10 Sutaat dkk.
Pelayanan sosial, serta Monitoring dan Evaluasi. Kegiatan pelayanan mencakup 5 lima tahap, yakni tahap pendekatan
awal, tahap pengungkapan dan pemahaman masalah, tahap perencanaan program pelayanan, tahap pelaksanaan pelayanan,
dan tahap pasca pelayanan. SDM fungsional yang harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhan klien masing-masing, antara lain
pekerja sosial, tenaga medis, dan pendidik.
Secara lebih rinci kegiatan pelayanan panti sosial secara standar adalah seperti berikut:
Tahap pendekatan awal mencakup kegiatan: 1. Sosialisasi program
2. Penjangkauan calon klien 3. Seleksi calon klien
4. Penerimaan dan registrasi 5. Koferensi kasus
Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah, mencakup: 1. Analisis kondisi klien
2. Analisis kondisi keluarga 3. Analisis lingkungan
4. Karakteristik masalah 5. Sebab dan implikasi masalah
6. Kapasitas mengatasi masalah 7. sumber daya
8. Konferensi kasus
Tahap Perencanaan Program, mencakup: 1. Penetapan tujuan pelayanan
2. Penetapan jenis pelayanan yang dibutuhkan klien 3. Sumber daya yang akan digunakan
4. Konferensi kasus
Tahap Pelaksanaan Pelayanan, mencakup: 1. Proses bimbingan
2. Pelaporan hasil tiap jenis bimbingan.
11 Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Pemerintah Daerah di Era Otonomi
Tahap Pasca Pelayanan, mencakup: 1. Penghentian pelayanan
2. Rujukan 3. Pemulangan dan Penyaluran
4. Pembinaan Lanjut
Beberapa aspek tersebut perlu dipenuhi oleh setiap jenis panti agar kliennya mendapatkan perlindungan dan pelayanan
yang memadai. Adanya standar panti sosial juga memudahkan bagi pemerintah pusat maupun daerah dalam menetapkan
kasifikasi suatu panti, apakah masuk tipe A,B atau C sesuai dengan penilaian terhadap kondisi hardware dan shoftware
panti yang bersangkutan. Standar panti sosial dimaksud juga merupakan pedoman bagi setiap penyelenggara panti dalam
penyediaan sarana hardware dan shoftware sesuai dengan jenis klien yang dilayani.
Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah adalah dengan menetapkan Standar Pelayanan Minimal SPM
untuk tiap jenis panti. Sebagaimana standar panti sosial, SPM juga mengatur tentang perangkat hardware dan shoftware panti
minimal yang harus dimiliki oleh setiap jenis panti sosial.
12
13
BA B III
PROFIL LEMBAGA PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI TIAP PROVINSI
A. LEMBAGA PELAYANAN DI JAWA BARAT 1. Profi l Umum Balai dan Sub Unit di Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang mempunyai populasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS yang
relatif besar di Indonesia. Hal tersebut disebabkan provinsi ini berbatasan langsung dengan ibukota negara dan menjadi daerah
penyangga ibukota.
Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di Provinsi Jawa Barat lihat tabel 1 pada tahun 2011 sebanyak 3.834.374
jiwa yang tersebar di 26 kabupatenkota. Keluarga Fakir miskin, Keluarga bermasalah psikologis, Keluarga berumah tak layak
huni, Wanita rawan sosial ekonomi dan Lanjut usia terlantar populasinya termasuk cukup besar.
Tabel 1. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
No Jenis PMKS
Jumlah No
Jenis PMKS Jumlah
1 Balita Terlantar
47.269 12
Bekas Warga Binaan Lembaga
Kemasyarakatan BWBLK
2.841 2
Anak Terlantar 127.763
13 Korban
Penyalahgunaan NAPZA
6.090 3
Anak Nakal ABH 4.972
14 Keluarga Fakir Miskin
1.883.432
14 Sutaat dkk.
4 Anak Jalanan
8.163 15
Keluarga Berumah Tak Layak Huni
361.656 5
Wanita Rawan Sosial Ekonomi
Jiwa 222.859
16 Keluarga Bermasalah
Psikologis 661.802
6 Korban Tindak
Kekerasan 10.832
17 Komunitas Adat
Terpencil 20.742
7 Lanjut Usia
Terlantar 204.540
18 Korban Bencana Alam
73.095 8
Orang Dengan Kecacatan
132.114 19
Korban Bencana Sosial Atau Pengungsi
2.492 9
Tuna Susila 21.340
20 Pekerja Migran
Bermasalah Sosial 4.698
10 Pengemis
5.705 21
Orang Dengan HIV AIDS ODHA
756 11
Gelandangan 2.841
22 Keluarga Rentan
51.169
Total 3.834.374
Sumber: Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, 2012
Untuk mengatasi PMKS tersebut pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten melaksanakan
berbagai program pembangunan kesejahteraan sosial. Secara umum penanganan PMKS tersebut dilakukan melalui berbagai
program pembangunan kesejahteraan sosial, yakni meliputi program rehabilitasi sosial, perlindungan, jaminan sosial, dan
pemberdayaan sosial.
Program rehabilitasi sosial menurut Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial dilakukan oleh pekerja sosial profesional yang dilakukan berbasis keluarga, masyarakat dan panti sosial. Rehabilitasi
Sosial ditujukan kepada seseorang yang mengalami kondisi kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan
sosial dan penyimpangan perilaku, serta yang memerlukan perlindungan khusus yang meliputi: penyandang cacat fisik,
penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan mental, tuna susila, gelandangan, pengemis, eks penderita penyakit
kronis, narapidana, pecandu narkotika, eks psikotik, pengguna