atributnya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka
peneliti menentukan bahwa yang menjadi subjek penelitian ini adalah orangindividu, ataupun sekelompok orang yang dapat memberikan informasi, argumentasi, dan atau memiliki peran
penting dalam upaya pengembangan objek wisata air panas Mantikole. Adapun orang-orang yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan terkait dengan pengembangan objek wisata
tersebut antara lain pengunjung wisata Mantikole, aparat desa dan pemerintah Dinas Pariwisata Kabupaten Sigi. Penentuan informan dalam penelitian yang dilakukan, yaitu
menggunakan model snow ball sampling. Metode ini digunakan untuk memperluas subjek penelitian. Hal lain yang harus diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif, kuantitas subjek
bukanlah hal utama sehingga pemilihan informan lebih didasari pada kualitas informasi yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan
data sekunder dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara interview, dan dokumentasi. Instrument penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara. Analisis data
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, maka analisis data yang penulis lakukan
adalah teknik analisis data kualitatif. Dalam menganalisis data yang terkumpul, penulis melakukan tiga tahap, yaitu: reduksi data, penyajian data, kemudian disimpulkan.
III. HASIL
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas pendukung kepariwisataan yang berfungsi memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan. Kelengkapan fasilitas dapat
meningkatkan volume pengunjung di objek wisata tersebut. Adapun fasilitas penunjang yang terdapat di objek wisata air panas Mantikole terdiri dari:
1 Penginapancottage Mengingat prinsip pariwisata yaitu, bagaimana membuat wisatawan bertahan lama
dan menghabiskan uang dilingkungan objek wisata yang dikunjunginya agar dapat memajukan
perekonomian, maka
objek wisata
seharusnya menyediakan
Penginapancottage. Penginapan merupakan fasilitas penunjang yang memiliki peran penting untuk memajukan suatu objek wisata, tetapi penginapancottage yang terdapat di
objek wisata air panas Mantikole dalam kodisi yang tidak layak pakai sehingga keberadaanya hanya mengurangi nilai estetika objek wisata.
2 Warung Warung merupakan tempat menjual makanan, minuman dan sebagainya. Selain
untuk meningkatkan perekonimian masyarakat setempat, tersedianya warung juga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi para pengunjung agar mereka tidak harus membawa
makanan sendiri dari rumah. Tetapi warung yang ada di area objek wisata air panas Mantikole hanya berjualan pada hari sabtu dan minggu.
3 Kamar mandiWC Kamar mandiWC merupaka hal pokok dan penting yang harus ada dilingkungan
objek wisata, tetapi saat ini kamar mandi yang ada dilingkungan objek wisata tidak dapat digunakan karena kondisi atap, pintu, dan bak penampung air telah rusak.
4 Gazebo Gazebo adalah tempat yang digunakan oleh pengunjung untuk duduk beristirahat.
Gazebo merupaka satu-satunya fasilitas penunjang yang terdapat di area objek wisata air panas Mantikole dalam kondisi baik. Setelah objek wisata diambil alih oleh dinas
pariwisata fasilitas tersebut telah diperbaiki. Banyak hal yang menyebabkan kurangnya minat wisatawan untuk mengunjungi
suatu objek wisata seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa wisatawan berikut ini: a Potensi objek wisata air panas Mantikole
Objek wisata air panas Mantikole memiliki potensi yang sangat unik dan jarang dimiliki oleh objek wisata lain yaitu sumber air panas yang melimpah, dekat dengan sungai, dan
posisinya yang berada di kaki gunung menambah daya tarik tersendiri bagi objek wisata air panas Mantikole. Potensi yang dimiliki oleh objek ini apabila dikelolah dengan baik akan
menjadi aset penting bagi Desa Mantikole, dan Kabupaten Sigi Wawancara dengan Bapak Nasrun Ismail, tanggal 15 Juni 2014.
b Kebersihan lingkungan objek wisata Lingkungan objek wisata air panas Mantikole kadang terlihat bersih, kadang terlihat
kotor. Tergantung dari hari apa mengunjunginya. Kalau berkunjung pada hari sabtu dan minggu, lingkungan objek wisata terlihat bersih meskipun kebersihannya kurang maksimal.
Selain dari hari itu objek wisata selalu terlihat dalam kondisi yang kurang bersih, seperti
dedaunan yang berserakan di halaman, tumpukan sampah yang terdapat dibeberapa sudut sampai pada kolam renang dan airnya yang berlumut Wawancara dengan ibu Ida tanggal 20
Juni 2014. Hal senada juga dikemukakan olek bapak Nasrul Ismail yakni tingkat kebersihan objek
wisata air panas Mantikole masih sangat rendah, sehingga menimbulkan ketidak nyamanan di lingkungan objek wisata seperti dinding dan lantai kolam yang ditumbuhi lumut, lingkungan
yang kurang bersih, serata penataan lingkungan yang kurang rapih. c Aktifitas pengunjung
Fasilitas penunjang rekreasi yang tersedia di objek wisata air panas Mantikole masih sangat terbatas sehingga satu-satunya aktivitas yang dapat dilakukan hanya berendam air panas.
Tidak ada atraksi lain yang dapat dilakukan padahal disekitar objek wisata tersedia sumber daya air yang cukup melimpah dan dapat dieksploitasi secara arif, agar dapat memenuhi
kebutuhan wisatawan yang ada di lokasi objek wisata. Potensi alami yang dimiliki objek wisata ini masih mampu menarik minat masyarakat
luas untuk mengunjunginya meskipun dengan tujuan tertentu, akan lebih banyak lagi pengunjungnya kalau pengambil kebijakan berusaha untuk mensinergiskan potensi dan sumber
daya yang ada untuk mewujudkan kegiatan yang kompleks Wawancara dengan Bapak Titus tanggal 22 Juni 2014.
d Jenis pelayanan di destinasi Pada dasarnya, pelayanan disuatu objek wisata bisa diklasifikan menjadi dua yakni
pelayanan secara langsung, dan tidak langsung. Pelayanan secara langsung dapat berupa penyediaann layanan informasi mengenai hal-hal yang dibutuhkan wisatawan, dan pelayanan
secara tidak langsung berupa penyediaan fasilitas pokok maupun fasilitas penunjang yang dapat memberikan rasa nyaman bagi wisatawan yang ada di area objek wisata. berdasarkan
klasifikasinya, berarti pelayanan yang tersedia adalah pelayanan secara tidak langsung, itupun belum begitu maksimal belum bisa memenuhi kebutuhan wisatawan dengan baik Wawancara
dengan Ibu Fatmawati, tanggal 22 Junni 2014. e Kondisi fasilitas penunjang
Selain memiliki kelebihan, objek wisata ini juga memiliki banyak kekurangan. Kelebihan yang dimiliki berupa sumber air yang melimpah, dan letaknya yang berada di kaki
gunung namun aksesnya pencapaiannya sangat mudah dijangkau. Adapun kekurangannya
terletak pada fasilitas yang dimilikinya yaitu atraksi wisata yang sangat terbatas, kebersihan kolam yang kurang diperhatikan, kamar mandiWC yang tidak dapat digunakan, serta penataan
lingkungannya tidak teratur Wawancara dengan Bapak Farid tanggal 21 Juni 2014. f Ketersediaan fasilitas penunjang
Objek wisata yang baik yaitu dapat memberi kenyamanan dan kepuasan bagi setiap wisatawan yang mengunjuginya, oleh karena itu objek wisata semestinya menyediakan fasilitas
pokok maupun fasilitas pelengkap wisata. Namun kenyataannya objek wisata ini belum menyediakan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawa. Selain memerlukan
pemeliharaan objek ini juga memerlukan penambahan dan pengembangan fasilitas seperti pengadaan toko cindera mata, rumah makan, penataan lingkungan, pengadaan atraksi wisata
seperti water boom, out bound, play ground
hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat manikmati objek wisata ini. Fasilitas penunjang rekreasi yang tersedia disini kurang memadai,
karena yang tersedia disini hanya kolam air panas. Meskipun objek ini mengandalkan sumber mata air panas, tidak seharusnya perhatian para pengelolah hanya terfokus pada fasilitas air
panas saja. Untuk meningkatkan volume pengunjung di objek wisata air panas Mantikole perlu
dilakukan pengembangan dengan strategi yang tepat. Adapun strategi yang dikemukakan oleh beberapa informan adalah sebagao berikut:
a Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Panas Mantikole Mekanisme pengembangan suatu objek wisata pada dasarnya harus memperhatikan
keinginan dan kebutuhan seseorang melakukan perjalanan wisata, sehingga pengguna kawasan dapat merasakan kawasan wisata tersebut secara totalitas, tetapi selain memperhatikan
keinginan dan kebutuhan tentunya ada hal lain yang menjadi dasar pertimbangan dalam pengembangan suatu objek wisata yaitu potensi dan daya dukung sumberdaya lokal di destinasi
yang berupa: sumber pendanaan, ketersediaan lahan, serta peran aktif para pelaku usaha kepariwisataan dari masyarakat Mantikole, yang sangat berpengaruh untuk keberlanjutan
pengembangan kepariwisataan di destinasi tersebut. Ketika sumberdaya lokal di destinasi mengalami keterbatasan, maka tingkat persaingan untuk pemanfaatannya juga akan semakin
meningkat dan kesempatan untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut juga akan tinggi,
sehingga biaya yang harus dibayar untuk penyelenggaraan kepariwisataan akan semakin besar dan keberlanjutan usaha kepariwisataan akan terganggu.
Untuk mengembangkan objek wisata air panas Mantikole, selain mengutamakan daya dukung sumberdaya lokal, juga perlu dilakukan pelatihan kepada masyarakat lokal agar dapat
berperan aktif sebagai pelaku usaha kepariwisataan di destinasi wawancara dengan Bapak Mohammad Rum tanggal, 8 Juli 2014.
b Promosi wisata
Promosi kepariwisataan pada prinsipnya merupakan kegiatan komunikas yang dilakukan oleh penyelenggara pariwisata yang berusaha mempengaruhi khalayak yang
merupakan sasaran dari penjualan produk wisata. Ada berbagai macam cara untuk berpromosi tergantung dari segmen pasar yang menjadi sasaran. Pemilihan segmen pasar juga harus
disesuaikan dengan produk wisata, jangan sampai memilih cara berpromosi pada level yang lebih tinggi sedangkan produk yang ditawarkan belum mencapai standar. Oleh karena itu,
penyelenggara promosi objek wisata air panas Mantikole masih memilih jalur promosi melalui brosur yang biasanya dibagikan kepada para pelajar. Objek wisata air panas Mantikole saat ini
sedang direncanakan untuk direnovasi, setelah dilakukan renovasi penyelanggara promosi akan meningkatkan teknik promosinya yakni melakukan kerja sama dengan travel agency, dan
melakukan promosi di media massa Wawancara dengan ibu I Made Rako Wardani tanggal 8 Juli 2014.
c Pengembangan objek wisata air panas Mantikole
Pengembangan dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, didalam mengupayakan pengembangan, perencanaan yang
baik menjadi tindakan yang mutlak dilakukan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, sehingga sasaran yang akan dituju sesuai dengan yang
diharapkan. Objek wisata air panas Mantikole memiliki potensi yang bisa diandalkan dan dapat menjadi aset penting bagi daerah, tetapi dengan mengandalkan potensi saja tudak cukup
untuk meningkatkan pendapatan daerah. Objek wisata air panas Mantikole memiliki daya tarik yang apabila dikelolah secara maksimal akan bernilai ekonomis tinggi. Dengan kondisi seperti
saat ini, objek wisata air panas Mantikole sangat perlu untuk dikembangkan yaitu dengan melakukan penataan lingkungan objek wisata, pengadaan play ground, dan toko cindera mata.
Sehubungan dengan potensi yang dimilikinya, objek wisata air panas Mantikole seharusnya
menyediakan atraksi air yang berfariasi, baik untuk dewasa maupun anak-anak. Adapun fasilitas yang harus diperhatikan yaitu kolam renang untuk orang dewasa dan anak-anak,
adapun fasilitas penunjang yang perlu mendapat perhatian yaitu kamar mandiWC, dan cottage. Untuk mengembangkan suatu objek wisata, alangka baiknya jika dilakukan studi banding
dengan objek wisata yang telah dianggap maju dan dikunjungi oleh banyak wisatawan asing. Hal ini dimaksudkan agar konsep pengembangan objek wisata tidak terpaku dengan objek
wisata yang telah berkembang di Sulawesi khususnya di Sulawesi Tengah wawancara dengan bapak Sudin.M, tanggal 16 Juni.
a Upaya yang dilakukan untuk mengembalikan volume pengunjung Sekitar 15 tahun yang lalu, objek wisata air panas Mantikole pengujungnya sangat
ramai terutama di hari sabtu dan minggu. Namun saat ini pengunjung objek wisata sering terlihat sepi, hal ini disebabkan oleh tiga faktor yaitu pertama berkembangnya objek wisata di
berbagai daerah dengan kondisi yang lebih menarik sehingga menimbulkan persaingan antar objek wisata.
Kedua rendahnya daya tarik yang dimiliki objek wisata. Ketiga faktor
keamanan, untuk keamanan bukan hanya desa Mantikole saja tetapi sepanjang akses menuju objek wisata Mantikole sering terjadi konflik sehingga menjadi pertimbangan bagi wisatawan
untuk mengunjungi objek wisata Mantikole. Untuk mengembalikan volume pengunjung objek wisata seperti semula, tentunya ketiga
faktor penghambat tersebut harus segera diatasi dengan cara meningkatkan daya tari wisata, dan memperbaiki sarana dan prasarana penunjang. selain itu juga perlu melakukan promosi
agar objek wisata lebih dikenal oleh masyarakat luas Wawancara dengan Bapak Patuhuddin, tanggal 19 Juni 2014.
IV. PEMBAHASAN