BAB I PENDAHULUAN
Munculnya fenomena aliran sesat tidak terlepas dari problem psikologis baik para tokoh pelopornya, pengikutnya serta masyarakat  secara keseluruhan.
Problem aliran sesat mengindikasikan adanya anomali nilai-nilai di masyarakat. Aliran sesat bukan fenomena baru, selain dia mengambarkan anomali, juga
kemungkinan adanya deviasi sosial yaitu selalu ada komunitas yang abnormal. Baik   ia   berada   dalam   abnormalitas   demografis,   abnormalitas   sosial,   maupun
abnormalitas   psikologis.   Sedangkan   bentuk   deviasi   dapat   bersifat   individual, situasional   dan   sistemik   Kartono,   2004:16.  Abnormalitas   perilaku   seseorang
tidak   dapat   diukur   hanya   dengan   satu   kriteria,   karena   bisa   jadi   seseorang berkategori   normal   dalam   pengertian   kepribadian   tetapi   abnormal   dalam
pengertian sosial dan moral. Demikian halnya dengan para penganut aliran sesat, akan   diperoleh   kriterium   kategori   yang   tidak   tegas.   Salah   satu   yang   paling
mungkin untuk menyatakan kesesatan adalah defenisi atau batasan ketidaksesatan yang bersifat formalistik atau diakui sebagai batasan institusional.
Aliran   sesat   didefinisikan   sebagai   aliran   yang   menyimpang   dari mainstream   masyarakat,   namun   batasan   ini   menjadi   rancu   karena   kriteria
kesesatan   bersifat   multikriteria.   Oleh   karena   itu   silang   pendapat   apakah   suatu aliran sesat atau tidak merupakan masalah tersenidri yang tidak mudah.
Aliran hanya dapat dinyatakan sebagai sesat apabila mengacu pada satu kumpulan   kriteria   yang   dinyatakan   secara   apriori   sebagai   “tidak   sesat”.   Oleh
karena itu ukuran sosiologis, politis dan psikologis hanya merupakan penjelas saja tentang   kemungkinan-kemungkinan   mengapa   seseorangkelompok   menjadi
bagian dari aliran sesat.
Majelis Ulama Indonesia MUI menetapkan sepuluh kriteria suatu aliran dapat   digolongkan   tersesat.   Namun,   tidak   semua   orang   dapat   memberikan
penilaian suatu aliran dinyatakan keluar dari nilai-nilai dasar Islam.‘’Suatu paham atau   aliran   keagamaan   dapat   dinyatakan   sesat   bila   memenuhi   salah   satu   dari
1
sepuluh   kriteria,’  kata   Ketua   Panitia   Pengarah   Rakernas   MUI   Tahun   2007, Yunahar   Ilyas,   di   Jakarta,   Selasa   611.Sekretaris   MUI,   Ichwan   Sam,
menambahkan, kriteria tersebut tidak dapat digunakan sembarang orang dalam menentukan suatu aliran itu sesat dan menyesatkan atau tidak. ‘’Ada mekanisme
dan prosedur yang harus dilalui dan dikaji terlebih dahulu. Harus diingat tidak semudah   itu   mengeluarkan   fatwa,’  tegasnya.Pedoman   MUI   itu   menyebutkan,
sebelum   suatu   aliran   atau   kelompok   dinyatakan   sesat,   terlebih   dulu   dilakukan penelitian.   Data,   informasi,   bukti,   dan   saksi   tentang   paham,   pemikiran,   dan
aktivitas   kelompok   atau   aliran   tersebut   diteliti   oleh   Komisi Pengkajian.Selanjutnya,   Komisi   Pengkajian   memanggil   pimpinan   aliran   atau
kelompok dan saksi ahli atas berbagai data, informasi, dan bukti yang didapat. Hasilnya kemudian disampaikan kepada Dewan Pimpinan. Bila dipandang perlu,
Dewan   Pimpinan   dapat   menugaskan   Komisi   Fatwa   untuk   membahas   dan mengeluarkan fatwa. ‘’Di batang tubuh fatwa mengenai aliran sesat, juga ada poin
yang menyatakan akan menyerahkan segala sesuatunya kepada aparat hukum dan menyeru masyarakat jangan bertindak sendiri-sendiri,’ jelas Ichwan.Wapres, Jusuf
Kalla, meminta seluruh komponen masyarakat, terutama para ulama dan tokoh agama, tidak lari menyikapi maraknya aliran sesat. ‘’Untuk menyikapi aliran sesat
ini,   kita   tidak   bisa   menggunakan   langkah-langkah   kekerasan,   seperti   lempar- lemparan,   bakar-bakaran,   dan   sebagainya.   Polisi   dan   jaksa   boleh   mengambil
tindakan   formal,   tetapi  jika  secara   hati   nurani   tidak   selesai.   Kita   harus introspeksi,’ kata Kalla di hadapan peserta Rakernas MUI. Pemerintah, sambung
Menag, Maftuh Basyuni, terus berupaya meyakinkan para penganut aliran sesat agar dapat  kembali  ke jalan  yang benar. Upaya kekerasan atau anarkis dalam
menyikapi aliran sesat, menurut Maftuh, tak akan menyelesaikan masalah. ‘’Malah   akan   menambah   genting   suasana.  Toh   sekarang   sudah   banyak
tokoh aliran sesat yang ditangkap dan menyerahkan diri, tergantung aparat untuk menindaklanjutinya.’
Ketua   Dewan   Dakwah   Islamiyah   Indonesia   DDII,   Adian   Husaini, menyebut keluarnya putusan MUI sebagai sesuatu yang ditunggu-tunggu umat
Islam. ‘’Dengan demikian, jelas apa saja kriteria aliran sesat itu,’ kata Adian.
2
Sepuluh kriteria yang ditetapkan MUI itu merupakan ajaran Islam yang mendasar. ‘’Ini penekanannya lebih untuk umat sendiri.’
Sepuluh Kriteria Aliran Sesat
1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam 2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i
Alquran dan as-sunah, 3.  Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran 5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam 7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir 9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i
Perbedaan Pendapat dan Perpecahan  yang Menjadi pengaruh munculnya aliran sesat.
Sesungguhnya   ikhtilaf   perbedaan   pendapat   adalah   sunatullah   namun Ikhtilaf yang membawa iftiraq perpecahan itulah yang dicela oleh Allah SWT.
Sebab timbulnya iftiraq pada mulanya terjadi karena sebab yang sepele. Namun karena pelakunya mengedepankan hawa nafsu maka hal sepele menjadi besar dan
berakibat pada perselisihan dan perpecahan.    Secara garis besar di antara sebab munculnya Al Firaq Al Islamiyah seperti : Khawarij, Syiah, Mutazilah, Murjiah,
dll. adalah: 1. Ghuluw  berlebih-lebihan dalam bersikap, contoh : Khawarij berangkat
dari   pemahaman   yang   berlebihan   terhadap   ayat-ayat   waid   ancaman sehingga   mereka   mengkafirkan   kaum   Muslimin   yang   melakukan   dosa
besar.   Sedang   Syiah   muncul   karena   sikap   yang   berlebihan   dalam mencintai sebagian sahabat Rasul yaitu Ali ra dan para Ahlul Bait.
3
2. Membantah bidah dengan bidah yang semisal, contoh : Murjiah ingin mencounter  Khawarij  yang berlebih-lebihan dalam menghukumi  pelaku
dosa   besar   namun   akhirnya   mereka   terjerumus   pada   bidah   baru   yaitu menganggap pelaku dosa besar sebagai mukmin dengan keimanan yang
sempurna. 3. Pengaruh dari luar Islam, contoh : Syiah, karena muassis gembongnya
adalah   Yahudi   yaitu   Abdulah   bin   Saba.   Begitu   juga   Qodariyah, pencetusnya adalah seorang Nashrani, Jahmiyyah pencetusnya Yahudi.
4. Mengedepankan akal. 5. Filsafat   Yunani,   contoh   :   Mutazilah   banyak   dipengaruhi   oleh   filsafat
Yunani. Selain itu ada yang disebabkan oleh :
1. Ulama yang beraqidah menyimpang, 2. Kebodohan kaum Muslimin.
3. Tidak memiliki standar pemahaman yang benar. 4. Ikhtilaf yang didasari hawa nafsu.
5. Rasa Ashabiyah fanatisme golongan. 6. Hasad dengki
7. Kecenderungan menyuburkan bidah dan hawa nafsu. 8. Menuhankan akal dan menomorduakan naql dalil.
9. Pengaruh eksternal.
4
BAB II BERBAGAI ALIRAN SESAT YANG BERKEMBANG DI INDONESIA