Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo.

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PEMANDIAN

AIR PANAS RAJA BERNEH DOULU

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

(PAD) KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh : JULIAN SINULINGGA

060903052

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Biarlah semua yang bernafas memberikan pujian dan syukur hanya kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus Sang Pencipta dan Pembawa Damai. Oleh karena Kasih dan Karunia-Nyalah, aku boleh menjalani kuliah hingga saatnya sampai pada penyelesaian skripsiku. Kemuliaan hanya bagi-Mu Tuhan.

Skripsi ini berjudul “Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo”. Dalam skripsi ini, penulis membahas tentang bagaimana strategi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo dalam mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh yang ada di desa Doulu sehingga berkonstribusi terhadap pemasukan daerah dalam bentuk kas daerah sekaligus meningkatkan PAD Kabupaten Karo.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan, baik secara moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

3. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan masukan dan arahan kepada penulis, Terima kasih atas perhatian dan waktunya. 4. Seluruh staff dan dosen di lingkungan Departemen Ilmu Administrasi Negara serta

seluruh staff administrasi pendidikan, ruang baca FISIP dan Perpustakaan USU. 5. Teristimewa untuk keluargaku tercinta, Orangtuaku yang selalu berjuang untuk aku,


(3)

semangatku selalu setia memberikan nasihat supaya tekun dan sabar dalam menjalani perkuliahan sampai mengerjakan skripsi. Dan buat kakak dan abangku, Debora br Sinulingga,ST dan Adrian Sinulingga, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

6. Orang-orang terdekatku yang selalu aku cintai,nenek Iting dan semua lakiku, semua mama dan mamiku yang selalu mendukung dan mendoakanku.Bujur kukataken man bandu kerina.

7. Teman-teman dan sahabatku di PERMATA GBKP Kabanjahe Kota. Aku sangat menghargai kalian semua.Terima kasih atas semua dukungan dan doanya.

8. Teman-teman seperjuanganku semasa magang di Pengururan, Samosir, di Penginapan Asido Star : Rolla Surbakti, Butet Sitompul, Dina Fujisari Situmeang, Junaedi Mabun, Ony Y. Pakpahan, Jhoan Berutu dan Yulia Sinaga.Semoga sukses bagi kalian semuanya ke depan.

9. Semua teman-teman sejawat AN’06.Aku senang bisa mengenal kalian semua,terima kasih atas semua kenangannya dan selamat berjuang untuk cita-cita kita masing-masing.

10. Seluruh informan yang telah bersedia memberikan informasi dan keterangan selama penelitian, seluruh staff pegawai di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo, terutama Bapak Dinasti Sitepu S.Sos(Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo), Ibu Eva Angela S.SS,MM (Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata),Bapak Musa Ginting,SH(Kepala Seksi Pengembangan Objek Dan Daya Tarik Wisata),Bapak Piala Putera,SE(Kepala Bidang Pemasaran Dan Promosi Usaha Pariwisata),Ibu Pintamuli br Pinem(Kepala Seksi Informasi Dan Promosi Pariwisata ),Bapak Edison Barus dan Bapak Antoni Ginting(Staff di bidang Pariwisata),Bapak Robert Sinuhaji,SE(Anggota DPRD Kabupaten


(4)

Karo),Bapak Idris Bangun(Unsur LSM).Saya ucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan dan kemudahan yang diberikan dalam memperoleh data.Semoga tulisan saya dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan pariwisata di Kabupaten Karo.

Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam skripsi ini.Oleh karena itu,penulis menerima saran,masukan maupun kritikan dari semua pihak.

Akhir kata ,semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2011 Penulis


(5)

ABSTRAK

Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo

Nama : Julian Sinulingga NIM : 060903052

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP

PAD merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya yang mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa objek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor pengembangan terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan PAD.

Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkaia tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran itu sedangkan pengembangan adalah proses, cara, perbuatan menjadi maju atau pembangunan secara bertahap, teratur dan berkelanjutan, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan juga dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Pengembangan Objek Wisata merupakan proses pembangunan objek wisata secara bertahap dan berkelanjutan demi tercapainya fungsi pariwisata yang sesungguhnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karo.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisi kualitatif, dapat diartikan sebagai penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan diiringi dengan interpretasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi dalam mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu berhasil dalam rangka meningkatkan PAD di Kabupaten Karo.Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan peningkatan angka pemasukan bagi daerah sejak diberlakukannya pengelolaan yang terkontrol oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 6

1.5.1 Stategi ... 6

1.5.1.1 Konsep Manajemen Strategis ... 7

1.5.2 Pengembangan ... 10

1.5.3 Pariwisata ... 10

1.5.3.1 Komponen Pariwisata ... 12

1.5.3.2 Pelaku Pariwisata ... 13

1.5.4 Objek Wisata ... 15

1.5.4.1 Pengertian Objek Wisata ... 15

1.5.4.2 Jenis Objek Wisata ... 15

1.5.4.3 Pengembangan Objek Wisata ... 18

1.5.4.4 Tujuan Pengembangan Objek Wisata ... 20

1.5.4.5 Manfaat Perencanaan Pengembangan Objek Wisata ... 20

1.5.4.6 Aspek-Aspek yang perlu diperhatikan dalam Pengembangan Objek Wisata ... 21


(7)

1.5.5 Keuangan Daerah ... 22

1.5.6 Pendapatan Asli Daeah ... 23

1.5.6.1 Pajak Daerah ... 25

1.5.6.2 Retribusi Daerah ... 26

1.5.6.3 Perusahaan Milik Daerah ... 29

1.5.6.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah... 30

1.6 Defenisi Konsep ... 31

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian... 32

2.2 Lokasi Penelitian ... 32

2.3 Informan Penelitian ... 32

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

2.5 Teknik Analisis Data ... 34

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Karo………... . 36

3.1.1 Kependudukan……….. 37

3.1.2 Administrasi Pemerintahan ... 37

3.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo ... 38

3.2.1 Visi dan Misi ... 38

3.2.2 Struktur Organisasi ... 40

3.2.3 Jumlah dan Komposisi Personalia Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo ... 42

3.2.4 Susunan Kepegawaian Penugasan ... 44


(8)

3.3 Objek Wisata Permandian Air Panas Raja Berneh Doulu ... 49

3.3.1 Letak ... 49

3.3.2 Fasilitas ... 50

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Pelaksanaan Wawancara ... 52

4.2 Keterangan Para Informan Mengenai Strategi Pengembangan Objek Wisata Permandian Air Panas Raja Berneh Doulu dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo ... 54

4.2.1 Strategi Pengembangan Objek Wisata Permandian Air Panas Raja Berneh Doulu ... 56

4.2.2 Sarana dan Prasarana ... 65

4.2.3 Promosi ... 71

4.2.4 Pendidikan dan Pelatihan... 75

4.2.5 Program Perancangan Strategi Pengembangan ... 77

4.2.6 Retribusi dari Objek Wisata Permandian Air Panas Doulu ... 83

4.2.7 Tabel Perkembangan Pengunjung yang datang ke Objek Wisata Permandian Air Panas Raja Berneh Doulu ... 88

BABV ANALISA DATA 5.1 Strategi Pengembangan Objek Wisata Permandian Air Panas Raja Berneh ... 89

5.2 Sarana dan Prasarana ... 91


(9)

5.4 Pendidikan dan Pelatihan ... 93 5.5 Program Perancangan Strategi Pengembangan ... 94 5.6 Retribusi dan Objek Wisata Permandian Air Panas

Doulu... 94 5.7 Perkembangan Pengunjung yang datang ke Objek Wisata

Permandian Air Panas Raja Berneh Doulu ... 96 5.8 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDRB Sektor

Pariwisata Di Kabupaten Karo ... 97 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 103 6.2 Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN


(10)

ABSTRAK

Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo

Nama : Julian Sinulingga NIM : 060903052

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP

PAD merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya yang mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa objek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor pengembangan terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan PAD.

Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkaia tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran itu sedangkan pengembangan adalah proses, cara, perbuatan menjadi maju atau pembangunan secara bertahap, teratur dan berkelanjutan, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan juga dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Pengembangan Objek Wisata merupakan proses pembangunan objek wisata secara bertahap dan berkelanjutan demi tercapainya fungsi pariwisata yang sesungguhnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karo.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisi kualitatif, dapat diartikan sebagai penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan diiringi dengan interpretasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi dalam mengembangkan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu berhasil dalam rangka meningkatkan PAD di Kabupaten Karo.Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan peningkatan angka pemasukan bagi daerah sejak diberlakukannya pengelolaan yang terkontrol oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Dalam pengembangan daerah sudah barang tentu dibutuhkan peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pemerintahan Daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan serta sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Dalam mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, sudah barang tentu daerah memerlukan biaya yang cukup besar guna membiayai penyelenggaraan


(12)

pemerintahan dan pembangunan di daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur sumber-sumber pendapatan daerah, yang terdiri atas :

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu terdiri dari a. Hasil pajak daerah,

b. Hasil retribusi daerah,

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

2) Dana Perimbangan; dan

3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah ( Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004). PAD yang merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan PAD. Untunglah di Indonesia ini masih mempunyai potensi alam dan seni budaya yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Dengan kata lain, menurut Desmon dalam Marpaung (2002), sektor pariwisata memberikan peranan yang sangat besar dan membantu dalam percepatan pembangunan di daerah.

Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup andal, juga merupakan sektor yang mampu


(13)

menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini pemerimah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai penghasil devisa, meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, memperkokoh persatuan, dan kesatuan, serta mengenal budaya bangsa. Dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya kepribadian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup. Pembangunan kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya serta antara berbagai usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar agar saling menunjang. Hal ini didukung oleh letak Indonesia yang strategis, yaitu terletak diantara dua benua dan dua samudera, serta berada di bawah garis khatulistiwa sehingga Indonesia beriklim tropis, sangat mendukung untuk pengembangan pariwisata. Di samping itu, kondisi alam sangat mendukung karena wilayah Indonesia terdiri dari pulau-pulau dengan masyarakat yang pluralistis didalamnya terkandung beraneka ragam suku, adat.istiadat, dan kebudayaan (kepercayaan, seni, moral) yang berbeda-beda serta mempunyai potensi keindahan alam yang terdapat di seluruh penjuru tanah air. Hal ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik domestik maupun manca negara untuk berkunjung ke Indonesia.

Demikian halnya dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang saat ini tengah melaksanakan program pengembangan industri pariwisata. Provinsi Sumatera Utara mempunyai potensi di bidang pariwisata yang cukup besar untuk dikembangkan dengan terdapatnya berbagai obyek wisata baik obyek wisata alam maupun obyek


(14)

wisata buatan. Potensi pariwisata Sumatera Utara dimana Danau Toba sebagai andalannya sudah tidak diragukan lagi. Panorama dan keindahan yang disajikan Danau Toba yang terjadi akibat letusan Gunung Toba itu, akan membuat pengunjuag berdecak kagum, karena sepanjang mata memandang keindahan demi keindahan terbentang mengelilingi Danau Toba. Selain mengunjungi Danau Toba, wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara dapat juga mengunjungi berbagai tujuan wisata yang terdapat di Kabupaten Karo. Kabupaten Karo di samping memiliki potensi sektor pertanian, juga memiliki potensi pariwisata yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo. Salah satu dari potensi wisatawan yang dianggap unggul yang dimiiki oleh Kabupaten Karo adalah Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu. Pemandian Air Panas Raja Berneh adalah sumber air panas yang mengandung belerang. Konon, sumber air panas ini berasal dari kawah Gunung Sibayak. Kawasan ini memang berada di pertemuan lereng Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak dan merupakan wilayah objek wisata gunung api. Mata air panas muncul melalui retakan dari aliran lava di daerah selatan lereng Gunung Sibayak yang kemudian ditampung di dalam kolam. Objek Wisata Pemandian Air Panas Doulu telah diperkirakan akan berkembang menjadi salah satu sumber andalan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karo. Hal ini dapat diamati dari meningkatnya jumlah pendapatan daerah sejak dimulainya pengelolaan yang terkontrol oleh Pemerintah Kabupaten Karo, dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pariwisata. Berbagai upaya telah ditempuh untuk mempromosikan dan memperkenalkan objek wisata alam ini kepada umum, baik melalui media massa maupun elektronik. Namun langkah promosi tidak cukup untuk mencapai cita-cita tersebut. Sebagai penyokong PAD untuk Kabupaten Karo, Pemerintah Daerah akan tetap mengadakan pembangunan-pembangunan untuk penyempurnaan kawasan wisata


(15)

alam ini, termasuk pemeliharaan dan perbaikan-perbaikan pada setiap fasilitas yang mengalami kerusakan baik karena faktor manusia maupun faktor alam atau usia. Keberadaan Objek Wisata Pemandian Air Panas ini akan kurang berdaya guna apabila Pemerintah Kabupaten Karo sebagai pihak pengelola tidak berupaya untuk mengelolanya dengan baik. Oleh karena itulah, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu sehingga pada akhirya dapat diandalkan menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karo.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini nantinya, dan supaya penulis dapat terarah dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam pembahasan, maka terlebih dahulu dirumuskanlah permasalahannya. Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana penulis mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian (Arikunto, 2002:47).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu sebagai berikut : “Bagaimana Strategi Pengambangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian, pada dasarnya tujuan penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai melakukan penelitian (Hasan, 2002:44).


(16)

pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian adalah : 1. Bagi Dinas Pariwisata, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang

berharga dan berguna dalam mengembangkan objek wisata.

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa. Serta dapat menjadi salah satu referensi tambahan bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.

3. Bagi peneliti bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah, serta melatih penulis untuk menerapkan teori-teori akademis yang diperoleh selama perkuliahan.

1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepemimpinan dan ketentaraan. Konotasi ini berlaku selama perang yang kemudian berkembang menjadi manajemen ketentaraan dalam rangka mengelola para tentara. Pada tahun 1990-an strategi dapat didefenisikan menetapkan arah kepada “manajemen”. Dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan dalam pasar.(Dirgantoro, 2001:5)


(17)

dan penerapan serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran itu. (Chandler, 1962 dalam MSDM Strategik)

Elemen strategi ialah :

1. Tujuan jangka panjang, yaitu pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan kemampuan untuk mencapainya.

2. Sumber keunggulan, yaitu pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan pelanggan oleh organisasi yang juga menunjukkan cara terbaik untuk berkompetisi dengan pesaing di dalam pasar. (Dirgantoro, 2001:6)

1.5.1.1 Konsep Manajemen Strategis

Defenisi manajemen menurut Dharma Setiawan (2004:10) ialah kegiatan organisasi, sebagai suatu usaha dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu yang mereka taati sedemikian rupa sehingga diharapkan hasil yang akan dicapai sempurna, yaitu efektif dan efesien.

Menurut Dirgantoro ( 2001:10) manajemen strategis ialah :

1. Suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat merespon perubahan-perubahan di dalam lingkungannya baik yang bersifat internal maupun eksternal.

2. Kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan yang bersifat cross-fungsional yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan

3. Usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di perusahaan untuk menggunakan atau menangkap peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan pemisahaan yang telah ditetapkan sesuai misi yang telah ditentukan.


(18)

Manajemen strategis merupakan kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan penerapan strategi yang didesain untuk mencapai sasaran organisasi. (Pearch dan Robinson, 1988 dalam MSDM Strategik).

Manajemen strategis memberikan gambaran kepada pengambil keputusan mengenai bagaimana suatu institusi dapat digerakan untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diembannya dengan mengolah secara efektif faktor-faktor strategis yang ada.

Untuk menerapkan teknik manajemen strategis secara baik dan berhasil, maka harus mempertimbangkan delapan langkah pokok berikut ini (Bryson, 1999:55-71) :

1. Memprakarsai dan meminta persetujuan terhadap suatu proses manajemen atau perencanaan strategis. Untuk itu perlu dilakukan negosiasi dengan para pengambil atau pembuat keputusan untuk memperoleh dukungan dan komitmen dalam pelaksanaannya nanti.

2. Mengidentifikasi mandat institusi atau organisasi. Suatu mandat di dalamnya terkandung hal-hal yang harus atau dapat dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakuka.

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai institusi atau organisasi. Penting untuk diidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sebagai tujuan termasuk didalamnya kebutuhan sosial atau politik yang ingin dicapai.

4. Menilai lingkungan eksternal yang menyangkut peluang maupun ancaman yang ada. Faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan eksternal ini meliputi politik, ekonomi, sosial dan teknologi.

5. Menilai lingkungan internal yang berhubungan dengan kekuatan yang dimiliki institusi maupun kelemahan yang ada. Dalam hal ini institusi dapat memantau sumber daya sebagai input, strategi saat ini sebagai proses, dan kinerja yang


(19)

diperoleh sebagai output.

6. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi, yang antara lain menyangkut tujuan, cara, falsafah, lokasi, keakuratan waktu, kelompok-kelompok yang memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian jika strategi baru dijalankan.

7. Merumuskan strategi untuk mengolah atau menangani isu-isu yang ada. 8. Menciptakan suatu visi institusi atau organisasi yang efektif bagi masa depan.

Manajemen strategis adalah perencanaan berskala besar yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi) dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan principal), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi) dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.

Manajemen strategis memiliki tiga elemen dasar, yaitu : 1. Analisa lingkungan, terdiri dan internal dan eksternal. 2. Penetapan, terdiri dari visi, misi dan mandat.

3. Strategi utama (induk).

Konsep atau kerangka berpikir manejemen strategis berupaya mencari jalan keluar bagi institusi atau organisasi untuk beradaptasi kembali terhadap perubahan dan tantangan lingkungan melalui pencarian isu atau faktor strategis dengan menggunakan teknik-teknik manajemen, agar kemajuan dapat dipertahankan dengan kinerja yang semakin optimal.


(20)

1.5.2 Pengembangan

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan menjadikan maju atau pembangunan secara bertahap, teratur dan berkelanjuntan, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan juga dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, didalam mengupayakan pengembangan, perencanaan yang baik menjadi tindakan yang mutlak dilakukan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu strategi pengembangan yang terintegrasi, sehingga sasaran yang akan dituju sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan disini mengandung pengertian perbuatan mengembangkan pariwisata agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo.

1.5.3 Pariwisata

Menurut arti katanya, pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu “pari” yang artinya penuh, seluruh, atau semua, dan “wisata” yang berarti perjalanan. Kata pariwisata dapat diartikan perjalanan penuh, mulai dari berangkat dari suatu tempat, ke satu atau beberapa tempat lain dan singgah, kemudian kembali ke tempat semula (Kuncoro, 2004:295).

Menurut Damanik (2006:1), pariwisata dalam arti luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. la terikait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, peyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya.

Dari pengertian pariwisata di atas, dapat diketahui bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya. Biaya-biaya yang dimaksud antara lain


(21)

biaya konsumsi, biaya menginap, biaya transportasi dan lain-lain. Berkaitan dengan itulah. maka kunjungan wisatawan mempunyai dampak ekonomi kepada daerah tujuan wisata yang didatangi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung adalah dengan adanya kunjungan wisatawan, maka akan menciptakan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan jasa industri pariwisata seperti hotel atau losmen, rumah makan, sarana angkutan atau travel biro, dan berbagai jenis hiburan yang lain. Dengan adanya kegiatan pemenuhan kebutuhan wisatawan ini, akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dampak tidak langsung adalah sebagai pemicu perkembangan bidang-bidang lainnya seperti pembangunan daerah yang bersangkutan, pendapatan asli daerah, industri, dan lain-lain (Yoeti, 2002:57-58).

Lebih lanjut Pendit (2002: 33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berikut : Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan atau kesehatan, proyek sarana budaya dan kelestarian lingkungan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi wisatawan dalam lingkungan wilayah yang bersangkutan, maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, di mana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan di tengah-tengah industri lainnya. Adapun yang menjadi manfaat Pariwisata adalah :

1. Meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara ;

2. Membuka kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan bagi masyarakat ; 3. Merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat ;


(22)

4. Meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, pendapatan daerah, dan devisa negara ;

5. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan ;

6. Membantu dan menunjang gerak pembangunan, seperti penyediaan sarana dan perasarana yang diperlukan :

7. Menjaga kelestarian flora, fauna, dan lingkungan. Sedangkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah :

1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata ;

2. Memupuk rasa cinta tanah air ;

3. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja ;

4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka peningkatan dan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat ;

5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional

1.5.3.1. Komponen Pariwisata

Menurut Hadinoto (1996:32-34), sistem pariwisata terdiri dari lima (5) komponen besar, dimana komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang memerlukan keterkaitan, ketergantungan dan keterpaduan, yaitu :

1. Atraksi Wisata : adalah daya tarik wisatawan seperti sumber daha manusia-budaya dan adat istiadat, dan sebagainya.

2. Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian yang penting.


(23)

perilaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi dan hal-hal lain yang menyangkut wisatawan.

4. Transportasi ; menyangkut orang ke dan dari destinasi pariwisata.

5. Fasilitas / Pelayanan ; untuk mendukung aktivitas pariwisata, yang didominasi pihak swasta.

1.5.3.2. Pelaku Pariwisata

Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut Damanik (2006:19-24) adalah :

1. Wisatawan;adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.

Wisatawan memiliki beragam motif dan latar belakang (minat, ekspektasi, karateristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan wisata. Dengan perbedaan tersebut, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata.

2. Industri Pariwisata/Penyedia Jasa ; adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Mereka dapat digolongkan ke dalam dua golongan utama, yaitu :

a. Pelaku Langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan lain-lain.

b. Pelaku Tidak Langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembaran panduan wisata, dan sebagainya.


(24)

3. Pendukung Wisata ; adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu. Termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, penjualan BBM dan sebagainya.

4. Pemerintah ; sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah juga bertanggungjawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan peran masing-masing.

5. Masyarakat Lokal ; adalah masyarakat yang bermukin di kawasan wisata. Mereka merupakan salah satu aktor penting dalam pariwisata karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokal merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan dan lanskap merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada di tangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu, perubahan-perubahan yang terjadi dikawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka.

6. Lembaga Swadaya Masyarakat ; merupakan organisasi non-pemerintah yang sering melakukan aktivitas kemasyarakatan di berbagai bidang, termasuk di bidang pariwisata, seperti proyek WWF untuk perlindungan Orang Utan di Kawasan Bahorok Sumatera Utara atau di Tanjung Putting Kalimantan Selatan, Kelompok Pecinta Alam, Walhi, dan lain-lain.


(25)

1.5.4 Objek Wisata

1.5.4.1. Pengertian Objek Wisata

Objek Wisata atau “tourist atracction” adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Dalam Ilmu Kepariwisataan, Objek Wisata atau lazim disebut Atraksi merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 5, Objek Wisata atau disebut Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya terik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.

1.5.4.2. Jenis Objek Wisata

Seiring dengan perkembangan industri pariwisata, maka muncullah bermacam-macam objek wisata yang lama-kelamaan mempunyai cirinya tersendiri. Perkembangan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang saat ini melakukan perjalanan wisata berdasarkan alasan dan tujuan yang berbeda-beda.

Di bawah ini diuraikan mengenai beberapa jenis objek wisata yang dikelompokkan bedasarkan alasan atau motivasi serta tujuan wisatawan dalam melakukan suatu perjalanan wisata, antara lain :

1. Objek Wisata Budaya

Perjalanan ke objek wisata ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang, dengan jalan mengadakan kunjungan atau melakukan


(26)

peninjauan ketempat lain, untuk mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni hidup mereka.

2. Objek Wisata Kesehatan

Perjalanan seorang wisatawan ke objek wisata ini dilakukan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan kesehatannya dan untuk beristirahat.

3. Objek Wisata Olahraga

Wisatawan yang melakukan perjalanan ke objek wisata ini mempunyai tujuan untuk berolah raga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu.

4. Objek Wisata Komersial

Perjalanan yang dilakukan ke objek wisata ini dengan tujuan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial

5. Objek Wisata Politik

Perjalanan ke objek wisata ini dilakukan dengan tujuan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik.

6. Objek Wisata Pilgrim

Perjalanan wisata ke tempat ini sering dihubungkan dengan agama, sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan wisatawan, dan biasanya mempunyai tujuan yang dihubungkan dengan niat atau hasrat wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman, dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.

7. Objek Wisata Bahari

Perjalanan ke objek wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, atau berkeliling melihat taman


(27)

laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air.

Menurut Marpaung (2002 : 80-93), Objek Wisata atau Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, yang terdiri dari :

1. Objek Wisata Alam, meliputi ;

a. Pantai, merupakan salah satu objek dan daya tarik wisata yang berkaitan erat dengan aktivitas seperti berjemur di terik matahari, berenang, naik perahu, berfoto, ski air dan lain-lain,

b. Pegunungan, berhubungan dengan kegiatan menikmati pemandangan, mendaki, berkemah dan berfoto. Jenis objek wisata ini termasuk gunung berapi dan bukit-bukit dengan keunikan tertentu,

c. Daerah Liar dan terpencil, daerah ini sering disebut sebagai Primitive Areas, dimana pengunjung mencari ketenangan, lingkungan alami dengan pembangunan yang terbatas serta masyarakat tradisional,

d. Taman dan Daerah Konservasi, berhubungan dengan flora dan fauna antara lain taman safari, kebun binatang, aquarium, dan botanic garden. Keberadaan objek dan daya tarik wisata ini dapat juga dijadikan sebagai tempat pengembangbiakan atau penakaran bagi flora dan fauna yang langka.

2. Objek Wisata Sosial Budaya, meliputi ;

a. Museum dan fasilitas budaya lainnya. berhubungan dengan aspek alam dan aspek kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum ini berupa museum arkeologi, sejarah, teknologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan, teknologi dan industri, dan lain-lain,

b. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, berupa monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan keagamaan, serta tempat-tempat


(28)

bersejarah lain seperti bangunan-bangunan kuno,

c. Pola kehidupan dan tradisi, termasuk adat istiadat, pakaian, upacara dan kepercayaan dari suatu suku bangsa tertentu,

d. Wisata keagamaan, etnis dan nostalgia, erat kaitannya dengan wisatawan atau pengunjung yang memiliki latar belatang kebudayaan, agama, etnis dan sejarah yang sama, atau hal-hal yang pernah berhubungan dengan masa lalunya.

Objek pariwisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat. Oleh karena itu, keaslian dari objek dan atraksi yang ditampilkan harus dipertahankan sehingga wisatawan merasa betah di tempat tersebut.

1.5.4.3. Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan menjadikan maju atau pembangunan secara bertahap, teratur dan berkelanjutan, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan juga dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, di dalam mengupayakan pengembangan, perencanaan yang baik menjadi tindakan mutlak dilakukan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu srategi pengembangan yang terintregrasi, sehingga sasaran sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan dalam hal ini mengandung pengertian perbuatan mengembangkan Obyek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh Doulu agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karo.

Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Menurut Marpaung (2002:9). Pengembangan


(29)

kepariwisataan dilandaskan atas usaha-usaha sebagai berikut :

1. Memelihara dan membina keindahan alam dan kekayaan serta kebudayaan masyarakat Indonesia sebagai daya tarik kepariwisataan,

2. Menyediakan dan membina fasilitas-fasilitas transportasi, akomodasi, entertainment, dan pelayanan pariwisata lainnya yang diperlukan termasuk pendidikan pegawai,

3. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan secara aktif dan efektif di dalam dan di luar negeri,

4. Mengusahakan kelancaran formalitas perjalanan dan lalu lintas para wisatawan dan dengan demikian menghilangkan unsur-unsur yang menghambatnya,

5. Mengerahkan kebijaksanaan dan kegiatan perhubungan sebagai sarana utama guna memperbesar jumlah dan kelancaran arus wisatawan.

Proses pengembangan pariwisata memerlukan waktu yang cukup panjang dan langkah-langkah yang berkesinambungan. Untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama yang baik oleh semua pihak. Dalam hal ini, Hadinoto (1996:26) menguraikan bahwa secara umum ada tiga (3) pihak yang saling berkaitan erat, yaitu :

1. Pihak Penyedia Jasa Wisata Langsung, meliputi usaha yang menyangkut perjalanan seperti penerbangan, hotel, transportasi darat lokal, bus perjalanan, restoran dan toko eceran. Usaha-usaha ini memberikan layanan aktivitas, dan produk yang dibeli atau dikonsumsi langsung oleh orang-orang yang melakukan perjalanan.

2. Pihak Usaha Pendukung Wisata, meliputi tour organizer, travel and trade publication, hotel management firm dan travel research firm.

3. Organisasi Pengembangan Wisata, meliputi konsultan perencanaan, badan pemerintah,. lembaga finansial, developer properti, lembaga latihan dan pendidikan.


(30)

1.5.4.4. Tujuan Pengembangan Objek Wisata

Menurut Hadinoto (1996:27), adapun tujuan dari pengembangan objek wisata ialah :

1. Tujuan Internasional :

a. Penerimaan devisa yang meningkat.

b. Pengembangan ekonomi yang lebih banyak memberi kesempatan kerja

c. Pendapatan nasional meningkat, lebih banyak peneriman pajak, perluasaan prasarana.

d. Pendapat umum di luar negeri menguntungkan dan peningkatan pengertian di negara-negara lain mengenai kebijaksanaan Indonesia.

e. Apresiasi meningkat di luar negeri mengenai hasil dan kontribusi budaya Indonesia.

2. Tujuan Dalam Negeri :

a. Persatuan dan kesatuan identitas Nasional Indonesia. b. Pengertian umum dan kewajiban penduduk.

c. Kesehatan dan kesejahteraan umum.

d. Pertumbuhan ekonomi dan redristribusi pendapatan yang seimbang. e. Perhatian umum terhadap lingkungan

f. Pelestarian tradisi/adat istiadat daerah

d. Perlindungan dari hak perseorangan untuk berlibur.

1.5.4.5. Manfaat Perencanaan Pengembangan Objek Wisata

Adapun yang menjadi manfaat perencanaan pengembangan objek wisata adalah sebagai berikut :


(31)

tuntutan dan karakteristik daerah dengan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan, sehingga dalam rangka pengembangan objek wisata disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dan terbatas jumlahnya.

2. Perencanaan pengembangan objek wisata juga bermanfaat bagi pengusaha, secara khusus yang terlibat dalam bidang kepariwisataan dimana mereka dapat melihat iklim yang sesuai dengan perkembangan usahanya dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

3. Perencanaan pengembangan objek wisata juga bermanfaat bagi masyarakat umum, terutama masyarakat disekitar objek wisata, dimana mereka dapat memahami akan arti pentingnya pengembangan objek wisata, sehingga masyrakat tidak menjadi penghambat (Hadinoto, 1996.- 31).

1.5.4.6. Aspek-Aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengembangan Objek Wisata

Dalam rangka usaha pengembangan pengembangan obejk wisata aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Tidak merugikan kebudayaan masyarakat serta perkembangannya.

2. Pengamanan benda-benda peninggalan bersejarah serta flora dan fauna yang dilindungi di dalam margasatwa terhadap bahaya kepunahan.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi peningkatan daya tarik objek wisata dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata.

4. Mendapatkan kebijakan-kebijakan yang menciptakan iklim dan kondisi yang sehat guna memperlancar kegiatan kepariwisataan. (Marpaung 1984:23)


(32)

1.5.5. Keuangan Daerah

Pemerintahan di daerah dapat terselenggara karena adanya dukungan berbagai faktor sumber yang mampu menggerakan jalannya roda organisasi pemerintahan dalam rangka pencapaian tujuan. Faktor keuangan merupakan faktor utama yang merupakan sumber daya finansial bagi pembiayaan penyelenggaraan roda pemerintahan daerah.

Menurut Munir (2004: 96), Keuangan daerah adalah keseluruhan tatanan, perangkat, kelembagaan dan kebijakan penganggaran yang meliputi Pendapatan dan Belanja Daerah. Sedangkan menurut Syamsi (dalam Kaho, 2007:139), Keuangan Daerah merupakan salah satu indikator untuk mengetehui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Di dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa “ Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewarganegaraan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah”. Keadaan Keuangan Daerah sangat menentukan corak, bentuk, serta kemungkinan-kemungkinan kegiatan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Posisi Keuangan Daerah sangat penting karena Pemerintah Daerah tidak akan dapat melakukan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan dan keuangan inilah yang merupakan salah satu kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan Daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dilanjutkan dengan penjelasan umum Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 No. 6 menyebutkan bahwa : Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan


(33)

pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa : Kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk mengelola kekayaan Daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. Dengan pengaturan tersebut, dalam hal ini pada dasarnya Pemerintah menerapkan prinsip “uang mengikuti fungsi”. Adanya kewenangan baru yang diberikan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah diharapkan mampu menggali sumber Pendapatan Asli Daerah. Kebijaksanaan tersebut merupakan pengejawantahan dari upaya pemerintah agar daerah dapat secara kreatif mencari peluang-peluang sumber investasi di luar daerah agar lumbung keuangan daerah dapat terpenuhi yang pada gilirannya urusan-urusan sumber investasi di luar daerah agar lumbung keungan daerah dapat terpenuhi yang pada gilirannya urusan-urusan pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

1.5.6. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diusahakan atau dicari setiap Pemerintah Daerah dengan mengacu kepada ketentuan yang mengatur tentang penggalian sumber-sumber keuangan daerah tersebut (Nasution,2003:79). Jadi dalam hal ini daerah diberi kepercayaan untuk mengelola sumber pendapatannya, yang selanjutnya dengan inisiatif sendiri dapat mengusahakan sumber pendapatannya sepanjang tidak menyimpang dari kebijaksanaan pengaturan keuangan negara dan azas


(34)

negara kesatuan.

Menurut Penjelasan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 yaitu Penjelasan Umum disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada Daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas Desentralisasi.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah menunjukkan kemampuan suatu daerah menghimpun sumber-sumber dana dan memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya.

Pasal 6 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 menyebutkan bahwa PAD bersumber dari : a. Pajak Daerah ;

b. Retribusi Daerah ;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d. Lain-lain PAD yang sah.

Landasan hukum penerimaan PAD yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 158, yang menjelaskan bahwa:

1. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan dengan Undang-Undang yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan Perda.

2. Pemerintahan Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang telah ditetapkan undang-undang.

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 huruf a angka 3 dan lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud dalam


(35)

Pasal 157 huruf a angka 4 ditetapkan dengan Perda berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 7 dijabarkan bahwa dalam upaya meningkatkan PAD, Daerah dilarang :

1. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi ; dan

2. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor.

Apabila suatu daerah telah berhasil dalam menghimpun dana dari potensi daerahnya, hal ini juga dapat menjadi petunjuk kemandirian daerah tersebut dan memperkecil ketergantungan daerah terhadap subsidi pemerintah pusat

1.5.6.1 Pajak Daerah

Pajak Daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan pembangunan daerah (Yani, 2002:45). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menguraikan bahwa Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun jenis-jenis Pajak Kabupaten / Kota menurut Undang-Undang tersebut adalah :


(36)

b. Pajak Restoran ; adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. c. Pajak Hiburan; adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.

d. Pajak Reklame ; adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan; adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

g. Pajak Parkir ; adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

h. Pajak Air Tanah ; adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah i. Pajak Sarang Burung Walet; adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau

pengusahaan sarang burung walet,

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan, dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ; adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan / atau bangunan.

1.5.6.2 Retribusi Daerah

Sebagaimana halnya dengan pajak daerah, retribusi daerah juga merupakan salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan dapat menjadi salah satu


(37)

sumber pembiayaan yang berarti bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Menurut Yani (2002:55), Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah, sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Adapun yang menjadi objek dan golongan retribusi menurut UU No.28 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Jasa umum ; digolongkan Retribusi Jasa Umum, adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jenis-jenisnya adalah :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

f. Retribusi Pelayanan Pasar;

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;


(38)

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair; l. Retribusi Pelayanan Tera/ Tera Ulang; m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

2. Jasa Usaha ; digolongkan Retribusi Jasa Usaha, adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi :

a. Pelayanan dengan menggunakan / memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan / atau

b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Jenis-jenisnya adalah :

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ; b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir ;

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/ Villa; g. Retribusi Rumah Potong Hewan;

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; j. Retribusi Penyeberangan di Air; dan

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

3. Perizinan Tertentu ; digolongkan Retribusi Perizinan Tertentu, adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,


(39)

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenisnya adalah :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ;

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol ; c. Retribusi Izin Gangguan;

d. Retribusi Izin Trayek; dan e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

1.5.6.3 Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang Dipisahkan

Badan Usaha Milik Daerah juga disebut Perusahaan Milik Daerah atau Perusahaan Daerah. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah (UU No.17 Tahun 2003 pasal 1). Badan Usaha Milik Daerah merupakan unit organisasi dalam tubuh Pemerintah Daerah yang didirikan untuk menghasilkan laba sebagai pendapatan bagi Pemerintah Daerah (Halim, 2002:84).

Dasar pendirian Perusahaan Daerah adalah UU No.5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Tujuan pendirian Perusahaan Daerah menurut Undang-undang tersebut adalah untuk ikut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya, dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketenteraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.


(40)

terbatas pada penyediaan kebutuhan dasar masyarakat daerah. Menurut Baratakusumah dan Solihin (2004:255), jenis-jenis BUMD yang terdapat di Indonesia meliputi kegiatan-kegiatan :

1. Penyediaan Air Minum ; 2. Pengelolaan Persampahan; 3. Pengelolaan Air Kotor; 4. Rumah Pemotongan Hewan; 5. Pengelolaan Pasar;

6. Pengelolaan Objek Wisata; 7. Pengelolaan Sarana Pariwisata; 8. Perbankan dan Perkreditan;

9. Penyediaan Perumahan dan Permukiman; 10. PenyediaanTransportasi;

11. Industri lainnya; 12. Jasa lainnya.

Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan antara lain : bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.

1.5.6.4 Lain – lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Menurut Widjaja (2002;110), Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah adalah hasil penjualan aset tetap daerah, bunga simpanan dan giro, penerimaan dari denda kontraktor dan berbagai penerimaan kecil-kecil seperti hasil penjualan alat bekas dan bahan sisa. Namun walaupun demikian, sumber penerimaan daerah sangat bergantung pada potensi daerah. Pemerintah daerah sangat dituntut untuk dapat memanfaatkan dan mencari potensi terus meningkatkan jumlah penerimaan.


(41)

1.6. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Agar memperoleh batasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut :

1. Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkain tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran itu.

2. Pariwisata, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengelola atau penyelenggara objek serta daya tarik wisata sehingga dengan usaha itu orang/wisatawan datang untuk mengunjunginya.

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD), merupakan sumber pendapatan yang penting untuk dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.


(42)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penellitian dilakukan atau bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

Berdasarkan pemahaman di atas, penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan objek penelitian untuk mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Karo Jalan Gundaling No. 1 Berastagi dan di Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh, Doulu,Kecamatan Berastagi,Kabupaten Karo.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.


(43)

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantnu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut

Menurut Bagong Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu 1) Informasi Kunci (keyinforman) merupakan mereka yang mengetahui memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diterliti; 3) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan iformasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti:

a. Informan Kunci berjumlah 1 orang yaitu:

1. Kepala Dinas Pariwisata, Seni Budaya Kabupaten Karo b. Informan Utama berjumlah 4 orang, yaitu:

1. Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata 2. Kepala Bidang Pemasaran dan Usaha Promosi Pariwisata 3. Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya tarik Wisata 4. Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata

c. Informan Biasa berjumlah 4 orang, yaitu: 1. Staf di Bidang Pariwisata(2 orang) 2. Anggota LSM

3.Anggota DPRD Kabupaten Karo

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi dari keterangan-keterangan yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:


(44)

1) Sumber Data Primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Data primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai berikut;

a. Wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada sejumlah pihak yang terkait dengan masalah penelitian. Dalam metode ini, akan digunakan metode wawancara mendalam dengan orang-orang yang berkompeten di bidang-bidang yang ingin diteliti, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2007:108)

b. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian di lokasi penelitian.

2) Sumber Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan, yang terdiri dari:

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian

b. Studi dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan dengan menelaah catatan tertulis,dokumen dan arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton dalam bukunya Moleong (2000:103), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian besar. Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu, proses


(45)

penggambaran daerah penelitian. Dalam penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh dalam rangka peningkatan PAD di Kabupaten Karo. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 4 (empat) tahap, sesuai dengan pendapat Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992:16-20), yaitu:

1) Pengumpulan Data (Field Note); peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan interview di lapangan 2) Reduksi data; diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data-data ”kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan

3) Sajian data; adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

4) Kesimpulan/verifikasi data; didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian


(46)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Kabupaten Karo

Secara geografis Daerah Kabupaten Karo terletak antara 02050 s/d 03019 LU dan 97055 s/d 98038 BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km2

Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan :

atau 212.725 ha.

1. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang dibagian Utara 2. Kabupaten Simalungun dibagian Timur

3. Kabupaten Dairi dibagian Selatan

4. Propinsi Nangroe Aceh Darusallam dibagian Barat

Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah +140 m diatas permukaan laut (Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi ialah-lah + 2.451 meter diatas permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah Kabupaten Karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang berbukit dan bergelombang maka wilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan alur-alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam dan terjal. Sebagian besar (90%) wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian atau elevasi +140 m s/d +1400 m diatas permukaan air laut.

Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai (DAS) yang besar yakni DAS sungai Wampu dan DAS sungai Lawe Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun (Lawe Alas) bermuara ke Lautan Hindia.


(47)

Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata diatas 1.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000-4.000 mm/tahun, dimana curah hujan terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Juni.

3.1.1. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada akhir 2008 ialah 342.655 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Karo jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Karo yakni 2.127,25 km2, maka kepadatan penduduk wilayah Kabupaten Karo pada akhir tahun 2008 adalah 161,03 jiwa/km2

3.1.2. Administrasi Pemerintahan

. Laju pertumbahan penduduk Kabupaten Karo pada periode tahun 2002-2008 adalah sebesar 3,19 % pertahun.

Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan bahwa penganut agama Nasrani merupakan yang terbanyak kemudian disusul oleh pemeluk agama Islam dan agama lainnya.

Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku Karo, sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba atau Tapanuli, Jawa, Simalungun dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya (dibawah 5%).

Kabupaten Karo merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas tujuh belas Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Kabanjahe, terdiri dari 13 desa 2. Kecamatan Berastagi, terdiri dari 9 desa


(48)

4. Kecamatan Tigapanah, terdiri dari 22 desa 5. Kecamatan Payung, tediri dari 8 desa 6. Kecamatan Munte, terdiri dari 22 desa

7. Kecamatan Tiga Binanga, terdiri dari 19 desa 8. Kecamatan Merek, terdiri dari 19 desa 9. Kecamatan Kutabuluh, terdiri dari 16 desa 10. Kecamatan Juhar, terdiri dari 24 desa 11. Kecamatan Lau Baleng, terdiri 13 desa 12. Kecamatan Mardingding, terdiri dari 10 desa 13. Kecamatan Barusjahe, terdiri dari 19 desa 14. Kecamatan Naman Teran, terdiri dari 14 desa 15. Kecamatan Tiganderket, terdiri dari 17 desa 16. Kecamatan Dolat Rayat, terdiri dari 7 desa 17. Kecamatan Merdeka, terdiri dari 9 desa

Tujuh belas kecamatan tersebut diatas terdiri dari 248 (dua ratus empat puluh delapan) desa dan 10 (sepuluh) kelurahan.

3.2. Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo 3.2.1.Visi dan Misi

1. Visi

Setiap organisasi harus memiliki falsafah yang menjadi penentu arah gerak organisasi itu. Falsafah organisasi merupakan hal mutlak diketahui dan dipahami setiap anggotanya serta komitmen untuk menuruti dan merealisasikannya sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat dicapai. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo memiliki Visi dan Misi


(49)

yang telah dirumuskan bersifat tetap dan jangka panjang yang juga menjadi kerangka dasar perencanaan strategis.

Visi adalah cara pandang jauh ke depan, kemana motivasi pemerintah harus dibawa agar tetap eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Pengaruh lingkungan internal dan eksternal yang mengakibatkan meningkatnya persaingan, tantangan dan tuntutan masyarakat, mendorong Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo untuk mempersiapkan diri agar tetap eksis dan unggul dengan senantiasa mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik. Adapun yang menjadi Visi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Karo adalah “ Mewujudkan Kepariwisataan Karo Yang Maju, Modern dan Berwawasan Lingkungan dan Berdaya saing tinggi dengan mempertahankan nilai-nilai Budaya Karo melalui peran serta masyarakat dan dunia usaha yang seluas-luasnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Kesejahteraan Masyarakat ”.

2. Misi

Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi Pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Karo, dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut :

1). Memanfaatkan potensi pariwisata minat khusus secara optimal.

2). Memberdayakan secara maksimal objek dan daya tarik wisata operasional dan potensial serta agrowisata.


(50)

3). Keberpihakan kepada pengusaha menengah ke bawah serta masyarakat, khususnya pengusaha dan masyarakat lokal.

4). Peningkatan komitmen antara berbagai instansi teknis pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan yang saling terkait.

5). Peningkatan kualitas Aparatur Pemerintah Pelaku Pariwisata dan masyarakat kecil.

6). Membina budaya sebagai aset pariwisata.

7). Mendorong pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas wisata. 8). Peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan. 9). Menumbuhkembangkan sadar wisata di tengah masyarakat.

10). Membina usaha pariwisata baik yang telah ada maupun yang akan dibangun.

3.2.2 Struktur Organisasi

Sebagaimana amanat Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Karo, maka Organisasi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo, terdiri dari :

1). Dinas;

2). Sekretariat : meliputi 2 (dua) Sub Bagian, yakni : a. Sub Bagian Keuangan

b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

3). Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata ; meliputi 2 (dua) Seksi, yakni : a. Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata

b. Seksi Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata


(51)

a. Seksi Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah b. Seksi Kesenian dan Atraksi Wisata

5). Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata ; meliputi 2 (dua) Seksi, yakni : a. Seksi Informasi dan Promosi Wisata

b. Seksi Pengawasan dan Perizinan Usaha Pariwisata 6). Bidang Perencanaan ; meliputi 2 (dua) Seksi, yakni :

a. Seksi Perencanaan, Program dan Pengendalian b. Seksi Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan


(52)

3.2.3 Jumlah Dan Komposisi Personalia Dinas Pariwisata,Seni Dan Budaya Kabupaten Karo

No NAMA NIP GOL JABATAN

1. Dinasti Sitepu, S,Sos 19570603 198201 1 001 IV/c Kepala Dinas 2. Drs. Karia Bakti Karo-Karo 19581112 198603 1 006 IV/b Sekretaris

3. Teman Karo-Karo, SE 19611231 199303 1 031 IV/a Kabid Pembina Seni dan Kebudayaan 4. Dra. Martiana Sitepu 19590816 199203 2 002 IV/a Kabid Perencanaan 5. Drs. Terkelin Bangun 19650930 199303 1 006 IV/a Staf

6. Piala Putera, SE 19660821 199403 1 004 IV/a Kabid Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata 7. Drs. Losmen Bukit 19570121 198303 1 005 III/d Kasi Perencanaan Program dan Pengendalian

8. Risnawati, SE 19651010 199303 2 004 III/d Kasi Pengawasan

Perizinan Usaha 9. Kiranta Bangun, SH 19561231 197804 1 014 III/d Kasi Kesenian &

Atraksi Wisata 10. Numpak S Brahmana 19550303 197904 1 001 III/d Kepala UPT

Pendapatan

11. Kasman Sembiring, SH 19640612 199402 1 002 III/d Kasi Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan

12. Asmona P, SH 19691030 199312 1 001 III/d Kasi Kebudayaan &

Peninggalan Sejarah 13. Pintauli br. Pinem 19621004 198602 2 001 III/d Kasi Informasi dan

Promosi Pariwisata 14. Akor Malem Ginting, SH 19601205 198103 1 003 III/d Kasubbag Keuangan 15. Ester Muliana br. Meliala 19610124 198602 2 003 III/d Kasubbag Umum dan

Kepegawaian

16. Dartina 19590919 198712 2 001 III/d Kepala UPT Promosi

Pemasaran

17. Eva Angela S. SS, MM 19730704 200003 2 002 III/d Kabid Bina Obyek & Daya Tarik Wisata 18. Musa Ginting, SH 19760418 199703 1 003 III/d Kasi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata 19. Marlon Barus, SH 19630208 198602 1 002 III/c Kasi Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata 20. Satimah br. Tarigan 19661221 199303 2 002 III/c Staf

21. Henyta br. Tarigan 19660510 199503 2 001 III/a Staf


(53)

No NAMA NIP GOL JABATAN

23. Rehulina br. Ginting 19680614 199602 2 001 III/a Staf

24. Irwan Miwandi 19660504 198603 1 002 III/a Staf

25. Sudi Barina br. Sinuhaji, SE 19790915 200212 2 003 III/a Staf 26. Benyamin Sinuhaji 19690313 199203 1 008 III/a Staf 27. Arapenta Barus, S. Sos 19790520 201001 1 018 III/a Staf 28. Miafitri Damanik, Se 19840615 201001 2 039 III/a Staf 29. Elvina br. Ginting 19770512 200003 2 001 II/d Staf

30. Darmanto Tarigan 19680928 198909 1 001 II/d Staf

31. Dodot Eko Bumantoro 19780201 200604 1 020 II/d Staf

32. Herlina Sinambela 19840525 200604 2 008 II/d Staf

33. Alexander Ginting 19781031 200604 1 006 II/d Staf

34. Elpita br. Perangin-Angin 19821005 200604 2 021 II/d Staf 35. Riah Ukurta br. Ginting 19820426 200604 2 019 II/d Staf

36. Ian Adian Tarigan 19820521 200803 1 001 II/c Staf

37. Khairil Rijal 19710820 200903 1 001 II/c Staf

38. Ponda Eryono 19870623 200903 1 002 II/c Staf

39. Liliani Coa Sitepu, Amd 19750211 201001 2 007 II/c Staf 40. Lolitanora Girsang, Amd 19781211 201001 2 009 II/c Staf

41. Romanto Surbakti 19671019 200701 1 015 II/a Staf

42. Hartawan Ginting 19720711 200701 1 021 II/a Staf

43. Sastra Sembiring 19790726 200801 1 003 II/a Staf

44. Antoni Ginting 19841121 200901 1 003 II/a Staf

45. Esti Esteria Situmorang 19780616 200901 2 005 II/a Staf


(54)

Satuan Kerja Prangkat Daerah (SKPD) Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo memiliki Susunan Kepegawaian dan Penugasan sebagai berikut :

1). Kepala Dinas ; 2). Sekretaris ;

a. Kepala Sub Bagian Keuangan

b. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 3). Kepala Bidang Bina Obyek dan Daya Tarik Wisata ;

a. Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata

b. Kepala Seksi Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata 4). Kepala Bidang Pembinaan Seni dan Kebudayaan ;

a. Kepala Seksi Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah b. Kepala Seksi Kesenian dan Atraksi Wisata

5). Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata ; a. Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata

b. Kepala Seksi Pengawasan dan Perizinan Usaha Pariwisata 6). Kepala Bidang Perencanaan ;

a. Kepala Seksi Perencanaan, Program dan Pengendalian b. Kepala Seksi Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan

3.2.5 Tugas dan Fungsi

Kedudukan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo adalah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo adalah membantu Bupati melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dalam bidang


(55)

Pariwisata, Kesenian dan Budaya berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Fungsi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo adalah :

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dibidang pengelolaan Kebudayaan, Seni dan Kepariwisataan serta pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pengelolaan Kebudayaan, Seni dan Kepariwisataan sesuai dengan lingkup tugasnya.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Secara rinci, tugas-tugas pokok dan uraian-uraiannya khusus pada Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo telah ditetapkan melalui Peraturan Bupati Karo Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Uraian Tugas Tiap-Tiap Jabatan paa Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Karo yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

Mempunyai tugas pokok :

Memimpin, merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan setiap perencanaan program maupun urusan wajib yang meliputi Penetapan Kebijakan Bidang Kebudayaan, Pelaksanaan Bidang Kebudayaan, Kebijakan Bidang Kepariwisataan, Pelaksanaan Bidang Kepariwisataan dan Kebijakan Bidang Kesenian.

2. Sekretaris

Mempunyai tugas Pokok :

Merencanakan, mengatur, membina, mengelola, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas kesekretariatan yang meliputi urusan keuangan,


(56)

penyusunan program, umum dan perlengkapan serta barang milik daerah pada SKPD maupun kepegawaian.

2.1. Kepala Sub Bagian Keuangan Mempunyai tugas pokok :

Melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan perumusan kebijakan teknis, kegiatan serta fasilitasi penyusunan rencana anggaran, pembinaan bendahara, pengelolaan dan penatausahaan dan pertanggungjawaban administrasi keuangan dinas.

2.2. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepagawaian Mempunyai tugas pokok :

Melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan perumusan kebijakan teknis, kegiatan serta fasilitasi pelaksanaan pengelolaan administrasi perlengkapan, ketatausahaan, kepegawaian dan urusan rumah tangga dinas. 3. Kepala Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata

Mempunyai tugas pokok :

Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata dan Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata.

3.1. Kepala Seki Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Mempunyai tugas pokok :

Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan prosedur perawatan dan pengamanan aset atau karya seni serta menyiapkan bahan untuk kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan pedoman pengembangan destinasi pariwisata.

3.2. Kepala Seksi Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata Mempunyai tugas pokok :


(57)

Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan kebijakan nasional dan atau provinsi serta penetapan kebijakan di bidang penanaman nilai-nilai tradisi, pembinaan karakter dan pekerti bangsa.

4. Kepala Bidang Pembinaan Seni dan Kebudayaan Mempunyai tugas pokok :

Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan penyelenggaraan Kebudayaan Peninggalan Sejarah Kesenian dan Atraksi Wisata.

4.1. Kepala Seksi Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah

Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan penetapan rencana induk pengembangan kebudayaan dan penerapan pedoman peningkatan pemahaman sejarah dan wawasan kebangsaan.

4.2. Kepala Seksi Kesenian dan Atraksi Wisata

Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan kebijakan nasional dan atau provinsi dan penetapan kebijakan mengenai standarisasi pemberian izin pengiriman dan penerimaan delegasi asing di bidang kesenian serta mengkoordinasikan pelaksanaan pembentukan dan atau pengelolaan pusat kegiatan kesenian.

5. Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata Mempunyai tugas pokok :

Merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan Informasi dan Promosi Pariwisata dan Pengawasan dan Perizinan Usaha Pariwisata.

5.1. Kepala Seksi Informasi dan Promosi Pariwisata Mempunyai tugas pokok :


(1)

8) Dari segi kuantitas dan kualitas, apakah pegawai yang ditugaskan di kawasan wisata ini sudah cukup memadai? Seperti apa bentuk pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada pegawai yang bertugas di kawasan wisata ini sehingga dalam melaksanakan tugasnya, seluruh pegawai selalu mengupayakan kinerja yang lebih baik?

9) Apa yang menjadi harapan Bapak terhadap pengembangan objek wisata ini di masa mendatang sehingga kawasan wisata ini menjadi salah satu sumber andalan dalam meningkatkan PAD Kabupaten Karo? Kebijakan seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh Pemda lebih lanjut?


(2)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA BIDANG PEMASARAN DAN PROMOSI USAHA PARIWISATA

1) Hal-hal apa saja yang menjadi cakupan kerja bidang pemasaran dan promosi usaha pariwisata?

2) Di dalam memberikan pelayanan kepada para pengunjung, hal-hal apa saja yang dilakukan?

3) Bagaimana tindak lanjut terhadap pemasukan yang diperoleh? Aakah ada tim khusus yang ditugaskan untuk menanggungjawabi pengelolaan tersebut?

4) Apa langkah pengembangan yang diupayakan untuk memperlengkapi kawasan wisata Pemandian Air Panas ini?

5) Apa harapan Bapak atau apa ya ng harus dilakukan di masa mendatang perihal keberadaan objek wisata yang ada di Doulu ini sehingga semakin berkembang lebih baik?


(3)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)

1) Secara umum, bagaimana pandangan Bapak tentang kepariwisataan di Kabupaten Karo ? Apakah potensi pariwisata yang dimiliki telah dikelola dan dimanfaatkan semaksimal mungkin?

2) Objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh merupakan salah satu objek wisata yang sangat penting yang dimiliki oleh Kabupaten Karo. Apa pendapat Bapak tentang keberadaan objek wisata tersebut? Apakah kawasan wisata ini telah dimanfaatkan dan dikelola dengan maksimal?

3) Sektor pariwisata merupakan sektor yang dinamis, sehingga perlu dilakukan pengembangan berkelanjutan. Menurut Bapak, seperti apa usaha pengembangan yang seharusnya dilakukan sehingga keberadaan objek wisata ini memberikan pengaruh yang berarti bagi masyarakat Karo?

4) Masyarakat lokal merupakan salah satu pelaku pariwisata yang memegang peranan penting. Bagaimana respon masyarakat setempat terhadap keberadaan objek wisata tersebut? Apakah perilaku masyarakat tersebut telah mencerminkan pola hidup yang sadar wisata?

5) Menurut pengamatan Bapak, sejak diberlakukannya pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas yang terkontrol oleh Pemda, bagaimana kontribusi objek wisata ini terhadap PAD Kabupaten Karo?

6) Dari data yang diperoleh dari Dinas, jumlah pengunjung yang datang ke kawasan wisata secara umum meningkat. Namun terjadi penurunan dalam dua (2) tahun terakhir. Menurut Bapak, apa yang menyebabkan hal tersebut?


(4)

7) Menurut pendapat Bapak, seperti apa langkah pengembangan yang perlu dilakukan kedepan untuk memaksimalkan fungsi objek wisata ini, sehingga dapat diandalkan menjadi salah satu sumber PAD ? Apakah strategi tertentu?

8) Apakah harapan bapak terhadap kesinambungan kawasan wisata ini di masa mendatang?


(5)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM)

1) Secara umum, bagaimana pandangan Bapak tentang kepariwisataan di Kabupaten Karo? Apakah potensi yang dimiliki telah dikelola dan dimanfaatkan semaksimal mungkin?

2) Objek wisata Pemandian Air Panas Raja Berneh merupakan salah satu objek wisata yang sangat penting yang dimiliki oleh kabupaten Karo. Apa pendapat Bapak tentang keberadaan objek wisata tersebut?Apakah objek wisata ini telah dimanfaaatkan dan dikelola dengan maksimal?

3) Sektor pariwisata merupakan sektor yang sinais, sehingga perlu dilakukan pengembangan berkelanjutan. Menurut Bapak, seperti apa usaha pengembangan yang seharusnya dilakukansehingga keberadaan objek wisata ini memberikan pengagruh yang berarti bagi masyarakat Karo?

4) LSM merupakan salah satu organisasi non-pemerintah yang selalu berrsentuhan dengan aktivitas kemasyarakatan bagaimana peran LSM dalam hal pengembangan pariwisata Karo?

5) Masyarakat lokal merupakan salah satu pelaku pariwisata yang memegang peranan penting. Bagaimana respon masyarakat setempat terhadap keberadaan objek wisata tersebut? Apakah perilaku masyarakat tersebut telah mencerminkan pola hidup yang sadar wisata?

6) Dari data yang diperoleh dari Dinas, jumlah pengunjung yang datang ke kawasan wisata secara umum meningkat. Namun terjadi penurunan dalam dua (2) tahun terakhir.


(6)

Kepala Dinas

Sekretaris

Kelompok Jabatan Fungsional

Sub. Bagian Keuangan Sub. Bagian umum dan Kepegawaian

Staff Staff

Bidang Pembinaan dan kebudayaan

Seksi Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah

Seksi Kesenian dan Antaraksi Wisata

Bidang Perencanaan

Seksi Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan

Seksi Perencanaan Program dan Pengendalian

Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata

Seksi Informasi dan Promosi Usaha Pariwisata

Seksi Pengawasan dan Perizinan Usaha Pariwisata

UPT dan Pendapatan

Bidang Bina Objek dan Daya Tarik Wisata

Seksi Pengembangan Obyek dan Daya Tarik

Wisat Seksi Penyuluhan Pembinaan dan UPT Promosi Pemasaran Staff

STUKTUR ORGANISASI

PEMERINTAH KABUPATEN KARO

DINAS PARIWISATA, SENI DAN BUDAYA