Materialising and Texturing Game Engine

Untuk model lengkung teknik subdivision modeling tidak akan dapat digunakan. Oleh sebab itu maka teknik Non-uniform Rational B-Spline NURBSspline modeling juga diperlukan. Berbeda dengan subdivision modeling yang merupakan polygonal geometry, pada NURBSspline modeling ini model tidak mempunyai faces, edges, maupun vertices. Model NURBS dibangun dengan menggunakan dua atau lebih bezier curves atau disebut juga dengan splines. Model yang dibangun menggunakan teknik NURBS dapat dilihat pada gambar 3.12. dibawah ini. Gambar 3.12. Model hasil penggabungan subdivision modeling dengan NURBS

3.1.3 Materialising and Texturing

3.1.3.1 Materialising Model akhir yang sudah dibangun kemudian akan ditambahkan material agar model terlihat lebih nyata. Beberapa material yang sangat umum digunakan adalah translucent, metal, stone, wood, dan roofing. Pada gambar 3.13. dibawah dapat dilihat pemberian material translucent untuk model yang terbuat dari kaca, material stone untuk model yang terbuat dari batu, material wood untuk bagian yang terbuat dari kayu, dan material roofing untuk model yang merepresentasikan atap. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.13. Pemberian material pada model 3.1.3.2 Texturing Berbeda dengan material yang mengandung parameter untuk menentukan bagaimana cahaya berinteraksi dengan model, texture hanya berisi data bitmap yang diaplikasikan pada permukaan model. Dengan kata lain, pemberian texture hanya akan mengubah warna permukaan model tanpa dipengaruhi oleh cahaya. Sehingga untuk model yang hanya dilapisi dengan cat, maka material tidak diperlukan, melainkan pemberian texture saja sudah cukup. Pada gambar 3.14. dibawah dapat dilihat pemberian texture pada dinding. Texture tersebut merupakan custom texture yang dibuat berdasarkan foto hasil tinjauan lapangan. Gambar 3.14. Pemberian texture pada dinding Universitas Sumatera Utara

3.1.4 Game Engine

Game engine yang digunakan dalam penelitian ini adalah Unity3D versi 5. Unity3D adalah salah satu perlengkapan untuk membuat virtual reality yang paling terkenal dengan tiga bahasa yang didukung: JavaScript, C dan Boo Wang, et al. 2010. Dalam game engine inilah lingkungan untuk Virtual Reality dibangun. Membangun lingkungan yang dimaksud adalah pemberian objek-objek yang merepresentasikan lingkungan sekitar, misalnya pohon dan rumput. Pengaturan terrain juga diperlukan misalnya mengatur kecepatan angin dan mengatur tinggi rendahnya suatu permukaan. Lighting akan diberikan agar dapat memvisualisasikan kondisi kampus pada waktu yang berbeda, misalnya pada siang hari dan malam hari. 3.1.4.1. Membangun Environtment Lingkungan merupakan aspek yang sangat penting dalam Virtual Reality dan harus dibangun dengan hati-hati agar dapat memberikan immersive experience kepada pengguna. Lingkungan virtual yang bersifat immersive dapat memberikan pengguna sensasi seolah-olah secara fisik berada di dunia maya Sharma, et al. 2015. Sekitar 80 informasi yang dirasakan manusia berasal dari mata, maka persepsi visual adalah yang paling penting Ying, 2010. Oleh karena itu, lingkungan virtual merupakan kunci agar pengguna dapat berinteraksi secara sempurna dengan dunia tersebut dan memungkinkan pengguna itu bereksplorasi menggunakan imajinasinya hingga pengguna tersebut tidak menyadari lingkungan sekitarnya dalam dunia nyata. Ada banyak jenis virtual reality environment. Beberapa diantaranya adalah Semi- Immersive Virtual Reality, CAVE Fully Immersive Virtual Reality, dan Collaborative Virtual Environment. Masing-masing dari jenis environment tersebut memiliki tingkat immersion yang berbeda. Salah satu contoh hasil dari Semi-Immersive Virtual Reality adalah simulasi penerbangan. Dalam simulasi penerbangan ini terdapat cockpit dan kursi sebagai display fisik. Pengguna tidak perlu menggunakan virtual reality gear seperti Head Mounted Display HMD ataupun data gloves. Untuk menampilkan gambar tiga Universitas Sumatera Utara dimensi biasanya akan digunakan layar cekung yang sangat besar dan menggunakan sistem proyeksi seperti dalam bioskop IMAX. Pengguna tidak akan mendapatkan fully immersive experience melainkan hanya partly immersive experience. Keuntungannya adalah kemudahan dalam menikmati environment ini dan harganya yang relatif rendah. Sesuai dengan namanya, CAVE Fully Immersive Virtual Reality, pengguna dapat merasakan total immersion yang disebut juga dengan telepresence. Telepresence merupakan istilah dimana seseorang dapat sepenuhnya melupakan dunia nyata karena digantikan dengan virtual environment. Untuk dapat merasakan pengalaman ini, pengguna harus masuk ke dalam suatu ruangan berbentuk seperti kubus dan memakai HMD. Di dalam ruangan tersebut umumnya akan terdapat dinding dan lantai khusus untuk proyeksi, speaker di berbagai sudut, dan sensor pelacak pada dinding. Gambar tiga dimensi akan diproyeksikan pada dinding, lantai dan HMD. Interaksi dapat terjadi melalui alat input berupa joystick, tongkat, maupun haptic device seperti data gloves. Virtual environment yang dibangun dalam penelitian ini akan dapat dinikmati hanya dengan memakai HMD dan menggunakan alat input berupa keyboard atau mouse. Objek yang digunakan untuk membangun lingkungan berasal dari asset store yang disediakan oleh game engine Unity. Contoh sederhana dari hasil pembangunan virtual reality environment dapat dilihat pada gambar 3.15. dibawah ini. Gambar 3.15. Contoh sederhana virtual reality environment Universitas Sumatera Utara 3.1.4.2 Lighting Agar virtual environment yang dibangun tampak lebih realistis, maka biasanya ada minimal satu sumber cahaya Geig, M., 2014. Pencahayaan yang paling umum digunakan dalam penelitian ini adalah directional light untuk memvisualisasikan cahaya matahari dan point light untuk memvisualisasikan cahaya yang dihasilkan dari bola lampu. Pencahayaan yang berlebihan dapat menyebabkan model yang seharusnya tidak bercahaya menjadi tampak mengeluarkan cahaya seperti pada batang pohon di gambar 3.16. dibawah ini. Gambar 3.16. Pengaturan lighting yang berlebihan Intensitas cahaya yang diberikan harus diperhatikan agar objek tidak kelihatan pucat. Perbedaan waktu juga turut mempengaruhi intensitas cahaya. Contoh pengaturan cahaya yang baik pada waktu siang hari dapat dilihat pada gambar 3.17. dibawah ini. Gambar 3.17. Pengaturan lighting yang baik Universitas Sumatera Utara

3.2 Rancangan Sistem