Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

(1)

DAMPAK PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI KEHAMILAN TERHADAP PEMELIHARAAN TEKANAN DARAH IBU HAMIL

DI PUSKESMAS AMPLAS KEC. MEDAN AMPLAS

SKRIPSI

OLEH

SAMSUL BAHRI

131121088

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Judul : Dampak Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi Kehamilan terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

Peneliti : Samsul Bahri

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2014/2015

ABSTRAK

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi madiri. Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada saat pertama kali ibu memeriksakan kehamilannya dalam program AntenatalCare(ANC) yang termasuk didalamnya adalah pemeriksaan tekanan darah. Pemeliharaan tekanan darah dapat dilakukan dengan pemeriksaan kehamilan, mengubah gaya hidup seperti diet dan aktivitas/olahraga untuk mencegah terjadinya hipertensi. Hipertensi adalah kondisi medis yang paling sering mempengaruhi wanita usia subur Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil dan untuk mengetahui perbedaan pemeliharaan tekanan darah saat penilaian pertama dan kedua dengan menggunakan desain Quasi-Experiment yaitu pre-post test with control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 27 sampai 28 minggu berjumlah 24 orang yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol. Tehnik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan (Cl) = 95% (0,648<10<154.397), maka didapatkan OR sebesar 10 dengan Asymp. Sig: 0,099, artinya terdapat 10 kali lebih besar sampelpada kelompok intervensi melakukan pemeliharaan tekanan darah dibandingkan dengan sampelpada kelompok kontrol. Pada perbedaan pemeliharaan tekanan darah didapatkan nilai p value (0,50) pada kelompok intervensi (p > 0.05), sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan nilai p (0,50) yang menunjukkan bahwa (p > 0,50) yang berarti tidak terdapat perbedaan pemeliharaan tekanan darah antara penilaian pertama dan kedua, maka Ha ditolak. Selanjutnya, bagi peneliti berikutnya diharapkan untuk mempertimbangkan waktu penelitian sehingga didapatkan dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Hipertensi Kehamilan, Pemeliharaan Tekanan Darah


(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas”. Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian yang juga salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan USU Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini yakni: 1. Terkhusus kepada kedua orangtua saya yang tercinta, ayahanda Yusrin dan

ibunda Rita Hutagalung. Proposal ini saya persembahkan buat kalian dan segenap keluarga besar saya yang sangat saya sayangikak Yumita, bang Erwin, kak Elin, adik-adik saya Hermansyah, Winda, Selfi, Lisa, Akbar, Fauzi, Mutia dan semua keluarga yang telah memberikan cinta, doa, bimbingan dan motivasi bagi saya. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan kasih sayangNYA kepada kita.

2. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Bapak


(7)

Ikhsanuddin A. Harahap S.Kp, MNS Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku penguji I.

4. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan proposal

5. Siti Saidah Nst, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku penguji II

6. Kepala Puskesmas Amplas dan seluruh staf yang berkerja disana yang telah memberikan izin, saran dan masukan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Buat teman-teman sepermainan dan sahabatku yang tidak bisa aku sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih untuk kalian semua.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kasih sayangNYA bagi semua pihak yang sudah membantu penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Februari 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATAPENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Kesehatan ... 6

2.1.1. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ... 7

2.1.2. Metode Pendidikan Kesehata ... 8

2.2. Tekanan Darah ... 10

2.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 12

2.2.2.Komplikasi ... 13

2.3. hipertensi selama Kehamilan ... 14

2.3.1. Hipertensi ... 14

2.3.2. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi ... 18

2.3.3. Hipertensi Kehamilan ... 19


(9)

2.3.5. Patofisiologi ... 22

2.3.6. Klasifikasi ... 23

2.3.6.1. Hipertensi Kronis ... 23

2.3.6.2. Hipertensi Gestasional ... 25

2.3.6.3. Preeklamsia ... 25

2.3.6.4. Eklamsia ... 29

2.3.6.5. Preeklamsia yang terjadi pada Hipertensi Kronis ... 30

2.4. Pemeliharaan Tekanan Darah ... 31

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 33

3.2. Defenisi Operasional ... 35

3.3. Hipotesa ... 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 36

4.2. Populasi dan Sampel ... 37

4.2.1. Populasi ... 37

4.2.2. Sampel ... 37

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.4. Pertimbangan Etik ... 38

4.5. Instrumen Penelitian ... 38

4.6. Uji Vakiditas dan Reliabilitas ... 39

4.7. Pengumpulan Data ... 39

4.8. Analisa Data ... 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 42

5.2. Pembahasan ... 47


(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 53 6.2. Saran ... 54


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

DAFTAR TABEL

Tebel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ... 19 Tebel 3.1 Definisi Operasional ... 35 Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Responden ... 43 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil

di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas... 44 Tabel 5.3 Hasil Uji Mc Nemar terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah

Ibu Hamil saat Penilaian Pertama Dan Kedua

pada Kelompok Intervensi ... 45 tabel 5.4 Hasil Uji Mc Nemar Terhadap Pemeliharaan Tekana Darah

Ibu Hamil saat Penilaian Pertama Dan Kedua

pada Kelompok Kontrol ... 46 Tabel 5.5 Risiko Relatif Dampak Pendidikan Kesehatan

terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 57

2. Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 58

3. Lampiran 3 Kuesioner Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil ... 59

4. Lampiran 4 Uji Validitas ... 61

5. Lampiran 5 Uji Reliabilitas ... 62

6. Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ... 63

7. Lampiran 7 Materi Penyuluhan ... 65

8. Lampiran 8 Leaflet ... 75

9. Lampiran 9 Tabel Frekuensi ... 76

10. Lampiran 10 Master Tabel ... 84

11. Lampiran 11 Jadwal Penelitian ... 86

12. Lampiran 12 Taksasi Dana Penelitian... 92


(14)

Judul : Dampak Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi Kehamilan terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

Peneliti : Samsul Bahri

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2014/2015

ABSTRAK

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi madiri. Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada saat pertama kali ibu memeriksakan kehamilannya dalam program AntenatalCare(ANC) yang termasuk didalamnya adalah pemeriksaan tekanan darah. Pemeliharaan tekanan darah dapat dilakukan dengan pemeriksaan kehamilan, mengubah gaya hidup seperti diet dan aktivitas/olahraga untuk mencegah terjadinya hipertensi. Hipertensi adalah kondisi medis yang paling sering mempengaruhi wanita usia subur Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil dan untuk mengetahui perbedaan pemeliharaan tekanan darah saat penilaian pertama dan kedua dengan menggunakan desain Quasi-Experiment yaitu pre-post test with control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 27 sampai 28 minggu berjumlah 24 orang yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol. Tehnik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan (Cl) = 95% (0,648<10<154.397), maka didapatkan OR sebesar 10 dengan Asymp. Sig: 0,099, artinya terdapat 10 kali lebih besar sampelpada kelompok intervensi melakukan pemeliharaan tekanan darah dibandingkan dengan sampelpada kelompok kontrol. Pada perbedaan pemeliharaan tekanan darah didapatkan nilai p value (0,50) pada kelompok intervensi (p > 0.05), sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan nilai p (0,50) yang menunjukkan bahwa (p > 0,50) yang berarti tidak terdapat perbedaan pemeliharaan tekanan darah antara penilaian pertama dan kedua, maka Ha ditolak. Selanjutnya, bagi peneliti berikutnya diharapkan untuk mempertimbangkan waktu penelitian sehingga didapatkan dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Hipertensi Kehamilan, Pemeliharaan Tekanan Darah


(15)

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi adalah kondisi medis yang paling sering mempengaruhi wanita usia subur (Bothamley & Maureen, 2011). Hipertensi didiagnosis apa bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan tekana diastolik. Berkembanganya hipertensi selama kehamilan atau dalam 24 jam pertama postpartum pada seorang wanita yang sebelumnya normotensi. Gangguan hipertensi dalam kehamilan, meliputi; hipertensi Kronik, hipertensi transier selama kehamilan, preeklamsia (Cunnigham, 2005).

Hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang yang sering kali muncul selama kaehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 % kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru gagal ginjal akut, dan pengumpulan / pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam Rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu (Prawihardjo, 2009).


(17)

Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya dalam keadaan normal atau memperburuk hipertensi pada wanita yang sebelumnya telah menderita hipertensi. Edema menyeluruh, proteinuria, ataupun keduanya, sering menyertai hipertensi yang diinduksi atau diperberat oleh kehamilan. Kejang-kejang dapat menyertai hipertensi, terutama bila hipertensi tidak dapat ditangani. Hipertensi sebagai penyulit dalam kehamilan sering ditemukan dan merupakan salah satu dari tiga besar, selain peedarahan dan infeksi, yang terus menjadi penyebab utama sebagian besar kematian ibu di Amerika Serikat (Cunnigham, 2005). Hipertensi selama kehamilan merupakan suatu komplikasi serius yang membutuhkan evaluasi saksama (Ben-zion, 1994).

Diperkirakan di dunia setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuanmeninggal setiap harinya atau lebih kurang 500.000 perempuan meninggal setiaptahun karena kehamilan dan persalinan (Sarjito, 2009). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu. Tinggi rendahnya AKI di suatu wilayah dijadikan sebagai indikator yang menggambarkan besarnya masalah kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan dan sumber daya di suatu wilayah (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hasil


(18)

survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millennium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (Haryono 2011).

Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11 %, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan lain – lain 11 % (WHO, 2007). Kematian ini umumnya dapat dicegah bila komplikasi kehamilan tersebut dan resiko tinggi lainnya dapat di deteksi sejak dini, kemudian mendapatkan penanganan yang tepat adekuat pada saat yang paling kritis yaitu pada masa sekitar persalinan. Jadi, dalam hal ini, toksomia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia) menempati urutan kedua penyebab kematian ibu.

Di Sumatera Utara, dilaporkan kasus preeklampsia terjadi sebanyak 3.560 kasus dari 251.449 kehamilan selama tahun 2010, sedangkan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dilaporkan angka kematian ibu penderita preeklampsia tahun 2007- 2008 adalah 3,45%, pada tahun 2008-2009 sebanyak 2,1%, dan pada tahun 2009- 2010 adalah 4,65% (Dinkes Sumut, 2011).

Menurut hasil penelitian Sirait AM (2012), hipertensi lebih banyak ditemukan pada ibu hamil yang berpendidikan rendah. Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan


(19)

mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka, kesehatan orang lain, kemana harus mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya. Kesadaran masyarakat di atas disebut kesadaran/pengetahuan masyarakat tentang kesehatan atau disebut “melek kesehatan” (healtliteracy) (Notoatmodjo, 2003).

Pada survey awal yang dilakaukan penulis di Puskesmas Amplas didapatkan prevalensi ibu hamil yang berisiko tinggi pada tahun 2013 adalah sebanyak 109 orang dan hampir keseluruhan ibu hamil yang berisiko dirujuk ke Rumah Sakit.

Dilatarbelakangi masalah diatas, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil di puskesmas amplas kecamatam Medan Amplas.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil di puskesmas amplas kecamatam Medan Amplas.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil di puskesmas amplas kecamatam Medan Amplas.


(20)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pemeliharaan tekanan darah ibu hamil sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dalam kehamilan. b. Mengetahui gambaran pemeliharaan tekanan darah ibu hamil setelah

dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dalam kehamilan. c. Membandingkan gambaran pemeliharaan tekanan darah ibu hamil

sebelumdan setelah dilakaukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dalam kehamilan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi:

1.4.1.Tenaga Kesehatan

Dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat di puskesmas, sehingga dapat memberikan penyuluhan tentang hipertensi dalam kehamilan.

1.4.2.Peneliti

Dapat menambahkan pengetahuan peneliti tentang hipertensi kehamilan dan pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil.

1.4.3.Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya ibu hamil tentang hipertensi yang terjadi selama kehamilan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi madiri (Suliha, 2002).

Pendidikan kesehatan merupakan bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik (Herawani, 2001).

Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1945) yang dikutip oleh Notoatmojo (1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut menjadi: menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada (Herawani, 2001).

Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan diperinci oleh Wong (1974) yang dikutip Tafal (1984) sebagai berikut: agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan, dan masyarakatnya, agar orang melakukan


(22)

langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit, agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan-perubahan sistem dan cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif, agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan yang formal (Herawani, 2001).

Dari kedua uraian tentang tujuan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Herawani, 2001).

2.1.1.Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, yaitu: dimensi sasaran pendidikan kesehatan, dimensi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan dimensi tingkat pelayanan pendidikan kesehatan (Herawani, 2001).

Dimensi sasaran pendidikan kesehatan yang meliputi, pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok, pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat. Dimensi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan, menurut


(23)

dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya: pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS), pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun Khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien, pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. Dimensi tingkat pelayanan pendidikan kesehatan. Dalam dimensi tingkat pelayana kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels prevention) dari Leavel dan Clark, yaitu: Promosi Kesehatan (HealthPromotion), Perlindunga Khusus (SpesificProtection), Diagnosa Dini dan Pengeobatan Segera (EarlyDiagnosisandPromptTreatment), Pembatasan Cacat (DisabilityLimitation), Rehabilitasi (Rehabilitation) (Herawani, 2001).

2.1.2.Metode Pendidikan Kesehatan

Ada beberapa metode dalam pendidikan kesehatan, yaitu metode pendidikan individual dengan cara bimbingan dan penyuluhan (gauidance and counseling) dan wawancara (interview). Metode pendidikan kelompok; kelompok besar (misal, ceramah dan seminar) dan kelompok kecil (misal diskusi kelompok, curah pendapat/BrainStorming, bola salju/SnowBalling, kelompok kecil-kecil/Buzz Group, memaikanperan/role play, permainan simulasi/Simulation Game) (Maharani, 2011).


(24)

Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada saat pertama kali ibu memeriksakan kehamilannya dalam program AntenatalCare(ANC). Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).

Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut: sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan (Saifuddin, 2005 dalam Siregar 2013). Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali : Trismester I 1 kali, Trismester II 1 kali Trismester III 2 kali. Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas : kunjungan Pertama (K1) Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi. Kunjungan Keempat (K4) Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko


(25)

tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan). Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah : pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan, periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan, periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan, pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan, periksa khusus bila ada keluhan atau masalah.

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T” yaitu: (Timbang) berat badan, ukur (Tekanan) darah, ukur (Tinggi) fundus uteri, pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid), pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular sexual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).

2.2. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan gaya (dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh. Tekanan sistolik: tekanan saat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa darah ke sirkulasi. Tekanan diastolik: tekanan paling rendah yang terjadi di antara dua denyut jantung (Palmer, 2005).

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume laju serta kekentalan (viskositas) darah Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklik. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel


(26)

berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat (Smeltzer, 2002).

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai risiko tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar 100/60 sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer, 2002). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ganong (2003) bahwa tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik diatas tekanan diastolik, misalnya 120/70 mmHg.

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat spygmomanometer (tensimeter) dan stetoskop. Ada tiga tipe dari spygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis spygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik. Spygmomanometer aneroid prinsip penggunaannya yaitu menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara didalamnya. Spygmomanometer elekrtonik merupakan pengukur tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa, tetapi akurasinya juga relatif rendah. Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu: jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan, duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat), memakai baju lengan pendek, kemudian buang air kecil


(27)

dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2004).

2.2.1.Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu: umur, jenis kelamin, suku, dan status sosioekonomi.

Pada sebagian besar populasi di negara barat, TDS cenderung meningkat secara progresif pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140 mmHg (18,7 kPa) pada usia 70-an atau 80-an. TDD juga cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, tetapi dengan laju lebih rendah daripada TDS, dan nilai rata-rata cenderung tetap datar atau turun setelah umur 50-an. Ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi, dan peningkatan sekali-sekali TDS menjadi hal yang biasa dengan bertambahnya umur (Padmawinata, 2001).

Pada usia dini tidak terlihat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah antara pria dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung menunjukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengan baya (Padmawinata, 2001).

Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika


(28)

berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika berkulit putih (Padmawinata, 2001).

Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan aras tinggi tekanan darah dan prevalensi-hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat pada golongan sisioekonomi yang lebih tinggi. Ini barangkali menggambarkan tahap awal epidemis penyakit kardiovaskular (Padmawinata, 2001).

2.2.2.Komplikasi

Jika tekanan darah menjadi lebih tinggi, akan merusak dinding arteri (pembuluh darah). Setelah beberapa tahun, kerusakan ini akan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, perdarahan atau lepasnya retina (bagian belakang mata), dan gagal ginjal (Hart, 2009).


(29)

2.3. Hipertensi selama Kehamilan 2.3.1.Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 120 mmHg (Sharon, 1996). Menurut Sorensen (1996), tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (Hearrison, 1997). Tekanan darah tinggi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter & Perry, 2005).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: faktor genetik, perilaku, mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol, obesitas, mengkonsumsi alkohol, merokok, tingginya asupan garam, kurang olahraga, usia dan Psikis.

Menurut Muhummadun (2010), faktor genetik mempunyai hubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi pada orang-orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita hipertensi. Seseorang dengan orangtua yang menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi (Anindya, 2009). Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi (swebee.com, 2009).


(30)

Faktor perilaku yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah gaya hidup yang kurang baik misalnya:

Jika seseorang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol dapat menyebabkan penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah (Muhummadun, 2010). Penimbunan lemak tersebut akan menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar dan menyempitkan aliran pembuluh darah tersebut (Muhummadun, 2010). Penyempitan dan penyumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat (Muhummadun, 2010).

Semakin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh (Muhummadun, 2010). Ini berarti bahwa volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding pembuluh darah dengan kata lain tekanan darah akan meningkat (Muhummadun, 2010).

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi (Sheps, 2002). Apabila saraf pusat terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula (Muhummadun, 2010). Pada seseorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi (Muhummadun, 2010).

Alkohol juga bisa meningkatkan keasaman darah (Sheps, 2002). Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah


(31)

lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup (Muhummadun, 2010). Akibatnya tekanan darah jadi meningkat. Merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, hal ini disebabkan karena rokok banyak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida (Muhummadun, 2010). Nikotin merangsang sekresi hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdebar-debar, meningkatkan tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah (Muhummadun, 2010).

Mengkonsumsi garam secara berlebihan (5 -15 gram/hari) dapat meningkatkan tekanan darah (Muhummadun, 2010). Pengaruh asupan garam terhadap tekanan darah tinggi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam menarik cairan di luar sel agar tidak keluar (Sheps, 2002). Hal ini menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Penumpukan cairan ini akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Muhummadun, 2010).

Kurang olah raga dan bergerak bias menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat (swebee.com, 2009). Aktifitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah (Sheps, 2002). Aktifitas fisik dapat membuat jantung lebih kuat (Sheps, 2002). Jantung mampu memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha (Sheps, 2002). Makin ringan kerja jantung untuk memompa darah maka makin sedikit pula beban tekanan pada arteri (Muhummadun, 2002).


(32)

Pada usia yang semakin tua, pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah (Muhummadun, 2010). Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Sheps, 2010). Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah (Muhummadun, 2010).

Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang (Muhummadun, 2010). Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar (Asdie, 2000). Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Sehingga tekanan di pembuluh darah meningkat (Muhummadun, 2010).

Faktor psikis, misalnya stress. Pada saat stress seseorang akan merasa cemas dan mudah marah (Muhummadun, 2010). Saat stress tubuh melepaskan hormon catecholamine. Hormon ini berpengaruh terhadap peningkatan resistensi perifer dan pembuluh darah sehingga tekanan darah akan meningkat. Pada saat keadaan stress, saraf simpatis juga merangsang pengeluaran hormon adrenalin (Sheps, 2010). Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Muhummadun, 2010).


(33)

2.3.2.Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi

Pembagian hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat dibedakan berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi (esensial/primer dan sekunder)serta berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik.

Tekanan darah tinggi esensial: tekanan darah tinggi esensial adalah tekanan darah tinggi yang tidak jelas atau belum diketahui pasti penyebabnya (Rusyanuddin, 2006). Tekanan darah tinggi esensial disebut juga tekanan darah tinggi primer atau idiopatik (Setiawati & Bustami, 2005). Lebih dari 90% kasus tekanan darah tinggi termasuk dalam kelompok tekanan darah tinggi esensial (Setiawati & Bustami, 2005). Penyebab tekanan darah tinggi esensial adalah multifaktor, antara lain faktor genetik, faktor perilaku, faktor usia dan faktor psikis (Sobel & Bakris, 2005).

Tekanan darah tinggi skunder: tekanan darah tinggi skunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan penggunaan obat-obatan (Setiawati & Bustami, 2005).

Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan mmHg tekanan darah dibagi menjadi beberapa kategori seperti yang tertera pada tabel 2.1 berikut.


(34)

Tabel 2.1. Kategori Tekanan Darah

Kategori Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal < 130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (berat) 180-209 110-119

Tingkat 4 (sangat berat) 210 atau lebih 120 atau lebih

Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, AS dalam Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995

Sebagian besar penderita tekanan darah tinggi tidak mengalami gejala spesifik yang menunjukkan peningkatan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2006). Jika hipertensinya berat dan tidak segera diobati, maka timbul gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur dan penurunan kesadaran (Ruhyanuddin, 2006).


(35)

2.3.3.Hipertensi Kehamilan

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan sistolik sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Jika tekanan darah ibu pada trimester pertama diketahui, maka angka tersebut dipakai sebagai patokan dasar tekanan darah dasar ibu. Dengan menggunakan informasi ini, definisi alternatif hipertensi merupakan kenaikan nilai sistolik sebesar 30% mmHg atau lebih atau kenaikan tekanan diastolik sebesar 15% mmHgdi atas nilai tekanan dasar ibu. Peningkatan tekanan darah harus terjadi sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dengan jarak empat sampai enam jam (Bobak, 2004).

Hipertensi adalah kondisi medis yang paling sering mempengaruhi wanita usia subur (Bothamley & Maureen, 2011). Hipertensi didiagnosis apa bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan tekana diastolik. Berkembangnya hipertensi selama kehamilan atau dalam 24 jam pertama postpartum pada seorang wanita yang sebelumnya normotensi. Gangguan hipertensi dalam kehamilan, meliputi; hipertensi Kronik, hipertensi transier selama kehamilan, preeklamsia (Cunnigham, 2005). Hipertensi selama kehamilan merupakan suatu komplikasi serius yang membutuhkan evaluasi saksama (Ben-zion, 1994).

Tekanan darah menurun selama separuh waktu pertama kehamilan, turun sampai 10 mmHg. Titik terendah pada pertengahan trimester kedua, normalnya < 75 mmHg diastolik pada akhir trimester kedua. Pada masa akhir


(36)

kehamilan, hampir sama dengan tekanan prepartum, normalnya < 85 mmHg diastolik pada trimester ketiga (Sobel, 1998).

2.3.4.Etiologi

Plasenta biasanya dianggap sebagai penyebab utama gangguan hipertensi pada kehamilan karena setelah kelahiran, penyakit ini berkurang. Pada plasenta normal, plasenta melibatkan invasi desidua oleh sinsitiotrofoblas. Selama awal kehamilan, dinding otot dan endoteliumarterial terkikis dan digantikan oleh trofoblas untuk memberikan lingkungan yang optimal bagi perkembangan blastosis. Fase kedua proses invasi ini terjadi antara gestasi minggu ke-16 dan ke-20 saat trofoblas mengikis myometrium arteri spiral. Pada pre-eklamsia, invasi trofoblastik arteri spiral mengalami hambatan sehingga mengakibatkan penurunan perfusi plasenta, yang akhirnya dapat menyebabkan hipoksia plasenta (Fraser & cooper, 2009).

Plasenta abnormal dan penurunan perfusi plasenta juga dapat terjadi pada kondisi yang berhubungan dengan penyakit mikrovaskuler, misalnya diabetes, hipertensi, dan trombofilia. Hal ini dapat terjadi jika terdapat massa plasenta yang besar seperti pada kehamilan kembar atau penyakit trofoblastik gestasional. Ibu yang menderita penyakit ini berisiko tinggi mengalami pre-eklamsia (Fraser & cooper, 2009).


(37)

2.3.5.Patofisiologi

Kegagalan invasi sel trofoblas untuk memaksimalkan modifikasi arteri spiralis uterus

Penurunan darah uterus Penurunan ekspansi plasma

Iskemia plasenta relatif

Reaksi inflamasi intravaskular umum Disfungsi endothelial

Ginjal

Aliran darah ginjal Kerusakan membran glomerulus

Kehilangan protein

Gg. Ekskresi asam urat & kreatinin Sensitivitas terhadap angiotensin

Komplikasi janin: hambatan pertumbuhan, penurunan cairan amnion, penurunan aliran darah

arteri umbilikalis

Vasokonstriksi arteriola pada organ tubuh mayor

Kardiovaskular

Tekanan darah untuk mengkompensasi Perfusi

Ekspansi volume plasama

Tekanan osmotik koloid rendah_edema

Hematologi

Hematokrit dan Hb Konsumsi trombosit Aktivasi sistem Pembekuan Pembentukan mikrotrombi Hati

Perdarahan, kerusakan iskemia, dan trombosis

Nyeri epigastrik dan muntah Sindrom HELLP

Sistem saraf


(38)

2.3.6.Klasifikasi

Gangguan hipertensi pada kehamilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Awalnya, gangguan hipertensi kehamilan disebut toksemia, tetapi istilah ini kurang tepat karena tidak ada agens tosik atau toksin yang bisa ditemukan (Bobak, 2004). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh National High Blood Pressure Edication Program Working Group onHigh Blood Pressure Pregnancy (2000) menjelaskan tentang lima kategori utama hipertensi selama kehamilan; hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklamsia, eklamsia, dan preeklamsia yang terjadi pada hipertensi kronis (Fraser & Cooper, 2009).

2.3.6.1. Hipertensi Kronis

Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis (Bobak, 2004).

Hipertensi yang diketahui terjadi sebelum kehamilan atau peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg sebelum usia gestasi 20 minggu, dan berlanjut hingga 6 minggu setelah melahirkan (Rraser & Cooper, 2009). Penyakit hipertensi kronik ialah adanya hipertensi yang persisten, oleh berbagai sebab, sebelum kehamilan atau sebelum umur kehamilan 20 minggu, atau melebihi 42 hari postpartum (Ben-zion, 1994).


(39)

Hipertensi kronik diperkirakan memiliki dua kemungkinan penyebab; yang pertama, merupakan masalah jangka panjang, terjadi sebelum kahamilan dimulai, contohnya hipertensi esensisal yang terjadi pada 5% kasus hipertensi pada kehamilan. Yang kedua, dapat terjadi akibat masalah medis yang sudah ada sebelumnya, misalnya: penyakit ginjal, SLE, stenosis aorta, sindrom Cushing, fekromositoma, yang jarang terjadi, tetepi marupakan tumor medulla adrenal yang berbahaya (Fraser & Cooper, 2009).

Hasil perinatal pada hipertensi kronik ringan cukup baik. Namun demikian, morbiditas dan ortalitas perinatal meningkat pada mereka yang menderita hipertensi kronik berat atau yang dipersulit preeklamsi. Komplikasi lain tidak berkaitan dengan kehamilan dan meliputi gagal ginjal dan perdarahan serebral. Pada 1-2% kasus, ensefalopati hipertensif dapat terjadi jika tekanan darah tiba-tiba meningkat hingga lebih dari 250/150 mmHg. Mortilitas maternal akan tinggi jika feokromositoma tidak terobati (Fraser & Cooper, 2009).

Penatalaksanaan hipertensi kronis dapat dibedakan berdasarkan tingkatan hipertensi. Hipertensi kronik ringan, keadaan ini didefinisiskan sebagai tekanan darah sistolik <160 mmHg dan tekanan diastolik<110 mmHg. Ibu yang menderita hipertensi kronik ringan cenderung tidak memerlukan hospitalisasi antenatal dan dapat dirawat di komunitas oleh bidan dan dokter umum. Kondisi ibu harus dipantau dengan cermat untuk mengidentifikasi jika terjadi preeklamsi. Hipertensi kronik berat, tekanan darah sistolik >160 mmHg dan takan darah diastolik >110 mmHg. Idealnya, ibu harus dirawat oleh tim


(40)

obstetrik dan dokter. Ibu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan antenatal dengan sering untuk memantau kondisinya (Fraser & Cooper, 2009).

2.3.6.2. Hipertensi Gestasional

Hipertensi akibat kehamilan/hipertensi gestasional yang didefinisikan sebagai peningkatan takanan darah (TD) pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilan tanpa gambaran lain preeklamsia (Billington, 2009).

Diagnosa hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apa bila tidak terjadi preeklamsi dan tekanan darah telah kembali normal dalam 12 minggu postpartum (Cunnigham, 2005).

wanita dengan hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda yang berkaitan dengan preeklamsi, misalnya; nyeri kepala, nyeri epigastrium, atau trombisitopenia yang mempengaruhi penatalaksanaan (Cunnigham, 2005). 2.3.6.3. Preeklamsia

Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuruia (Bobak, 2004).

Pre-eklamsia adalah sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Merupakan gangguan multisistem dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama kehamilan.


(41)

Milne (2005) menyatakan bahwa preeklamsia biasanya didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Bothamley & Maureen, 2011).

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti. Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap benar-benar mutlak.

Preeklamsia adalah suatu penyakit yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan mengalami preeklamsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit; primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas (Bobak, 2004).

Pada preeklamsia, resistansi vaskular perifer meningkat, menyebabkan tekanan darah meningkat. Curah jantung agak menurun dari input parasimpatik. Preeklamsi menyebabkan peningkatan reaktivitas vaskular terhadap presor, termasuk angiotensin II, dan vasospasme merusak pembuluh darah, yang menyebabkan hipoksia lokal dan subendotelial menyimpan fibrinogen dan trombosit. Hemoragi, nekrosis, dan kerusakan organ-akhir terjadi. Vasokontriksi kerusakan endotelial, pembengkakan dan cadangan fibrin dapat mengurangi kecepatan glomerofiltrasi sebesar 25% dan meningkatkan permeabilitas terhadap protein. Hepar dapat membentuk


(42)

bercak-bercak nekrotik, meningkatkan kadar aspartat aminotransferase (AST) dan alanin aminotrasferase (ALT). Perlemakan hati akut pada kehamilan dapat merupakan manifestasi preeklamsia. Trombositipenia muncul bersama anemia hemolitik, dan koagulasi konsumtif terdapat apda preeklamsia fulminan. Hemoragi serebral, petekie juga hematoma besar terlihat, tetapi oedema serebral jarang terjadi. Gejala SSP eklamsia kemungkinan disebabkan oleh kerusakan sel endotelial bersama agregrasi trombosit dan cadangan fibrin (Constance, 2009).

Volume plasma menurun sekita 9% sebelum hipertensi terdeteksi. Derajat penurunan volume memprediksi keparahan PJT dan hipertensi. Tekanan vena sentral dan tekanan bajikapiler pulmonal tetap tinggi, dan penggantian volume dapat menyebabkan oedema paru. Elektrolit tidak banyak berbeda dari elektrolit pada kehamilan normal(Constance, 2009).

Varian preeklamsia berat yang terjadi pada 20-30% wanita dengan preeklamsia atau eklamsia. Sindrom HELLP (hemolisis. Peningkatan enzim hati, trombosit rendah) ditandai dengan peningkatan enzim hati dan trombositemia. Indikator hipertensi dan ginjal dari preekalmsia dapat tidak ada apda varian ini (Constance, 2009).

Proteinuria merupakan tanda penting preeklamsia, dimana terdapat 300 mg atau lebih protein dalam urine per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) secara pada sampel acak urine. Kombinasi proteinuria dan hipertensi selama kehamilan secara nyata meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas perinatal (Cunnigham, 1995). Kemungkinan tanda dan gejala lain pada


(43)

preeklamsia adalah sakit kepala, nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, muntah, penurunan gerakan janin, ukuran janin kecil tidak sesuai dengan usia kehamilan (Bothamley & Maureen, 2011).

Ada beberapa faktor risiko terjadinya preeklamsia, yaitu primigravida atau > 10 tahun sejak kelahiran terakhir, kehamilan pertama dengan pasangan baru, riwayat keluarga dengan preeklamsia, khususnya pada ibu atau saudara perempuan (baik wanita hamil maupun pasangannya), kehamilan kembar, kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial, penyakit ginjal, diabetes, adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaan (> 1+ pada lebih dari satu pemeriksaan atau > 0,3 g/24 jam), umur ≥ 40 tahun, obesitas (IMT > 35), IVF (fertilisasi in vivo) (Bothamley & Maureen, 2011).

Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia, meliputi eklamsia, solusio plasenta, gagal ginjal, nekrosis hepar, ruptur hepar, anemia hemolitik mikroangiopatik, perdarahan otak, edema paru, dan pelepasan retina. Komplikasi janin meliputi: prematuritas, insufisiensi utero-plasental, retardasai pertumbuhan intrauteri dan kematian janin intrauteri (Prawirohardjo, 2008).

Pencegahan preeklamsia ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah terjadinya preeklamsia pada perempuan hamil yang memiliki risiko preeklamsia. Menurut Prawirohadjo (2008), pencegahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

Pencegahan non medikal, yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling sederhana adalah dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen yang mengandung; minyak ikan yang kaya akan asam


(44)

lemak tidak jenuh, missal: omega-3 PUFA, antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll, elemen logam besi: zinc, magnesium, kalium (Prawirohardjo, 2008).

Pencegahan dengan medikal, yaitu pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi bahkan memperberat terjadinya hipovolemia. Pemberian kalsium: 1500-2000 mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap dapat mencegah preeklamsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata <100 mg/hari atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat antioksidan misalnya vitamin C dan vitamin E (Prawirohardjo, 2008).

2.3.6.4. Eklamsia

Eklamsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis (Bobak, 2004).

Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeklamsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat grandmal dan mungkin timbul sebelum, selama, atau setelah persalinan. Namun, kejang yang timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama pada nulipara, dapat dijumpai pada 10 hari postpartum (Cunnigham, 2005).

Eklamsia didefinisikan sebagai kejang yang disertai tanda dan gejala preeklamsia. Peningkatan tekanan darah yang drastis, berkurangnya haluaran urine akibat vasospasme akut, peningkatan proteinuria, sakit kepala, yang biasanya berat, persisten, dan biasanya terletak dibagian frontal, mengantuk atau konfusi akibat edema serebral, gangguan penglihatan, seperti penglihatan


(45)

kabur atau flashing light akibat edema retina, nyeri epigastrik, yang menunjukan edema hati atau kerusakan fungsi hati, mual dan muntah (Fraser & Cooper, 2009).

Komplikasi yang terjadi pada eklamsia, meliputi solusio plasenta (abrupsio), trobosis atau perdarahan otak, kematian perinatal (10-30%), koagulasi intravascular diseminata, anemia hemolitik mikroangiopatik, nekrosis korteks ginjal, nekrosis tubular ginjal, gagal hepar dengan nekrosis periportal, ruptur hepatik, gagal jantung, edema paru, dan kematian ibu.

2.3.6.5. Preeklamsia yang Terjadi pada Hipertensi Kronis

Semua gangguan hipertensi kronik, apapun penyebabnya, merupakan predisposisi timbulnya preeklamsia atau eklamsia. Gangguan-gangguan ini dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis dan penatalaksanaan wanita yang belum pernah diperiksa sampai pertengahan kehamilannya (Chunnigham, 2005).


(46)

2.4. Pemeliharaan Tekanan Darah

Pemeliharaan tekanan darah dapat dilakukan dengan cara menngubah gaya hidup seperti diet. Makanan sehat adalah hal yang penting, terutama saat hamil. Seorang wanita hamil harus memastikan untuk selalu mengasup kalori dari makanan-makanan bergizi agar dapat menunjangpertumbuhan dan perkembangan bayi.Pada sebagian besar wanita yang sedang hamil tidak selalu mendapatkan 1.000 mg kalsium harian yang disarankan. Kebutuhan kalsium yangtinggi, untuk pembentukan tulang dan organ lain janin. Bila terjadi kekurangan kalsium, kalsium bumil akan dikuras untuk memenuhi kebutuhan sehingga terjadi pengeluaran kalsium dari jaringan otot. Kekurangan kalsium yang terlalu lama, menyebabkan dikeluarkannya kalsium jaringan otot sehingga menimbulkan lemahnya kontraksi otot jantung dan menurunkan stroke volume, aliran darah akan menurun. kekurangan kalsium akan menimbulkan kontraksi pada otot pembuluh darah dimana terjadi vasokontriksi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Manuaba, 2001).

Pemeliharaan tekanan darah juga dapat dilakukan dengan aktivitas atau olahraga. Olahraga bagi wanita hamil harus dilakukan hati-hati sesuai anjuran dokter maupun pakar olahraga. Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secarafisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Jenis olah tubuh yang paling sesuaiuntuk ibu hamil adalah senam hamil, disesuaikan dengan banyaknya perubahan fisik seperti padaorgan genital, perut kian membesar dan lain-lain. Dengan mengikuti senam hamil


(47)

secara teraturdan intensif, ibu hamil dapat menjaga kesehatan tubuh dan janin yang dikandung secara optimal.

Olahraga secara umum memberi banyak manfaat bagi wanita hamil, diantaranya adalah menjaga kelancaran kerja jantung dan peredaran darah, dengan berolahraga, sirkulasi darah dalam tubuh berjalan lancar. Hal ini mengakibatkan tubuhbisa lebih efisien “memompa” oksigen untuk memenuhi kebutuhan janin. Selain itu, sirkulasidarah yang lancar akan mencegah terjadinya varises (pelebaran pembuluh darah).

Melalui pendidikan kesehatan, diharapkan masyarakat memiliki dasar pemikiran tentang kondisinya, mengerti pencegahan kenaikan tekanan darah, melakukan deteksi dan penanganan hipertensi yang sudah nyata, serta melakukan tindakan pencegahan untuk mengendalikan hipertensi seperti pencegahan secara umum dan mengubah gaya hidup (Padmawinata, 2001).


(48)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangkan konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil. Pemeliharaan tekanan darah merupakan upaya yang dilakukan oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya penyakit hipertensi selama kehamilan.

Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi responden diberikan test awal (pre test) untuk menilai perilaku atau upaya ibu hamil dalam memelihara tekanan darah selama kehamilan yang berupa kuesioner. Kemudian setelah dilakukan pendidikan kesehatan, responden akan dinilai kembali tentang perilaku atau upaya yang dilakukan untuk dalam memelihara tekanan darah selama kehamilan (post test).

Hasil yang diharapkan terjadi perubahan perilaku atau upaya yang dilakukan ibu hamil terhadap pemeliharaan tekanan darah selama kehamilan.


(49)

Skema 1. Kerangka konsep penelitian

Kondisi awal

( )

Intervensi

Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi

Kehamilan Pemeliharaan Tekanan

Darah Ibu hamil : pemeriksaan TD (ANC), Diet, Aktivitas/Olahraga

- Terpelihara - Tidak terpelihara

Kondisi setelah intervensi

Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu hamil : pemeriksaan TD (ANC), Diet, Aktivitas/Olahraga

- Terpelihara - Tidak terpelihara


(50)

3.2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pemelih

araan tekanaa n darah Upaya yang dilakukan ibu hamil dalam mencegah terjadinya kenaikan tekanan darah selama kehamilan dengan: - Melakukan pemeriksaan TD:

- Pengaturan diet: - Beraktivitas/ber

olahraga

kuesioner Membandingkan hasil kuesioner pre test dan post

test tentang

pemeliharaan tekanan darah ibu hamil yang meliputi pemeriksaan tekanan darah (ANC), pengaturan diet, beraktifitas/berola hraga - Terpelihara - Tidak terpelihara Nominal 3.3. Hipotesa

Pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan berdampak terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil.


(51)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini meggunakan desain penelitian Quasi-Experiment yaitu pre-post test with control group design. Kelompok subjek dilakukan observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi. Desain penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil.

Desain ini menggunakan dua kelompok yaitu Kelompok intervensi (KI) dan Kelompok Kontrol (KK), kedua kelompok akan diberikan pretest (O1). Kelompok intervensi (KI) akan diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan (I) sedang Kelompok Kontrol (KK) tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan. Postest (O2

Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

) diberikan kepada kedua kelompok setelah usia kehamilan 30 minggu.

Subjek Pre test Intervensi Post test

KI O1 I O2


(52)

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Amplas. Berdasarkan data awal yang didapatkan peneliti pada tanggal 13 Mei 2014 jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Amplas sebanyak 50 orang.

4.2.2. Sampel

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah usia kehamilan. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian). Berdasarkan kriteria inklusi diatas, maka peneliti menetapkan sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang usia kehamilan 27 sampai dengan 28 minggu dengan pertimbangan pada rentang usia kehamilan tersebut ibu melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) minimal 2 kali dan disamping itu hipertensi kehamilan terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu sehingga dapat diketahui ada tidaknya dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hami. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 orang terdiri dari 12 orang kelompok intervensi dan 12 orang kelompok kontrol.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Amplas jalan Garu II B, kecamatan Medan Amplas pada bulan Desember 2014. Lokasi ini dipilih


(53)

karena merupakan salah satu wilayah binaan PBL Fakultas Keperawatan Univesitas.

4.4. Pertimbangan Etik

Pertimbangan penelitian ini dilakukan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden. Sebelum pelaksanaan penelitian responden diberikan penjelasan mengenai manfaat penelitian dan tujuan penelitian, selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini. Kemudian responden membaca serta memahami isi dari surat persetujuan, setelah itu responden diminta menandatangani surat persetujuan terlebih dahulu sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Responden yang terlibat dalam penelitian bersifat sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Penelitian ini merahasiakan identitas pribadi responden serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari responden. Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4.5. Instrumen Penelitian

Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian (Sugiyono, 2006). Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner pilihan. Kuesioner mengenai data demografi terdiri dari : umur, HPHT, status obstetri, usia kehamilan, pendidikan dan pekerjaan. Hal ini disesuaikan dengan defenisi operasional penelitian agar mempermudah peneliti dalam melakukan pengolahan data.


(54)

4.6. Tes Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner tentang pemeliharaan tekanan darah ibu hamil disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjuan pustaka. Oleh karena itu penting dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritongah, 1997). Dalam penelitian digunakan uji validitas isi yang mana uji validitas ini terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pakar yang paham tentang pemeliharaan tekanan darah selama kehamilan yaitu kepada bagian maternitas. Nilai dari hasil uji validitas instrumen penelitian ini dengan menggunakan tabel CVI adalah 0,94.

Untuk uji reliabilitas digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi. Uji reliabilitas dilakukan terhadap seluruh responden penelitian di wilayah Kerja Puskesmas Amplas yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian peneliti menilai responnya (Azwar, 1993). Uji reliabilitas ini menggunakan KR-21 karena memiliki instrumen dengan jumlah pertannyaan genap. Nilai dari hasil uji reliabilitas instrumen penelitian ini adalah 0,94.

4.7. Pengumpulan Data

Ada beberapa langkah-langkah dalam proses pengumpulan data penelitian ini yaitu : mendapat surat permohonan izin pelaksanaan penelitian


(55)

dari instansi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mengajukan permohonan penelitian kepada dinas kesehatan kota Medan, mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada kepala Puskesmas Amplas, dengan dibantu oleh kader yang ada di wilayah kerja Puskesmas Amplas peneliti mengumpulkan ibu hamil yang sesuai dengan kriteria inklusi sebagai responden, kemudian peneliti memperkenalkan diri menjelaskan tujuan penelitian, meminta ibu hamil agar bersedian menjadi responden secara sukarela dan apabila responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (InformedConsent). Responden dalam penelitian ini berjumlah 24 orang yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan pada kelompok intervensi terlebih dahulu seluruh responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner pre pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan dengan cara memberi tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut responden benar dan sesuai. Setelah itu responden dibagi kedalam dua kelompok dimana kelompok intervensi yang terdiri dari 12 orang diberikan pendidikan kesehatan pada hari yang sama dengan menggunakan media flipcard dan leaflet dan kelompok kontrol yang terdiri dari 12 orang hanya diberikan leaflet tentang hipertensi kehamilan. Setelah tiga minggu atau pada usia kehamilan ibu ± 30 minggu, seluruh responden diminta lagi untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner post pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan dengan cara


(56)

memberi tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut responden benar dan sesuai.

4.8. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil pengisisan kuesioner responden dan hasil kuesioner tentang pemeliharaan tekanan darah .

Untuk melihat perbedaan kepatuhan ibu dalam melakukan pemeliharaan tekanan darah digunakan uji statistik Mc Nemar.

Odds Ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sehingga didapatkan nilai p value. Pada penelitian ini.


(57)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas.

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan selama kurang lebih 3 minggu, yaitu mulai tanggal 8 Desember 2014 sampai tanggal 29 Desember 2014 di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas. Penelitian ini melibatkan 24 orang responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 12 orang responden kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan dan 12 orang responden yang lain adalah kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan.

Berikut ini dipaparkan karakteristik demografi responden, pemeliharan tekanan darah pre dan post pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan, pemeliharaan tekanan darah pre dan post pada kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan, dan perbedaan pemeliharaan tekanan darah antara kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan dengan kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan.


(58)

5.1.1.Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 27-28 minggu di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas. Mayoritas responden yang mendapatkan pendidikan kesehatan berumur 21-35 tahun sebanyak (83.3%), berdasarkan status obstetri, lebih dari setengah responden pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan adalah multigravida (75 %) sedangkan pada kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan adalah multigravida (75%). Hampir setengah dari kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan berpendidikan SMA (41,7%) dengan pekerjaan ibu rumah tangga (75%) sedangkan pada kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan lebih dari setengah responden berpendidikan SMA (38,3%) dengan pekerjaan ibu rumah tangga (83,3%). Karakteeristik demografi responden dapat dilihat dari tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik Demografi Kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan

Kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan

f % f %

1. Usia

< 20 tahun 2 16.7 % 3 25 %

21-35 tahun 10 83.3 % 9 75 %

>35 tahun 0 0 % 0 0 %

2. Status obstetri

primigravida 3 25 % 4 33.3 %

multigravida 9 75 % 8 66.7 %

3. Usia kehamilan

27 minggu 8 66.7 % 3 25 %


(59)

4. Pendidikan

SMP 4 33.3 % 3 25 %

SMA 5 41.7 % 7 58.3 %

Perguruan Tinggi 3 25 % 2 16.7 %

5. Pekerjaan

IRT 9 75 % 10 83.3 %

Pegawai/wiraswasta 3 25 % 2 16.7 %

5.1.2.Dampak Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi Kehamilan terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwah responden di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas menunjukkan pemeliharaan tekanan darah untuk kelompok intervensi pada penilaian pertama yang termasuk kategori terpelihara sebanyak 50% dan penilaian kedua yang termasuk kategori terpelihara sebanyak 66,7%. Sedangkan pada kelompok kontrol pada penilaian pertama yang termasuk kategori terpelihara sebanyak 41,7 % dan penilaian kedua yang termasuk kategori terpelihara sebanyak 25%. Pemeliharaan tekanan darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol penilaian pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil saat Penilaian Pertama dan Keduapada Kelompok Intervensi dan Kontrol (n = 24)

Kelompok Pemeliharaan Tekanan Darah Total

Terpelihara Tidak terpelihara

f % f %

Intervensi

Pertama 6 50 % 6 50 % 100 %

Kedua 8 66,7 % 4 33,3 % 100 %

Kontrol

Pertama 5 41,7 % 7 58,3 % 100 %


(60)

5.1.3.Perbedaan Pemeliharaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi Kehamilan

Uji Mc Nemar digunakan untuk mengetahui perbedaan pemeliharaan tekanan darah pada penilaian pertama dan kedua. Dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil saat penilaian pertema dan keduapada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Hasil Uji Mc Nemar terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu

Hamil Penilaian Pertama dan Kedua pada Kelompok Intervensi di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas (n = 12)

Setelah pendidikan kesehatan

p Terpelihara Tidak terpelihara Sebelum pendidikan kesehatan

Terpelihara 6 0

0,50

Tidak terpelihara 2 4

Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pemeliharaan tekanan darah antara penilaian pertama dan kedua pada kelompok intervensi dimana p value (0,50). Data ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemeliharaan tekanan darah antara penilaian pertema dan kedua pada kelompok intervensi ( p > 0,05).

Perbedaan pemeliharaan tekanan darah penilaian pertama dan kedua pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.


(61)

Tabel 5.4 Hasil Uji Mc Nemar terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu

Hamil saat Penilaian Pertama dan Kedua pada Kelompok Kontrol di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas (n = 12)

Penilaian Kedua

p Terpelihara Tidak terpelihara Penilaian Pertama

Terpelihara 3 2

0,50

Tidak terpelihara 0 7

Perbedaan pemeliharaan tekanan darah penilaian pertama dan kedua pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pemeliharaan tekanan darah dimana p value (0,50). Data ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemeliharaan tekanan darah antara penilaian pertema dan kedua pada kelompok kontrol ( p > 0,05).

Kekuatan hubungan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darai ibu hamil terlihat dari nilai Odds Ratio (OR) pada tingkat kepercayaan (Cl) = 95% (0,648<10<154.397), maka didapatkan OR sebesar 10 dengan Asymp. Sig: 0,099, hal ini menunjukkan bahwa terdapat 10 kali lebih besar melakukan pemeliharaan tekanan darah pada responden yang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan. Hasil uji statistik dengan Odds Ratio (OR) dapat dilihat pada tebel 5.5 berikut.


(62)

Tabel 5.5 Risiko Relatif Dampak Pendidikan Kesehatan terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas

Value Lower Upper Asymp. sig Odds Ratio kelompok

(intervensi/kontrol ) 10 0,648 154.397 0,099

5.2. Pembahasan

5.2.1.Dampak Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi Kehamilan terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil

Penelitian ini mencari dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil. Dari hasil penelitian didapatkan kelompok intervensi yang termasuk dalam kategori terpelihara sebelum pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan sebanyak 6 orang (50%) dan setelah pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan sebanyak 8 orang (66,7%), sedangkan pada kelompok kontrol yang termasuk dalam kategori terpelihara pada penilaian pertama sebanyak 5 orang (41,7%) dan penilaian kedua sebanyak 3 orang (25%). Hasil uji statistik Mc Nemar menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pemeliharaan tekanan darah antar penilaian pertama dan kedua kelompok intervensi dan kontrol dimana nilai (p> 0,05). Berdasarkan Odds Ratio didapatkan nilai estimasi sebesar 10 dengan Asymp. Sig: 0,099 yang menunjukkan bahwa kelompok intervensi 10 kali lebih besar melakukan pemeliharaan tekanan darah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Pemeliharaan tekanan darah dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah (ANC). Menurut Henderson (2006), kunjungan antenatal care adalah kontak ibu


(63)

hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Amplas mayoritas kelompok intervensi berumur 21-35 tahun sebanyak 10 orang (83.3%), dan kelompok kontrol sebanyak 9 orang (75%). Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki usia yang ideal untuk hamil dan mempunyai anak. Usia hamil pertama yang ideal bagi seorang wanita adalah 20 tahun, sebab pada usia tersebut rahim wanita sudah siap menerima kehamilan (Manuaba, 2005). Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan karena ibu merasa berada rentang usia yang masih belum memasuki kehamilan risiko tinggi sehigga tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan dan pemantauan tekanan darah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Amiruddin (2005) di Puskesmas Ulaweng Jawa Timur yang menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok risiko tinggi, salah satunya usia di atas 35 tahun. Status obstetri kelompok intervensi mayoritas multigravida sebanyak (75%), dan kelompok kontrol adalah multigravida sebanyak (66,7%). Pada ibu multigravida menurut Bobak (2004) ada kecenderungan wanita yang sudah pernah melahirkan kurang menganggap penting melakukan pemeriksaan kehamilan. Depkes (2008) juga menyatakan hal yang sama bahwa ibu yang sudah pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang pemeriksaan kehamilan, dari pengalaman yang terdahulu tersebut kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya sehingga ibu paritas tinggi lebih cenderung untuk tidak melakukan pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Naibaho (2013) yang menyatakan bahwa


(64)

responden yang melakukan pemeriksaan kehamilan < 4 kali kunjungan adalah multigravida. Mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak (75 %) pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan, dan sebanyak (38.3%) pada kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan. Status pendidikan seseorang akan mepengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan (Neilsen, 2001). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Simanjuntak (2000) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu terhadap kunjungan pemeriksaan kesehatan. Demikian juga hasil penelitian Wardhani dan Lusiana (2007) yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ritonga (2013) di Desa Tanjung Rejo yang menyatakan bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan berpendidikan rendah 22 orang sebanyak (95,7%). Pekerjaan juga dapat memberikan distribusi terhadap perilaku ibu dalam melakukan pemeliharaan tekanan darah selama hamil. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini lebih dari setengah responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak (75 %) pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan yang berdampak pada penghasilan keluarga. Status sosial ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi pemeliharaan tekanan darah berupa kunjungan ke klinik atau pemeriksaan kehamilan. Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan berkurangnya alokasi dana bagi ibu hamil untuk memperoleh layanan kesehatan (Wiludjeng, 2002 dalam Suprapto, 2005). Oleh karena itu kelompok yang miskin mempunyai resiko yang


(65)

lebih besar untuk mengalami risiko tinggi kehamilan dibandingkan dengan kelompok yang mampu (Royston & Amstrong, 1994 dalam Hutapea, 2007).

Pemeliharaan tekanan darah juga dapat dilakukan denngan cara mengubah gaya hidup seperti diet. Makanan sehat adalah hal yang penting terutama saat hamil. Kebutuhan kalsium yang tinggi, untuk pembentukan tulang dan organ lain janin. Bila terjadi kekurangan kalsium, kalsium bumil akan dikuras untuk memenuhi kebutuhan sehingga terjadi pengeluaran kalsium dari jaringan otot, kekurangan kalsium akan menimbulkan kontraksi pada otot pembuluh darah dimana terjadi vasokontriksi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Manuaba, 2001). Faktor tidak langsung yang mempegaruhi nutrisi ibu selama hamil adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif, dan berkesinambungan. Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan nutrisi ibu baik maka diharapkan status nutrisi ibu juga baik. Hampir setengah dari responden dalam penelitian berpendidikan SMA (41,7%) pada kelompok intervensi dan (38,3%) pada kelompok kontrol. Hal ini sejalan dengan penelitian Budiani (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan status nutrisi ibu hamil. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan baik belum tentu memiliki status gizi yang baik. Hal ini disebabkan karena pendidikan tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal saja tetapi bisa juga diperoleh dari pendidikan informal, contohnya pendidikan informal dapat diperoleh dari perkumpulan ibu-ibu, posyandu, atau mengikuti penyuluhan yang berhubungan dengan perbaikan gizi.


(66)

Selain dari pendidikan informal, pendidikan dapat pula didapatkan dari media lain, seperti majalah, koran, televisi, radio, dan sebagainya, sehingga dapat menambah pengetahuan ibu hamil.

Pada masa kehamilan, sehat merupakan dambaan setiap wanita yang sedang hamil. Selain makanan, olah raga merupakan salah satu cara untuk memperoleh keadaan sehat tersebut. Namun, masih banyak wanita hamil yang takut untuk berolah raga, mereka khawatir olah raga bisa menyebabkan gangguan pada kehamilan. Pada umumnya, olah raga aman dilakukan saat hamil. Beberapa olah raga yang dianjurkan atau diperbolehkan pada masa kehamilan yaitu aerobik, jalan jalan, berenang, senam air, menari, bersepeda statis, dan yoga. Setiap wanita hamil mempunyai karakteristik yang berbeda beda sehingga olah raga yang dipilih harus disesuaikan dengan keadaan si ibu hamil (Yudik, 2009). U.S. Department of Health and Human Services (2008), menganjurkan kepada wanita hamil melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang (moderate-intensity physical activity) sangat bermanfaat karena melakukan aktivitas fisik ini akan meningkatkan kesehatan kardiorespiratori dan mengurangi terjadinya komplikasi seperti hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia).

Hasil penelitian didapatkan karakteristik responden berpendidikan SMA (41,7%) pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol lebih dari setengah responden berpendidikan SMA (38,3%). Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan, semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang


(67)

menyebabkan rendahnya minat ibu hamil untuk melakukan senam hamil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nur Aini dan Kartika Sari di BPS Ar Rahman Semarang (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil terhadap kepatuhan ibu dalam pelaksanaan senam hamil.

5.3. Keterbarasan dan Kelemahan Penelitian

Kelemahan pada penelitian ini adalah keterbatasan waktu penelitian, dimana rentang waktu yang digunakan antara penilaian pertama dan kedua terlalu singkat sehingga dimungkinkan ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan (tekanan darah) karena belum memasuki jadwal pemeriksaat kehamilan ulang. Kelemahan ini menyebabkan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan tidak berdampak terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil.


(68)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Gambaran pemeliharaan tekanan darah kelompok intervensi pada penilaian pertama yang termasuk kategori terpelihara sebanyak 50% dan penilaian kedua yang termasuk kategori terpelihara sebanyak 66,7%. Sedangkan pada kelompok kontrol, pada penilaian pertama yang termasuk kategori terpelihara sebanyak 41,7% dan penilaian kedua yang termasuk kategori terpelihara sebanyak 25%.

Uji Mc Nemar digunakan untuk mengetahui perbedaan pemeliharaan tekanan darah pada penilaian pertama dan kedua. Hasil uji Mc Nemar menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pemeliharaan tekanan darah antara penilaian pertama dan kedua pada kelompok intervensi dimana p value (0,50). Data ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemeliharaan tekanan darah antara penilaian pertema dan kedua pada kelompok intervensi ( p > 0,05). Perbedaan pemeliharaan tekanan darah penilaian pertama dan kedua pada kelompok kontrol juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pemeliharaan tekanan darah dimana p value (0,50). Data ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemeliharaan tekanan darah antara penilaian pertema dan kedua pada kelompok kontrol ( p > 0,05). Dari hasil uji statistik Mc Nemar, dapat disimpulkan bahwa tidak ada dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan erhdapa pemeliharaan tekanan darah ibu hamil.


(69)

Berdasarkan hasil Odds Ratio (OR) terhadap pemeliharaan tekanan darah pada tingkat kepercayaan (Cl) = 95% (0.648<10<154.397), maka didapatkan OR sebesar 10 dengan Asymp. Sig: 0,099, artinya terdapat 10 kali lebih besar responden yang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan melakukan pemeliharaan tekanan darah dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan.

6.2. Saran

Kelemahan pada penelitian ini adalah keterbatasan waktu penelitian, dimana rentang waktu yang digunakan antara penilaian pertama dan kedua terlalu singkat sehingga dimungkinkan ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan (tekanan darah) karena belum memasuki jadwal pemeriksaat kehamilan ulang. Kelemahan ini menyebabkan pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan tidak berdampak terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil. Diharapkan bagi peneliti berikutnya supaya mempertimbangkan waktu penelitian sehingga didapatkan dampak pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadapa pemeliharaan tekanan darah ibu hamil.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

AM, Sirait. (2012). Prevalensi Hipertensi Pada Kehamilan Di Indonesia Dan Berbagai Faktor Yang Berhubungan. Riset Kesehatan Dasar 2007

Billington, Mary dan Mandy Stevenson. (2009). Buku Saku Bidan Kegawatan Dalam Kehamilan-Persalinan. Jakarta: EGC

Bobak, Irene M, dkk. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC

Bothamley, Judy dan Maureen Boyle. (2011). Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC

Cunningham, F. Gary, dkk. (2005). Obstetri Williams. Volume 1. Edisi 21. Jakarta: EGC

Cunningham, F. Gary, dkk. (1995). ObstetriWilliams. Edisi 18. Jakarta: EGC

Dekker, dr. E. (1996). Hidup Dengan Tekanan Darah Tinggi. Amsterdam: Excerpta Medica

Dahlan, M. Sopiyudin. (2008). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

E, Aritonga. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan. Repository.usu.ac.id

Fraser, Diane M dan Margaret A. Cooper. (2009). Buku Ajar Bidan Myles Textbook For Midwives. Edisi 14. Jakarta: EGC

Hart, Julian T. (2009). Tanya Jawab Seputar Tekanan Darah Tinggi. Edisi 2. Jakarta: Arcan

Herawani, dkk. (2001). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC Nursalam dan Ferry Efendi. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi: Laporan Komisi Pakar WHO. Bandung: ITB

Palmer, Dr. Anna. (2005). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga

Potter, Patricia A dan Anne Griffing Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC


(71)

Sheps. (2002). Mayo Clinic Hipertensi, Mengantasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Intisari Mediatama

Sinclair, Constance. (2009). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Sobel, Barry J. dan George L. B. (1998). Hipertensi: Pedoman Diagnosis & Terapi. Jakarta: Hipokrates

Sugiyono. (2006). Statistik Ilmu Penelitian. Bandung: Alfabeta

Staff. (2009). Olahraga-bagi-wanita-hamil. Diunduh pada tanggal 2 Juni 2014. http//.www.olahraga pada ibu hamil.html.

Taber, Ben-zion. (1994). Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Townsend, Raymond R. (2010). 100 Tanya-Jawab Mengenai Tekanan Darah Tinggi (hipertensi). Jakarta: Indeks

Wahyuni, Arlinda S. (2007). Statistik Kedokteran: Disertai Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Bamboedoea Communication


(1)

(2)

(3)

LEMBAR BUKTI BIMBINGAN

Nama : Samsul Bahri

Nim : 131121088

Judul : Dampak Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi Kehamilan terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

Pembimbing : Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed

No Tanggal Materi Bimbingan Komentar/Saran Tanda Tangan Pembimbing

1. 20 Agustus 2014

BAB I, BAB II, BAB III, dan BAB IV

Perbaiki proposal BAB I, II,III dan IV

2. 2 September 2014

BAB I, BAB II, BAB III, dan BAB IV

Perbaiki BAB I, III, IV

3. 16 September 2014 Uji validitas instrumen penelitian Perbaiki kalimat pertanyaan pada kuesioner

4. 24 November 2014

Uji reliabilitas instrumen penelitian 5. 2 Desember

2014

BAB V Perbaiki BAB V

6. 16 Desember 2014

BAB V Perbaiki BAB V

7. 5 Januari 2015

BAB V dan IV Perbaiki BAB V dan IV


(4)

8. 14 Januari 2015

BAB V dan VI Perbaiki BAB IV

9. 19 Januari 2015

BAB VI, Lampiran dan Abstrak

Perbaiki Lampiran dan Abstrak

10. 04 Februari 2015

BAB I, II, III, IV, V, VI, Abstrak, Lampiran


(5)

Lampiran 12

TAKSASI DANA PENELITIAN

1. PROPOSAL

 Biaya rental dan print proposal Rp. 150.000

 Biaya internet Rp. 30.000

 Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

 Fotocopy sumber tinjauan kepustakaan Rp. 50.000

 Biaya transportasi Rp. 100.000

 Biaya sidang skripsi Rp. 250.000

2. PENGUMPULAN DATA

 Transportasi Rp. 100.000

 Fotocopy kuesioner Rp. 50.000

 Surat izin dari Dinkes dan Puskesmas Rp. 100.000

3. Intervensi  Median pendkes

 Leaflet Rp. 50.000

 Flipcard Rp. 20.000 +

Rp. 950.000


(6)

Lampiran 13 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Samsul Bahri

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Natal, 12 September 1990

Agama : Islam

Alamat lengkap : Jl. Jamin Ginting, Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan

1997– 2003 : SDN 142715 Natal

2003– 2006 : MTs. Natal Panggautan (Plus) Natal 2006 – 2009 : MAN Natal

2010 – 2013 : D III Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013 – 2016 : Sarjana Keperawatan Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

4 145 167

Hubungan Tingkat Kebisingan Perusahaan Percetakan Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas Tahun 2012

5 82 91

Jurnal kesehatan (Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Kehamilan Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil) | Makalah Dan Jurnal Gratis 2

0 0 8

Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 0 5

Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 0 27

Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas Chapter III VI

0 0 22

Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 0 2

Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 0 38

Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 0 13

Dampak Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

0 0 2