Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014

(1)

SUMATERA BARAT

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH

RINI AGUSTINA DAULAY NIM. 131021082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

SUMATERA BARAT

TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

RINI AGUSTINA DAULAY NIM. 131021082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS PEGANG BARU KECAMATAN

PANTI KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT TAHUN 2014

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2015

Rini Agustina Daulay 131021082/IKM


(5)

kesehatan sehingga diperlukan suatu sistem informasi yang dapat menghemat waktu, biaya, menghindari duplikasi pekerjaan, mempermudah proses juga meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih efektif dan efisien, melalui pemanfatan secara optimal data SP2TP dan informasi lainnya sebagai penunjang menjadi dasar penyusunan perencanaan puskesmas, sistem itu adalah SIMPUS. Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat sudah memanfaatkan SIMPUS sejak tahun 2010, namun pelaksanannya belum maksimal karena SDM (petugas SIMPUS) sering berganti dan belum mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS, teknologi informasi kesehatan yang tidak berjalan lancar dan proses pengumpulan data dari bidan terlambat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan SIMPUS dalam menghasilkan informasi LB1 yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September 2015. Informan dalam penelitian ini adalah berjumlah 4 orang. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi menggunakan pedoman wawancara dan cheklist observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan SIMPUS masih belum maksimal, masih ada kendala yang di temukan dalam pelaksanannya: Unsur input ditemukan petugas SIMPUS belum pernah mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS, data belum terkumpul tepat waktu, serta teknologi yang belum memberikan maanfaat seutuhnya kepada pengguna. Unsur proses, pengumpulan data belum tepat waktu dan keberadaan bidan desa yang tidak di tempat memberikan dampak pada proses selanjutnya. Keamanan data yang baik dan penelusuran yang mudah akan mempercepat disampaikannya informasi kepada para pengambil keputusan dan untuk di proses lebih lanjut. Unsur output, proses pengolahan yang terlambat akan menyebabkan informasi yang dihasilkan menjadi tidak tepat waktu dan lengkap.

Disarankan kepada puskesmas untuk mengupayakan pelatihan tentang SIMPUS bagi petugas SIMPUS dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, menegakkan disiplin bagi bidan desa untuk tetap mengumpulkan data tepat waktu, pengembangan lebih lanjut SIMPUS di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat agar penerapannya lebih optimal sehingga dapat mengelola data dan menghasilkan informasi yang relevan lengkap, akurat dan tepat waktu


(6)

absolute need information fast, precise, accurate and up to date in health so needed an information system could save time, costs, avoid duplication of work, simplify the process also improved the quality of the management of Primary Health Care (PHC) more effective and efficient, through optimal utilization of the data SP2TP and other information as the support could be the basis of planning

PHC, it’s SIMPUS. PHC Pegang Baru, Panti District, Pasaman, West Sumatra that already used SIMPUS since 2010, but its implementation wasn’t maximized because of Human Resource (personnel SIMPUS) were often changed and there hadn’t been trained on SIMPUS, health information technology that didn’t run smoothly and the process of collecting data from midwives was late.

This research aims to determine how the application SIMPUS in generating LB1 used as the basis of decision-making pegang baru PHC in Panti district, Pasaman, West Sumatra. These Descriptive research with qualitative approach. It were done on September 2015. The Informants were numbered 4. The data were obtained by indepth interviews and observations using interview guidelines and observation checklist.

This research showed that the adoption of SIMPUS still not up, there were still obstacles that were found in its implementation: The input found SIMPUS officers have never received training about SIMPUS, data wasn’t collected timely, and technology hasn’t provided completely to the user. The process, data collection hasn’t been timely and midwives who wasn’t in place an impact on subsequent process. Data security and easy search would accelerate conveyed information to decision-makers and for further processing. The output, late processing cause the resulting information untimely and incomplete..

Advices that could be given to the PHC to doing the training of SIMPUS for human resource SIMPUS in enhancing their knowledge and skills, discipline for midwives to keep collecting timely data, further development SIMPUS in Pegang Baru PHC, District Panti, Pasaman, West Sumatera that its application be optimized so it could manage data and generate information that is relevant, complete, accurate, and timely.

Keywords:Management Information System, Primary Health Care (PHC), Analysis


(7)

Segala puji bagi Allah SWT, yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang tidak pernah berhenti mencurahkah kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014”. Shalawat beriring salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, manusia sempurna yang diciptakan oleh-Nya, yang sangat mencintai umatnya dan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan beserta Staf bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes dan Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen

Pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, saran, masukan dan petunjuk serta motivasi mulai dari penulisan proposal hingga skripsi selesai.

4. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes dan Bapak Dr. Zulfendri Drs, M.Kes, selaku Dosen Penguji I dan Penguji II.


(8)

7. Abang dan kakak yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan menyemangati penulis.

8. Suami tersayang Jamaluddin Harahap yang selalu mendoakan dan setia memotivasi penulis di saat kejenuhan dan keputus asaan melanda.

9. Buah hati Aqila Zahida Harahap tersayang yang selalu menemani hari-hari penulis dengan tertawa dan tangisannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk semua kalangan bagi. Terima Kasih

Medan, Oktober 2015

Rini Agustina Daulay


(9)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Puskesmas ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas... 8

2.1.3 Tugas ... 9

2.1.4 Fungsi ... 9

2.1.5 Wewenang ... 10

2.2 Sistem Informasi ... 12

2.3 Sistem Informasi Kesehatan (SIK) ... 14

2.4 Sistem Informasi Manajemen (SIM) ... 17

2.5 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) ... 18

2.6 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ... 21

2.6.1 Pengertian ... 21

2.6.2 Ruang Lingkup ... 21

2.6.3 Tujuan SP2TP ... 22

2.6.4 Manfaat SP2TP ... 23

2.6.5 Pencatatan ... 23

2.6.6 Jenis Laporan SP2TP ... 25

2.6.7 Pelaporan ... 26

2.6.8 Frekuensi Pelaporan ... 27

2.7 Laporan LB 1 ... 28

2.8 Analisis ... 28


(10)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2 Waktu Penelitian ... 30

3.3 Informan Penelitian ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data... 31

3.5 Instrumen Penelitian ... 31

3.6 Pengujian Keabsahan Data ... 32

3.7 Analisis Data ... 32

3.8 Defenisi Operasional ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.2 Penerapan SIMPUS di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat ... 36

4.2.1 Input ... 31

4.2.2 Proses ... 42

4.2.3 Output ... 46

BAB V PEMBAHASAN ... 50

5.1 Penerapan SIMPUS di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat ... 50

5.1.1 Input ... 50

5.1.2 Proses ... 55

5.1.3 Output ... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(11)

Tabel 2.1 Komponen Fisik SIM ... 18 Tabel 3.1 Distribusi Informan Berdasarkan Karateristik ... 31 Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Pegang Baru


(12)

Gambar 1 Komponen yang terkait dalam sistem ... 12 Gambar 2 Kerangka pikir penelitian ... 29


(13)

Lampiran 1. Hasil Wawancara Lampiran 2. Pedoman Wawancara Lampiran 3. Cheklist Observasi Lampiran 4. Hasil Cheklist Observasi Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 7. Laporan Bulanan Data Kesakitan dari Pustu Lampiran 8. Hasil Rekapan Laporan Bulanan Data Kesakitan Lampiran 9. Hasil pengolahan dengan SIMPUS


(14)

Nama : Rini Agustina Daulay

Tempat Lahir : Panti

Tanggal Lahir : 18 Agustus 1987

Suku Bangsa : Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm. Dauli Daulay

Suku Bangsa : Mandailing

Nama Ibu : Sulastri Lubis

Suku Bangsa : Mandailing

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat Tahun : SDN 01 Murni Panti/2000 2. SMP/Tamat Tahun : SLTPN 1 Panti/2003

3. SMA/Tamat Tahun : SLTA N 1 Lubuk Sikaping/2005 4. Akademi/Tamat Tahun : D3 Rekam Medis FMIPA UGM/2009 5. Lama Studi di FKM USU : 2 tahun 2 bulan

Riwayat Pekerjaan

1. 2009 s/d Sekarang : Staf Rumah Sakit Umum Daerah Husni Thamrin Mandailing Natal


(15)

kesehatan sehingga diperlukan suatu sistem informasi yang dapat menghemat waktu, biaya, menghindari duplikasi pekerjaan, mempermudah proses juga meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih efektif dan efisien, melalui pemanfatan secara optimal data SP2TP dan informasi lainnya sebagai penunjang menjadi dasar penyusunan perencanaan puskesmas, sistem itu adalah SIMPUS. Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat sudah memanfaatkan SIMPUS sejak tahun 2010, namun pelaksanannya belum maksimal karena SDM (petugas SIMPUS) sering berganti dan belum mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS, teknologi informasi kesehatan yang tidak berjalan lancar dan proses pengumpulan data dari bidan terlambat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan SIMPUS dalam menghasilkan informasi LB1 yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September 2015. Informan dalam penelitian ini adalah berjumlah 4 orang. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi menggunakan pedoman wawancara dan cheklist observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan SIMPUS masih belum maksimal, masih ada kendala yang di temukan dalam pelaksanannya: Unsur input ditemukan petugas SIMPUS belum pernah mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS, data belum terkumpul tepat waktu, serta teknologi yang belum memberikan maanfaat seutuhnya kepada pengguna. Unsur proses, pengumpulan data belum tepat waktu dan keberadaan bidan desa yang tidak di tempat memberikan dampak pada proses selanjutnya. Keamanan data yang baik dan penelusuran yang mudah akan mempercepat disampaikannya informasi kepada para pengambil keputusan dan untuk di proses lebih lanjut. Unsur output, proses pengolahan yang terlambat akan menyebabkan informasi yang dihasilkan menjadi tidak tepat waktu dan lengkap.

Disarankan kepada puskesmas untuk mengupayakan pelatihan tentang SIMPUS bagi petugas SIMPUS dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, menegakkan disiplin bagi bidan desa untuk tetap mengumpulkan data tepat waktu, pengembangan lebih lanjut SIMPUS di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat agar penerapannya lebih optimal sehingga dapat mengelola data dan menghasilkan informasi yang relevan lengkap, akurat dan tepat waktu


(16)

absolute need information fast, precise, accurate and up to date in health so needed an information system could save time, costs, avoid duplication of work, simplify the process also improved the quality of the management of Primary Health Care (PHC) more effective and efficient, through optimal utilization of the data SP2TP and other information as the support could be the basis of planning

PHC, it’s SIMPUS. PHC Pegang Baru, Panti District, Pasaman, West Sumatra that already used SIMPUS since 2010, but its implementation wasn’t maximized because of Human Resource (personnel SIMPUS) were often changed and there hadn’t been trained on SIMPUS, health information technology that didn’t run smoothly and the process of collecting data from midwives was late.

This research aims to determine how the application SIMPUS in generating LB1 used as the basis of decision-making pegang baru PHC in Panti district, Pasaman, West Sumatra. These Descriptive research with qualitative approach. It were done on September 2015. The Informants were numbered 4. The data were obtained by indepth interviews and observations using interview guidelines and observation checklist.

This research showed that the adoption of SIMPUS still not up, there were still obstacles that were found in its implementation: The input found SIMPUS officers have never received training about SIMPUS, data wasn’t collected timely, and technology hasn’t provided completely to the user. The process, data collection hasn’t been timely and midwives who wasn’t in place an impact on subsequent process. Data security and easy search would accelerate conveyed information to decision-makers and for further processing. The output, late processing cause the resulting information untimely and incomplete..

Advices that could be given to the PHC to doing the training of SIMPUS for human resource SIMPUS in enhancing their knowledge and skills, discipline for midwives to keep collecting timely data, further development SIMPUS in Pegang Baru PHC, District Panti, Pasaman, West Sumatera that its application be optimized so it could manage data and generate information that is relevant, complete, accurate, and timely.

Keywords:Management Information System, Primary Health Care (PHC), Analysis


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginnya. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan yang proaktif dan dinamis yang melibatkan semua sektor baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Sumber utama dalam pengambilan kebijakan tentunya memerlukan penggalian informasi kesehatan yang akurat, tepat dan dapat di pertanggungjawabkan, serta dukungan dari sistem informasi yang tepat, karena jenis dan mutu produk informasi tergantung oleh sistem informasi yang digunakan dan sistem yang tepat akan menghasikan informasi yang bemanfaat. Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan telah diamanatkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sektor. Seiring dengan era desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan baik di pemerintah pusat atau daerah atau sesuai dengan kebutuhan dan karateristik daerah masing-masing. Selain melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementrian kesehatan, pemerintah daerah juga diberikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya baik di tingkat dinas kesehatan dan puskesmas maupun rumah sakit Sebagaimana diketahui bahwa puskesmas, merupakan ujung tombak pemerintah dalam memberikan upaya pelayanan kesehatan di masyarakat. Sesuai dengan rencana strategi kementrian kesehatan tahun 2015-2019, puskesmas


(18)

penguatan pelayanan kesehatan primer (Kemenkes RI, 2015). Menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, puskesmas didefinisikan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Fungsi puskesmas sebagai pembina kesehatan wilayah diwujudkan melalui 4 jenis upaya yaitu meningkatkan dan memberdayakan masyarakat, melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat, melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan, memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.

Penguatan ke 4 (empat) fungsi tersebut perlu dilakukan revitalisasi puskesmas, dengan fokus pada 5 (lima) hal, salah satunya adalah peningkatan Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Pengembangan sistem informasi kesehatan di puskesmas di arahkan untuk mendapatkan data dan informasi masalah kesehatan dan capaian pembangunan kesehatan yang dilakukan secara tepat waktu dan akurat. (Kemenkes, 2015). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyadari arti penting hal tersebut, sehingga memberlakukan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) sejak tahun 1981. SP2TP tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.63/MenKes/SK/II/1981 (Departemen Kesehatan RI, 1992).

SP2TP secara potensial, dapat berperan banyak dalam menunjang proses manajemen puskesmas, namun berbagai data SP2TP yang tersedia untuk menunjang manajemen puskesmas belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh


(19)

berbagai hal yang berkaitan dengan rancangan sistem tersebut, kapasitas sumberdaya yang terbatas di puskesmas, baik dari segi manusia maupun sarana pendukungnya tidak memungkinkan memanfaatkan data SP2TP secara optimal dan informasi lainnya dalam menunjang manajemen puskesmas, misalnya variabel yang dilaporkan terlalu banyak dan lebih berorientasi pada kebutuhan di tingkat pusat yang menyebabkan rendahnya motivasi petugas untuk mengolah data, banyak variabel yang susah untuk dimengerti, umpan balik dari laporan selalu terlambat, terjadi duplikasi pekerjaan karena disamping beban SP2TP, puskesmas masih dibebani dengan penyampaian laporan lain dan sebagainya. Mengatasi hal tersebut dilakukan upaya penyerderhanaan format pelaporan puskesmas dengan dasar pemikiran adalah pengurangan beban kerja puskesmas dan peningkatan mutu data yang dilaporkan serta pemanfaatannya. Selain itu, seiring dengan perkembangan di bidang kesehatan, pemerintah menyadari mutlak diperlukannya informasi yang cepat, tepat, akurat dan up to date di bidang kesehatan sehingga diperlukan suatu sistem informasi yang dapat menghemat waktu, biaya, menghindari duplikasi pekerjaan dan mempermudah proses juga meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih efektif dan efisien, melalui pemanfatan secara optimal data SP2TP dan informasi lainnya sebagai penunjang bisa menjadi dasar penyususunan perencanaan puskesmas, sistem itu adalah SIMPUS.

SIMPUS merupakan tatanan manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen puskesmas mencapai sasarannya. Sumber utamanya adalah SP2TP sedangkan informasi lain yang ada berperan sebagai


(20)

pelengkap. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, SIMPUS pun dikembangkan melalui sistem komputerisasi melalui perangkat lunak (software) yang bekerja dalam sebuah sistem operasi dengan berpedoman pada mekanisme kerja pelayanan pasien di puskesmas. Akan tetapi, pada kenyataannya penerapan SIMPUS masih belum bisa dilakukan secara optimal dan masih ada hambatan dalam pelaksanaannya.

Menurut Wulandari (2009) penerapan SIMPUS mengalami kendala yaitu kebutuhan informasi yang terus berkembang, sehingga diharapkan SIMPUS harus terus dikembangkan, namun kenyataannya pengembangan SIMPUS tidak bisa dilakukan setiap saat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Inggaputri (2009) menyebutkan bahwa masih ditemukan kendala dari hasil evaluasi SIMPUS dengan menggunakan metode PIECES (Performance, Information, Economi, Control/Security, Efficiency, Service) diantaranya dari aspek performance, information dan efficiency. Widodo (2013) juga menyebutkan dalam hasil penelitiannya masih ditemukan hambatan penerapan SIMPUS yaitu pada keterbatasan sumber daya manusia.

Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat merupakan salah satu dari 16 puskesmas di Kabupaten Pasaman. Puskesmas ini sudah memanfaatkan SIMPUS sejak tahun 2010, walaupun pemanfaatannya belum sepenuhnya dilakukan, SIMPUS yang ada hanya sebatas pengelolaan SP2TP yang nama tampilannya adalah informasi kesehatan. Pada studi pendahuluan yang dilakukan, di dapatkan beberapa informasi yaitu laporan yang diolah dengan menggunakan SIMPUS adalah laporan LB1 (Data Morbiditas), LB


(21)

2 (Data Obat), LB 3 (KIA, Gizi, KB, Imunisasi, Penyakit Menular), LB 4 (Kegiatan Puskesmas), laporan LT 1 (data dasar puskesmas), LT 2 (data kepegawaian), LT 3 (data peralatan), laporan sentinel, namun pelaksanannya belum optimal.

Diasumsikan terdapat beberapa penyebab tidak optimalnya berjalannya program, yaitu dilihat dari sisi SDM (petugas SP2TP) yang sering berganti dan ada yang belum mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS, teknologi Informasi Kesehatan yang tidak berjalan lancar, proses pengumpulan laporan (data) dari bidan yang terlambat. Padahal sejatinya SDM, data, teknologi dan proses pengolahan termasuk komponen fisik dari sebuah sistem informasi manajemen (Sutabri, 2005), yang tentunya komponen ini akan mendukung dalam menghasilkan informasi yang tepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta membantu dalam proses pengambilan keputusan.

Dari beberapa laporan yang diolah dengan menggunakan SIMPUS, peniliti ingin memfokuskan penelitian pada laporan LB 1, ini dikarenakan laporan LB 1 mencakup data morbiditas (kasus lama dan kasus baru) yang diperoleh dari wilayah kerja puskesmas termasuk didalamnya puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan bidan. Dari sisi perencanaan laporan LB1 memiliki hubungan dan cakupan luas misalnya perencanaan kebutuhan obat, perencanaan jika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat di lakukan perencanaan sedini mungkin sehingga kasus dapat tangani segera. Berhubungan hal tersebut di atas, maka peneliti berminat untuk menganilisis penerapan SIMPUS dalam menghasilkan


(22)

laporan LB1 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan SIMPUS dalam menghasilkan informasi LB1 yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana penerapan SIMPUS dalam menghasilkan informasi LB1 yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisa SDM (pengguna), teknologi (kualitas SIMPUS), data morbiditas (lengkap, akurat dan tepat waktu) sebagai unsur sistem input atau masukan.

2. Menganalisa pengolahan data morbiditas (pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebarluasan informasi, serta penataan dokumentasi) sebagai unsur sistem proses pengolahan.

3. Menganalisa Informasi LB1 (akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap) sebagai unsur sistem output sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi serta masukan bagi para pengambil keputusan tingkat Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat untuk perbaikan dan pengembangan SIMPUS ke depan. 2. Sebagai bahan informasi dan masukan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten

Pasaman dalam perencanaan program kesehatan dan pengembangan SIMPUS ke depannya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2014). Selain itu puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 1996).

2.1.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Berdasarkan Permenkes tahun 2014, prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.


(25)

c. Kemandirian Masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan menyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

2.1.3 Tugas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes, 2014).

2.1.4 Fungsi

Menurut Permenkes tahun 2014 Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi:


(26)

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. c. Sebagai wahana pendidikan Tenaga Kesehatan.

2.1.5 Wewenang

Dalam menyelenggarakan fungsinya sebagai penyelenggara UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas; g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.


(27)

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagai penyelenggara UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya puskesmas berwenang untuk:

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;

b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;

c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;

e. Melaksanakan rekam medis;

f. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan;

g. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;

h. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan.


(28)

2.2 Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu cara yang sudah tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan untuk organisasi bisnis dengan cara yang menguntungkan. Sistem informasi yang canggih belum tentu membantu bila yang terkait dan pengambil keputusan tidak ikut serta dengan dinamika kecanggihan, maka sistem informasi penting dalam mendasari pengambilan keputusan, sehingga tidak terpesona oleh kecanggihan teknologi alat semata. Usahakan agar sistem informasi akan terlihat manfaatnya pada keadaan penghematan waktu dan biaya, menghindari duplikasi pekerjaan, memperpendek proses dan dapat mengolah data menjadi informasi yang relevan.

Komponen yang terkait dengan sistem informasi dapat dilihat pada gambar dbawah ini:

Data Tujuan Pemakai

Gambar 1 Komponen yang terkait dalam sistem

Penjelasannya menunjukkan bahwa semua komponen itu saling berkait, bila salah maka hasilnya akan merupakan informasi yang salah juga. Informasi yang canggih seperti angka statistik yang rumit, tidak ada gunanya bila pemakai tidak

Teknologi

Pengendalian Masukan Proses Keluaran


(29)

bisa mengerti, maka komponen ini harus dipertimbangkan secara keseluruhan (Jogiyanto dalam Sabarguna, 2007)

Masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Pembagian yang banyak di kenal masyarakat ialah yang disebut dengan 4M yakni manusia (man), uang (money), sarana (material) dan metoda (method) dan 6M manusia (man), uang (money), sarana (material), metoda (method), pasar (market) serta mesin (machinery) (Azwar, 2006).

Menurut Sutabri (2005), transformasi informasi adalah komponen proses dalam pengelolaan sistem informasi yang berfungsi memproses data menjadi informasi sehingga dapat dihasilkan produk informasi yang diperlukan bagi para pemakai informasi. Terdiri dari:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan jenis data, objek dan sumber data serta persiapan pengumpulan data. Cara memperoleh data ialah bisa secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan komputer.Hasil pengolahan data berupa keterangan-keterangan.

3. Penyajian dan penyebarluasan data dan informasi

Penyajian data dan informasi dilakukan baik secara visual mapupun dalam bentuk publikasi dengan metode komunikasi langsung atau tak langsung.


(30)

4. Penataan dokumentasi

Pendokumentaian dapat dilakukan dengan cara yang lama (file) dan cara baru (komputerisasi). Contohnya perpustakaan bertalian dengan upaya pengumpulan, pemeliharaan, penyimpanan, pengaturan dan pendayagunaan informasi.

Kualitas suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal yaitu, informasi harus akurat (accurate), tepat waktu (timelines) dan relevan (relevance) dan nilai informasi didasarkan atas 10 (sepuluh) sifat, salah satu nya adalh luas dan lengkap (Sutabri, 2005). Menurut Sondang (2000), informasi yang mampu mendukung proses pengambilan keputusan adalah paling sedikit 5 (lima) persyaratan yaitu, lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan apabila diperlukan.

2.3 Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait (PP, 2012).

SIK adalah kumpulan komponen dan prosedur yang terorganisir dan bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan dengan manajemen pelayanan kesehatan disetiap tingkatnya (Siregar dalam Barsasella 2012). Menurut (WHO, 2008) dalam kerangka Health Metrics Network


(31)

(HMN), pengembangan sistem informasi kesehatan membutuhkan enam komponen sistem informasi kesehatan yang saling berinteraksi untuk menghasilkan informasi yang lebih baik. Enam komponen sistem informasi kesehatan tersebut adalah:

a. HIS (Health Information System) Resource (sumber daya sistem informasi kesehatan) termasuk di dalamnya sistem koordinasi dan kepemimpinan, kebijakan, sistem finansial dan sumber daya, serta infrastruktur sistem informasi kesehatan.

b. Indicators (Indikator-indikator) yang berhubungan dengan tiga domain utama informasi kesehatan, meliputi determinan kesehatan, sistem kesehatan dan status kesehatan.

c. Data Source (Sumber data) dapat dibagi ke dalam dua kategori, pendekatan berbasis populasi dan berbasis institusi.

d. Management Data (Manajemen data) meliputi penyimpanan data, kualitas data dan proses data.

e. Information Product berupa proses perubahan data menjadi informasi.

f. Dissemination and Use yaitu penyebaran dan pemanfaatan informasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan .

Sistem informasi kesehatan pada hakikatnya harus dapat mengupayakan dihasilkannya informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan. Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia yang berlaku saat ini, tingkat-tingkat sistem kesehatan dibagi menjadi :


(32)

a. Tingkat kecamatan, dimana terdapat puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar lain.

b. Tingkat kabupaten/kotamadya, dimana terdapat dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit kabupaten/kota dan rujukan primer lain.

c. Tingkat propinsi, dimana terdapat dinas kesehatan propinsi, rumah sakit propinsi dan rujukan sekunder lainnya.

d. Tingkat pusat, dimana terdapat departemen kesehatan, rumah sakit pusat dan pelayan kesehatan rujukan tersier lain.

Prinsipnya sistem informasi kesehatan merupakan sistem informasi yang mendukung proses pengambilan keputusan di setiap bagian administrasi kesehatan. Selain itu beberapa aspek penting dalam informasi kesehatan adalah akurasi dan ketepatan penyajian informasi, pengelolaan informasi kesehatan harus memadukan pengumpulan data melalui cara rutin dan non rutin. Aspek kerahasiaan serta autoritas informasi harus diperhatikan.

SIK di puskesmas memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:

1. Mencatat dan mengumpulkan data, baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung.

2. Mengolah data

3. Membuat laporan berkala ke dinas kesehatan kabupaten/kota 4. Memelihara bank data

5. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen unit puskesmas, serta


(33)

6. Memberikan pelayanan data dan informassi kepada masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya. 2.4 Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Sistem Informai Manajemen (SIM) adalah kumpulan sub sistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai yang yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial dan strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta, 2003). Sistem Informasi Manajemen (SIM) juga dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengintegrasikan data dengan cara mengumpulkan, memproses, melaporkan dan menggunakannya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan melalui manajemen yang lebih baik di semua lini pelayanan kesehatan (Mendoza & Chong, 2004). Di dalam organisasi, SIM digunakan sebagai penunjang pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi tahu untuk pengambilan keputusan oleh organisasi tersebut (Sutabri, 2005). Bentuk sederhana suatu sistem adalah masukan, proses dan keluaran (Sabarguna, 2007). SIM selain dimanfaatkan sebagai sarana pengendalian juga dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan pelaksanaan program-program strategis dalam suatu organisasi. Informasi yang


(34)

memiliki kualitas tinggi akan menentukan efektifitas keputusan-keputusan yang dilakukan pimpinan organisasi. Kualitas sistem informasi kesehatan ditentukan oleh 3 (tiga) hal yakni, akurasi, ketepatan waktu dan relevansi. Kebutuhan informasi secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai kebutuhan operasional, kebutuhan perencanaan, dan kebutuhan dokumentasi (Kusnanto, 1992).

Jika ingin melihat sistem informasi suatu organisasi, akan ditunjukkan komponen fisiknya. Adapun komponen fisik sistem informasi seperti di bawah ini:

Tabel 2.1 Komponen Fisik SIM Komponen Sistem Catatan

Perangkat Keras Perangkat keras bagi suatu sistem informasi terdiri atas komputer (pusat pengolah, unit masukan/keluaran, unit penyimpanan file dan lain sebagainya), peralatan penyiapan data dan terminal masukan/keluaran

Perangkat Lunak Dapat dibagi dalam 3 jenis utama

1.Sistem perangkat lunak umum, seperti sistem pengoperasian dan sistem manajemen data yang memungkinkan pengoperasian sistem komputer 2.Aplikasi perangkat lunak umum, seperti model analisis dan keputusan 3.Aplikasi perangkat lunak yang terdiri atas program yang secara spesifik

dibuat untuk setiap aplikasi.

Database File yang berisi program dan data dibuktikan dengan adanya media penyimpanan secara fisik seperti diskette, hard disk, magnetig tape dan sebagainya. File juga meliputi keluaran tercetak dan catatan lain di atas kertas, mikro film dan lain sebagainya.

Prosedur Merupakan komponen fisik karena prosedur disediakan dalam bentuk fisik seperti buku panduan dan instruksi. Ada 3 (tiga) jenis prosedur yang dibutuhkan yaitu

1.Instruksi untuk pemakai

2.Instruksi untuk penyiapan masukan

3.Instruksi pengoperasian untuk karyawan pusat komputer

Personil Operator komputer, analis sistem, programmer, personal data entry dan manajer sistem informasi/EDP

2.5 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

SIMPUS merupakan suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam mencapai sasaran kegiatan.


(35)

Puskesmas (SP2TP), survey lapangan, laporan lintas sektor dan laporan sarana kesehatan swasta (DepKes RI, 1997).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), Sistem Informasi Puskesmas merupakan pengemasan SIMPUS ke dalam SIK yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pencatatan dan pengumpulan data serta diolah agar menghasilkan informasi yang lebih akurat dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat, petugas kesehatan, manajemen puskesmas, bahkan sampai ke pusat yang berbasis pada teknologi informasi. Latar belakang penggunaan SIMPUS anara lain (Sutanto dalam Barsasella): 1. Belum adanya kevalidan data mengenai orang sakit, penyakit, bumil dan

lain-lain dalam wilayah suatu puskesmas.

2. Memperbaiki pengumpulan data di puskesmas guna laporan ke dinas kesehatan kabupaten.

3. Memasuki era otonomi daerah mutlak diperlukan informasi yang tepat, akurat dan up to date berkenaan dengan data orang sakit, ketersedian obat, jumlah ibu hamil, masalah imunisasi dan lain-lain.

Adapun maksud dan tujuan SIMPUS antara lain

1. Mengumpulkan data dari tiap puskesmas baik data orang sakit, bayi lahir, ibu hamil, ketersediaan obat, penyuluhan kesehatan masyarakat dan lain-lain. 2. Menghasilkan informasi up to date tentang kondisi kesehatan di suatu

puskesmas dari jumlah orang sakit sampai ketersediaan obat sehingga dapat digunakan sebagai data awal dalam pengambilan kebijaksanaan bagi pimpinan.


(36)

3. Membantu kelancaran administrasi dan manajemen puskesmas dalam penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan puskesmas masing-masing. 4. Memudahkan pekejaan administrasi puskesmas dalam membuat laporan

harian dan bulanan. Keunggulan SIMPUS

1. Program di desain under windows, sehingga lebih mudah dalam operasional dan menarik dalam laporan-laporan yang dihasilkan.

2. Dengan data-data yang up tu date akan dapat dibuat analisa-analisa yang mendukung kebijakan pemmerintah daerah.

3. Pelayanan terintergrasi dari bagian pendaftaran hingga bagian obat, sehingga meminimalisasi pemakaian kertas.

4. Pengelolaan database yang dapat di akses bersama (terbentuk bank data kesehatan daerah)

5. Dapat menampilkan sekaligus mencetak per-katagori yang dikehendaki ataupun rekap keseluruhan berkenaan dengan masalah kesehatan.

6. SIMPUS dapat bekerja secara multi user maupun stand alone. 7. SIMPUS dapat dipakai dalam jaringan terpusat maupun terdistribusi.

8. Mudah untuk mencari data yang berkaitan dengan pasien, laporan bulanan, data penyakit.

9. Data bisa di print out sesuai dengan tingkat kebutuhan. 10. Mudah dipelajari


(37)

Kelemahan/hambatan penggunaan SIMPUS

1. Kesulitan dalam pengumpulan data (masih ada kabupaten/kota yang belum mengirim laporan data)

2. Format pengisian data, terkadang tidak sesuai dengan format data dari provinsi.

3. Laporan data dikirim tidak tepat waktu 4. Data terlau luas

5. Sistem SIMPUS online berjalan lambat.

2.6 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) 2.6.1 Pengertian

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas yang telah disederhanakan sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat nomor 590/BM/DJ/Info/V/96 tentang penyederhanaan SP2TP (Modul pedoman pelaksanaan SP2TP).

2.6.2 Ruang Lingkup

Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja puskesmas. Oleh karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas (puskesmas pembantu, puskesmas keliling, termasuk bidan di desa). Jenis data yang dikumpulkan dan di catat dalam SP2TP adalah seluruh kegiatan di puskesmas yang meliputi data:

1. Umum dan demografi di wilayah kerja puskesmas 2. Ketenagaan di puskesmas


(38)

3. Sarana yang dimiliki puskesmas

4. Kegiatan pokok puskesmas yang dilakukan di dalam dan di luar gedung puskesmas

Laporan SP2TP menggunakan sistem tahun kalender. Periode laporan dari puskesmas ke Dati II adalah bulanan dan tahunan. Periode laporan dari Dati II ke Dati I dan Pusat adalah triwulan (Modul pedoman pelaksanaan SP2TP).

2.6.3 Tujuan SP2TP

Dalam Barsasella (2012), tujuan SP2TP adalah agar semua data hasil kegiatan puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang di atasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

1. Tujuan umum

Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara berhasil guna dan berdaya guna melalui peanfaatan secara optimal data SP2TP dan infomasi lain yang menunjang.

2. Tujuan khusus

a. Sebagai dasar penyusunan perencaaan tingkat puskesmas

b. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (lokakarya mini)

c. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas


(39)

2.6.4 Manfaat SP2TP

Manfaat pencatatn dan pelaporan antara lain:

1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten kota.

2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka pengembangan tenaga kesehatan.

3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan. 4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.

2.6.5 Pencatatan

Kegiatan pokok puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung (semua data yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian program yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB, dan lain-lain) maupun di luar gedung puskesmas (data yang dibuat berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan di luar gedung puskesmas, seprti kegiatan posyandu, UKS dan lain-lain), puskesmas tempat tidur dan puskesmas pembantu serta bidan di desa, harus di catat. Dengan demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup sserta cara pengisian yang benar dan teliti (Modul pedoman pelaksanaan SP2TP). Jenis formulir tersebut sebagai berikut (Barsasella, 2012): 1. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)/Family Folder

Merupakan himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas.


(40)

2. Kartu rawat jalan/kartu Rekam Medik Pasien

Merupakan alat untuk mencatat identitas pasien dan status pasien rawat jalan yang berkunjung ke puskesmas.

3. Kartu Indeks Penyakit

Alat bantu untuk mencatat identitas pasien riwayat dan perkembangan penyakit, khusus penderita penyakit TBC paru dan KUSTA.

4. Kartu Ibu

Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan dan riwayat kehamilan sampai kelahiran.

5. Kartu anak

Adalah alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan preventif-promotif-kuratif-rehabilitatif yang diberikan kepada balita dan anak pra sekolah.

6. KMS balita, anak sekolah

Alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan dan pertumbuhan yang telah diperoleh balita dan anak sekolah.

7. KMS ibu hamil

Alat untuk mengetahui dan mencatat perkembangan kesehatan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil.

8. KMS usia lanjut

Alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi di balik fisik maupun psikososial dan digunakan untuk memantau kesehatan, deteksi dini penyakit dan evaluasi kemajuan kesehaan usia lanjut.


(41)

9. Register

Merupakan formulir untuk mencatat atau merekap data kegiatan di dalam dan di luar gedung puskesmas yang telah di catat di kartu dan catatan lainnya. Ada beberapa jenis register sebagai berikut :

a. Nomor indeks pengunjung puskesmas b. Rawat jalan

c. Register kunjungan d. Register rawat inap e. Register KIA dan KB

f. Register kohort ibu dan balita

g. Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi h. Register penimbangan balita

i. Register imunisasi j. Register gizi

k. Register kapsul beryodium l. Register anak sekoah

m. Sensus harian : kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi dan penyakit 2.6.6 Jenis laporan SP2TP

Dalam Modul pedoman pelaksanaan SP2TP, ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh puskesmas antara lain:

1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.

2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi.


(42)

3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin program. Laporan ini terdiri dari empat jenis yaitu: LB 1 (data morbiditas), LB 2 (data obat), LB 3 (data KIA, Gizi, imunisasi dan penyakit menular), LB 4 (data kegaiatan puskesmas). 2.6.7 Pelaporan

Pelaporan terpadu puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat nomor 590/BM/DJ/Info/V/96 diberlakukan formulir laporan yang baru. Sedangkan untuk kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan megembangan variabel laporan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan /beban kerja petugas di puskesmas. Adapun Laporan dari puskesmmas ke Dati II adalah sebagai berikut:

1. Laporan bulanan

- LB 1 (data kesakitan) - LB 2 (data obat-obatan)

- LB 3 (data gizi, KIA, pengamatan penyakit menular) - LB 4 (data kegiatan puskesmas)

- Laporan sentinel 2. Laporan tahunan

- Data dasar puskesmas (LT 1) - Data kepegawaian (LT 2) - Data peralatan (LT 3)


(43)

1. Laporan Triwulan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 1 - Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 2 - Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 3 - Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 4 2. Laporan tahunan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 1 - Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 2 - Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 3 3. Laporan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah

Laporan ini mengacu pada petunjuk laporan KLB dan wabah serta keputusan direktur jendral PPM dan PLP nomor 451-I/PD.03.04.IS/1991 tentang pedoman penanggulangan KLB.

2.6.8 Frekuensi pelaporan

1. Laporan dari puskesmas ke Dati II

Laporan ini menggunakan formulir standard yang terdiri dari:

a. Laporan bulanan LB 1, LB 2, LB 3 dan LB 4 dilakukan setiap bulan dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke dinas kesehatan Dati II.

b. Khusus laporan LB 2, satu kopi laporan dikirim pula ke Gedung Farmasi Dati II (GFK).

c. Laporan bulanan sentinel LB1 dan LB2 setiap tanggal 10 bulan berikutnya di kirimkan ke dinas kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat.


(44)

d. Laporan tahunan (LT-1, LT-2, LT-3) dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya.

e. Khusus laporan LT- 2 (data kepegawaian hanya diisi bagi pegawai yang baru/belum pernah mengisi fomuli data kepegawaian.

2. Laporan dari Dati II ke Dati I dan Pusat

a. Laporan triwulan dikirimkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari triwulan yang dimaksud kepada Kepala dinas kesehatan Dati II, Kepala kantor wilayah Depkes Propinsi, Depkes RI c,q Ditjen Binkesmas

b. Laporan tahunan dikirimkan paling lambat akhir bulan Februari dari tahun berukutnya kepada: Kepala Dinas Kesehatan Dati I, Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi, Depkes RI c.q Ditjen Binkesmas

2.7Laporan LB 1

Laporan LB 1 merupakan salah satu bagian dari laporan SP2TP. Laporan ini berisikan tentang data kesakitan (kasus lama dan kasus baru) dari wilayah kerja yang datang berobat ke gedung puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan yang dilaporkan secara bulanan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Kasus Penyakit dilaporkan tidak dibedakan antara penderita berasal dari wilayah maupun luar wilayah kerja puskesmas.

2.8Analisis

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, pembuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya dan sebagainya). Analisis sebagai suatu


(45)

sistem yaitu prosedur atau proses sistematis yang memungkinkan pengombinasian pertimbangan para pakar dari berbagai bidang ilmu sehingga diperoleh hasil yang sempurna. Selain itu dapat juga diartikan sebagai pengamatan mengenai suatu kegiatan tersebut dan cara terbaik untuk memperolehnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia oline).

2.9 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, peneliti ingin melihat bagaimana peranan SIMPUS dalam menghasilkan laporan LB1 yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat dengan melihat dari unsur penyusun suatu sistem, yaitu SDM (pengguna), teknologi (kualitas SIMPUS), data (lengkap,akurat dan tepat waktu) sebagai unsur sistem input atau masukan, pengolahan data (pengumpulan , pengolahan, penyajian dan penyebarluasan informasi, serta penataan dokumentasi) sebagai unsur sistem proses pengolahan dan Informasi LB1 (akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap) sebagai unsur sistem output sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Secara ringkas dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

PROSES Pengolahan data  Pengumpulan  Pengolahan  Penyajian dan

penyebarluasan  Penataan dokumentasi OUTPUT Informasi  Akurat  Tepat waktu  Relevan  Lengkap INPUT

1. SDM (Petugas)  Pengguna 2. Teknologi

 Kualitas SIMPUS 3. Data

 Lengkap  Akurat  Tepat waktu


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September Tahun 2015. 3.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan pada penelitian kualitatif berdasarkan kesesuaian dan kecukupan. Prinsip kesesuaian informan dipilih berdasarkan pengetahuan dan kesesuaian dengan topik penelitian, prinsip kecukupan informan yang dipilih mampu menggambarkan dan memberikan informasi yang cukup mengenai topik penelitian.

Berdasarkan kedua prinsip tersebut, informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang terdiri dari Kepala, KTU, Petugas bagian perencanaan dan petugas


(47)

SIMPUS Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Karakteristik Informan dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 3.1 Distribusi Informan Berdasarkan Karateristik

Informan Jabatan Pendidikan Umur Jenis

(Tahun) Kelamin

1 Petugas SIMPUS D3 37 P

2 Bag.Perencanaan D3 45 P

3 Ka.Tata Usaha S1 45 P

4 Kepala Puskesmas S1 34 L

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. Wawancara mendalam kepada informan penelitian, b. Observasi/pengamatan,

c. Telaah dokumen terhadap laporan bulanan data kesakitan dari bidan desa, pustu dan puskesmas, laporan LB1 puskesmas yang merupakan hasil output dari SIMPUS.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara dan check list observasi untuk melakukan observasi.


(48)

3.6 Pengujian Keabsahan Data

Peneliti melakukan triangulasi dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini. Triangulasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2008).

3.7 Analisis Data

Pada penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono, 2008). Tiga jalur analisis data yang digunakan adalah dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Pada penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memilah hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen sesuai dengan tema penelitian, lalu dari hasil tersebut disusun suatu rangkuman.

2. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilaksanakan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungannya antar kategori, flow chart dan jenisnya. Pada penelitian ini penyajian data dilaksanakan dalam bentuk uraian singkat.


(49)

3. Penarikan kesimpulan

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tahap akhir analisis data pada penelitian ini adalah menarik suatu kesimpulan berdasarkan hasil yang telah di reduksi dan di sajikan sebelumnya.

3.8 Defenisi Operasional

a. Sumber daya manusia atau adalah orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan pengelolaan SIMPUS (khususnya data morbiditas) di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

b. Pengguna adalah petugas yang menggunakan serta alasan penggunaan SIMPUS di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

c. Teknologi adalah program yang digunakan dalam pengelolaan data morbiditas di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

d. Kualitas sistem berkaitan dengan kemudahan untuk dipelajari, kemudahan ketepatan informasi dalam menggunakan SIMPUS.

e. Data adalah fakta atau gambaran kasar tentang keadaan morbiditas pasien yang belum diolah yang dikumpulkan dari berbagai sumber data.

f. Data yang lengkap adalah lembar formulir isian terisi semua.


(50)

h. Data yang tepat waktu adalah data yang diserahkan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

i. Pengolahan data merupakan proses yang dilakukan setelah data terkumpul. j. Pengumpulan adalah semua proses yang berkaitan dengan terkumpulnya data

dari berbagai sumber.

k. Pengolahan data adalah proses yang berkaitan dengan cara mengolah data menjadi informasi.

l. Penyajian dan penyebarluasan data adalah proses yang berkaitan dengan cara menyajikan dan menyebarkan data yang sudah diolah.

m.Penataan dokumentasi adalah proses yang berkaitan dengan menyimpan data dan proses pencarian kembali data yang sudah tersimpan.

n. Informasi yang dihasilkan berupa informasi LB1 yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dikaitkan dengan perencanaan.

o. Informasi yang akurat adalah informasi LB1 yang tepat (jelas, tidak bias) p. Informasi yang tepat waktu adalah informasi LB1 yang dihasilkan tidak

terlambat.

q. Informasi yang relevan adalah informasi LB1 yang mempunyai manfaat untuk pihak puskesmas.

r. Informasi yang lengkap adalah informasi LB 1 yang dihasilkan cukup untuk proses pengambilan keputusan.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Pegang Baru terletak di Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, dengan batas wilayah :

Sebelah utara : Kecamatan Padang Gelugur

Sebelah selatan: Kecamatan Mapat Tunggul Selatan Sebelah barat : Kecamatan Duo koto

Sebelah timur : Kecamatan Lubuk Sikaping

Wilayah kerja Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat mencakup 2 (dua) nagari, yaitu Nagari Panti (Jorong Murni, Sentosa dan Bahagia) dan Nagari Panti Selatan (Jorong Ampang Gadang, Petok, Petok Timur dan Petok Selatan). Luas wilayah kerjanya 163,96 km2, jumlah penduduk 20.224 jiwa dan 5.089 KK. Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat memiliki 3 (tiga) Pustu (Petok, Panti, Ampang Gadang), 6 (enam) Polindes (Bahagia Panti, Kampung Tongah, Sentosa Panti, Ujung Padang, Murni Panti).

Misi Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat adalah meningkatkan kesadaran, kemampuan hidup sehat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pegang Baru. Untuk mencapai misi tersebut, dilakukan berbagai kegiatan melalui upaya kesehatan esensial (Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu, Anak dan KB, Upaya Perbaikan Gizi, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


(52)

Kesehatan Sekolah, Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Usia Lanjut)

Adapun tenaga kesehatan yang ada seperti yang tertlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera barat

No Tenaga Jumlah Keterangan

1. Dokter 1

2. KesMas 3

3. Perawat 7

4. Bidan 16 6 PTT

5. Perawat gigi 2

6. Gizi 1

7. Farmasi 1

8. Analis kesehatan 1

TOTAL 32

Sumber: Puskesmas Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat tahun 2015

4.2.Penerapan SIMPUS di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat

Bentuk sederhana suatu sistem terdiri atas input, proses dan output. Adapun gambaran dari ke tiga unsur ini di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat adalah sebagai berikut:


(53)

4.2.1 Input

Merupakan unsur masukan dari suatu sistem. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada SDM (pengguna), teknologi (kualitas SIMPUS) dan data (lengkap, akurat dan tepat waktu).

1. SDM 1) Pengguna

SIMPUS digunakan oleh mereka yang sudah pernah berkecimpung di dalamnya. Sejak SIMPUS diterapkan di Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat tahun 2010 sudah mengalami tiga kali masa pergantian personil. Petugas yang menjabat sekarang berlatar belakang pendidikan dari kebidanan, sampai sekarang ia sudah menjabat selama kurang lebih 1,7 tahun dan belum pernah mengikuti pendidikan atau pelatihan tentang SIMPUS. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan:

Tiga orang, dua orang lagi sebelum kakak yang memegang, lebih kurang 1,7 tahun,...pelatihan zaman nya kakak belum pernah ada, tapi sebelum kakak ada (I 1)

Ini yang ketiga, pelatihan ya eeeee pas waktu kakak ada pernah (I 3)

1 orang, dengan pergantian 2 kali pergantian sebelum sekarang Pelatihan...dulu ada di dinas, sekarang pelatihan puskesmas khusus sih tidak ada, (I 4)

Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan bahwa petugas yang menjabat sekarang memiliki latar pendidikan dari kebidanan yang selama menjabat lebih kurang 1,7 tahun belum pernah mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS.


(54)

2) Alasan Menggunakan Simpus

Perkembangan kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat, mendorong Puskesmas Pegang Baru, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat untuk menggunakan SIMPUS sejak tahun 2010. Alasan dari informan dalam menggunakan simpus adalah sebagai berikut:

Emmmm....karena peraturanya begitu, jadi ya harus di ikuti (I 1)

Untuk zaman-zaman sekarang kalau ndak mau ngikuti perkembangan kita jauh tertinggal, jadi kalau masih manual-manual itu apa bedanya dengan 30 tahun yang lalu, sekarang apa saja kegiatan orang bisa kita akses sehingga bisa menambah motivasi kita untuk kerja membuat hal yang belum pernah dilakukan.( I 3)

Ya harus menerima, kedepannya kan kita semua harus “e” tidak bisa tidak

“e” kan (I 4)

Penerapan SIMPUS didasari oleh tuntutan perkembangan kemajuan teknologi dalam menghasilkan informasi yang harus cepat, akurat dan up to date. 2. Teknologi

a. Kualitas SIMPUS

Pada dasarnya SIMPUS mudah untuk dipelajari bagi para pengguna, walaupun terkadang masih ditemui masalah, masalah tersebut masih bisa di atasi seperti yang di ungkapkan oleh informan:

Sejauh kakak memegang, kakak rasa mudah untuk dipelajari, ya walau pertama-tama agak kesulitan, tapi karena ada tempat bertanya jadi bisa di atasi. Entry data agak ribet, karena kolomnya kecil-kecil, menggeser kursor g bisa pake tanda panah yang ke kanan yang ada di keyboard tapi harus di letakkan kursornya ke kolomnya langsung. (I 1)

Tidak ada masalah, yang serius baik yang dari yang pertama sampai dengan sekarang, waktu pertama kali karna hal yang baru wajar bingung, tapi bisa diatasi. Memasukkan data LB 1 itu lama itu tidak selseai sehari tidak bisa kayak


(55)

Mudah untuk di pelajari,,,,eeee tidak ada masalah yang cukup menyulitkan petugas, kalaupun ada masalah..masih bisa di selesaikan, Yaaa gitu la karena memang kendala pas proses uploadnya la entry data lama (I 4)

Masalah lain yang sering dihadapi adalah dengan adanya SIMPUS adalah, seperti yang disampaikan oleh informan sebagai berikut:

Kita tetap dua kali kerja, satu secara manual baru kita entry ke programnya, ribet la jadinya, berkaitan dengan jaringan, kalau jaringan bagus laporan cepat sampainya dibanding dengan manual. (I 1)

Nambah kerja iya, ya itu la dua kali kerja. gampang nya g juga gampang, karena merekap pake simpus itu kan perlu juga pake manual (I 3)

SIMPUS itu kan suatu sistem yang dikembangkan aaaaa supaya bisa lebih akurat pelaporan dengan memanfaatkan teknologi tentunya, dibalik itu kerjaannya nya jadi double,,,,karena kan manual juga, dimasukkan ke SIMPUS juga. Kendalanya eeee jaringan la ya.tidak bisa di akses sampe sekarang. (I 4)

Ketepatan informasi yang dihasilkan dengan menggunakan SIMPUS tergantung pada data yang dimasukkan ke dalamnya serta ketelitian petugas dalam proses entry. Hal ini diungkapkan oleh informan sebagai berikut:

Tergantung data yang di entry, kalau datanya yang di rekap tepat dan benar, hasilnya pun tentu benar, petugas juga berperan, salah memasukkan informasi yang dihasilkan juga salah(I 1)

Tepatnya ya tepat, karena udah di rekap duluan, tidak mungkin tidak tepat, karena tiap bidan desa kita kasih dengan format yang sama, tidak tepatnya berarti salah manusianya g hati-hati (I 3)

Data yang dimasukkan tepat...tentunya akan memberikan output yang sesuai dengan yang di masukkan. Petugas juga mangambil alih jika salah memasukkan, otomatis hasil juga salah (I 4)

Di balik SIMPUS yang mudah untuk dipelajari dan data yang diolah tergantung dengan data yang dimasukkan, namun dalam pelaksanaannya masih ditemukan beberapa kendala yaitu berkaitan dengan entri data yang ribet ke dalam


(56)

SIMPUS, pekerjaan menjadi bertambah, karena harus dua kali kerja (manual dan entry ke dalam SIMPUS). Kondisi jaringan yang tidak menentu juga menghambat cepat tidaknya laporan sampai kepada pihak yang terkait, bahkan terkadang kondisi jaringan yang tidak bagus menyebabkan halaman yang diakses tidak dapat muncul.

3. Data

Berikut adalah hasil wawancara dengan informan terkait dengan data yang dilaporkan beserta dengan sumbernya:

Karena berkaitan dengan data morbiditas otomatis yang dilaporkan berkaitan dengan penyakit, yang dilaporkan ya jenis penyakit beserta jumlahnya yang sumbernya dari puskesmas, pustu dan bidan desa yang ada di Kecamatan Panti ini. (I 1)

Eeeeeee...mungkin data LB 1 dari bidan desa, dari petugas pustu dan dari puskesmas (kunjungan puskesmas/poliklinik. (I 3)

Data LB 1, berarti data morbiditas ya,,,,,,itu dari puskesmas, pustu dan bidan desa. (I 4)

Data yang dilaporkan berkaitan dengan laporan LB 1 adalah data morbiditas (jenis penyakit dan jumlah penderita) yang diperoleh dari puskesmas, pustu dan bidan desa yang berada di wilayah kerja puskesmas.

Untuk menghasilkan informasi yang akurat, tepat waktu dan relevan tentunya dibutuhkan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu.

a. Lengkap

Data morbiditas dari puskesmas, pustu dan bidan desa bisa dikatakan sudah lengkap karena formulir yang ada sudah di isi dengan lengkap. Pernyataan informan mendukung hal tersebut adalah sebagai berikut:


(57)

Kadang-kadang lengkap, kadang-kadang tidak. tapi banyak lengkapnya dari pada tidak nya (I 1)

Emmmm....lengkapnya biasanya lengkap (I 3)

Tentunya lengkap ya....kan kita udah ada format tersendiri untuk diisi, jadi lebih mudah untuk di lihat lengkap ata tidaknya (I 4)

b. Akurat

Sama halnya dengan kelengkapan data, data yang diperoleh juga sudah akurat karena berasal dari sumber dan cara pengisian formulir yang tepat. Berikut pernyataan informan berdasarkan hasil wawancara:

Kalau akurat, yaa akurat....karena kan diisi oleh mereka yang diberi tanggung jawab dan sudah sesuai dengan form yang diberikan. (I 1)

Akurat,emmmm kayaknya sejauh ini ndak ada masalah tentang ke akuratan data, aman-aman aja

Kita sudah ada format tersendiri untuk di isi oleh bidan desa, pustu dan puskesmas, jadinya selain memudahkan untuk mengecek kelengkapan, akurat atau tidaknya juga dapat dipakai.

c. Tepat waktu

Data belum dapat terkumpul dengan tepat waktu. Berikut pernyataan yang menguatkan dari masing-masing informan:

kadang-kadang tepat waktu, kadang-kadang ya telat. (I 1)

Kalau tepat waktu nya kadang-kadang tidak (I 3)

Tepat waktu...eeee itu yang kadang-kadang masih susah untuk di atasi, kalau dari puskesmas mungkin tidak ada masalah ya, karena bisa dipantau, tapi kalau laporan dari bidan, itu yang agak susah (I 4)


(58)

4.2.2 Proses

1. Pengumpulan data

Data morbiditas yang berasal dari puskesmas (poliklinik), bidan desa dan pustu diserahkan langsung pada petugas SIMPUS puskesmas berupa laporan bulanan data kesakitan paling lambat tanggal 25 setiap bulannya. Laporan ini berisikan jenis penyakit beserta jumlah penderita yang digolongkan berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Masalah yang sering muncul pada proses pengumpulan data ini adalah keterlambatan penyerahan data kepada petugas SIMPUS dan keberadaan bidan desa yang tidak lagi di tempat menyebabkan data yang terkumpul tidak lengkap. Berikut paparan dari para informan:

Kendalanya ya sering terjadi keterlambatan dalam pengumpulan data, kadang ada juga bidan desa yang tidak menyerahkan sampai batas waktu yang ditetapkan . (I 1)

Pengumpulan ada telatnya,.kadang bidan desa tidak lagi di tempat, jadi mereka tidak mengumpul data. (I 3)

Eeee...yang ada data yang telat diserahkan kepada petugas kita disini ya kadang malah sampai batas tanggal belum juga diserahkan. (I 4)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pengumpulan data dilakukan oleh sumber data (pihak puskesmas, pustu dan bidan desa) kepada petugas SIMPUS berupa laporan bulanan kesakitan yang harus diserahkan paling lambat tanggal 25 setiap bulannya, akan tetapi, keterlambatan dalam pengumpulan data masih sering terjadi, selain itu keberadaan bidan desa yang tidak ditempat juga menghambat proses pengumpulan data.


(59)

2. Pengolahan data

Data morbiditas yang terkumpul dari puskesmas, pustu dan bidan desa di rekap secara manual oleh petugas SIMPUS dengan bantuan komputer dengan format laporan yang sama dengan formulir dari puskesmas, pustu dan bidan desa. Tujuannya untuk mendapatkan jumlah penderita berdasarkan jenis kelamin dan juga jumlah total penderita. Setelahnya hasil rekapan di entry ke dalam program SIMPUS. Ini berdasarkan hasil wawancara dengan informan:

Satu secara manual baru kita entry ke programnya, data itu kakak rekap jenis penyakit dan jumlahnya dulu ke sini, kalau sudah selesai baru kakak entry ke program simpus(I 1)

Kan kita masih pegang manual, itu juga yang dibikin baru kita masukkan (I 3)

Karena di sini pun manual juga kan, baru nanti setelah di rekap baru di entry (I 4)

Akibat keterlambatan dan keberadaan bidan desa yang tidak lagi di tempat dalam pengumpulan data, terkadang proses pengolahan juga menjadi telat bahkan ada laporan dari bidan desa yang tidak ter rekap, sehingga tidak masuk dalam laporan.

Pernah juga terjadi, karna laporannya terlambat, kakak jadi telat meng-entrynya, tapi kalau kakak sudah mengentry tentu tidak masuk lagi (I 1)

Telat masuk, tentu telat juga mengolahnya. Laporan bidan desa juga terkadang ada juga yang tidak dimasukkan jika mereka tidak ada di tempat misalnya pelatihan dan sebagainya (I 3)

Kalau data telat diserahkan, otomatis data terlambat untuk di olah, jika sampai dengan batas waktu yang ditetapkan belum terkumpul, otomatis yaaa tidak ter entry la ke dalam program, sehingga tidak masuk la dalam laporan jadinya (I 4)

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan di atas adalah, proses pengolahan dilakukan dengan 2 cara yaitu manual dengan menggunakkan


(60)

data dan keberadaan bidan desa yang tidak lagi di tempat menyebabkan keterlambatan proses pengolahan data, bahkan data tidak di olah sama sekali. 3. Penyajian dan penyebarluasan informasi

Data yang sudah di olah di dalam program disajikan dalam bentuk laporan LB 1 yang terangkum dengan laporan lain dalam bentuk laporan terpadu tentang puskesmas yaitu laporan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Tingkat Kota/Kabuapaten Pasaman, Sumatera Barat). Laporan LB 1 mencakup informasi kode penyakit, jenis penyakit yang sudah di kelompokkan, serta jumlah penderita berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin. Laporan akan dikirim ke dinas kesehatan kabupaten secara online juga disertai dengan print out.

Dilaporkan pada pihak dinas kesehatan kabupaten bagian SIMPUS....yang dikirim ya print out nya juga selain yang dikirim pake SIMPUS (I 1)

Kita mengirim secara online juga print outnya juga sekalian. Ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman di Lubuk Sikaping (I 3)

Laporan LB 1 ya sama dengan laporan lain, ke dinas kesehatan kabupaten, yang dikirim print out nya disamping laporan yang di kirim pake simpus secara online. (I 4)

Berdasarkan hasil wawancara dapat di lihat bahwa informasi yang dihasilkan berupa laporan LB1 di kirim secara online dan tidak online (diserahkan langsung berupa print out) kepada pihak dinas kesehatan kabupaten dalam bentuk laporan SP2TP yang didalamnya juga terdapat laporan lain.

4. Penataan dokumentasi

Proses penataan dokumentasi, termasuk didalamnya proses penyimpanan dan pencarian kembali data. Proses penyimpanan dilakukan setelah data yang terkumpul di entry ke dalam SIMPUS. Data disimpan dalam 2 bentuk yaitu file


(61)

laporan yang dipilih sebelum data di entry mengikuti aplikasi yang ada pada SIMPUS.

Setelah entry, nanti hasilnya akan tersimpan sesuai dengan jenis laporan yang kita kerjakan, kita print kan, hasil print nya kita simpan untuk pertinggal juga untuk dikirim ke dinas. (I 1)

Hasilnya nanti ada dua bentuk, satu otomatis tersimpan di dalam program, satunya kita harus print dulu untuk pertinggal.(I 3)

Disimpan tergantung hasilnya ya, kalau yang untuk pertinggal dan di kirim ke dinas kita print, di program itu pun laporan juga sudah tersimpan, nantinya kan it yang bisa di akses. (I 4)

Pada proses penyimpanan terkadang data yang sudah disimpan hilang dengan sendirinya tanpa diketahui apa penyebabnya

Gimana ya, secara keseluruhan bisa dibilang aman, tapi terkadang data yang sudah kita entry bisa tiba-tiba hilang begitu saja, tanpa kita ketahui sebelumnya, waktu kita cek lagi eh ternyata data nya sudah hilang,,, memang sih tidak sering terjadi (I 1) Sampai sekarang aman, pernah juga hilang, tidak tahu hari ini udah masuk, besok nya pas di cek tidak ada lagi, (I 3)

Emmmm...ada, Cuma tidak sering (I 4)

Cepat lambatnya proses pencarian kembali data yang sudah disimpan tergantung pada kondisi jaringan SIMPUS.

Kalau jaringan bagus, mudah dilakukan (I 1)

Kalau bagus bisa dibuka, tapi kalau tidak bagus, kami masih ada print outnya (I 3)

Pencarian kembali.... jaringan ya, semua tergantung jaringan, kalau jaringan bagus aaaaa data bisa di cari dengan mudah. (I 4)

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarka hasil wawancara di atas adalah bahwa penataan dokumentasi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan file untuk hasil print out dan juga komputerisasi yang tersimpan


(1)

PANDUAN WAWANCARA

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS PEGANG BARU KECAMATAN

PANTI KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT TAHUN 2014

Kepala Tata Usaha (I 3)

Data Responden

1. Nama responden : ... 2. Umur : ... 3. Jenis kelamin : ... 4. Alamat : ... 5. Jabatan : ... 6. Pendidikan : ... Pertanyaan:

A.Input

Sumber Daya Manusia

1. Menurut Ibu SIMPUS itu apa?

2. Berapa orang petugas yang menguasai SIMPUS secara keseluruhan?

3. Apakah ada pelatihan untuk petugas SIMPUS sebelum dan setelah diterapkan di puskesmas ini?

4. Bagaimana sikap Bapak/Ibu dengan adanya SIMPUS (menolak/menerima) 5. Alasan menggunakan SIMPUS?

Teknologi

1. Bagaimana kemudahan dalam menggunakan SIMPUS? 2. Kemudahan dalam entry data?

3. Bagaimana ketepatan data yang dikelola oleh SIMPUS? Data


(2)

3. Bagaimana proses penyajian dan penyerbarluasan informasi? 4. Bagaimana proses penyimpanan data?

5. Bagaimana keamanan data dalam yang disimpan oleh SIMPUS?

6. Apakah proses pencarian data yang sudah disimpan dapat dilakukan dengan mudah?

C.Output

1. Bagaimana keakuratan antara data dan informasi yang dihasilkan? 2. Kapan dan kemana informasi dilaporkan?

3. Bagaimana kelengkapan informasi LB1 yang dihasilkan SIMPUS?


(3)

CHECK LIST OBSERVASI

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS PEGANG BARU, KECAMATAN

PANTI, KABUPATEN PASAMAN, SUMATERA BARAT

Hari/tanggal : ... Tempat : ...

No. Indikator Check list Keterangan

1 Metode entry data Manual Komputerisasi

2 Penyajian informasi Lengkap Tidak lengkap

3 Format laporan Sesuai Tidak sesuai

4 Kompetensi sumber daya manusia Sesuai Tidak sesuai

5 Jumlah petugas pengelola Sesuai Tidak sesuai

6 Modul/Buku Panduan SIMPUS Ada Tidak ada

7 Perencanaan pengembangan

SIMPUS

Ada Tidak ada


(4)

CHECK LIST OBSERVASI

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS PEGANG BARU, KECAMATAN

PANTI, KABUPATEN PASAMAN, SUMATERA BARAT

Hari/tanggal : Senin/14 September 2014

Tempat : Puskesmas Pegang Baru

No. Indikator Check list Keterangan

1 Metode entry data Manual Komputerisasi

2 Penyajian informasi Lengkap Tidak lengkap

3 Format laporan Sesuai Tidak sesuai

4 Kompetensi sumber daya manusia Sesuai Tidak sesuai

5 Jumlah petugas pengelola Sesuai Tidak sesuai

6 Modul/Buku Panduan SIMPUS Ada Tidak ada

7 Perencanaan pengembangan

SIMPUS

Ada Tidak ada

8 Sponsor SIMPUS Pemerintah Swasta


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Berbasis Web Di Puskesmas Pajang Surakarta.

3 22 13

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) GIZKIA BERBASIS KOMPUTER DI PUSKESMAS KARANGDOWO KLATEN Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) GizKIA Berbasis Komputer Di Puskesmas Karangdowo Klaten.

5 26 13

EVALUASI KESIAPAN PUSKESMAS DALAM PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI Evaluasi Kesiapan Puskesmas Dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) Berbasis Web di Puskesmas Pajang Surakarta.

1 7 11

Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014

0 0 14

Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014

0 0 2

Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014

0 1 7

Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014

0 1 22

Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014

0 0 2

Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014

0 0 27

Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017

1 3 14