DISIPLIN PEGAWAI Perbub no 5 thn 2009 PD. Wawo

2 Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 78 1 Cuti karena alasan penting adalah cuti karena : a.Ibu, bapak, istri atau suami, anak, adik, kakak, mertua atau menantu sakit keras atau meninggal dunia. b.Menunaikan ibadah haji. c. Alasan penting lainnya yang ditetapkan oleh Presiden Direktur. 2 Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh direksi atau pejabat yang ditunjuk, cuti karena alasan penting paling lama 2 dua bulan. Bagian Kedelapan Bantuan dan Penghargaan Pasal 79 Pegawai PD. Wawo mendapat santunan untuk kematian, kecelakaan dan bantuan bencana alam yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan PD. Wawo dan ditetapkan dengan kemampuan perusahaan dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur. Pasal 80 1 Direksi memberikan jasa pengabdianpenghargaan kepada pegawai yang telah mempunyai masa kerja secara berturut­turut selama 10 sepuluh tahun, 20 dua puluh tahun, 30 tiga puluh tahun dan 35 tiga puluh lima tahun. 2 Pemberian jasa pengabdianpenghargaan dan tanda jasa kepada pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.

BAB IX DISIPLIN PEGAWAI

Bagian Kesatu Kewajiban dan Larangan Pasal 81 Setiap Direksi dan pegawai wajib : a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang­Undang Dasar 1945, Negara dan Pancasila; b. Mengutamakan kepentingan Negara, Pemerintah dan PD. Wawo diatas kepentingan golongan atau diri sendiri; c. Menjunjung tinggi kehormatan atau martabat PD. Wawo; d. Menyimpan rahasia PD. Wawo atau rahasia jabatan dengan sebaik­baiknya; e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik­baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab; f. Bekerja dengan jujur, tertib dan bersemangat untuk kepentingan PD. Wawo; 27 g. Memelihara, meningkatkan keutuhan dan kerjasama dalam lingkungan PD. Wawo; h. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik; i. Menggunakan dan memelihara barang­barang milik PD. Wawo sebaik­ baiknya; j. Memberikan pelayanan dengan sebaik­baiknya kepada masyarakat menurut bidangnya masing­masing; k. Bertindak dan bersikap tegas tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahanya; l. Membina bawahanya dalam menjalankan tugas; m. Menjadi dan memberi contoh serta teladan yang baik terhadap bawahanya; n. Mendorong bawahanya untuk meningkatkan prestasi kerja. Pasal 82 Setiap Direksi dan Pegawai dilarang : a. Menyalahgunakan wewenangnya; b. Melakukan tindakan yang dikategorikan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; c. Melakukan kegiatan­kegiatan yang langsung atau tidak langsung merugikan peusahaan Daerah dan Negara; d. Menyalahgunakan barang­barang atau uang atau surat berharga milik PD. Wawo; e. Memiliki, menjual, membeli, mengadaikan, menyewa atau meminjamkan barang­barang berharga milik PD. Wawo secara tidak sah; f. Melakukan kejahatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung maupun secara tidak langsung merugikan PD. Wawo; g. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian dari siapapun juga diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan pegawai yang bersangkutan; h. Bertindak sewenang­wenang terhadap bawahannya; i. Melakukan perbuatan tercela yang dapat mencemarkan nama baik PD. Wawo atau Negara; j. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan; k. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari PD. Wawo; l. Memiliki saham atau modal dalam PD. Wawo; m. Melakukan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain. Bagian Kedua Hukuman Disiplin Pasal 83 28 Setiap ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 81 dan pasal 82 adalah pelanggaran disiplin. Pasal 84 Dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundang­undangan pidana, pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhkan hukuman pelanggaran disiplin oleh Direksi. Pasal 85 Tingkat hukuman disiplin terdiri dari : a. Hukuman disiplin ringan; b. Hukuman disiplin sedang; c. Hukuman disiplin berat. Pasal 86 Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari : a. Tegur lisan; b. Teguran tertulis; c. Pernyataan tidak puas secara tertulis. Pasal 87 Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari : a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lambat 1 satu tahun. b. Penurunan gaji sebesar 1 satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 satu tahun. c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 satu tahun. Pasal 88 Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari : a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 satu tahun. b. Pembebasan dari jabatan. c. Memberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai. d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai. Bagian Ketiga Pemberhentian Sementara Pasal 89 1 Untuk kepentingan pengadilan, seseorang pegawai yang diduga telah melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran jabatan dan berhubungan dengan itu oleh pihak yang wajib dikenakan tahanan sementara, mulai saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara. 2 Ketentuan menurut ayat 1 pasal ini dapat diperlakukan terhadap seseorang pegawai yang oleh pihak berwajib dikenakan tahanan sementara karena didakwa telah melakukan sesuatu pelanggaran tindak pidana yang menyangkut jabatannya, dalam hal pelanggaran yang dilakukan itu 29 berakibat hilangnya penghargaan dan kepercayaan atas diri pegawai yang bersangkutan, atas hilangnya martabat serta wibawa pegawai itu. Pasal 90 1 Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 89 ayat 1 adalah : a. Jika belum terdapat petunjuk­petunjuk yang jelas tentang dilakukannya pelanggaran yang dikenakan atas dirinya mulai bulan berikutnya ia diberhentikan sementara, diberikan gaji 75 tujuh puluh lima persen dari gaji pokok yang diterima terakhir. b. Apabila terdapat petunjuk­petunjuk yang meyakinkan bahwa ia telah melakukan pelanggaran yang didakwa atas dirinya mulai bulan berikutnya ia diberhentikan sementara, diberikan gaji sebesar 50 lima puluh persen dari gaji pokok yang diterima terakhir. 2 Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 89 ayat 2, mulai bulan berikutnya diberkan gaji sebesar 75 tujuh puluh lima persen dari gaji pokok yang diterimanya terakhir. Pasal 91 Untuk menghindari kerugian bagi keuangan PD. Wawo, maka perkara yang menyebabkan seorang pegawai dikenakan pemberhentian sementara harus diperiksa dalam waktu yang sesingkat­singkatnya agar dapat diambil keputusan yang tepat terhadap pegawai yang bersangkutan. Pasal 92 1 Apabila sesudah pemeriksaan oleh pihak yang berwajib, pegawai yang dipemberhentikan sementara ternyata tidak bersalah, maka pegawai itu harus diangkat dan dipekerjakan kembali pada jabatannya semula dan berhak menerima gaji penuh serta penghasilan­penghasilan yang berhubungan dengan jabatannya. 2 Apabila sesudah pemeriksaan dimaksud, pegawai bersangkutan ternyata bersalah, maka : a. pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 88 ayat 2 dikenakan pemberhentian, sedangkan bagian gaji dan tunjangan yang telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut kembali; b. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 88 ayat 1 dikenakan tindakan sesuai keputusan Hakim yang mengambil keputusan dalam perkara yang menyangkut diri pegawai yang bersangkutan. Aturan mengenai gaji dan penghasilan­penghasilan lain diperlakukan ketentuan seperti tertera dalam ayat 1 dan ayat 2 huruf a pasal ini. Pasal 93 Pemberhentian seorang pegawai mulai ditetapkan pada akhir bulan keputusan pengadilan atas perkaranya mendapat kekuatan hukum yang tetap. Bagian Keempat Pemberhentian 30 Pasal 94 Pemberhentian pegawai adalah pemberhentian yang mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan statusnya sebagai pegawai PD. Wawo. Pasal 95 Pemberhentian pegawai terdiri dari : a. Pemberhentian atas permintaan sendiri; b. Pemberhentian karena mencapai batas umur; c. Pemberhentian karena adanya penyederhanaan Organisasi; d. Pemberhentian karena melakukan pelanggarantindak pidanapenyelewengan; e. Pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan rohani; f. Pemberhentian karena meninggalkan tugas; g. Pemberhentian karena meninggal dunia atau hilang; h. Pemberhentian karena hal­hal lain. Pasal 96 1 Pegawai yang meminta berhenti, diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai. 2 Permintaan berhenti sebagai yang dimaksud sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini dapat ditunda untuk paling lama 1 satu tahun, apabila ada kepentingan PD. Wawo yang mendesak. Pasal 97 1 Pegawai yang telah mencapai batas usia pensiun, diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai. 2 Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini adalah 56 lima puluh enam tahun. 3 Batas usia pensiun bagi pegawai yang memangku jabatan Direksi adalah 60 enam puluh tahun. 4 Pegawai yang diberhentikan dengan hormat pada usia 56 lima puluh enam tahun dengan masa kerja paling sedikit 21 dua puluh satu mendapatkan jaminan hari tua yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur dengan persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati. 5 Pegawai yang diberhentikan dengan hormat dengan masa kerja kurang dari 21 dua puluh satu tidak mendapatkan jaminan hari tua, hanya diberikan pesangon yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur dengan persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati. Pasal 98 1 Apabila ada penyederhanaan organisasi PD. Wawo yang mengakibatkan kelebihan pegawai, maka kelebihan pegawai disalurkan ke perusahaan daerah atau lembaga lainya. 2 Apabila penyaluran sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, tidak mungkin dilaksanakan, maka pegawai yang kelebihan diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai. Pasal 99 31 1 Pegawai dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai karena : a. Melanggar sumpah atau janji pegawai atau peraturan disiplin pegawai PD. Wawo. b. Dihukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena dengan sengaja melakukan suatu tindak pidana kejahatan yang diancam tindak pidana yang paling sedikit 4 empat tahun atau diancam pidana yang lebih berat. 2 Pegawai diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai apabila dipidana penjara berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai hukum yang tetap karena : a. Melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan kejahatan; b. Melakukan suatu tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 104 sampai dengan pasal 161 Kitab Undang­Undang Hukum Pidana. 3 Pegawai yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai apabila ternyata melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila, dan atau Undang­Undang Dasar 1945, atau terlibatdalam gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara danatau Pemerintah. Pasal 100 1 Pegawai yang diberhentikan dengan hormat karena tidak cakap jasmani dan rohani sebagai pegawai apabila berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh PD. Wawo : a. Tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan karena kesehatannya; b. Menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya dan lingkungan kerjanya; c. Setelah berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali. 2 Pegawai yang diberhentikan dengan hormat karena tidak cakap jasmani dan rohani sebagai pegawai mendapatkan hak­hak sebagai pegawai berdasarkan peraturan yang berlaku. Pasal 101 1 Pegawai meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu 1 satu bulan terus menerus dihentikan pembayaran gajinya mulai bulan berikutnya. 2 Pegawai sebagai mana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini yang dalam waktu kurang dari 3 tiga bulan melaporkan diri kepada Direksi, dapat : a.Ditugaskan kembali apabila kehadirannya itu karena ada alasan­alasan yangdapat diterima; b.Diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai, apabila ketidak hadirannya itu adalah karena kelalaian pegawai yang bersangkutan dan menurut pendapat Direksi akan mengganggu suasana kerja jika ditugaskan kembali. 3 Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini yang dalam waktu 3 tiga bulan terus­menerus meninggalkan tugasnya secara tidak sah, diberhentikan tidak hormat sebagai pegawai. 32 Pasal 102 Pegawai yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap di berhentikan dengan hormat sebagai pegawai. Pasal 103 1 Pegawai yang hilang, dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke 12 dua belas sejak dinyatakan hilang. 2 Pernyataan hilang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, dibuat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan surat keterangan atau berita acara dari pejabat yang berwajib. 3 Pernyataan hilang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dalam pasal ini yang kemudian ditemukan kembali dan masih hidup, diangkat kembali sebagai pegawai dan gajinya dibayar penuh terhitung sejak dianggap meninggal dunia dengan memperhitungkan hak­hak pegawai yang diterima oleh keluarganya. Pasal 104 Kepada pegawai yang diberhentikan dengan hormat diberikan hak­hak pegawai yang berlaku. Pasal 105 1 Pegawai sebagaimana dimaksud pasal 98 dan pasal 100 huruf b dan c : a. Diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai dengan hak pensiun, apabila telah mencapai usia sekurang­kurangnya 50 lima puluh tahun dan memiliki masa kerja pensiun sekurang­kurangnya 10 sepuluh tahun; b. Diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, apabila belum memenuhi syarat­syarat usia dan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf a. 2 Pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 huruf a, diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai dengan hak pensiun : a.Tanpa terikat dengan masa kerja pensiun jika oleh dokter yang ditunjuk PD. Wawo dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan, karena kesehatan yang disebabkan oleh dan karena menjalankan kewajiban jabatan ; b.Apabila telah memiliki masa kerja pensiun sekurang­kurangnya 5 lima tahun, apabila oleh dokter yang ditunjuk oleh PD. Wawo dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan karena kesehatannya yang bukan disebabkan oleh dan karena menjalankan kewajiban jabatan. Bagian Kelima Hak­hak Pensiun Pasal 106 1 Pensiunan pegawai PD. Wawo yang diberhentikan dengan hormat mendapat hak­hak sebagai pensiunan. 2 Hak­hak pensiun pegawai PD. Wawo, terdiri dari : a. Tunjangan hari tua; 33 b. Pesangon yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur disetujui oleh Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati; c. Uang dari kepersertaan dalam program jaminan dan asuransi. Pasal 107 1 Masa kerja yang dihitung untuk menetapkan hak dan besarnya pensiun untuk selanjutnya disebut masa kerja untuk pensiun ialah waktu kerja di PD. Wawo. 2 Waktu menjalankan suatu kewajiban Negara dalam kedudukan lain sebagai pegawai PD. Wawo, dihitung penuh apabila yang bersangkutan pada saat pemberhentiannya sebagai Perusahan telah bekerja sekurang­kurangnya selama 5 Lima Tahun. 3 Waktu bekerja dalam kedudukannya yang lain dari pada yang disebut pada ayat 1 dan 2 pasal ini, dalam hal­hal tertentu dapat dihitung untuk sebagian atau penuh sebagai masa kerja pensiun. 4 Dalam perhitungan masa kerja, maka pecahan bulan dibulatkan keatas menjalin sebulan penuh. Pasal 108 1 Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai berhak menerima pensiun Pegawai, jika pada saat pemberhentian sebagai pegawai : a. Telah mencapai usia sekurang­kurangnya 50 lima puluh tahun, dan mempunyai masa kerja untuk pensiun sekurang­kurangnya 21 dua puluh satu tahun; b. Oleh Dokter yang ditunjuk oleh PD. Wawo berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan di PD. Wawo karena sebab yang terjadi saat menjalankan kewajiban sebagai pegawai PD. Wawo atau karena alasan lain dengan masa kerja paling sedikit 5 lima tahun. 2 Pegawai yang diberhentikan atau yang dibebaskan dari pekerjaan karena penghapusan jabatan, perubahan dalam susunan pegawai, penertiban jabatan aparatur atau karena alas an­alasan pekerjaan lainnya dinyatakan tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai berhak menerima pensiun jika berusia sekurang­kurangnya 50 lima puluh tahun dan memiliki masa kerja pensiun sekurang­kurangnya 10 sepuluh tahun; 3 Pegawai yang menjalankan suatu tugas dari PD. Wawo kemudian tidak diperkerjakan kembali sebagai pegawai berhak menerima pensiun jika pada saat pemberhentian telah mencapai usia 50 lima puluh tahun dan memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang­kurangnya 10 sepuluh tahun. 4 Apabila pegawai yang dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3, pada saat diberhentikan sebagai pegawai telah memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang­kurangnya 10 sepuluh tahun tetapi pada saat itu belum mencapai usia 50 lima puluh tahun, maka pemberian pensiun kepadanya ditetapkan pada saat mencapai usia 50 lima puluh tahun. Pasal 109 Dalam hal penentuan usia pensiun adalah berdasarkan : a. Berdasarkan akta kelahiran yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. 34 b. Apabila tanggal kelahiran tidak terdapat bukti­bukti yang sah, maka tanggal kelahiran atas nama pegawai ditetapkan berdasarkan keterangan dari pegawai yang bersangkutan pada pengangkatan pertama itu. c. Penetapan tanggal kelahiran sebagaimana dimaksud ayat 2 pasal ini tidak dapat diubah lagi untuk keperluan penentuan hak atas pensiun Pegawai. Pasal 110 Untuk memperoleh pensiun, pensiunan pegawai mengajukan surat permintaan kepada Presiden Direktur dengan melampiri : a. Salinan oleh dari Surat Keputusan tentang Pemberhentian sebagai pegawai; b. Daftar riwayat pekerjaan yang disahkan oleh Pejabat PD. Wawo yang berwenang untuk pemberhentian pegawai yang bersangkutan ; c. Daftar susunan keluarga yang disahkan oleh yang berwajib yang memuat nama, tanggal kelahiran dan alamat istri atau suami dan anak­anaknya. d. Surat keterangan dari pegawai yang berkepentingan yang menyatakan bahwa semua surat­surat, baik yang asli maupun turunan atau kutipan dan barang­barang lainnya milik PD. Wawo yang ada padanya, telah diserahkan kembali kepada PD. Wawo. Pasal 111 Pemberian hak pensiun terhitung mulai bulan berikutnya setelah diberhentikan sebagai pegawai. Pasal 112 Hak pensiun pegawai berakhir pada penghabisan bulan penerimaan pensiun pegawai yang bersangkutan meninggal bagi pensiunan yang tidak memiliki istrisuami dan anak kandung. Pasal 113 1 Pembayaran pensiun pegawai dihentikan dan Surat Keputusan tentang pemberian pensiun pegawai dibatalkan, apabila penerima pensiun diangkat kembali dalam suatu jabatan dengan hak untuk kemudian setelah diberhentikan lagi, memperoleh pensiun. 2 Apabila pegawai dimaksud dalam ayat 1 pasal ini kemudian diberhentikan dari kedudukan terakhir, kepadanya diberikan lagi pensiun pegawai termasuk ayat 1 pasal ini atau pensiun berdasarkan peraturan pensiun berdasarkan peraturan pensiun yang berlaku dalam kedudukan terakhir itu, yang ditetapkan dengan mengingat jumlah masa kerja dan gaji yang lama dan baru, apabila perhitungan ini lebih menguntungkan. Pasal 114 Apabila pegawai atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia, Isteri untuk pegawai pria atau suaminya untuk pegawai wanita yang sebelumnya telah terdaftar, berhak menerima pensiun janda atau duda. Pasal 115 1 Besarnya pensiun janda atau duda sebulan adalah 45 empat puluh lima persen dari dasar pensiun. 35 2 Apabila pegawai tewas, maka besarnya pensiun janda atau duda adalah 70 tujuh puluh persen dari dasar pensiun. 3 Pensiunan janda atau duda yang berkedudukan sebagai pegawai PD. Wawo tetap mendapatkan hak­hak pensiuan sesuai aturan yang berlaku. Pasal 116 1 Apabila pegawai atau penerima pensiun­pensiun pegawai meninggal dunia, sedangkan ia tidak mempunyai istri atau suami, yang berhak menerima pensiun janda atau duda adalah anak kandung. 2 Kepada anak yang ibu dan ayahnya berkedudukan sebagai pegawai PD. Wawo dan kedua­duanya meninggal dunia diberikan satu pensiun janda, bagian pensiun janda atau pensiun duda atas dasar yang lebih menguntungkan. 3 Anak yang berhak menerima pensiun janda atau bagian pensiun janda menurut ketentuan­ketentuan ayat 1 dan ayat 2 pasal ini ialah anak yang pada waktu pegawai atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia : a. Anak kandung pegawai atau penerima pensiun pegawai dari perkawinan dengan isteri atau suami yang terdaftar sebagai yang berhak menerima pensiun janda atau duda; b. Anak kandung adalah anak yang dilahirkan selama perkawinan yang sah dan yang dilahirkan selambat­lambatnya 300 tiga ratus hari sesudah perkawinan itu putus; c. Anak kandung berusia paling tinggi 20 dua puluh tahun dan belum memiliki penghasilan sendiri atau berusia paling tinggi 25 dua puluh lima tahun untuk anak yang masih kuliah yang dibuktikan dengan surat keterangan masih kuliah dari institusilembaga yang berwenang. d. Anak kandung belum menikah atau belum pernah menikah. 4 Pendaftaran istrisuami dan anak yang berhak menerima pensiun harus dilakukan dalam waktu 1 satu tahun sesudah perkawinankelahiran atau sesudah saat terjadinya kemungkinan lain untuk melakukan pendaftaran itu. 5 Apabila batas waktu yang ditentukan sebagimana disebutkan pada ayat 6 pasal ini telah lewat, maka pendaftaran isteri dan suamianak tidak dapat diterima. Pasal 117 Untuk memperoleh pensiun janda atau duda, yang bersangkutan mengajukan surat permintaan kepada Presiden Direksi dengan melampirkan : a. Surat keterangan kematian; b. Salinan Surat Nikah yang disahkan oleh yang berwajib; c. Daftar susunan keluarga yang disahkan oleh yang berwenang; d. Surat keputusan yang menetapkan pangkat dan gaji terakhir pegawai yang meninggal dunia. Pasal 118 1 Pemberian pensiun janda atau duda atau bagian pensiun janda kepada anak kandung dilakukan atas permintaan dari atau atas nama anak kandung yang berhak menerimanya. 2 Permintaan termasuk ayat 1 pasal ini harus disertai : 36 a. Surat keterangan kematian atau salinanya yang disahkan oleh yang berwajib; b. Akta Kelahiran atau Kartu Keluarga pegawai yang bersangkutan yang disahkan oleh yang berwajib yang memuat nama, alamat dan tanggal lahir dari mereka yang berkepentingan; c. Surat keterangan dari yang berwajib bahwa anak itu tidak pernah menikah dan tidak mempunyai penghasilan sendiri; d. Surat keputusan yang menetapkan pangkat gaji pokok terakhir pegawai atau penerima pensiun yang meninggal dunia. Pasal 119 Kepala Bagian atau Kepala Unit Usaha dimana pegawai PD. Wawo yang meninggal dunia terakhir bekerja, berkewajiban untuk membantu agar pengiriman surat permintaan beserta lampiran­lampirannya terlaksana selekas mungkin. Pasal 120 1 Pensiun janda atau duda diberikan mulai bulan berikutnya setelah pegawai yang bersangkutan meninggal dunia. 2 Bagi anak yang dilahirkan dalam batas waktu 300 tiga ratus hari setelah pegawai atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia, haknya diberikan bulan berikutnya dari tanggal kelahiran anak itu. Pasal 121 Pemberian pensiun janda atau duda atau bagian pensiun janda terakhir pada akhir bulan : a. Janda atau duda yang bersangkutan meninggal dunia; b. Tidak lagi terdapat anak­anak yang memenuhi syarat untuk menerimanya. Pasal 122 Apabila penetapan pemberiaan pensiun pegawai dikemudian hari ternyata keliru, maka penetapan tersebut diubah sebagaimana semestinya dengan surat keputusan baru yang memuat alasan perubahan tersebut, akan tetapi kelebihan pensiun yang mungkin telah dibayarkan harus dihitung sebagai hak untuk bulan berikutnya sampai jumlah kelebihan habis. Pasal 123 Hak pensiun yang diberikan kepada jandaduda yang tidak mempunyai anak, dibatalkan, jika jandaduda yang bersangkutan menikah lagi, terhitung dari bulan berikutnya perkawinan itu berlangsung. Pasal 124 1 Hak untuk menerima pensiun dibatalkan jika : a. Jika penerima pensiun pegawai tidak seijin PD. Wawo menjadi anggota Tentara atau Pegawai suatu Negara Asing; b. Jika penerima pensiun pegawai menurut keputusan pejabat yang berwenang dinyatakan salah melakukan tindakan atau terlibat dalam suatau gerakan yang bertentangan dengan kesetiaan terhadap Negara dan Pancasila; 37 c. Jika ternyata keterangan­keterangan yang diajukan sebagai bahan untuk menetapkan pemberian pensiun pegawai tidak benar. 2 Dalam hal tersebut dalam ayat 1 huruf a dan b pasal ini, maka Surat Keputusan pemberian pensiun dibatalkan, sedangkan dalam hal tersebut huruf a pasal ini, Surat Keputusan termaksud dicabut. Pasal 125 1 Sumber dana pensiun pegawai dapat dihimpun dari : a. Persentase dari laba untuk dana pensiun; b. Iuran pensiun; c. Dana­dana dan penghasilkan lain yang sah. 2 Jumlah atau besarnya Iuran Dana Pensiun untuk pegawai dan cara­cara pembayaran melalui pemotongan gaji pegawai akan diantur tersendiri dengan Keputusan Presiden Direktur.

BAB X BELANJA PEGAWAI