liberalisasi sistem perdagangan telah menciptakan insentif pasar bagi pendayagunaan kemajuan teknologi untuk memperbaiki QCD Quality, Cost
Delivery kegiatan produksi dengan nilai tambah optimum.
2.2. Lingkungan Internal
a. Kekuatan :
Visi dan misi yang jelas; Jumlah SDM, anggaran, sarana dan prasarana yang
mendukung kewenangan merumuskan kebijakan bidang riset Iptek;
Kewenangan perumusan kebijakan bidang riset Iptek; Kewenangan koordinasi antar Lembaga Pemerintah Non
Departemen LPND di lingkungan riset dan Teknologi; Kewenangan koordinasi kebijakan pelaksanaan pengawasan;
Komitmen dan kemauan politik pimpinan.
b. Kelemahan :
Kelembagaan yang belum sepenuhnya mendukung kebijakan di bidang riset Iptek;
Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia masih terbatas;
Inkonsistensi dan dukungan dalam penerapan kebijakan; Belum lengkapnya prosedur operasi baku Standard
Operating Procedure; Belum optimalnya perumusan kebijakan;
Lemahnya pelaksanaan koordinasi.
2.3. Lingkungan Eksternal
a. Peluang :
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009;
Agenda Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu;
Tuntutan kebutuhan adanya sistem inovasi Iptek;
Kerjasama Kementerian Negara Riset dan Teknologi dengan LPND di lingkungan riset dan teknologi.
Tuntutan kebijakan di bidang riset Iptek;
Dukungan kerjasama dengan berbagai pihak lembaga penelitian dan pengembangan Litbang, masyarakat dan
dunia usaha dalam negeri dan luar negeri.
b. Ancaman :
Lemahnya peraturan perundang-undangan mengenai
pengembangan, pengusaan dan penerapan Iptek;
Rendahnya kemampuan SDM Iptek;
Kebijakan yang sering berubah tidak konsisten dan tidak selaras.
2.4. Tantangan
Kementerian Negara Riset dan Teknologi Kemenneg Ristek merupakan unsur pemerintah yang memiliki fungsi utama merumuskan kebijakan dan
mengkoordinasikan program-program pembangunan Riset, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Riset Iptek. Keberhasilan Kemenneg Ristek diukur dari
kemampuannya dalam membentuk iklim dan meningkatkan program-program
yang memungkinkan setiap elemen yang terkait dengan kegiatan Riset Iptek berkembang dan berinteraksi secara produktif untuk mempercepat
pelaksanaan pembangunan melalui produk-produk kebijakan dan aktifitas koordinasi.
Sesuai dengan UU No. 182002, stakeholders Kemenneg Ristek adalah masyarakat pelaksana dan pengguna Riset Iptek baik yang berada di
lingkungan lembaga penelitian dan pengembangan, pendidikan tinggi, dunia usahaindustri, dan lembaga pendukung termasuk pemerintah daerah. Ke-
empat lembaga Iptek tersebut perlu diupayakan agar secara sinergis mampu mendorong percepatan perubahan dalam masyarakat terutama dalam
kaitannya dengan penerimaan Iptek sebagai mind-set bangsa.
Dalam era globalisasi maka mekanisme pasar menjadi dasar pengaturan berbagai aspek hubungan antar bangsa. Dalam hal ini, kemampuan inovasi
dan mendifusikan hasil-hasil Riset Iptek merupakan aset yang sangat berharga ketimbang pemilikan sumber daya alam yang berlimpah. Perkembangan
teknologi informasi yang mendasari perkembangan global tersebut memunculkan berbagai isu, antara lain: bentuk kerjasama antara pelaku Iptek,
pengguna Iptek dan pembuat kebijakan harus difasilitasi, ketersediaan dan pemanfaatan teknologi informasi dalam menjaga keseimbangan antara
perlindungan kekayaan intelektual dan kebebasan dalam mengakses informasi yang dihasilkan oleh aktifitas Riset Iptek.
Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa lemahnya kemampuan Riset Iptek merupakan salah satu faktor penyebab dangkalnya struktur
kegiatan produksi dan tingginya terhadap ketergantungan impor, yang berakibat rapuhnya perekonomian nasional. Kompleksitas persoalan semakin
rumit mengingat terbatasnya anggaran dan cepatnya laju perkembangan Iptek. Terlebih lagi di dalam kaitannya dengan laju perkembangan Iptek yang
membutuhkan fasilitas penelitian dan pengembangan. Tantangan tersebut meningkatkan ketergantungan dalam sistem inovasi dan memerlukan adanya
suatu arah yang jelas bagaimana Iptek dapat menunjang pertumbuhan dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Sementara itu pada umumnya pelaku ekonomi nasional belum terdorong untuk melakukan investasi yang bermakna untuk mengakumulasikan
kemampuan Riset Iptek bagi pembentukan kemandirian dan keunggulan bangsa. Sering hal itu terkait dengan ketidaktersediaan mekanisme
intermediasi baik dalam bentuk kebijakan, insentif maupun kelembagaan yang menjembatani antara riset dan inovasi. Oleh karenanya, secara makro
orientasi kebijakan dan koordinasi yang dilakukan oleh Kemenneg Ristek perlu mempertimbangkan unsur-unsur: teknologi, modal, informasi dan birokrasi.
Lebih jauh lagi, dapat dicatat pula keengganan pihak praktisi untuk mengalokasikan pendanaan litbang.
Investasi pemerintah di bidang Riptek sampai saat ini pada umumnya belum dirasakan manfaatnya secara nyata bagi pelaku ekonomi yang
mentransformasi kemampuan Riset Iptek ke dalam berbagai aplikasi yang bermanfaat bagi kehidupan bangsa.
2.5. Peluang