
perempuan seringkali mengakibatkan dominasi laki-laki terhadap perempuan sehingga sebagian ahli sosiologi melihat gender sebagai stratifikasi sosial.
4. Klan Clan
Bentuk diferensiasi sosial lainnya adalah klan. Menurut Koentjaraningrat, klan adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdiri atas semua keturunan dari seorang nenek moyang yang
diperhitungkan melalui garis keturunan sejenis, yaitu keturunan warga-warga pria atau wanita. Apabila garis keturunan ditarik dari laki-laki disebut
patrilineal. Sedangkan apabila garis keturunan ditarik dari perempuan dinamakan
matrilineal. 5.
Suku Bangsa Diferensiasi sosial yang lebih luas daripada klan adalah suku bangsa. Suku bangsa adalah
golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial lainnya. Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah kelompok masyarakat dengan corak kebudayaan yang khas Koentjaraningrat,
1996:166. Secara lengkap dikemukakan bahwa suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan kebudayaan mereka, sehingga
kesatuan kebudayaan tidak ditentukan oleh orang luar melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan.
Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan, yang tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia
terdapat 300 suku bangsa dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah. Akan tetapi apabila ditelusuri, maka sesungguhnya berasal dari rumpun bahasa Melayu Austronesia.
Stratifikasi Sosial
Setiap individu di dalam masyarakat memiliki status sosial yang berbeda-beda. Perbedaan status sosial ini diawali dengan adanya sikap menghargai hal-hal tertentu, baik yang berupa materi
harta benda maupun bukan materi. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap suatu hal akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya sehingga setiap
orang yang memilikinya akan menjadi orang-orang berstatus sosial tinggi. Jadi, meskipun ada beberapa upaya untuk menyamakan kedudukan dan perlakuan terhadap seseorang, dalam kenyataan
sehari-hari sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dapat diwujudkan.
Menurut Pitirin A. Sorokin, system stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah. Dasar dan inti sistem stratifikasi masyarakat adalah adanya
ketidakseimbangan pembagian hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu-individu ata kelompok-kelompok dalam suatu sistem sosial.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang
atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan gejala umum pada masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern yang heterogen.
Pada umumnya, stratifikasi sosial didasarkan pada kedudukan yang diperoleh dalam melangsungkan interaksinya di dalam masyarakat. Macam-macam stratifikasi sosial :
1. Berdasarkan status yang diperoleh secara alami
a. Stratifikasi Berdasarkan Perbedaan Usia Age Stratification
Dalam stratifikasi sosial berdasarkan usia ini, umumnya anggota masyarakat yang bersifat lebih muda mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda dengan anggota masyarakat yang
lebih tua. Pada kelompok masyarakat tertentu, anak tertua mempunyai status yang lebih tinggi daripada anak yang lebih kecil atau muda.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 40
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Stratification Berdasarkan Senioritas
Senioritas menyangkut usia dan jenjang pengalaman akan sesuatu hal. Asas senioritas tampak sekali dalam dunia kerja, misalnya dalam hal kenaikan pangkat atau golongan. Untuk
mengisi posisi tertentu, diutamakan karyawan yang lebih tua atau lebih lama masa kerjanya. Bahkan sering terjadi seseorang yang lebih tua dijadikan ketua atau guru tanpa memandang
kemampuan sesungguhnya yang dimiliki orang tersebut.
c. Stratification Berdasarkan Gender Gender Stratification
Perbedaan status sosial pada kebanyakan kelompok masyarakat juga dapat disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin. Perbedaan status ini sangat dipengaruhi oleh tradisi dan ajaran
mengenai harkat dan martabat pria dan wanita dalam pergaulan sehari-hari, misalnya pria selalu disanjung oleh sebutan seorang “pemimpin”, upah kerja butuh pria lebih tinggi dari
upah kerja buruh wanita meskipun dengan produktivitas dan jam kerja yang sama. d.
Stratifikasi Berdasarkan Sistem Kekerabatan Pada umumnya, dalam suatu sistem kekerabatan terdapat perbedaan hak dan kewajiban
antara ayah, ibu, anak serta cucu. Oleh sebab itu, posisi mereka secara hierarki juga akan memiliki status sosial yang berbeda-beda pula atau berada pada tingkatan hak dan kewajiban
yang berbeda-beda.
e. Stratifikasi Berdasakan Keanggotaan dalam Kelompok Tertentu
Stratifikasi ini terjadi dalam kelompok etnik dan ras tertentu, yang berbeda-beda hak dan kewajibannya. Sehubungan dengan hal di atas, sering kita jumpai suku, agama dan warna
kulit tertentu menempati lapisan atau strata sosial yang lebih tinggi daripada kelompok, suku, agama, dan warna kulit lainnya.
2. Berdasarkan status yang diperoleh melalui serangkaian usaha
a. Stratifikasi Sosial dalam Pendidikan
Orang-orang yang mampu menyelesaikan pendidikan formal sampai pada jenjang yang lebih tinggi umumnya memperoleh hak dan kewajiban yang lebih beragam, sehingga status sosial
yang diperolehnya pun akan lebih beragam. Sehubungan dengan itu, jelas bahwa tingkat pendidikan seseorang atau kelompok tertentu akan membedakan hak dan kewajibannya
dengan individu atau kelompok lain, yang pada akhirnya akan menentukan kelas sosial yang mereka tempati.
b. Stratifikasi dalam Bidang Pekerjaan
Stratifikasi ini sangat tampak pada instansi organisasi yang dikelola secara modern, di mana terdapat kedudukan yang berbeda-beda untuk pekerjaan sejenis. Misalnya, stratifikasi antara
seorang manajer dengan pelaksana administrasi staff, asisten dosen dengan guru besar profesor di perguruan tinggi, terutama dengan perwira dalam jenjang kepangkatan militer,
dan sebagainya.
c. Stratifikasi dalam Bidang Ekonomi
Stratifikasi ini sangat menonjol hampir di setiap kelompok masyarakat di mana pun. Pembedaan kelas sosial didasarkan pada penghasilan dan kekayaan material. Akan tetapi,
ukuran tentang kekayaan yang dianggap mapan berbeda antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Hal ini sangat bergantung pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang
bersangkutan. Kriteria “orang kaya” di kota metropolitan sangat berbeda dengan kriteria “orang kaya” di pedesaan. Begitu pula kriteria orang yang mapan secara ekonomi di negara
maju sangat berbeda sekali dengan di negara miskin atau negara berkembang sekalipun. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stratifikasi sosial dibedakan menjadi 4,
yaitu : 1.
Kekayaan Kekayaan adalah kriteria ekonomi, maka orang-orang yang berpenghasilan tinggi atau besar akan
menempati lapisan sosial yang tinggi pula. Contoh, seorang pengusaha yang sukses, akan berada pada lapisan kelas atas. Kondisi ini menghasilkan kelas sosial yang disebut
“the have” dan “the have not” atau orang-orang kaya dan orang-orang miskin.
2. Kekuasaan Power
Orang-orang yang memperoleh kesempatan menjadi pemimpin, baik melalui suatu mekanisme pemilihan umum maupun secara turun temurun pada negara sistem monarki, akan menempati
kelas sosial yang lebih tinggi. 3.
Kehormatan kebangsawanan Golongan bangsawan, baik pada masyarakat tradisional maupun pada masyarakat modern, selalu
menduduki kelas sosial yang lebih tinggi. Mereka sangat dihormati, bahkan sering dijadikan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 41
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
sumber dari berbagai kebutuhan sosial manusia. Biasanya keturunan kelas bangsawan ini akan secara otomatis menjadi orang yang berada dan menyandang status sosial orang tuanya tersebut.
4. Pendidikan
Pada masyarakat yang mulai berkembang atau masyarakat pra industri, pendidikan menjadi suatu yang amat penting, sehingga orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi secara otomatis akan
menempati lapisan sosial yang tinggi pula. Mislanya, kelompok sarjana di negara manapun mempunyai status sosial yang lebih tinggi daripada kelompok yang hanya menyelesaikan jenjang
pendidikan menengah dan kejuruan.
Dari keempat faktor tersebut di atas, kecenderungan-kecenderungan yang paling dominan pada masyarakat, sangat tergantung pada perkembangan peradaban masyarakat itu sendiri. Mislanya
pada masyarakat di negara-negara berkembang, kekayaan material merupakan faktor utama stratifikasi, sedangkan faktor pendidikan belum dianggap sebagai simbol status sosial yang lebih
penting dalam membentuk kelas sosial seseorang. Berdasarkan sifatnya, stratifikasi sosial terbagi menjadi :
a.
Stratifikasi Sosial Terbuka Di dalam stratifikasi sosial terbuka
open stratification, kelas-kelas sosial tidak bersifat tertutup, artinya seseorang dapat saja masuk ke dalam kelas sosial tertentu yang diinginkan ataupun keluar
setelah mencapai kelas sosial yang lebih tinggi. Seseor ang dapat pula ‘dikeluarkan” apabila tidak
sanggup melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kelas sosial yang disandangnya. Sistem kelas sosial terbuka memberikan kesempatan kepada seseorang untuk berusaha dengan
kemampuannya sendiri masuk ke kelas tertentu. Jadi, sistem stratifikasi sosial terbuka bersifat sementara karena gerak sosial mobilitas sosial dari suatu ke status lainnya dapat terjadi setiap
saat dan di mana saja.
b. Stratifikasi Sosial Tertutup
Pada sistem stratifikasi sosial tertutup closed stratification, terdapat pembatasan terhadap
kemungkinan pindahnya kedudukan seseorang dari suatu lapisan ke lapisan sosial lainnya. Jadi, dalam sistem stratifikasi sosial tertutup bersifat tetap. Satu-satunya jalan supaya berada pada
suatu lapisan kelas tertentu adalah melalui kelahiran. Pada stratifikasi ini gerak sosial tidak dapat terjadi karena seseorang tidak dapat naik, atau bahkan turun ke kelas sosial lainnya. Misalnya,
stratifikasi sosial yang berlaku pada sistem kasta dan agama Hindu di India.
Bentuk sederhana dari lapisan sosial pada hampir semua masyarakat adalah strata yang jelas antara majikan dan buruh, bangsawan atau bangsawan atau penguasa dengan rakyat jelata, ilmuwan
dengan kaum awam, dan lain sebagainya. Ada beberapa bentuk sistem stratifikasi sosial yang terdapat dalam masyarakat, baik sekarang maupun dahulu, yaitu :
1. Sistem Kasta
Menurut Lumberg 1968, kasta adalah suatu kategori di mana pada anggotanya ditunjuk dan ditetapkan status yang permanen dalam hierarki sosial, serta hubungan-hubungannya dibatasi
sesuai dengan statusnya. Dalam kenyataannya, sistem kasta mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a.
Keanggotaan diperoleh karena warisan atau kelahiran. Anak yang lahir akan menyandang kasta orang tuanya. Oleh sebab itu, kualitas seseorang tidak diperhitungkan dalam
menentukan kastanya. b.
Keunggulan yang diwariskan berlaku seumur hidup. Oleh sebab itu, seseorang tidak mungkin mengubah kedudukannya kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya karena melakukan
kesalahan besar yang berakibat fatal. c.
Perkawinan bersifat endogami, artinya harus dipilih dari orang-orang yang kastanya sama. Laki-laki dapat menikah dengan wanita dari kasta yang sama atau dari kasta yang lebih
rendah, tetapi tidak menikah dengan wanita yang kastanya lebih tinggi. d.
Hubungan dengan kelompok-kelompo sosial lainnya bersifat terbatas. e.
Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta tertentu, terutama dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat pada norma-norma kasta.
2. Sistem Kelas Sosial
Sistem kelas sosial didasarkan pada status sosial yang diperoleh dengan usaha-usaha achieved status. Menurut Wood, kelas sosial terdiri atas sejumlah orang yang memiliki status
sosial yang sama dan biasanya didapat sejak lahir bisa juga didapat dengan usaha-usaha. Status dalam sistem kelas sosial dapat diperoleh dengan memanfaatkan kepiawaian
seseorang, sehingga bersifat lebih luwes atau fleksibel dalam menerima gerak sosial seseorang atau kelompok masyarakat. Sebagai akibatnya, seseorang yang hidup di dalam masyarakat dengan
bentuk sistem kelas sosial ini dapat mengubah atau memperbaiki status sosialnya, atau bahkan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 42
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dapat pula jatuh ke status sosial yang lebih rendah dari sebelumnya. Pada masyarakat yang menganut sistem kelas sosial ini, perpindahan seseorang atau kelompok dari satu kelas sosial ke
kelas sosial lainnya mobilitas sosial lebih sering terjadi tanpa hambatan yang berarti. Menurut
Karl Marx, suatu kelas sosial adalah suatu kelas yang mempunyai hubungan sebab- akibat dengan alat-alat produksi. Sednagkan menurut
Max Weber, kelas sosial juga berkaitan dengan atau mencakup penguasaan atas barang-barang dan meliputi peluang untuk memperoleh
penghasilan Kamanto, 1993: 115. Apabila menurut Marx dan Weber kelas sosial itu adalah kelompok, maka menurut
Bernard Barber, kelas sosial merupakan himpunan keluarga-keluarga. Jadi, kedudukan seorang anggota
keluarga dalam suatu kelas terkait dengan kedudukan anggota keluarga lainnya. Misalnya, apabila kepala keluarga menduduki jabatan menteri pada suatu pemerintahan, maka semua anggota
keluarganya otomatis akan berada pada kelas “pejabat tinggi” pula. 3.
Sistem Feodal Posisi seseorang dalam masyarakat “diberikan” dan tidak mungkin berpindah dari satu tingkat
ke tingkat lain yang lebih tinggi. Dalam sistem ini, stratifikasi didasarkan pada empat tingkatan dalam masyarakat yang disebut “estate”. Seluruh penduduk bersumpah untuk mengabdi pada raja
yang kekuasaannya dipercaya merupakan pemberian dari Tuhan. Kaum bangsawan diberikan kepemilikan tanah oleh raja. Kemudian, kaum bangsawan memberikan tanahnya kepada para
ksatria yang mengabdi pada kaum bangsawan tersebut. Pada tingkat yang paling bawah dalam sistem feodal, kaum petani dan nelayan diberikan hak pengolahan atas sedikit tanah tersebut yang
kemudian ditukarkan dengan hasil produksi yang mereka hasilkan. Hubungan dasar dari feodalisme, diperkuat oleh adanya
upeti. 4.
Sistem Apartheid Sistem stratifikasi ini pernah diterapkan di Afrika Selatan. Latar belakang etnik digunakan
sebagai dasar untuk menentukan stratifikasi masyarakat. Kata apartheid berarti “pemisahan” dalam bahasa Afrika, yang menggambarkan pemisahan rasial yang nyata antara penduduk kulit putih yang
merupakan kaum minoritas yang memimpin dengan penduduk non kulit putih yang merupakan mayoritas. Seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan, pendidikan, perumahan dan pekerjaan
ditentukan oleh apakah seseorang itu berkulit putih atau hitam.
Sitem apartheid mengklarifikasikan orang berdasarkan tiga kelompok ras besar, yaitu kulit
putih yang merupakan golongan minoritas, bantu kulit hitam mayoritas, dan kulit berwarna orang-orang berdarah campuran. Kemudian
ras Asia, India dan Pakistan ditambahkan sebagia kategori keempat. Sistem ini menentukan di mana masing-masing anggota kelompok dapat hidup,
pekerjaan apa yang dapat mereka lakukan, dan tipe pendidikan apa yang dapat mereka terima. Bahkan, sistem ini juga melarang kontak sosial antar ras, mengharuskan adanya pemisahan fasilitas
publik antara kulit putih dan bahkan kulit putih,s erta melarang perwakilan non kulit putih duduk di pemerintahan. Orang yang secara terbuka menentang apartheid dianggap sebagai komunis sehingga
akan ditindak. Dalam sistem ini, terdapat ketidaksamaan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik antara kulit putih dan kulit hitam.
Sistem ini memiliki kesamaan dengan sistem kasta dalam hal ascribed sistem, di mana posisi
seseorang dalam masyarakat “diberikan” sejak lahir. Kaum kulit hitam tidak mendapat kesempatan yang sama dengan kulit putih dalam bidang pendidikan dan pekerjaan sehingga kesempatan hidup
golongan kulit hitam menjadi terbatas. Selain itu, kemungkinan untuk berpindah status dari satu tingkat masyarakat ke tingkat masyarakat lainnya sangat kecil, bahkan hampir dikatakan tidak ada.
Wacana mengenai stratifikasi sosial tidak dapat dilepaskan dari pendekatan teoritis yang digunakan untuk melihat dimensi stratifikasi sosial maupun fungsinya dalam masyarakat.
1. Kingsley Davis dan Wilbert Moore
Pandangan kedua ahli ini dalam melihat sistem stratifikasi sosial dapat dikategorikan dalam pendekatan fungsional, karena menekankan pada fungsi status dalam masyarakat yang dinilai
menunjang kesinambungan masyarakat. Menurut kedua ahli ini, sistem stratifikasi sosial dimaksudkan untuk memberi rangsangan agar manusia mau menempati status-status sosial dan
setelah itu bersedia menjalankan perannya sesuai dengan harapan masyarakat role expectation.
Semakin penting status yang ditempati, semakin sedikit tersedia anggota masyarakat yang dapat menempatinya, semakin besar pula imbalan yang diberikan masyarakat. Jadi menurut pendapat
ini, perbedaan imbalan yang diterima orang pada strata atas dengan strata bawah inilah yang menyebabkan stratifikasi sosial.
2. Karl Marx
Pemikiran Marx ini dikenal dengan pendekatan konflik yang memfokuskan sistem stratifikasi sosial pada dimensi ekonomi semata yang menciptakan terjadinya kelas sosial dalam masyarakat.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 43
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa kehancuran feodalisme serta lahir dan berkembangnya kapitalisme mengakibatkan masyarakat modern terbagi menjadi dua kelas sosial yaitu kelas
proletar, yang tidak memilik alat produksi dan kelas borjuis, yang memiliki alat produksi. 3.
Max Weber Meskipun dikategorikan dalam pendekatan konflik, namun dimensi stratifikasi sosial bagi
Weber ditentukan oleh dimensi ekonomi kekayaan, sosial kehormatan dan politik kekuasaan. Ketiga dimensi tersebut mengakibatkan pembedaan konsep kelas, kelompok status dan partai
politik yang merupakan dasar pembedaan tiga jenis stratifikasi sosial yang ada di masyarakat. Menurut Weber, kelas ditandai oleh 2 hal yaitu pertama,
life chances, peluang untuk hidup nasib yang ditentukan oleh kepentingan ekonomi berupa penguasaan atas barang dan kesempatan
untuk memperoleh penghasilan dalam pasaran komoditas dan pasaran kerja. Kedua, class
situation, saat seseorang menempati kelas yang sama akibat penguasaan barang dan jasa tersebut.
Dimensi yang kedua adalah dimensi kehormatan yang memunculkan kelompok status, yang merupakan orang yang berada dalam situasi status
status situation yang sama, yaitu orang yang peluang hidup atau nasibnya ditentukan oleh ukuran kehormatan tertentu. Lebih lanjut, Weber
mengemukakan bahwa persamaan kehormatan status terutama dinyatakan melalui persamaan gaya hidup
style of life. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain itu, juga ditandai oleh adanya
berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Selanjutnya, dimensi kekuasaan yang memunculkan partai politik. Kekuasaan diartikan
sebagai peluang seseorang atau sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meskipun mengalami tentangan dari orang lain yang ikut serta dalam
tindakan komunal itu. Partai politik sebagai gejala yang melibatkan tatanan kekuasaan sosial dipengaruhi oleh tindakan bersama untuk mencapai tujuan yang terencana. Cara yang ditempuh
untuk memperoleh kekuasaan berbeda-beda antara lain menggunakan kekerasan fisik, menggalang dukungan melalui
money politic, pengaruh sosial, maupun intimidasi. Pemikiran Weber ini mempengaruhi dua tokoh lain seperti Peter Berger yang menyebutkan
stratifikasi sosial adalah penjenjangan masyarakat menjadi hubungan atasan-bawahan berdasarkan kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Pemikiran ini juga nampak pada pemikiran Jeffries dan
Ransford, yang membedakan sistem stratifikasi sosial berdasar 3 ukuran yaitu kekuasaan, privilese, dan prestise. Berdasarkan 3 ukuran tersebut maka ada 3 jenis stratifikasi sosial yaitu kekuasaan, kelas
sosial berdasar penggunaan barang dan jasa, dan status sosial berdasar atas pembagian kehormatan dan status sosial.
Stratifikasi sosial dalam masyarakat secara nyata dapat dilihat dalam beberapa bidang, antara lain :
a. Pelapisan Sosial dalam Bidang Ekonomi
Sebutan yang berbeda antara “orang kaya” dan “orang miskin” tampaknya masih tetap ditujukan pada jumah harta benda material milik seseorang. Jadi istilah “kaya” identik dengan
orang-orang yang memiliki banyak benda- benda bernilai ekonomi, dan istilah “miskin” adalah
sebaliknya. Sedangkan kekayaan lainnya yang abstrak, misalnya ilmu pengetahuan, kepercayaan terhadap diri sendiri, tingkah laku yang sopan dan santun, jarang diakui sebagai kekayaan yang
KOTAK PENGETAHUAN Titik temu perbedaan Karl Marx Max Weber
Perbedaan Karl Marx
Max Weber
Kapitalisme Menimbulkan penindasan, lahir dari
penguasaan alat produksi Sistem yang diidealkan, lahir dari
semangat agama Kelas Sosial
Mengacu pada komunitas yang lahir dari penguasaan alat produksi
Kelompok orang yang mempunyai kesamaan ekonomi
Stratifikasi Sosial
Ditentukan oleh faktor ekonomi Bukan hanya ditentukan oleh faktor
ekonomi, tetapi juga status dan kekuasaan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 44
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
membanggakan? Dalam hal ini, Max Weber mengemukakan bahwa di dalam setiap masyarakat terdapat dua macam kelas, yaitu kelas yang memiliki tanah atau alat-alat produksi disebut kelas
atas dan kelas yang tidak memiliki tanah atau alat-alat produksi kecuali tenaga untuk disumbangkan dalam proses produksi disebut kelas bawah.
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pelapisan sosial dalam bidang ekonomi ini bersifat terbuka, jadi perpisahan antar kelas dapat terjadi secara bebas sesuai dengan kemampuan
seseorang. b.
Pelapisan Sosial dalam Hal Status Sosial Pelapisan sosial dengan kriteria status sosial ini meliputi kedudukan dan peran. Kedua
unsur ini merupakan unsur baku dalam sistem lapisan dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Sedangkan sistem sosial itu sendiri adalaj pola-pola yang mengatur hubungan timbal
balik antara individu dengan masyarakatnya dan tingkah laku individu-individu tersebut. Dalam hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peran individu mempunyai arti penting, karena
kelanggengan masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepentingan yang dimakud.
Kedudukan adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat sseorang secara umum dalam masyarakatnya, sehubungan
dengan orang-orang lain didalam lingkungan pergaulannya, prestise, dan hak-hak serta kewajibannya. Ini berarti kedudukan seseorang untuk menunjukkan kelas sosial yang
ditempatinya. Namun, para sosilog menyatakan bahwa kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu suatu pola tertentu.
c. Pelapisan Sosial dalam Bidang Politik
Di dalam setiap masyarakat selalu terdapat garis-garis batas yang tegas antara penguasa dan masyarakat yang dikuasai sehingga kita mengenal kelompok pemerintah dan kelompok rakyat
yang diperintah. Dalam setiap sistem politik, terdapat lapisan-lapisan kekuasaan yang didasarkan pada kekhawatiran masyarakat akan terjadi disintegrasi perpecahan apabila tidak ada kekuasaan
yang mengendalikannya. Tata tertib akan dijalankan dengan perubahan, baik secara damai maupun melalui kekerasan, pada suatu masyarakat berbangsa dan bernegara? Para sosiolog
menyatakan bahwa meskipun selalu ada perubahan yang berpengaruh terhadap sistem lapisan sosial, namun lapisan sosial itu akan tetap ada, hanya wujudnya saja yang berbeda antara suatu
masa dengan masa yang lainnya.
Menurut Mac lver, ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu :
a. Tipe kasta adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garus pemisah yang tegas dan kaku. Tipe
seperti ini biasanya terdapat pada masyarakat yang menganut kasta, di mana hampir tidak terjadi mobilitas vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tak mungkin ditembus.
b. Tipe oligarkis adalah sistem lapisan kekuasaan yang masinh mempunyai garis pemisah tegas,
akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada para warga untuk memperoleh kekuasaan-
kekuasaan tertentu. Bedanya dengan tipe kasta adalah walaupun kedudukan para warga pada tipe kedua masih didasarkan pada kelahiran
ascribed status, tetapi individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. Di setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan-lapisan yang lebih
khusus lagi, sedangkan perbedaan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya tidak begitu mencolok.
c. Tipe demokratis adalah tipe kekuasaan yang menunjukkan kenyataan akan adanya garis pemisah
antara lapisan yang sifatnya fleksibel sekali. Kelahiran tidak menentukan kedudukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang juga faktor keberuntungan. Yang
terakhir ini terbukti dari anggota-anggota partai politik yang dalam suatu masyarakat demokratis dapat mencapai kedudukan-kedudukan tertentu melalui partai politik.
Dampak Stratifikasi Sosial
Munculnya stratifikasi sosial dalam masyarakat menimbulkan dampak kentara yang dapat ditemui dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kamanto Sunarto, dampak yang
ditimbulkan akibat ketidaksamaan dalam sistem sosial, yaitu terjadinya perbedaan gaya hidup yang disebabkan karena adanya simbol status yang menandakan status seseorang dalam masyarakat.
Dalam pandangan Peter Berger, orang senantiasa memperlihatkan kepada orang lain bahwa apa yang telah diraihnya dengan memakai berbagai simbol dapat menyimpulkan bahwa simbol status berfungsi
untuk memberitahu status yang diduduki seseorang. Simbol status ini terwujud dalam cara menyapa,
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 45
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
berbahasa, gaya bicara maupun komunikasi nonverbal seperti gerak tubuh, gaya pakaian, dan penggunaan aksesoris.
Selain itu, kesemua perbedaan pada diferensiasi dan stratifikasi sosial menjadikan struktur masyarakat menjadi majemuk. Suatu masyarakat yang majemuk umumnya memiliki kebudayaan yang
bermacam-macam. Hal ini dapat menimbulkan konflik-konflik sosial atau setidaknya oleh kurangnya integrasi dan saling ketergantungan di antara kesatuan-kesatuan sosial yang menjadi bagian-
bagiannya. Namun tidak selamanya masyarakat majemuk mempunyai dampak negatif. Struktur masyarakat yang majemuk tentunya memiliki khazanah budaya yang kaya.
Selanjutnya, kondisi ini menyebabkan masyarakat seolah-olah terkotak-kotak. Situasi ini mendorong munculnya sikap primordialisme. Istilah primordialisme menggambarkan adanya ikatan-
ikatan seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal-hal yang dibawa sejak awal kelahirannya, misalnya kesukubangsaan, kedaerahan, ras, dan lain-lain. Dari sikap primordialisme memunculkan
sikap etnosentrisme. Sikap etnosentrisme merupakan sikap yang memandang budaya orang lain dari kacamata budaya sendiri akibatnya dapat memunculkan sebuah konflik sosial.
Dampak sistem stratifikasi sosial menjadikan struktur masyarakat memiliki kesenjangan sosial. Hal ini dikarenakan dalam sistem stratifikasi memuat lapisan-lapisan sosial masyarakat yang
berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan. Karenanya di dalam masyarakat terdapat penggolongan secara vertikal, yaitu kelompok masyarakat yang lebih tinggi atau lebih rendah apabila dibandingkan
dengan kelompok lain. Perbedaan ini sering kali memunculkan sikap penindasan terhadap kelompok lainnya.
Struktur Sosial dan Mobilitas Sosial
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa struktur sosial yang ada dalam masyarakat terbagi menjadi dua yaitu diferensiasi dan stratifikasi sosial. Untuk menciptakan stabilitas sosial dalam
struktur sosial suatu masyarakat, maka seseorang melakukan mobilitas sosial yaitu yaitu perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Apabila individu dalam masyarakat mempunyai kesempatan yang
seimbang untuk melangsungkan mobilitas sosial berarti struktur sosial khususnya stratifikasi sosialnya bersifat terbuka. Sebaliknya pada masyarakat yang berkasta mobilitas sosial dapat dikatakan hampir
tidak ada, meskipun tidak secara mutlak tertutup sebab status atau kedudukan sosial indvidu sudah ditentukan sejak kelahirannya.
Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk
menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Dengan demikian mobilitas sosial
diartikan sama dengan istilah perpindahan sosial, gerak sosial atau gerakan sosial. Atau secara umum mobilitas sosial dapat diartikan sebagai perpindahan orang atau kelompok orang dari strata sosial
yang satu ke strata sosial yang lain. Tetapi mobilitas sosial tidak selalu diartikan sebagai bentuk perpindahan dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi karena mobilitas sosial sesungguhnya
dapat berlangsung dalam dua arah. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan penghasilan yang dialami individu atau seluruh anggota masyarakat.
Perubahan dalam mobilitas sosial ditandai oleh struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu dalam kelompok dan antara individu dengan kelompok. Baik mobilitas individu maupun
kelompok sama-sama memiliki dampak sosial. Keduanya membawa pengaruh bagi perubahan struktur masyarakat yang bersangkutan. Mobilitas sosial berkaitan erat dengan stratifikasi sosial karena
mobilitas sosial merupakan gerak perpindahan dari satu strata ke strata sosial yang lain.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka
melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama
dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas
sosial tertutup.
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk
pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling
rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 46
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain
yang lebih tinggi.
Bentuk Mobilitas Sosial
1. Mobilitas Vertikal
Mobilitas vertikal adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga pada lapisan sosial yang berbeda. Dalam mobilitas vertical terjadi perpindahan status yang
tidak sederajat dan dapat dibedakan menjadi perpindahan naik ataupun turun dari strata satu ke strata yang lain. Mobilitas vertical yang naik disebut sosial climbing
upward mobility misalnya seorang staf karyawan yang dipromosikan atasan untuk menjadi kepala sub bagian. Adapun
mobilitas sosial yang turun disebut sosial sinking downward mobility, misalnya seorang bupati
yang tidak lagi terpilih menjadi bupati turun menjadi rakyat biasa. Mobilitas vertical naik memiliki dua bentuk, yaitu:
a. Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status
itu telah tersedia, misalnya seorang guru menjadi kepala sekolah b.
Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada, misalnya karena ketrampilan dan keahlian yang dimiliki maka suatu perusahaan tertentu
mampu menyaingi perusahaan lama yang terlebih dahulu terkenal. Sedangkan mobilitas vertical turun memiliki dua bentuk, yaitu:
a. Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah, misalnya karena pensiun maka
seorang direktur bank berubah menjadi rakyat biasa b.
Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa suatu disintegrasi dalam kelompok sebagai suatu kesatuan, misalnya lembaga yang terkena kasus korupsi akan memiliki derajat
sosial yang rendah. Mudah tidaknya seseorang melakukan mobilitas verikal salah satunya ditentukan oleh kekakuan
dan keluwesan struktur sosial dimana orang itu hidup. Mereka yang memiliki bekal pendidikan yang tinggi dan hidup di lingkungan masyarakat yang menghargai profesionalisme besar
kemungkingan akan lebih mudah menembus batas-batas lapisan sosial dan naik ke kedudukan lebih tinggi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Sebaliknya setinggi apapun tingkat
pendidikan seseorang tetapi bila ia hidupn pada suatu lingkungan masyarakat yang masih kuat nilai-nilai primordialisme dan system hubungan koneksi maka kecil kemungkinan orang tersebut
akan bisa lancer jenjang karirnya dalam bekerja. Secara umum, prinsip-prinsip dalam mobilitas vertical yang perlu diperhatikan adalah:
a.
Hampir tidak ada masyarakat yang sifat system lapisan sosialnya secara mutlak tertutup sekalipun itu pada masyarakat yang berkasta. Misalnya di India, seorang kasta Brahmana
apabila melakukan kesalahan besar dapat dikeluarkan dari kastanya dan turun menjadi kasta yang lebih rendah.
b. Betapa pun terbukanya system lapisan sosial dalam suatu masyarakat tidak mungkin gerak
sosial vertical dapat dilakukan sebebas-bebasnya, sedikit banyak akan ada hambatan- hambatan.
c. Gerak sosial vertical yang umum berlaku bagi semua masyarakat tidaklah ada setiap
masyarakat mempunyai cirri tersendiri bagi gerak sosialnya d.
Laju gerak sosial vertical yang disebabkan oleh factor-faktor ekonomi, politik serta pekerjaan adalah berbeda-beda
e. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertical yang disebabkan
oleh factor ekonomi, politik dan pekerjaan tidak ada kecenderungan yang kontinum perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial. Hal ini berlaku bagi suatu Negara, lembaga
sosial yang besar dan juga bagi sejarah manusia. 2.
Mobilias Horisontal Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam
lapisan sosial yang sama. Dalam mobilitas horizontal terjadi perpindahan yang sederajat tidak terjadi perubahan derajat kedudukan seseorang atau sekelompok orang. Cirri utama mobilitas
horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan. Mobilitas horizontal sangat diperlukan untuk penyegaran peningkatan daya hasil dan daya guna sehingga perananya
dapat lebih efektif dan efisien. Mobilitas horizontal tidak menimbulkan pengaruh terhadap tinggi- rendahnya status atau kedudukan sosial seseorang. Selain itu mobilitas horinsontal dapat terjadi
karena terpaksa ataupun sukarela. Misalnya perpindahan penduduk karena bencana alam
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 47
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
direlokasi ke daerah transmigrasi, atau migrasi yang dilakukan penduduk desa ke kota untuk mencari pekerjaan karena di desa sudah tidak ada pekerjaan lagi.
3. Mobilitas Intragenerasi
Mobilitas intragenerasi mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya. Misalnya, dari status sebagai karyawan swasta menjadi direktur.
4. Mobilitas Antargenerasi
Mobilitas antargenerasi mengacu pada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang tua. Misalnya bapaknya adalah seorang petani sedangkan anaknya menjadi direktur bank.
5. Mobilitas Geografis
Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi. Bagi Anthony Giddens, mobilitas ini juga disebut
lateral mobility yang mengacu pada perpindahan geografis antara lingkungan setempat, kota, dan wilayah.
Faktor Determinan Mobilitas Sosial Faktor pendorong terjadinya mobilitas sosial
1. Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya
mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru. 2.
Ekspansi teritorial dan gerak populasi Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur
stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
3. Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara
mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan
merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
4. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan
menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota
masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial 1.
Perbedaan kelas rasial, seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat
duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika
Selatan
2. Agama, seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta.
3. Diskriminasi Kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini
terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
4. Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu
sosial tertentu. 5.
Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialnya.
Saluran-saluran Mobilitas Sosial 1.
Angkatan Bersenjata Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal
ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan
penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkatkedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 48
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain lain.
3. Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai
sosial elevator perangkat yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan
pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. 4.
Organisasi politik Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan
berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
5. Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya.
Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya
status sosialnya di masyarakat meningkat.
6. Organisasi keahlian
Seperti di wikipedia ini, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuankeahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
7. Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
8. Organisasi Keolahragaan
Melalui organisasi ini seseorang dapat meningkatkan statusnya ke strata yang lebih tinggi. Dampak Mobilitas Sosial
Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai
reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas. Menurut Horton dan Hunt, ada beberapa konsekuensi
negatif dari adanya mobilitas sosial vertical yaitu: 1.
Kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun 2.
Ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat 3.
Keretakan hubungan antar anggota kelompok primer yang semula karena seseorang berpindah status yang lebih tinggi atau ke status lebih yang rendah
4. Menimbulkan benturan-benturan nilai dan kepentingan sehingga dapat menimbulkan konflik sosial
Dampak positif 1.
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan
bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. 2.
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.
BERPIKIR KRITIS Dari berbagai bentuk-bentuk struktur sosial yang ada dalam masyarakat terlihat bahwa manusia
berhubungan dengan yang lain bukan atas dasar diri mereka sebenarnya, tetapi lebih berdasarkan pada pendapatpengertian conception yang mereka bentuk mengenai diri mereka
sendiri dan orang lain. Hal inilah yang disebut sebagai identitas sosial sebagai salah satu pengaruh bentuk struktur sosial dalam masyarakat. Melalui identitas sosial inilah yang menjadi
alat untuk memobilisasi tindakan kolektif yang menciptakan solidaritas sosial. Coba jelaskan pendapat diatas dengan contoh yang ada di dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 49
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Lembar Kerja Lembar Evaluasi
1.
Identifikasikan unsur-unsur dalam struktur sosial yang terjadi dalam masyarakat? 2.
Identifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial dalam masyarakat? 3.
Mengapa stratifikasi sosial selalu terjadi di dalam masyarakat? 4.
Jelaskan fungsi stratifikasi sosial dengan menggunakan pendekatan fungsional? 5.
Bagaimana konsekuensi adanya mobilitas sosial dalam masyarakat? Jelaskan dengan disertai contoh.
Prosedur Kerja Lakukan pengamatan di lingkungan sekitar mengenai bentuk diferensiasi dan stratifikasi sosial
yang ada dalam bentuk nyata. Untuk mempermudah melakukan tugas tersebut, dibawah ini dibedakan antara diferensiasi dan stratifikasi sosial.
Diferensiasi Sosial Stratifikasi Sosial
Pengelompokan secara horisontal Pengelompokan secara vertikal
Berdasarkan ciri dan fungsi Berdasarkan posisi, status, kelebihan yang dimiliki, sesuatu yan
dihargai Distribusi kelompok
Distribusi hak dan wewenang Genotipe
Stereotipe Kriteria biologisfisik sosiokultural
Kriteria ekonomi, pendidikan, kekuasaan dan kehormatan
Bentuk Diferensiasi Sosial di Lingkungan RT
No Bentuk Diferensiasi Sosial
Uraian
1 Berdasarkan Suku Bangsa
2 Berdasarkan Agama
3 Berdasarkan Jenis Kelamin
4 Berdasarkan Asal Daerah
5 Berdasarkan Partai Politik
Bentuk Stratifikasi Sosial menurut Max Weber di Lingkungan RT
No Bentuk Stratifikasi Sosial
Uraian
1 Berdasarkan Ekonomi
2 Berdasarkan Politik
3 Berdasarkan Status
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 50
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
BAB V KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL