2.3.5. Patofisiologi
Kegagalan invasi sel trofoblas untuk memaksimalkan modifikasi arteri spiralis uterus
Penurunan darah uterus Penurunan ekspansi plasma
Iskemia plasenta relatif Reaksi inflamasi intravaskular umum
Disfungsi endothelial
Ginjal
Aliran darah ginjal Kerusakan membran glomerulus
Kehilangan protein Gg. Ekskresi asam urat kreatinin
Sensitivitas terhadap angiotensin Komplikasi janin: hambatan
pertumbuhan, penurunan cairan amnion, penurunan aliran darah
arteri umbilikalis
Vasokonstriksi arteriola pada organ tubuh mayor
Kardiovaskular
Tekanan darah untuk mengkompensasi Perfusi
Ekspansi volume plasama Tekanan osmotik koloid rendah_edema
Hematologi
Hematokrit dan Hb Konsumsi trombosit
Aktivasi sistem Pembekuan
Pembentukan mikrotrombi
Hati
Perdarahan, kerusakan iskemia, dan trombosis
Nyeri epigastrik dan muntah Sindrom HELLP
Sistem saraf
Sakit kepala, Hiperrefleksia, Kejang eklamsia, Gg. Penglihatan, Perdarahan otak
Sumber: Bothamley, 2011, Patofisiologi dalam Kebidanan, hlm. 197
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Klasifikasi
Gangguan hipertensi pada kehamilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Awalnya, gangguan hipertensi kehamilan disebut toksemia, tetapi istilah ini kurang tepat karena tidak ada
agens tosik atau toksin yang bisa ditemukan Bobak, 2004. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh National High Blood Pressure Edication Program
Working Group onHigh Blood Pressure Pregnancy 2000 menjelaskan tentang lima kategori utama hipertensi selama kehamilan; hipertensi kronik,
hipertensi gestasional, preeklamsia, eklamsia, dan preeklamsia yang terjadi pada hipertensi kronis Fraser Cooper, 2009.
2.3.6.1. Hipertensi Kronis Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang sudah ada
sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu pascapartum juga
diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis Bobak, 2004. Hipertensi yang diketahui terjadi sebelum kehamilan atau peningkatan
tekanan darah 14090 mmHg sebelum usia gestasi 20 minggu, dan berlanjut hingga 6 minggu setelah melahirkan Rraser Cooper, 2009. Penyakit
hipertensi kronik ialah adanya hipertensi yang persisten, oleh berbagai sebab, sebelum kehamilan atau sebelum umur kehamilan 20 minggu, atau melebihi 42
hari postpartum Ben-zion, 1994.
Universitas Sumatera Utara
Hipertensi kronik diperkirakan memiliki dua kemungkinan penyebab; yang pertama, merupakan masalah jangka panjang, terjadi sebelum kahamilan
dimulai, contohnya hipertensi esensisal yang terjadi pada 5 kasus hipertensi pada kehamilan. Yang kedua, dapat terjadi akibat masalah medis yang sudah
ada sebelumnya, misalnya: penyakit ginjal, SLE, stenosis aorta, sindrom Cushing, fekromositoma, yang jarang terjadi, tetepi marupakan tumor medulla
adrenal yang berbahaya Fraser Cooper, 2009. Hasil perinatal pada hipertensi kronik ringan cukup baik. Namun
demikian, morbiditas dan ortalitas perinatal meningkat pada mereka yang menderita hipertensi kronik berat atau yang dipersulit preeklamsi. Komplikasi
lain tidak berkaitan dengan kehamilan dan meliputi gagal ginjal dan perdarahan serebral. Pada 1-2 kasus, ensefalopati hipertensif dapat terjadi jika tekanan
darah tiba-tiba meningkat hingga lebih dari 250150 mmHg. Mortilitas maternal akan tinggi jika feokromositoma tidak terobati Fraser Cooper,
2009. Penatalaksanaan hipertensi kronis dapat dibedakan berdasarkan tingkatan
hipertensi. Hipertensi kronik ringan, keadaan ini didefinisiskan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik110 mmHg. Ibu yang
menderita hipertensi kronik ringan cenderung tidak memerlukan hospitalisasi antenatal dan dapat dirawat di komunitas oleh bidan dan dokter umum. Kondisi
ibu harus dipantau dengan cermat untuk mengidentifikasi jika terjadi preeklamsi. Hipertensi kronik berat, tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
takan darah diastolik 110 mmHg. Idealnya, ibu harus dirawat oleh tim
Universitas Sumatera Utara
obstetrik dan dokter. Ibu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan antenatal dengan sering untuk memantau kondisinya Fraser Cooper, 2009.
2.3.6.2. Hipertensi Gestasional Hipertensi akibat kehamilanhipertensi gestasional yang didefinisikan
sebagai peningkatan takanan darah TD pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilan tanpa gambaran lain preeklamsia Billington, 2009.
Diagnosa hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 14090 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama
kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apa bila tidak terjadi preeklamsi dan tekanan darah telah
kembali normal dalam 12 minggu postpartum Cunnigham, 2005. wanita dengan hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda
yang berkaitan dengan preeklamsi, misalnya; nyeri kepala, nyeri epigastrium, atau trombisitopenia yang mempengaruhi penatalaksanaan Cunnigham, 2005.
2.3.6.3. Preeklamsia Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan penyakit vasospastik, yang
melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuruia Bobak, 2004.
Pre-eklamsia adalah sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Merupakan gangguan
multisistem dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Milne 2005 menyatakan bahwa preeklamsia biasanya didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan
20 minggu Bothamley Maureen, 2011. Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti.
Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap benar-
benar mutlak. Preeklamsia adalah suatu penyakit yang hanya terjadi pada kehamilan
manusia. Tanda dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang
mengidentifikasi wanita yang akan mengalami preeklamsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit;
primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas Bobak, 2004.
Pada preeklamsia, resistansi vaskular perifer meningkat, menyebabkan tekanan darah meningkat. Curah jantung agak menurun dari input
parasimpatik. Preeklamsi menyebabkan peningkatan reaktivitas vaskular terhadap presor, termasuk angiotensin II, dan vasospasme merusak pembuluh
darah, yang menyebabkan hipoksia lokal dan subendotelial menyimpan fibrinogen dan trombosit. Hemoragi, nekrosis, dan kerusakan organ-akhir
terjadi. Vasokontriksi kerusakan endotelial, pembengkakan dan cadangan fibrin dapat mengurangi kecepatan glomerofiltrasi sebesar 25 dan
meningkatkan permeabilitas terhadap protein. Hepar dapat membentuk bercak-
Universitas Sumatera Utara
bercak nekrotik, meningkatkan kadar aspartat aminotransferase AST dan alanin aminotrasferase ALT. Perlemakan hati akut pada kehamilan dapat
merupakan manifestasi preeklamsia. Trombositipenia muncul bersama anemia hemolitik, dan koagulasi konsumtif terdapat apda preeklamsia fulminan.
Hemoragi serebral, petekie juga hematoma besar terlihat, tetapi oedema serebral jarang terjadi. Gejala SSP eklamsia kemungkinan disebabkan oleh
kerusakan sel endotelial bersama agregrasi trombosit dan cadangan fibrin Constance, 2009.
Volume plasma menurun sekita 9 sebelum hipertensi terdeteksi. Derajat penurunan volume memprediksi keparahan PJT dan hipertensi.
Tekanan vena sentral dan tekanan bajikapiler pulmonal tetap tinggi, dan penggantian volume dapat menyebabkan oedema paru. Elektrolit tidak banyak
berbeda dari elektrolit pada kehamilan normalConstance, 2009. Varian preeklamsia berat yang terjadi pada 20-30 wanita dengan
preeklamsia atau eklamsia. Sindrom HELLP hemolisis. Peningkatan enzim hati, trombosit rendah ditandai dengan peningkatan enzim hati dan
trombositemia. Indikator hipertensi dan ginjal dari preekalmsia dapat tidak ada apda varian ini Constance, 2009.
Proteinuria merupakan tanda penting preeklamsia, dimana terdapat 300 mg atau lebih protein dalam urine per 24 jam atau 30 mgdl +1 pada dipstick
secara pada sampel acak urine. Kombinasi proteinuria dan hipertensi selama kehamilan secara nyata meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas
perinatal Cunnigham, 1995. Kemungkinan tanda dan gejala lain pada
Universitas Sumatera Utara
preeklamsia adalah sakit kepala, nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, muntah, penurunan gerakan janin, ukuran janin kecil tidak sesuai dengan usia
kehamilan Bothamley Maureen, 2011. Ada beberapa faktor risiko terjadinya preeklamsia, yaitu primigravida
atau 10 tahun sejak kelahiran terakhir, kehamilan pertama dengan pasangan baru, riwayat keluarga dengan preeklamsia, khususnya pada ibu atau saudara
perempuan baik wanita hamil maupun pasangannya, kehamilan kembar, kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial, penyakit ginjal, diabetes,
adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaan 1+ pada lebih dari satu pemeriksaan atau 0,3 g24 jam, umur
≥ 40 tahun, obesitas IMT 35, IVF fertilisasi in vivo Bothamley Maureen, 2011.
Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia, meliputi eklamsia, solusio plasenta, gagal ginjal, nekrosis hepar, ruptur hepar, anemia hemolitik
mikroangiopatik, perdarahan otak, edema paru, dan pelepasan retina. Komplikasi janin meliputi: prematuritas, insufisiensi utero-plasental, retardasai
pertumbuhan intrauteri dan kematian janin intrauteri Prawirohardjo, 2008. Pencegahan preeklamsia ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah
terjadinya preeklamsia pada perempuan hamil yang memiliki risiko preeklamsia. Menurut Prawirohadjo 2008, pencegahan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: Pencegahan non medikal, yaitu pencegahan dengan tidak memberikan
obat, cara yang paling sederhana adalah dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen yang mengandung; minyak ikan yang kaya akan asam
Universitas Sumatera Utara
lemak tidak jenuh, missal: omega-3 PUFA, antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll, elemen logam besi: zinc, magnesium, kalium Prawirohardjo, 2008.
Pencegahan dengan medikal, yaitu pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi bahkan memperberat terjadinya hipovolemia.
Pemberian kalsium: 1500-2000 mghari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mghari, magnesium 365 mghari. Obat trombotik yang dianggap dapat
mencegah preeklamsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata 100 mghari atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat antioksidan misalnya vitamin C dan
vitamin E Prawirohardjo, 2008. 2.3.6.4. Eklamsia
Eklamsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului
gangguan neurologis Bobak, 2004. Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan
preeklamsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat grandmal dan mungkin timbul sebelum, selama, atau setelah persalinan.
Namun, kejang yang timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama pada nulipara, dapat dijumpai pada 10 hari postpartum Cunnigham, 2005.
Eklamsia didefinisikan sebagai kejang yang disertai tanda dan gejala preeklamsia. Peningkatan tekanan darah yang drastis, berkurangnya haluaran
urine akibat vasospasme akut, peningkatan proteinuria, sakit kepala, yang biasanya berat, persisten, dan biasanya terletak dibagian frontal, mengantuk
atau konfusi akibat edema serebral, gangguan penglihatan, seperti penglihatan
Universitas Sumatera Utara
kabur atau flashing light akibat edema retina, nyeri epigastrik, yang menunjukan edema hati atau kerusakan fungsi hati, mual dan muntah Fraser
Cooper, 2009. Komplikasi yang terjadi pada eklamsia, meliputi solusio plasenta
abrupsio, trobosis atau perdarahan otak, kematian perinatal 10-30, koagulasi intravascular diseminata, anemia hemolitik mikroangiopatik,
nekrosis korteks ginjal, nekrosis tubular ginjal, gagal hepar dengan nekrosis periportal, ruptur hepatik, gagal jantung, edema paru, dan kematian ibu.
2.3.6.5. Preeklamsia yang Terjadi pada Hipertensi Kronis Semua gangguan hipertensi kronik, apapun penyebabnya, merupakan
predisposisi timbulnya preeklamsia atau eklamsia. Gangguan-gangguan ini dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis dan penatalaksanaan wanita
yang belum pernah diperiksa sampai pertengahan kehamilannya Chunnigham, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pemeliharaan Tekanan Darah