Hubungan Tingkat Kebisingan Perusahaan Percetakan Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas Tahun 2012

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN PERUSAHAAN PERCETAKAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT

LINGKUNGAN I PENGILAR X KELURAHAN AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2012 SKRIPSI

Oleh : NIM. 081000098

RIAMA HERMAULINA BR SIMANJUNTAK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN PERUSAHAAN PERCETAKAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT

LINGKUNGAN I PENGILAR X KELURAHAN AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2012

SKRIPSI

DITUJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh :

RIAMA H SIMANJUNTAK NIM: 081000098

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN PERUSAHAAN PERCETAKAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT

LINGKUNGAN I PENGILAR X KELURAHAN AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: NIM: 081000098

Riama H Simanjuntak

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 April 2012

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji Penguji I dr. Taufik Ashar, MKM

NIP. 19780331 200312 1 001 NIP. 19681101 199303 2 005 Ir. Indra Chahaya S, MSi

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, Mkes Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. 19650109 199403 2 002

Medan, April 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang banyak terjadi di daerah pemukiman yang bersebelahan dengan pabrik. Keterpaparan kebisingan dapat mengganggu kesehatan masyarakat, antara lain tekanan darah, peningkatan denyut nadi, hilangnya pendengaran, stress, gangguan tidur, dan gangguan komunikasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kebisingan perusahaan percetakan dengan tekanan darah masyarakat lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional.

Populasi penelitian ini adalah semua ibu rumah tangga. Sampel sebanyak 84 responden yang dibagi atas 2 kelompok yaitu responden yang terpapar dan responden yang tidak terpapar kebisingan. Pengambilan data menggunakan kuesioner serta dilakukan pengukuran intensitas kebisingan, pengukuran tekanan darah. Analisis data menggunakan uji independent sample test, uji korelasi pearson dan uji regresi linear sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat kebisingan (p=0,0001, R=0,678), jarak rumah dari sumber bising (p=0,0001, R=0, 549) dan lama tinggal (p=0,024, R=0,246) dengan tekanan darah sistolik. Ada hubungan tingkat kebisingan (p=0,0001, R=0,501), jarak rumah dari sumber bising (p=0,0001, R=392), lama tinggal (p=0,007, R=293). Ada perbedaan tingkat kebisingan perusahaan percetakan (p=0,0001) dengan tekanan darah sistolik. Ada perbedaan tingkat kebisingan perusahaan percetakan (p=0,001) dengan tekanan darah diastolik.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan tingkat kebisingan perusahaan percetakan dengan tekanan darah masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas. Peneliti menyarankan agar pihak perusahaan percetakan menanam pohon di sekitar pabrik agar suara mesin perusahaan tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi penduduk di sekitarnya.


(5)

ABSTRACT

Noise is one of the many environmental health problems in residential areas adjacent to the factory. Noise exposure can impair public health, including blood pressure, increased pulse rate, hearing loss, stress, sleep disorders, and communication disorders

The purpose of this study was to determine the noise level relationships printing company with blood pressurein in the environmental 1 pengilar X Amplas village Medan Amplas sub-district. This was a cros sectional analytic approach.

.

The population were all housewife. The sample were 84 of respondents were divided into 2 groups of respondents exposed noise and respondents not exposed noise. Data collection includes interviews using a questionnaire, measurement of the intensity of noise, measurement of blood. Analysis of test data using independent sample test, pearson correlation test and simple linear regression test.

The results showed that there is a noise level (p = 0.0001, R = 0.678), distance of home from noise sources (p = 0.0001, R = 0, 549) and length of stay (p = 0.024, R = 0.246) with systolic blood pressure. There is a noise level of relationship (p = 0.0001, R = 0.501), distance of home from noise sources (p = 0.0001, R = 392), length of stay (p = 0.007, R = 293). There is a difference in noise level printing company (p = 0.0001) with systolic blood pressure. There is a difference in noise level printing company (p = 0.001) with diastolic blood pressure.

The study concluded that there is a printing company with a noise level of the blood pressure Environment I Pengilar X Amplas village Medan Amplas sub-district. Researchers suggested that the printing company to plant trees around the plant so that the engine companies do not cause health problems for nearby residents. For people who have hypertension that go to the local health services.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riama Hermaulina Br Simanjuntak Tempat/Tanggal Lahir : Sei Daun / 31 Januari 1989

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 1 dari 2 Bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Turi Amplas Gg. Gereja HKI, Medan.

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1996 – 1999 : SD Negeri No 117476 Torgamba Kabupaten Labuhan Batu 2. Tahun 1999 – 2002 : SD Negeri No 060939 Medan

3. Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri 15 Medan 4. Tahun 2005 – 2008 : SMA Negeri 2 Medan 5. Tahun 2008 – 2012 : FKM USU Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan judul :”HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN PERUSAHAAN PERCETAKAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT LINGKUNGAN I PENGILAR X KELURAHAN AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SP.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Evi Naria, Mkes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dosen pengiji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM, dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran Bapak dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan.


(8)

5. Ibu Ir. Indra Chahaya, Msi, dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran Ibu dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Ibu Lita Sri Andayani, SKM. MKes, dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Ardiansyah Siregar, selaku Lurah di Kelurahan Amplas yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kelurahan Amplas.

9. Bapak L. Saragih, selaku Kepala Lingkungan I Kelurahan Amplas yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas.

10.Kepada Orang tua Tercinta, ayahanda (R. Simanjuntak) dan Ibunda (N br. Simamora), saudara saya terkasih (Rulinawati br. Simanjuntak) yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

11.K’Dian Afriyanti, selaku Sekretaris Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis. 12.Abang Beda Christian Sitepu, Abang Wardy Marpaung dan K’Artiti , K’Ester,

K’ Rafika Pangaribuan yang telah banyak membantu penulis.

13.Sahabat – sahabat (Merlyn Sinaga, Nursiani Gultom, Ririn Gultom, Sara Pakpahan, Berta Kartina Sianipar) yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis


(9)

14.Sahabat – sahabat, di peminatan Kesling Stambuk 2008 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat.

15.Staf perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

16.Pada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Medan, April 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan` ... i

Abstrak ... ii

Abstrac ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1.Tujuan Umum ... 5

1.3.2.Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Bunyi ... 7

2.2. Anatomi Dan Fisiologi Alat Pendengaran ... 7

2.2.1. Alat Pendengaran Manusia ... 7

2.2.2. Mekanisme Mendengar ... 9

2.3. Kebisingan ... 10

2.4. Jenis – Jenis Kebisingan ... 11

2.5. Sumber Kebisingan ... 12

2.6. Baku Mutu Tingkat Kebisingan ... 12

2.7. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan ... 14

2.8. Tekanan Darah ... 16

2.8.1. Pengaturan Tekanan Darah ... 17

2.8.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 19

2.9. Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah ... 24

2.10. Kerangka Konsep ... 28

2.11. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2. Waktu Penelitian ... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1. Populasi Penelitian ... 29


(11)

3.4. Cara Pengumpulan Data ... 32

3.4.1. Data Primer ... 32

3.4.2. Data Sekunder ... 33

3.5. Cara Kerja Penelitian ... 33

3.5.1. Cara Kerja Sound Level Meter ... 33

3.5.2. Prosedur mengukur tekanan darah ... 33

3.5.3. Prosedur Pengukuran Berat Badan ... 35

3.5.4. Prosedur Pengukuran Tinggi Badan ... 35

3.6. Defenisi Operasional ... 36

3.7. Aspek Pengukuran ... 37

3.8. Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 39

4.1.1. Kelurahan Amplas ... 39

4.1.2. Lingkungan I Kelurahan Amplas ... 39

4.2. Karakteristik Responden ... 40

4.3. Tingkat Kebisingan di Lingkungan I Pengilar X ... 42

4.4. Tekanan Darah ... 43

4.5. Jarak Rumah Dari Sumber Bising ... 45

4.6. Keluhan Kesehatan ... 46

4.7. Perbedaan Tingkat Kebisingan Dengan Tekanan Darah Sistolik ... 48

4.8. Perbedaan Tingkat Kebisingan Dengan Tekanan Darah Diastolik ... 49

4.9. Hubungan Tingkat Kebisingan Dengan Tekanan Darah Sistolik ... 50

4.10. Hubungan Tingkat Kebisinganr Dengan Tekanan Darah Diastolik .... 51

4.11. Hubungan Umur Dengan Tekanan Darah Sistolik ... 53

4.7. Hubungan Umur Dengan Tekanan Darah Diastolik ... 54

4.8. Hubungan Jarak Rumah Dengan Tekanan Darah Sistolik ... 55

4.9. Hubungan Jarak Rumah Dengan Tekanan Darah Diastolik ... 56

4.10. Hubungan Lama Tinggal Dengan Tekanan Darah Sistolik ... 58

4.12. Hubungan Lama Tinggal Dengan Tekanan Darah Diastolik ... 59

4.13. Hubungan Berat Badan Ideal Dengan Tekanan Darah Sistolik .. 61

4.14. Hubungan Berat Badan Ideal Dengan Tekanan Darah Diastolik 62 BAB V PEMBAHASAN ... 63

5.1. Tingkat Kebisingan ... 63

5.2. Tekanan Darah ... 63

5.3. Perbedaan Tingkat Kebisingan Dengan Tekanan Darah ... 64

5.4. Hubungan Tingkat Kebisingan Dengan Tekanan Darah ... 65

5.5. Hubungan Umur Dengan Tekanan Darah ... 65

5.5. Hubungan Jarak Rumah Dengan Tekanan Darah ... 66

5.6. Hubungan Lama Tinggal Dengan Tekanan Darah ... 67


(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 68 6.1. Kesimpulan ... 68 6.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1. Baku Mutu Kebisingan ... 12 Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas Kebisingan ... 13 Tabel 2.3. Kriteria gangguan komunikasi di dalam ruangan ... 15 Tabel 2.4. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa ≥ 18 Tahun Menurut

JNC 7 ... 17 Tabel 4.1. Karakteristik Umur dan Lama Tinggal Responden di

Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan

Medan Amplas ... 41 Tabel 4.2. Karakteristik Pendidikan dan Berat Badan Ideal

Responden di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan

Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 42 Tabel 4.3. Tingkat Kebisingan Perusahaan Percetakan Pada

Ligkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan

Medan Amplas ... 43 Tabel 4.4. Tekanan Darah Responden di Lingkungan I Pengilar X

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 43 Tabel 4.5. Jarak Rumah Responden dari Sumber Bising di

Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan

Medan Amplas ... 45 Tabel 4.6. Keluhan Kesehatan Responden di Lingkungan I Pengilar

X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 46 Tabel 4.7. Lama Keluhan Kesehatan Responden di Lingkungan

Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan

Amplas ... 47 Tabel 4.8. Tingkat Kebisingan Dengan Tekanan Darah Sistolik Pada

Responden di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan


(14)

Tabel 4.9. Tingkat Kebisingan Dengan Tekanan Darah Diastolik

Pada Responden... 49 Tabel 4.10. Tingkat Kebisingan dan Tekanan Darah Sistolik di

Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan

Medan Amplas ... 50 Tabel 4.11. Korelasi Pearson Variabel Tingkat Kebisingan dan

Tekanan Darah Sistolik Di Lingkungan I Pengilar X

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 50 Tabel 4.12. Hasil Analisis Linear Sederhana Tingkat Kebisingan

Dengan Tekanan Darah Sistolik ... 50 Tabel 4.13. Tingkat Kebisingan dan Tekanan Darah Diastolik di

Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan

Medan Amplas ... 51 Tabel 4.14. Korelasi Pearson Variabel Tingkat Kebisingan dan

Tekanan Darah Sistolik Di Lingkungan I Pengilar X

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 51 Tabel 4.15. Hasil Analisis Linear Sederhana Tingkat Kebisingan

Dengan Tekanan Darah Sistolik ... 52 Tabel 4.16. Distribusi Responden dan Tekanan Darah Sistolik di

Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan

Medan Amplas ... 53 Tabel 4.17. Korelasi Pearson Variabel Umur Responden dan Tekanan

Darah Sistolik Di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan

Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 53 Tabel 4.18. Distribusi Responden dan Tekanan Darah Diastolik di

Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan

Medan Amplas ... 54 Tabel 4.19. Korelasi Pearson Variabel Umur Responden dan Tekanan

Darah Diastolik di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan

Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 54 Tabel 4.20. Jarak Rumah dari Sumber Bising dan Tekanan Darah

Sistolik di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas


(15)

Tabel 4.21. Korelasi Pearson Variabel Jarak Rumah Responden dan Tekanan Darah Sistolik di Lingkungan I Pengilar X

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 55 Tabel 4.22. Hasil Analisis Linear Sederhana Jarak Rumah Dengan

Tekanan Darah Sistolik ... 55 Tabel 4.23. Jarak Rumah dari Sumber Bising dan Tekanan Darah

Diastolik di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas

Kecamatan Medan Amplas ... 56 Tabel 4.24. Korelasi Pearson Variabel Jarak Rumah Responden dan

Tekanan Darah Diastolik di Lingkungan I Pengilar X

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Ampla ... 57 Tabel 4.25. Hasil Analisis Linear Sederhana Jarak Rumah Dengan

Tekanan Darah Diastolik ... 57 Tabel 4.26. Lama Tinggal Responden dan Tekanan Darah Sistolik di

Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan

Medan Amplas ... 58 Tabel 4.27. Korelasi Pearson Variabel Lama Tinggal Responden dan

Tekanan Darah Sistolik di Lingkungan I Pengilar X

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 58 Tabel 4.28. Hasil Analisis Linear Sederhana Lama Tinggal Dengan

Tekanan Darah Sistolik ... 58 Tabel 4.29. Lama Tinggal Responden dan Tekanan Darah Diastolik

di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas

Kecamatan Medan Amplas ... 59 Tabel 4.30. Korelasi Pearson Variabel Lama Tinggal Responden dan

Tekanan Darah Diastolik di Lingkungan I Pengilar X

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 60 Tabel 4.31. Hasil Analisis Linear Sederhana Lama Tinggal Dengan

Tekanan Darah Diastolik ... 60 Tabel 4.32. Berat Badan Ideal Responden dan Tekanan Darah

Sistolik di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas


(16)

Tabel 4.33. Korelasi Pearson Variabel Berat Badan Ideal Responden dan Tekanan Darah Sistolik di Lingkungan I Pengilar X

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas ... 61 Tabel 4.34. Berat Badan Ideal Responden dan Tekanan Darah

Diastolik di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas

Kecamatan Medan Amplas ... 62 Tabel 4.35. Korelasi Pearson Variabel Berat Badan Ideal Responden

dan Tekanan Darah Diastolik di Lingkungan I Pengilar X


(17)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner penelitian

Lampiran 2. Master data

Lampiran 3. Analisis data penelitian

Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk mengadakan penelitian di Kelurahan Amplas

Lampiran 5. Surat izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk mengadakan penelitian di Lingkungan I Kelurahan Amplas Lampiran 6. Surat izin penelitian dari Kelurahan Amplas

Lampiran 7. Surat izin telah selesai melakukan penelitian dari Kelurahan Amplas

Lampiran 8 Surat izin peminjaman alat Lampiran 9. Gambar penelitian di lapangan


(18)

ABSTRAK

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang banyak terjadi di daerah pemukiman yang bersebelahan dengan pabrik. Keterpaparan kebisingan dapat mengganggu kesehatan masyarakat, antara lain tekanan darah, peningkatan denyut nadi, hilangnya pendengaran, stress, gangguan tidur, dan gangguan komunikasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kebisingan perusahaan percetakan dengan tekanan darah masyarakat lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional.

Populasi penelitian ini adalah semua ibu rumah tangga. Sampel sebanyak 84 responden yang dibagi atas 2 kelompok yaitu responden yang terpapar dan responden yang tidak terpapar kebisingan. Pengambilan data menggunakan kuesioner serta dilakukan pengukuran intensitas kebisingan, pengukuran tekanan darah. Analisis data menggunakan uji independent sample test, uji korelasi pearson dan uji regresi linear sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat kebisingan (p=0,0001, R=0,678), jarak rumah dari sumber bising (p=0,0001, R=0, 549) dan lama tinggal (p=0,024, R=0,246) dengan tekanan darah sistolik. Ada hubungan tingkat kebisingan (p=0,0001, R=0,501), jarak rumah dari sumber bising (p=0,0001, R=392), lama tinggal (p=0,007, R=293). Ada perbedaan tingkat kebisingan perusahaan percetakan (p=0,0001) dengan tekanan darah sistolik. Ada perbedaan tingkat kebisingan perusahaan percetakan (p=0,001) dengan tekanan darah diastolik.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan tingkat kebisingan perusahaan percetakan dengan tekanan darah masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas. Peneliti menyarankan agar pihak perusahaan percetakan menanam pohon di sekitar pabrik agar suara mesin perusahaan tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi penduduk di sekitarnya.


(19)

ABSTRACT

Noise is one of the many environmental health problems in residential areas adjacent to the factory. Noise exposure can impair public health, including blood pressure, increased pulse rate, hearing loss, stress, sleep disorders, and communication disorders

The purpose of this study was to determine the noise level relationships printing company with blood pressurein in the environmental 1 pengilar X Amplas village Medan Amplas sub-district. This was a cros sectional analytic approach.

.

The population were all housewife. The sample were 84 of respondents were divided into 2 groups of respondents exposed noise and respondents not exposed noise. Data collection includes interviews using a questionnaire, measurement of the intensity of noise, measurement of blood. Analysis of test data using independent sample test, pearson correlation test and simple linear regression test.

The results showed that there is a noise level (p = 0.0001, R = 0.678), distance of home from noise sources (p = 0.0001, R = 0, 549) and length of stay (p = 0.024, R = 0.246) with systolic blood pressure. There is a noise level of relationship (p = 0.0001, R = 0.501), distance of home from noise sources (p = 0.0001, R = 392), length of stay (p = 0.007, R = 293). There is a difference in noise level printing company (p = 0.0001) with systolic blood pressure. There is a difference in noise level printing company (p = 0.001) with diastolic blood pressure.

The study concluded that there is a printing company with a noise level of the blood pressure Environment I Pengilar X Amplas village Medan Amplas sub-district. Researchers suggested that the printing company to plant trees around the plant so that the engine companies do not cause health problems for nearby residents. For people who have hypertension that go to the local health services.


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan permukiman yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: kebisingan yang melebihi ambang batas ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kebisingan merupakan masalah yang hampir selalu dijumpai di semua tempat, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyaman lingkungan atau yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Efek kebisingan dengan intensitas tinggi terhadap pendengaran berupa ketulian syaraf telah banyak ditemukan, kebisingan selain memberikan efek terhadap pendengaran juga dapat menimbulkan efek bukan pada pendengaran dan efek ini bisa terjadi walaupun intensitas kebisingan tidak terlalu tinggi (Haryono, 2009).

Saat ini, kebisingan merupakan salah satu penyebab ‘penyakit lingkungan‘ yang penting (Slamet, 2006). Kebisingan mempunyai efek merugikan pada masyarakat terutama masyarakat yang berlokasi di sekitar daerah industri atau perusahaan. Intensitas kebisingan dari perusahaan ke masyarakat harus ditinjau dari berbagai faktor, yaitu : perbandingan kebisingan akibat perusahaan terhadap


(21)

kebisingan yang semula ada di masyarakat bersangkutan, dengan penyesuaian – penyesuaian atas dasar jenis instalasi penyebab kebisingan, keadaan masyarakat (kota atau desa), waktunya terjadi kebisingan (siang atau malam) dan musimnya (Suma’mur, 2009).

Kemajuan industri dan teknologi antara lain ditandai dengan pemakaian mesin – mesin yang dapat mengolah dan memproduksi bahan dan barang yang dibutuhkan oleh manusia secara cepat. Untuk membantu mobilitas manusia dalam melaksanakan tugasnya digunakanlah alat – alat transportasi bermesin, baik udara, laut mapun darat. Selain daripada itu, untuk mencukupi segala sarana dan prasarana, digunakan pula peralatan bermesin untuk keperluan membangun kontruksi fisik.

Kebisingan merupakan salah satu faktor penting dalam penyebab stress dalam kehidupan dunia modern, sumber kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, tempat – tempat umum dan niaga. Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pengaruhnya berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan denyut jantung. Apabila kondisi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang lama, akan muncul reaksi psikologis berupa penurunan konsentrasi dan kelelahan (Chandra, 2006).

Dampak kebisingan di suatu daerah besar pengaruhnya bagi kesehatan dan kenyamanan hidup masyarakat, hewan ternak maupun satwa liar dan gangguan terhadap ekosistem alam. Bagi kesehatan manusia, kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada sistem pendengaran dan pencernaan, stress, sakit kepala, peningkatan tekanan darah serta dapat menurunkan prestasi kerja (Gunarwan, 1992).


(22)

Menurut penelitian yang dilakukan Ikron (2005) bahwa anak sekolah dasar yang menerima kebisingan lalu lintas jalan > 61,8 dB A dalam lingkungan sekolah berisiko 10,9 kali mengalami gangguan kesehatan psikologis dibanding dengan anak sekolah dasar yang menerima kebisingan lalu lintas jalan ≤ 61,8 dB A secara bersama-sama dengan variabel jarak dan variabel lama pajanan.

Para peneliti Lund University Hospital di Swedia menganalisis data dari hampir 28.000 orang yang ditanyai mengenai pengaturan tempat tinggal orang di Scania, satu provinsi di Swedia Selatan. Mereka mendapati bahwa orang yang masih muda dan berusia setengah baya yang tinggal di rumah yang terpapar terhadap suara berisik lalu-lintas di atas 60 desibel lebih mungkin untuk terserang tekanan darah tinggi, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan stroke dan penyakit pembuluh darah dan jantung (Widjosono, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kebisingan kereta api terhadap tekanan darah pada masyarakat yang tinggal di sekitar kereta api di dapat bahwa adanya peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum kereta api lewat dan sesudah kereta api lewat. Perubahan tekanan darah sistolik yang dialami masyarakat menunjukkan bahwa 18 orang (62,1%) dari total responden yang bertempat tinggal di daerah dengan tingkat kebisingan melebihi NAB, dan hanya 2 orang (9,5 %) dari total responden yang bertempat tinggal di daerah dengan tingkat kebisingannya sesuai NAB yang mengalami perubahan tekanan darah. Perubahan tekanan darah diastolik yang dialami masyarakat menunjukkan bahwa 12 orang (41,4%) dari total responden yang bertempat tinggal di daerah dengan tingkat kebisingan yang tidak sesuai NAB,


(23)

dan hanya 2 orang (9,5%) dari total responden yang tingkat kebisingannya sesuai NAB yang mengalami perubahan tekanan darah (Rusli, 2008).

Suryani (2003) melaporkan kebisingan berkisar 77 – 88 dB A dapat meningkatkan tekanan darah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Terminal Umbulharjo. Menurut pendapat Suryani (2003) yang mengutip hasil studi yang dilakukan oleh Robert Koch Institusi di Jerman menemukan bahwa orang yang tinggal di lingkungan dengan rata – rata tingkat kebisingan sebesar 55 dB A atau lebih, memiliki resiko dua kali lebih besar untuk dirawat karena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan dengan rata – rata tingkat kebisingan malam hari sebesar 50 dB A.

Sumber kebisingan di Lingkungan I Pengilar X berasal dari suara mesin genset perusahaan percetakan yang beroperasi setiap hari kecuali hari minggu. Hasil survei peneliti di sekitar perusahaan percetakan diperoleh bahwa 85,6 dB A yang diukur di ruang kamar tidur masyarakat, di ruang keluarga diperoleh 85,4 dB A, di dapur diperoleh 80,3 dan di halaman rumah masyarakat di peroleh 75, 4 dB A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan bahwa daerah perumahan memiliki tingkat kebisingan berkisar 45 dB A – 55 dB A. Ini menunjukkan bahwa kebisingan yang terjadi di Lingkungan I Pengilar X tidak sesuai Nilai Ambang Batas (NAB).

Ada keluhan masyarakar Lingkungan Pengilar X akibat suara mesin perusahaan percetakan yang berisik, kadang sulit tidur dan meningkatkan emosi dan stress. Jika terjadi pemadaman listrik suara mesin perusahaan percetakan akan terdengar lebih keras dan menimbulkan gangguan komunikasi diantara keluarga yang


(24)

tinggal terutama keluarga yang rumahnya paling dekat dengan perusahaan percetakan. Selain itu kebisingan diduga menimbulkan gangguan emosional yang dapat meningkatkan tekanan darah (Harrington dan Gill, 2005). Hal ini yang mendasari peneliti mengukur tingkat kebisingan terhadap tekanan darah pada Masyarakat Lingkungan I Pengilar X.

1.2. Perumusan Masalah

Jarak lokasi mesin perusahaan percetakan dengan pemukiman penduduk berdekatan. Dinding rumah penduduk bersebelahan dengan pembatas dinding perusahaan percetakan. Suara bising mesin terdengar ke rumah warga. Suara bising tersebut mengganggu pada malam hari. Inilah yang menjadi dasar peneliti mengetahui hubungan tingkat kebisingan perusahaan percetakan dengan tekanan darah pada masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kebisingan dengan tekanan darah pada masyarakat yang tinggal di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat (usia, pendidikan, lama tinggal, berat badan ideal) yang tinggal di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.


(25)

2. Untuk mengetahui tingkat kebisingan di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

3. Untuk mengetahui tekanan darah masyarakat yang tinggal di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

4. Untuk mengetahui jarak rumah dengan perusahaan percetakan di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

5. Untuk mengetahui keluhan kesehatan masyarakat yang tinggal di lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

6. Untuk mengetahui hubungan tingkat kebisingan perusahaan dengan tekanan darah pada masyarakat yang tinggal di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan Percetakan sebagai masukan untuk mengetahui resiko kebisingan yang terjadi pada masyarakat di sekitar perusahaan agar dapat mengurangi resiko dampak kebisingan yang ditimbulkan terhadap kesehatan masyarakat.

2. Bagi Masyarakat untuk memberikan informasi mengenai kebisingan dan mengetahui resiko kesehatan yang ditimbulkan akibat kebisingan.

3. Bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang berkaitan dengan kebisingan dan dampak kebisingan bagi kesehatan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunyi

Bunyi atau suara didefenisikan sebagai serangkaian gelombang yang merambat dari suara sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga tekanan udara (Gabriel, 1996). Defenisi lain, suara adalah sensasi yang dihasilkan yang dihasilkan ketika getaran longitudinal dari molekul – molekul dari lingkungan luar tubuh, di mana terjadi perubahan yaitu kompresi dan peregangan molekul suara yang bergantian, ini menimbulkan fluktuasi di dalam tekanan udara (atmosphersic pressure) secara berulang – ulang disebut gelombang suara (sound wave) dan akan dirambat ke segala arah, kemudian mencapai gendang pendengaran (membrane tympani). Perubahan pada gerakan ini merupakan perubahan tekanan pada membran timpani telinga kita maka membran ini akan bergetar sebagai jawaban pada fluktuasi tekanan udara tersebut. Getaran ini akan sampai di otak dan diinterpretasikan sebagai suara (Ganong, 1995). Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh gendang telinga dan disalurkan ke otak (Harrington dan Gill, 2005). 2.2. Anatomi Dan Fisiologi Alat Pendengaran

2.2.1. Alat Pendengaran Manusia

Alat pendengaran pada manusia berupa telinga. Telinga merupakan organ pendengaran dan juga memainkan peran penting dalam mempertahankan keseimbangan. Bagian-bagian yang berperan dalam pendengaran yaitu : (Watson, 2002).


(27)

a. Telinga Bagian Luar

Terdiri dari daun telinga, liang atau kanal telinga sampai membrane tympani. Daun telinga berfungsi sebagai pengumpal energi bunyi dan di konsentras pada membrane tympani (Tambunan, 2005). Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membrane timpany bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula sebaliknya (Buchari, 2007).

b. Telinga Bagian Tengah

Telinga bagian tengah merupakan ruang kecil dalam tulang temporal, dipisahkan oleh membran timpani dari telinga bagian luar, dinding selanjutnya dibentuk oleh dinding bagian lateral telinga dalam (Watson, 2002). Mulai dari membrane tympani sampai tube eustachius, yang terdiri dari tiga buah tulang pendengaran (osicles) yaitu tulang malleus, Incus, stapes (Tambunan, 2005). Martil landasan sanggurdi atau stapes yang berfungsi memperbesar getaran dari membrane timpany dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea (Buchari, 2007).

c. Telinga Bagian Dalam

Telinga dalam berada di belakang tulang tengkorak kepala terdiri dari cochlea (rumah siput) dan oval window (tingkat oval). Cochlea berbentuk spiral (seperti rumah siput) dengan isi cairan di dalamnya (Tambunan, 2005), terdapat membran basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran (Buchari, 2007). Organ corti mengandung lebih dari 20.000 sel sensor, terletak pada membran basiler, sejumlah rambut halus terletak pada ujung sel sensor


(28)

tersebut dan berhadapan dengan membran tektorial, dan serat-seratnya bergabung bersama sel-sel rambut untuk tersambung/membentuk saraf pendengaran. Jika suara sampai pada telinga luar maka akan diteruskan ke gendang yang akan mengentarkan dan menggerakkan tulang pendengaran. Tulang tapes melekat pada oval window dan cairan pada saluran membran yang diubah menjadi gerakan gelombang, dan berbalik kemudian merangsang organ corti (Tambunan, 2005).

2.2.2. Mekanisme Mendengar

Suara dari lingkungan akan diterima daun telinga dan liang telinga yang merupakan bagian telinga luar. Semua bunyi yang mencapai telinga kita sebenarnya merupakan tenaga suatu gelombang suara. Selanjutnya gelombang suara akan menggetarkan gendang telinga (membrane tympani) yang merupakan selaput tipis dan transparan. Selanjutnya getaran-getaran tersebut mulai sampai ke telinga tengah yang berisi tulang-tulang pendengaran. Tulang tersebut antara lain tulang-tulang malleus, incus dan stapes. Sebagian tulang malleus melekat pada sisi dalam gendang telinga dan akan bergetar bila membran tympani bergetar. Tulang stapes berhubugan dengan selaput oval window (tingkat oval) yaitu telinga bagian dalam. Karena ketiga tulang pendengaran saling bersendi satu sama lain maka akan menjembatani getaran dari gendang telinga, memperkeras dan menyampaikan ke telinga dalam (Watson, 2002).

Cochlea termasuk telinga dalam berisi cairan elektrolik yang mempunyai struktur pipa dengan dua setengah lingkaran yang mirip rumah siput. Pergerakan tulang-tulang pendengaran akan menggetarkan selaput oval window yang menyebabkan aliran cairan cochlea. Aliran tersebut akan menggerakkan sel-sel


(29)

rambut yang halus yang melekat pada saluran cochlea, pada saat inilah terjadi perubahan gelombang suara menjadi gelombang listrik. Potensial listrik yang timbul akan diteruskan ke otak untuk diolah/diterjemahkan melalui saraf pendengaran. Peristiwa gelombang suara menjadi potensial listrik pada saraf melalui tulang-tulang pendengaran ini dinamakan sebagai gejala sensasi bunyi atau bone conductio. Proses terjadinya getaran pada gendang telinga dan kemudian sampai pada tulang pendengaran dinamakan air conduction, sehingga gelombang yang datang dari telinga luar sampai ke telinga dalam berlangsung secara borne conduction (Watson, 2002).

2.3. Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kep-48 MENLH, 1996). Pengertian di atas terlihat bahwa kebisingan terjadi bila ada bunyi di lingkungan. Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu frekwensi dan intensitas. Dalam hal ini, frekwensi merupakan jumlah getaran yang sampai di telinga setiap detiknya, sedangkan intensitas merupakan besarnya arus energi yang diterima oleh telinga manusia. Perbedaaan frekwensi dan intensitas bunyi menyebabkan adanya jenis – jenis kebisingan yang memiliki karakteristik yang berbeda (Mulia, 2005). Berdasarkan Permenkes No 718 Tahun 1987, kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan (Mukono, 2006).


(30)

2.4. Jenis – Jenis Kebisingan

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising di bagi dalam 3 kategori : (Gabriel, 1996). :

1. Audible noise (bising pendengaran)

Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi 31,5 – 8000 Hz 2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan)

Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin tik. 3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif)

Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam tembakan bedil.

Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis: (Gabriel, 1996):

A.1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya bising karena mesin, kipas angin.

2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas.

3. Bising terputus – putus (intermittent), misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara.

B. 1. Bising sehari penuh (full time noise) 2. Bising setengah hari (part time noise) C. 1. Bising terus menerus (steady noise)


(31)

2.5. Sumber Kebisingan

Sumber bising utama dalam pengendalian bising lingkungan diklasifikasikan dalam kelompok :

a. Bising interior, berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga, mesin gudang dan aktifitas di dalam ruangan atau gedung.

b. Bising luar, bising yang dikategorikan berasal dari aktifitas diluar ruangan seperti transportasi udara, termasuk bus, mobil, sepeda motor, transportasi air, kereta api dan pesawat terbang dan bising yang berasal dari industri (Doelle, 1993).

2.6. Baku Mutu Tingkat Kebisingan

Tabel 2.1. Baku Mutu Kebisingan

Zona kawasan / Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan dB (A) a. Peruntukan kawasan

1. Perumahan dan pemukiman 55 2. Perdagangan dan jasa 70 3. Perkantoran dan perdagangan 65 4. Ruang terbuka hijau 50

5. Industri 70

6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60

7. Rekreasi 70

8. Khusus:

- Bandar udara

- Stasium kereta api 60 - Pelabuhan laut 70 - Cagar budaya

b. Lingkungan kegiatan

1. Rumah sakit atau sejenisnya 55 2. Sekolah atau sejenisnya 55 3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55 Sumber: Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996


(32)

Peraturan Menteri Kesehatn No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona: (Mukono, 2006) :

Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 – 45 dB.

Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Tingkat kebisingan berkisar 45 – 55 dB.

Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar. Tingkat kebisingan sekitar 50 – 60 dB.

Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan sekitar 60 – 70 dB.

Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Sumber : Menteri Tenaga Kerja, 1999

Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dB (A)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136


(33)

2.7. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan

Dampak kebisingan terhadap kesehatan adalah sebagai berikut: (Prabu, 2006): a. Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus – putus atau yang datangnya tiba – tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, kontruksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak napas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ dan keseimbangan elektrolit. Melalui makanisme hormonal adrenalin, yang dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, kejengkelan, kecemasan, ketakutan dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stress, kelelahan.

c. Gangguan komunikasi

Kebisingan bisa mengganggu komunikasi yang sedang berlangsung (tatap muka / via telepon). Tingkat kenyaringan suara yang dapat mengganggu percakapan diperhatikan dengan seksama karena suara yang mengganggu komunikasi tergantung


(34)

konteks suasana. Kriteria gangguan komunikasi yang terjadi pada ruangan (Sasongko, 2000)

Tabel 2.3. Kriteria gangguan komunikasi di dalam ruangan

No Jenis ruangan untuk keperluan Tingkat kebisingan (dBA) 1 Pertunjukan musik, opera 21-31

2 Auditorium besar, Pertunjukan drama (kondisi mendengar yang baik)

≤ 30 3 Studio rekaman, TV, broadcast ≤ 34 4 Auditorium kecil, konferensi ≤ 42 5 Rumah sakit, kamar tidur, pemukiman, hotel,

apartemen

34 – 47 6 Kantor, rapat, kuliah, perpustakaan 38 – 47 7 Ruang tamu dan sejenisnya untuk percakapan

atau mendengar TV/radio

38 – 47 8 Toko, kafetarian, restoran 42 – 52 9 Lobi, laboratorium, ruang gambar teknik 47 – 56 10 Ruang reparasi, dapur, penatu 52 – 61 11 Bengkel, ruang control pembangkit listrik 55 - 61 Sumber : Sasongko, 2000

d. Gangguan tidur

Kualitas tidur seseorang dapat dibagi menjadi beberapa tahap mulai dari keadaan terjaga sampai tidur terlelap. Kebisingan bisa menyebabkan gangguan dalam bentuk perubahan tahap tidur. Gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain motivasi bangun, kenyaringan, lama kebisingan, fluktuasi kebisingan dan umur manusia. Standart kebisingan yang berhubungan dengan gangguan tidur sulit ditetapkan karena selain tergantung faktor – faktor tersebut di atas, gangguan kebisingan terhadap tidur juga berhubungan dengan karakteristik individual.


(35)

Environmental protection Agency menetapkan bahwa tingkat kebisingan harian 45 dB A cukup untuk melindungi seseorang dari pengaruh kesehatan karena tidak bisa tidur (Sasongko, 2000).

e. Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula – mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus menerus di area bising maka terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian semakin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan (Prabu, 2009).

2.8. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan dinding pembuluh darah (Guyton dan Hall,1997).

Tekanan darah juga sering disebut sebagai suara di mana detak jantung pertama kali di dengar dengan bantuan alat stetoskop. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran yang biasa ditunjukkan dengan angka seperti berikut: 120/80 mmHg. Angka 120 mmHg menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi, yang biasanya disebut dengan sistolik. Angka 80 mmHg menunjukan jantung sedang berelaksasi disebut tekanan darah diastolik (Ganong, 1999).


(36)

The seventh report of Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (2003), tekanan darah normal sebagai tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg. Tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80 -89 mmHg disebut sebagai prehipertensi. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi seseorang yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang.

Tabel 2.3. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa ≥ 18 Tahun Menurut JNC 7

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 - 89

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

hipertensi

Derajat 1 140 – 159 atau 90 -99

Derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Sumber : National High Blood Pressure Education, 2003 2.8.1 Pengaturan Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah di di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara sebagai berikut : (Aditama, 2005) :

a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempitdaripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga


(37)

meningkat pada saat terjadi ”vasokontriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena peransangan saraf atau hormon di dalam darah.

c. Bertambahnya cairan di dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tuuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya jika aktivitas memompa darah berkurang, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor – faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur fungsi secara otomatis)

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari saraf otonom, yang untuk sementara waktu berfungsi : (Aditama, 2005) :

a. Meningkatkan tekanan darah selama respon flight to flight (reaksi fungsi tubuh terhadap ancaman dari luar)

b. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di bagian tertentu (misalnya otot rangka , yang merupakan pasokan darah yang terbanyak).

c. Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh.

d. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan nonepinefrin (non adrenalin) yang meransang jantung dan pembuluh darah.


(38)

2.8.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu : a. Usia

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Semakin bertambah usia, kemungkinan terjadinya hipertensi semakin besar (Anies, 2006). Pada golongan umur di bawah 40 tahun angka prevalensi hipertensi umumnya masih dibawah 10%, tetapi usia di atas 50 tahun prevalensinya mencapai 20% atau lebih, sehingga merupakan masalah yang serius pada golongan usia lanjut. Pada umur lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun. Tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55 − 60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, yang terutama menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik tersebut (Depkes, 2006).

b. Jenis Kelamin.

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes, 2006).


(39)

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Dwi, 2009).

c. Genetik

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Faktor genetik juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Bila kedua orang tua menderita hipertensi maka sekitar 45% turun ke anak - anaknya dan bila salah satu orang tua yang menderita hipertensi maka sekitar 30% turun ke anak-anaknya (Depkes, 2006).

d. Obesitas

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Norman dan Jeremiah, 1996).


(40)

a). Kurus jika IMT :

(1). < 17 : kekurangan berat badan tingkat berat. (2). 17 – 18,4 : kekurangan berat badan tingkat rendah. b). Normal jika IMT : 18,5 – 24,9

c). Gemuk jika IMT :

(1). 25 – 27 : kelebihah berat badan tingkat ringan. (2). > 27 : kelebihah berat badan tingkat berat.

Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang - orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes, 2006).

Hal ini disebabkan makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri . Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Muhummadun, 2010).


(41)

e. Stress

Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang. Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka (Depkes, 2006).

Dalam penelitian Framingham dalam Yusida tahun 2001 bahwa bagi wanita berusia 45-64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan, tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala ansietas dan kemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan manifestasi klinik penyakit kardiovaskuler apapun. Studi eksperimental pada laboratorium animals telah membuktikan bahwa faktor psikologis stress merupakan faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan tekanan darah tinggi, namun stress merupakan


(42)

faktor risiko yang sulit diukur secara kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankankarena pengelolaan stress dalam etikologi hipertensi pada manusia sudah kontroversial (Depkes, 2006).

f. Merokok

Nikotin menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung oleh beberapa mekanisme: (Norman dan Jeremiah, 1996) :

a. Nikotin meransang pelepasan epinetrinlokal dari saraf adregenik dan meningkatkan sekresi katekolamin dari modula adrenalis dan dari jaringan kromafin di jantung.

b. Nikotin bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan glomera aotica yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan arteri.

c. Nikotin bekerja langsung pada miokardium untuk menginduksi efek inotropik dan kronotopik positif.

Menurut pandapar Singgih (1995) nikotin dalam merokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepatdan penyempitan pembuluh saluran – saluran nadi sehingga menyababkan jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh.

Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan meransang jantung, saraf, otak dan organ tubuh yang lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung (Sidabutar dan Wiguno, 1990).


(43)

g. Konsumsi Alkohol

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes, 2006).

Mengkonsumsi alkohol berakibat buruk, dalam sebuah penelitian yang dilakukan Beever and Mac Gregor (1995), mendapatkan bahwa mengkonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah (Riyadina, 2002).

Diperkirakan mengkomsumsi alkohol dalam yang berlebihan akan meningkatkan tekanan darah sekitar 5 – 20 % (Aditama, 2005).

h. Minum kopi

Minum kopi yang mengandung kafein disebut dapat menghasilkan perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah (Lane, 1993). Dalam tubuh manusia senyawa kafein dapat memacu hormon adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot dalam kondisi siap beraktivitas. Pada sebagian orang, minum kopi dapat menimbulkan jantung berdebar-debar, denyutnya bisa melebihi 80 kali per menit. Hal itu disebabkan efek stimulan kopi.


(44)

Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Otot jantung mendapat makanan dari pembuluh darah nadi korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK (Afian, 2010).

i. Kehamilan

Selama kehamilan normal, tekanan darah sistolik sedikit berubah tetapi diastolic menurun kira – kira 10 mmHg pada awal kehamilan (13 – 20 minggu) dan meningkat kembali ke tingkat sebelum kehamilan pada trimester ketiga (Suyono, 2001). Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut permenit pada kehamilan (Yeyeh, 2009). j. Mengkonsumsi Garam Berlebih

Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Radecki, 2000).


(45)

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Gunawan, 2001).

2.9. Hubungan Kebisingan Dengan Tekanan Darah

Cara kerja sistem tubuh dalam peningkatan tekanan darah adalah sebagai berikut ; (Sobel, 1995) :

Kebisingan merupakan stressor biologis yang mampu menimbulkan perangsangan simpatis pada syaraf. Impuls simpatis dikirim ke medula adrenalin bersamaan dengan pengiriman ke semua pembuluh darah, impuls ini menyebabkan medula mensekresikan norepinefrin dan epinefrin ke dalam sirkulasi darah. Kedua hormon ini dibawa di dalam aliran darah ke semua bagian tubuh tempat mereka langsung bekerja pada pembuluh darah yang menyebabkan vasokontriksi.

Perangsangan simpatis juga akan meningkatan aktifitas saraf ginjal sehingga sel jukstaglomerulus mensekresikan renin ke dalam darah. Renin sendiri merupakan suatu enzim yang memecahkan komponen utama salah satu protein plasma yang disebut substrat rennin untuk melepaskan dekapeptida angiotensi I. Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, 2 asam amino tambahan dipecah darinya membentuk oktapeptida angiotensin II yang dikatalis oleh enzim ‘converting enzyme’. Selama menetap di dalam darah angiotensin II mempunyai efek yang dapat meningkatan tekanan darah. Salah satu efek ini terjadi dengan sangat cepat :


(46)

vasokontriksi terutama dari arteriol. Kontriksi arteriol meningkatkan tahanan perifer dan dengan demikian meningkatkan tekanan arteri. Efek angiotensin lainnya terutama berhubungan dengan volume cairan tubuh :

1. Angiotensin mempunyai efek langsung terhadap ginjal untuk menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air.

2. Angiotensin merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dan hormone ini sebaliknya juga bekerja pada ginjal menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air.

Kedua efek ini cenderung meningkatkan volume darah yang merupakan factor penting dalam pengaturan tekanan darah jangka panjang.

Oleh karena adanya paparan kebisingan, pusat vasomotor mengirim impuls eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung untuk meningkatkan aktivitas jantung (kontraktilitas jantung), meningkatkan frekuensi jantung melalui reseptor beta – 1 sehingga memperbesar curah jantung. Meningkatkan curah jantung dan tahanan perifer total akan meningkatkan kenaikan tekanan darah.


(47)

2.10. Kerangka Konsep

2.11. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan tingkat kebisingan dengan tekanan darah pada masyarakat Lingkungan I Pengilar X

Ha : Ada hubungan tingkat kebisingan dengan tekanan darah pada masyarakat Lingkungan I Pengilar X

- Karakteristik Responden 1. Usia

2. Lama tinggal 3. Berat badan ideal Tingkat

Kebisingan ≤ 55 dB A > 55 dB A

- Jarak rumah dengan percetakan

Tekanan Darah

- Sistolik


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional di mana seluruh variabel dalam penelitian ini diukur satu kali pada saat yang sama dengan tujuan untuk menganalisis hubungan dari tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh perusahaan percetakan dengan perubahan tekanan darah.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas, dengan pertimbangan kebisingan pada rumah yang ada di Lingkungan I Pengilar X melebihi ambang batas Permenkes No 718 Tahun 1987 tentang kebisingan. Hari kerja perusahaan setiap hari Senin sampai hari Sabtu dengan jam kerja mulai 08.00 WIB - 23.00 WIB.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari tahun 2012. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah ibu rumah tangga yang tinggal di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas Tahun 2012.


(49)

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Sastroasmoro dan Ismael, 1995) :

N = ����2�� +����1�1+�2�2 �2 (�1−P2)2

Keterangan :

N = Besar sampel

P1 = Proporsi tekanan darah pada responden berdasarkan penelitian Ortiz (1974) (Po = 0.72)

Pa = Proporsi perubahan tekanan darah yang diharapkan peneliti ( Pa = 0,42)

α = Tingkat kemaknaan ( 5 % = 0.05). Zα = Nilai deviasi normal pada α 5 % = 1,96. Zβ = Nilai deviasi normal pada 20 % = 0,842. Kekuatan uji (power of test )= 1 – β = 1- 0,2 = 0,8. P = p1+p2

2

P = 0,72+0,42

2

P = 1,14

2

P = 0,57

Q = 1 – 0,57 = 0, 43

N = � 1,96 �2�0,57�0,43 +0,842�0,72�0,28+0,42�0,58 �2 (0,72−0,42)2

N = � 1.96 �0,4902 +0.842 �0,2016+0,2436 �2 (0,3)2


(50)

N = � 1.96 �0,4902 +0.842 �0,4452 �2 (0,3)2

N = ( 1.372+0,562)2 (0,3)2

N = 3.741 (

0.09)

N= 41,57 ≈ 42 orang.

Ada dua kelompok sampel yang diteliti. Tingkat Kebisingan ≤55 dB A dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Ibu rumah tangga yang terpapar dengan tingkat kebisingan ≤ 55 dB 2. Berusia 20 – 45 tahun.

3. Tidak merokok. 4. Tidak minum alkohol. 5. Tidak obesitas.

Tingkat Kebisingan ≤55 dB A dengan kriteria eksklusi sebagai berikut : 1. Ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah.

2. Ibu rumah tangga yang sedang hamil. Jumlah sampel ini sebesar 42 orang.

Tingkat Kebisingan >55 dB A dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Ibu rumah tangga yang terpapar dengan tingkat kebisingan > 55 dB A dengan alasan kebisingan mengganggu tanpa memakai alat pelindung telinga.

2. Berusia 20 – 45 tahun.

3. Lama paparan kebisingan 8 jam sehari. 4. Tidak merokok.


(51)

5. Tidak minum alkohol. 6. Tidak obesitas.

Sampel 2 dengan kriteria eksklusi sebagai berikut : 1. Ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah. 2. Ibu rumah tangga yang sedang hamil.

Jumlah sampel ini sebesar 42 orang. Jumlah seluruh sampel sebesar 84 orang. 3.4.. Cara Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas berupa data :

a. Hasil wawancara langsung dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang berisi pertanyaan tentang tanggal lahir, pendidikan, jarak rumah responden dengan perusahaan, dan keluhan kesehatan responden.

b. Pemeriksaan tekanan darah untuk mengetahui peningkatan tekanan darah. c. Pengukuran intensitas kebisingan di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan

Amplas Kecamatan Medan Amplas dengan menggunakan alat sound level meter.

d. Pengukuran berat badan dan tinggi badan responden. 3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas. Data yang diambil berupa data demografi tahun 2011.


(52)

3.5. Cara Kerja Penelitian

3.5.1. Cara Kerja Sound Level Meter

Pengukuran tingkat kebisingan di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas dengan menggunakan soundlevel meter. Prosedur penggunaan soundlevel meter adalah sebagai berikut:

A. Persiapan Alat

1. Pasang baterai pada tempatnya. 2. Tekan tombol power.

3. Cek garis tanda panah pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik atau tidak.

4. Kalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga alat pada monitor sesuai dengan angka kalibrator.

5. Stel tombol pengatur tingkat kebisingan sesuai dengan skala yang diinginkan dan baca angka pada soundlevel meter.

3.5.2. Prosedur mengukur tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop 1. Beritahu dan jelaskan pada responden tindakan yang dilakukan. 2. Siapkan alat dan buku, secara ergonomis.

3. Atur posisi responden senyaman mungkin (duduk atau tidur). 4. Buka lengan baju atau gulung ke atas.

5. Letakkan lengan atas sejajar dengan jantung, dengan cara diganjal bantal. Telapak tangan menghadap ke atas. Pastikan lengan atas bebas dari pakaian (untuk mencegah kontriksi dan memudahkan untuk memasang manset), agar pengukuran lebih akurat.


(53)

6. Lakukan palpasi arteri brachial menggunakan dua ujung jari (telunjuk dan jari tengah) untuk merasakan denyut kuat dibagian depan siku.

7. Pasang manset, letakkan manset ± 2,5 cm diatas arteri tersebut dan bagian tengah bladder dipasang diatas arteri tersebut, pasang manset melingkari lengan atas tersebut dan kaitkan ujungnya.

8. Letakkan manometer sejajar dengan mata pemeriksaan agar pemeriksaan lebih akurat.

9. Gunakan stetoskop, agar suara terdengar jelas dan bersih.

10.Pasang stetoskop dengan meletakkan bel atau diafragma dari stetoskop diatas arteri brachial, untuk mendapatkan suara yang maksimal.

11.Tutup katup dengan mengunci sampai rapat, lalu pompa bola manometer sampai 30 mmHg di atas tekanan sistolik (untuk menyakinkan keakuratan pengukuran tekanan sistolik).

12.Buka katup untuk mengeluarkan udara. Katup di buka secara perlahan – lahan ± 2-3 mmHg / detik. Apabila penurunan air raksa terlalu cepat atau terlalu lambat dapat mengakibatkan hasil yang tidak akurat. Keluarkan udara dari manset secara berangsur – angsur dan perhatikan angka pada manometer saat terdengar bunyi (dup) pertama (sistolik) dan perhatikan suara keras yang terakhir (diastolik). Kemudian keluarkan seluruh udara dari manset dengan cepat.

13.Buka manset dari lengan responden, beritahu hasil pemeriksaan kepada responden.


(54)

15.Bereskan alat.

16.Lakukan dokumentasi tindakan yang dilakukan (Yuni, 2010). 3.5.3. Prosedur pengukuran berat badan dengan timbangan berat badan

1. Timbangan berat badan harus menunjukkan angka 0,00.

2. Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca .

3. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang (jangan bergerak - gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan).

4. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu sampai angka tidak berubah (statis).

5. Catat angka yang terakhir (ditandai dengan munculnya tanda bulatan O diujung kiri atas kaca display).

6. Minta responden turun dari alat timbang (Depkes, 2007). 3.5.4. Prosedur pengukuran tinggi badan

1. Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala).

2. Pastikan alat geser berada diposisi atas.

3. Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.

4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang.


(55)

6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding.

7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah ) Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan peneliti.

8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.

9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (0,1 cm) (Depkes, 2007).

3.6. Defenisi Operasional

1. Kebisingan adalah suara yang terukur yang berasal dari mesin perusahaan percetakan dapat menimbulkan keluhan gangguan kesehatan dan kenyamanan di masyarakat.

2. Tekanan darah adalah hasil pengukuran sistolik dan diastolik responden pada saat penelitian dilakukan.

3. Tekanan darah sistolik adalah jumlah tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi ketika pengukuran dilakukan.

4. Tekanan darah diastolik adalah jumlah tekanan pada jantung sedang berelaksasi ketika pengukuran dilakukan.

5. Waktu pengukuran tekanan darah adalah saat di mana responden telah beristirahat 10 menit sebelum pengkuran dilakukan.


(56)

6. Pengukur tekanan darah responden adalah seorang tenaga medis yang mengukur tekanan darah responden pada saat penelitian dilakukan.

7. Usia adalah jumlah ulang tahun yang telah dilalui responden terhitung sejak tahun kelahiran responden.

8. Lama tinggal adalah jumlah tahun responden tinggal di lingkungan II Pengilar X sampai penelitian dilakukan.

9. Jarak rumah adalah jarak dindidng rumah responden dari tembok pembatas perusahaan percetakan yang diukur secara perkiraan pada saat penelitian dengan satuan meter.

10. Berat badan adalah ukuran tubuh responden dalam sisi berat yang ditimbang dalam keadaan berpakaian pada saat penelitian dilakukan.

11. Tinggi badan adalah jarak vertikal dari lantai sampai bagian atas kepala, diukur saat resoponden dalam posisi berdiri tegak lurus dan menatap lurus ke depan pada saat penelitian dilakukan.

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran untuk melihat hubungan tingkat kebisingan dengan tekanan darah pada masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

3.8. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk melihat hubungan tingkat kebisingan dengan tekanan darah pada masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer yang meliputi :


(57)

a. Univariat berupa variabel jarak rumah, intensitas kebisingan, tekanan darah, karakteristik responden ( umur, lama tinggal. Pendidikan, Berat Badan Ideal), keluhan kesehatan.

b. Bivariat untuk mengetahui hubungan faktor resiko yang diteliti yang mempengaruhi tekanan darah. Uji statistik yang digunakan adalah independent sample test bila data berdistribusi normal dan Mann whitney bila data tidak berdistribusi normal, uji korelasi pearson dan uji regresi linear sederhana.

Hipotesis :

a. Ho adalah tidak ada hubungan tingkat kebisingan dengan tekanan darah pada masyarakat Lingkungan I Pengilar X.

b. Ha adalah ada hubungan tingkat kebisingan dengan tekanan darah pada masyarakat Lingkungan I Pengilar X.

Ho ditolak apabila ρ < α (= 0.05) yang artinya ada hubungan tingkat kebisingan dengan tekanan darah pada masyarkat Pengilar X Lingkungan I. Pengolahan dan penyajian data dilakukan dengan bantuan komputer.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1. Kelurahan Amplas

Kelurahan Amplas merupakan salah satu dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Amplas. Kecamatan Medan Amplas terdiri dari Kelurahan Harjosari I, Kelurahan Harjosari II, Kelurahan Timbang Deli, Kelurahan Bangun Mulia, Kelurahan Sitirejo I dan Kelurahan Sitirejo II dan Kelurahan Amplas. Kelurahan Amplas memiliki luas ± 79,82 Ha dengan jumlah penduduk 16.336 jiwa, yang terdiri atas 6 Lingkungan dengan jumlah 2.829 KK. Batas – batas wilayah Kelurahan Amplas adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan Medan Tenggara Sebelah Selatan : Kelurahan Timbang Deli Sebelah Timur : Desa Amplas

Sebelah Barat : Bataran Sungai Deli 4.1.2. Lingkungan I Kelurahan Amplas

Lingkungan I adalah salah satu lingkungan yang ada di Kelurahan Amplas. Kelurahan Amplas terdiri dari 6 lingkungan yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III, Lingkungan IV, Lingkungan V, dan Lingkungan VI. Di Lingkungan I Kelurahan Amplas ini berdiri sebuah perusahaan percetakan yang bersebelahan dengan lingkungan pemukiman masyarakat. Perusahaan percetakan ini beroperasi setiap hari Senin sampai hari Sabtu dengan jam kerja mulai 08.00 WIB – 23.00 WIB. Suara mesin perusahaan percetakan terdengar di lingkungan masyarakat selama


(59)

perusahaan percetakan tersebut beroperasi. Luas wilayah Lingkungan I sekitar ± 8,2 Ha dan terdiri dari 413 KK dengan jumlah penduduk 2.230 jiwa. Pengilar X termasuk di wilayah Lingkungan I. Batas – batas wilayah Lingkungan I sebagai berikut :

Sebalah Utara : Lingkungan II

Sebelah Selatan : Kelurahan Timbang Deli Sebelah Timur : Kab. Deli Serdang Sebelah Barat : Jalan Panglima Denai

4.2. Karakteristik Responden di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas

Untuk mengetahui karakteristik responden yang berhubungan dengan tingkat kebisingan yang mempengaruhi kesehatan maka dilakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan hasil sebagai berikut :

Karakteristik responden menurut umur pada tingkat kebisingan ≤55 dB A yaitu umur terendah responden pada umur 20 tahun, umur tertinggi responden pada umur 45 tahun. Rata – rata umur responden yaitu 32 tahun dengan standart deviasi 7 tahun serta umur responden berkisar antara 25 tahun sampai 39 tahun. Jumlah seluruh responden sebanyak 42 responden. Pada tingkat kebisingan >55 dB A diperoleh umur terendah responden pada umur 21 tahun, umur tertinggi responden pada umur 45 tahun. Rata – rata umur responden yaitu 33 tahun dengan standart deviasi 7 tahun. Umur responden berkisar antara 25 tahun sampai 40 tahun. Jumlah seluruh responden sebanyak 42 responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1.


(60)

Karakteristik responden menurut lama tinggal responden, pada tingkat kebisingan ≤55 dB A diperoleh responden tinggal menetap di Lingkungan 1 Pengilar X terendah yaitu 1 tahun dan tertinggi 10 tahun. Rata – rata tinggal menetap yaitu 5 tahun dengan standart deviasi 2 tahun. Responden tinggal menetap di Lingkungan I Pengilar X berkisar antara 3 tahun sampai 8 tahun. Jumlah responden sebanyak 42 responden. Pada tingkat kebisingan >55 dB A diperoleh bahwa responden yang tinggal menetap di Lingkungan 1 Pengilar X terendah yaitu 2 tahun dan tertinggi 26 tahun. Rata – rata tinggal menetap yaitu 8 tahun dengan standart deviasi 5 tahun. Responden tinggal menetap di Lingkungan I Pengilar X dengan antara 3 tahun sampai 13 tahun. Jumlah responden sebanyak 42 responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Umur dan Lama Tinggal Responden di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas

Karakteristik

Responden Tertinggi Terendah

Rata – rata Standart Deviasi Total Tingkat bising ≤55 dB

a. Umur 20 45 32 7 42

b. Lama tingggal

1 10 5 2 42

Tingkat bising >55 dB

a. Umur 21 45 33 7 42

b. Lama tingggal

2 26 8 5 42

Karakteristik responden menurut pendidikan responden, pada tingkat kebisingan ≤55 dB A diperoleh bahwa responden yang terbanyak berpendidikan SMA sebanyak 28 responden (66,7%). Pada tingkat kebisingan >55 dB A diperoleh bahwa responden terbanyak berpendidikan SMA sebanyak 33 responden (78,6%).


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden yaitu rerata umur responden 32 tahun, rerata lama tinggal menetap selama 7 tahun, pendidikan responden terbanyak yaitu SMA berjumah 61 (72,6 %) dan berat badan responden terbanyak kategori normal. 2. Rerata tingkat kebisingan pada sampel 1 sebesar 50,12 dB A. Rerata tingkat

kebisingan pada sampel 2 sebesar 67,82 dB A di lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas.

3. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik responden pada sampel 1 sebesar 119 mmHg dan 76 mmHg. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik pada sampel 2 sebesar 125 mmHg dan 82 mmHg.

4. Rerata jarak rumah responden dari sumber bising pada sampel 1 sebesar 89 meter. Rerata jarak rumah responden dari sumber bising pada sampel 2 sebesar 25 meter.

5. Keluhan kesehatan terbanyak responden pada sampel 1 adalah pusing/sakit kepala sebanyak 9 responden. Pada sampel 2, responden yang paling banyak mengalami keluhan kesehatan karena ketidaknyamanan tinggal di Lingkungan I Pengilar X sebanyak 33 responden (78,6%).


(2)

6. Ada perbedaan tingkat kebisingan ≤ 55 dB A dan > 55 dB A dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden di Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas

7. Ada hubungan tingkat kebisingan, jarak rumah dari sumber bising dan lama tinggal menetap responden dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik. 6.2. Saran

1. Bagi penduduk yang tinggal di daerah kebisingan supaya menanam pohon di belakang rumah agar suara mesin dapat direduksi oleh pohon. Jenis pohon yang dapat mereduksi seperti sejenis bambu pagar dan tanaman jenis teh tehan

2. Bagi perusahaan supaya memasang alat peredam suara mesin dan menanam pohon di sekeliling tembok yang bersebelahan dengan penduduk agar suara mesin tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik perusahaan.

3. Bagi pemerintah daerah agar lebih memperhatikan masyarakat yang tinggal di daerah sekitar pabrik atau industri sehingga tidak mudah dalam memberikan izin usaha industri di sekitar pemukiman penduduk.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tj. Y. 2005. Mayo Clinic Hipertensi. PT. Duta Prima : Jakarta.

Afian, Atep. 2010. Kopi, Kafein dan Kesehatan. www.netsains.Com/wpcontent/ uplads/artikel kiriman / noid-aa-kopi.doc

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular : Solusi Pencegahan dari

Aspek Perilaku dan Lingkungan. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.

diakses tanggal 3 Desember 2011.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedur Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Salemba Medika : Jakarta.

Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Penerbit

Universitas Sumatera Utara : Medan.

Babba, Jennie. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja Dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian Pada Karyawan PT.

Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan). Tesis, Program

Pasca Sarjana Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. ECG: Jakarta.

Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan . Jakarta Depkes RI. 2009. Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009. Jakarta. Doelle, L.L. 1993. Akustik Lingkungan. Erlangga : Jakarta.

Dwi, Aulia. 2009. Faktor – faktor yang berhubungan dengan Tekanan Darah Penderita Pada Lansia Di Puskesmas Pembina Plaju Palembang Tahun 2009. Karya Tulis. Jurusan Keperawata Poltekkes Depkes Palembang Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Cetakan ke VII. Penerbit EGC : Jakarta. Ganong. W. F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Penerbit EGC : Jakarta.


(4)

Gunarwan, F. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada Press : Yogyakarta.

Gunawan, L. 2001. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Percetakan Kanisius : Yogyakarta.

Guyton, A.C ; J. E. Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit EGC : Jakarta. Harrington ; F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit ECG :

Jakarta.

Haryono, Nono. 2009. Kenyamanan pada Rumah Sakit bagian Pengolahan Data

Elektronik dab Santelda Sekretariat Daerah Kabupaten Gunung Emas.

Jakarta.

Ikron, I Made Djaja; Ririn Arminsih Wulandari. 2005. Pengaruh kebisingan lalulintas jalan terhadap gangguan kesehatan psikologis anak SDN Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur Provinsi DKI

Jakarta 2005, dalam jurnal UI , Volume 11 Nomor 1 Juni 2007, Hal 33 – 37.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1996. Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Kerja. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor : Kep- 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat

Kerja. Jakarta.

Lane, James. 2002. Caffeine Affects Cardiovascular and Neuroendocrine Activation at Work and Home . Psychosomatic Medicine

Muhummadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. in-books : Yogyakarta. 64: 595-603.

Mulia, Ricki. 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Mukono, H. J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Airlangga University Press : Surabaya.

Norman M. Kaplan, M.D ; Jeremiah Stamler, M.D. 1996. Penyakit Pencegahan

Jantung Koroner,Penatalaksanaan Praktis Faktor-Faktor Resiko. Alih


(5)

Prabu. 2009. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan.

Radecki, T. 2000. Hypertension : Salt is a Major Risk Factor.USA : J Cardiovasc. Rosidah. 2004. Studi Kejadian Hipertensi Akibat Bising Pada Wanita yang Tinggal di

Sekitar Lintasan Kereta Api di Kota Semarang. Tesis. Magister Kesehatan

Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Riyadina, W. 2002. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi pada Operator Pompa Bensin

(SPBU) di Jakarta. Media Litbang Kesehatan, 12 (2) : 20-21.

Rusli, Mustar. 2008. Pengaruh kebisingan dan getaran terhadap perubahan tekanan darah masyarakat yang tinggal di pinggiran rel kereta api lingkungan XIV

kelurahan tegal sari kecamatan medan denai tahun 2008, Tesis, program

manajemen kesehatan lingkungan industri pada sekolah pascasarjana universitas sumatera utara.

Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara : Jakarta.

Sasongko, Dwi. P. 2000. Kebisingan Lingkungan. Penerbit Dipenogoro : Semarang. Sidabutar R.P ; Wiguno P. 1990. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Hipertensi Esensial.

Fakultas Kedoteran U I: Jakarta.

Slamet, Juli. S. 2006. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sobel, Bary J. 1995. Hypertension A Clinian’s Guide to Diagnosis and Treatment. Hanley & Belfus, Inc : Philadelphia.

Suma.mur, PK. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV. Haji Mas agung :Jakarta.

Suryani, Dyah. 2003. Kebisingan, Lama Tinggal, Tekanan Darah dan Nilai Ambang

Batas Pendengaran Komunitas di Terminal Umbulharjo Yogyakarta.

Nopember 2011.

Suyono, Slamet. 2001. BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam Julid II. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.


(6)

Tambunan, S. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Penerbit Andi : Yogyakarta.

The Seveth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, Journal American

Medical Association, December 2003 ; Vol. 289, No 19

http:/www.chs.ca/info/noise/bookl.html/

Van Kempen. 2002. The Association between Noise Exposure and Blood Pressure

and Ischemic Heart Disease: A Meta-analysis. Environmental Health

Perspectives.

, diakses 3 Desember 2011.

Watson, Roger. 2002. Anatomi & Fisiologi untuk Perawat. Penerbit EGC: Jakarta. Widjosono, Bambang. 2009. Suara Bising Lalu-lintas Berkaitan Dengan Tekanan

Darah Tinggi

2010.

Yuni, K. 2005. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Penerbit Fitramaya: Yogyakarta.

Yeyeh, Y (dkk). 2009. Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan I(Kehamilan). CV. Trans Info Media: Jakarta