Peranan Paket Wisata dalam Pemasaran Kepariwisataan Sumatera Utara

(1)

KERTAS KARYA

OLEH

RATNA PERTIWI

092204037

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

PERANAN PAKET WISATA DALAM PEMASARAN

KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA

OLEH

RATNA PERTIWI

092204037

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

Drs. Marzaini Manday, MSPD

NIP. 19570322 198602 1 002 NIP. 19600711 198903 2 001

Dra. Nur CahayBangun, M. Si


(3)

Judul Kertas Karya : PERANAN PAKET WISATA DALAM

PEMASARAN KEPARIWISATAAN

SUMATERA UTARA

Oleh

: RATNA PERTIWI

NIM

: 092204037

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001

Dr. Syahron Lubis, M.A.

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

NIP. 19640821 199802 2 001

Arwina Sufika, S.E., M.Si.


(4)

Kepariwisataan di Indonesia sulit terjamah oleh wisatawan tanpa adanya promosi. Kepariwisataan juga memerlukan fasilitas yang memadai untuk berwisata. Dalam dunia pariwisata upaya promosi dilaksanakan oleh pihak Tour and Travel yang secara tidak langsung telah memasarkan kepariwisataan suatu daerah tujuan wisata yang umumnya dikemas dalam paket wisata. Kertas karya yang berjudul Peranan Paket Wisata Dalam Pemasaran Kepariwisataan Sumatera Utara menguraikan peranan paket wisata dalam memasarkan kepariwisataan yang menjadikan tempat tersebut menjadi tujuan wisata yang dikunjungi oleh wisatawan. Perkembangan suatu daerah tujuan wisata tentunya akan menjadikan kebanggaan sekaligus akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut.


(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya kepada penulis akhirnya kertas karya ini dapat selesai. Kertas karya ini merupakan salah satu syarat akademis untuk mendapatkan gelar Diploma D-III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih banyak kekurangan yang disebabkan masih minimnya pengetahuan penulis serta kurangya diktat dan buku-buku tentang usaha wisata yang menjadi acuan penulis. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, demikian juga penulis yang membuat kertas karya ini tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan. Berdasarkan pemikiran tersebut berdasarkan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran ke arah perbaikan yang diperlukan dari pembaca guna kesempurnaan kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh sebab itu sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas


(6)

3. Drs. Marzaini Manday, MSPD. Selaku dosen pembimbing yang dengan susah payah mendidik dan membimbing serta meluangkan waktu untuk penulis dalam menyelesaikan karya ini.

4. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si. sebagai Dosen Pembaca yang telah

banyak membantu dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Seluruh Staf Pengajar pada Program Studi D III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada kedua orang tuaku Sumitro dan Sastriana, yang telah banyak

membantu penulis dari segi doa, moril dan materi dari awal perkuliahan sampai selesainya kertas karya ini.

7. Saudara-saudara penulis, Agung Pratama dan Gempur Pranata serta

Syamsir yang sudah di anggap abang sendiri oleh penulis yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dari segi doa, moril dan materi selama penulis menyelesaikan kertas karya ini.

8. Teman-teman Pariwisata Usaha Wisata stambuk 2009 yang telah memberi

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

9. Buat sahabatku,Vivi, Indah, Puspa, Lila, Fitri, dan yang palin special Oji dan kemal yang telah membantu penulis dalam penyelesaian karya tulis ini.


(7)

Medan 20 Desember 2012 Penulis,

Ratna Pertiwi NIM : 092204037


(8)

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Metode Penulisan ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II : URAIAN TEORITIS ... 7

2.1 Pengertian Paket Wisata ... 7

2.2 Komponen Yang Terdapat Dalam Paket Wisata ... 11

2.3 Kedudukan Tour Operator Sebagai Perencana Paket Wisata 14 BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PROVINSI SUMATERA UTARA ………. 19

3.1 Sejarah Sumatera Utara ... 19

3.2 Letak Geografis dan Kependudukan Wilayah Sumatera Utara ... 25

3.3 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan di Sumatera Utara . 29

3.4 Objek Wisata Yang Ada Di Sumatera Utara ... 29

3.5 Perekonomian Masyarakat Sumatera Utara ... 31

BAB IV : PERANAN PAKET WISATA DALAM PEMASARAN KEPARIWISATAAN DI SUMATERA UTARA ……….. 38

4.1 Potensi Produk Wisata Sumatera Utara ... 38

4.2 Pemasaran Terpadu ... 42

4.3 Kebijaksanaan Harga Paket Wisata ... 49


(9)

5.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55


(10)

Kepariwisataan di Indonesia sulit terjamah oleh wisatawan tanpa adanya promosi. Kepariwisataan juga memerlukan fasilitas yang memadai untuk berwisata. Dalam dunia pariwisata upaya promosi dilaksanakan oleh pihak Tour and Travel yang secara tidak langsung telah memasarkan kepariwisataan suatu daerah tujuan wisata yang umumnya dikemas dalam paket wisata. Kertas karya yang berjudul Peranan Paket Wisata Dalam Pemasaran Kepariwisataan Sumatera Utara menguraikan peranan paket wisata dalam memasarkan kepariwisataan yang menjadikan tempat tersebut menjadi tujuan wisata yang dikunjungi oleh wisatawan. Perkembangan suatu daerah tujuan wisata tentunya akan menjadikan kebanggaan sekaligus akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut.


(11)

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Dewasa ini banyak negara yang sedang berusaha mengembangkan industri pariwisata di negaranya. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan devisa negara. Apabila komoditi ekspor tidak memadai untuk memperoleh devisa negara, maka sektor pariwisata merupakan salah satu jalan untuk mendapatkannya, yaitu dengan cara menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara sebanyak mungkin.

Di Indonesia sendiri, telah mencapai suatu keadaan dimana pariwisata sangat diharapkan untuk turut menyelamatkan kelangsungan Pembanguna Nasional. Oleh karena itu, pemerintah berusaha keras untuk mendorong majunya kepariwisataan di Indonesia. Dimana sarana dan prasarana yang berhubungan dengan lajunya kepariwisataan semakin ditingkatkan baik itu hubungan interlokal, perhotelan, restoran serta fasilitas lain yang dapat membuat wisatawan tertarik untuk tinggal lebih lama di objek wisata yang dikunjunginya. Pengembangan objek wisata semakin diperluas ke daerah-daerah yang memiliki potensi sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu antara lain dalam bidang kegiatan promosi, pendidikan pariwisata, penyediaan sarana dan


(12)

prasarana serta meningkatkan mutu dalam kelancaran pelayanan, memperluas pemasaran paket wisata ke negara-negara tetangga seperti di Eropa, Amerika Utara, Australia, Jepang. Namun pada masa kini, paket wisata masih belum begitu gencar atau dipromosikan. Hal ini disebabkan koordinasi dalam pembuatan paket wisata belum terorganisir secara memadai, mungkin karena paket wisata kita yang belum mampu bersaing dengan paket wisata dari negara-negara lain.

Kertas karya ini akan membahas tentang upaya peningkatan promosi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di Sumatera Utara, dengan kertas karya yang

berjudul “Peranan Paket Wisata Dalam Pemasaran Kepariwisataan Sumatera

Utara”.

1.2 Batasan Masalah

Sebelum mengkaji topik tulisan ini secara terperinci, terlebih dahulu penulis membuat batasan atau ruang lingkup permasalahan. Batasan masalah ini bertujuan untuk spesifikasi topik, agar pembahasan tidak telalu luas serta menyimpang dari judul, namun tetap dalam lingkup yang relevan dengan pokok bahasan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka batasan masalah yang akan diteliti dalam kertas karya ini adalah : aktifitas kegiatan paket wisata di Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :


(13)

1.3.1 Tujuan Umum

1. Sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata pada program studi pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Kertas karya ini diharapkan dapat menambahkan ilmu bagi pembaca.

3. Kertas karya ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengembangan

objek wisata. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan dalam

peningkatan peranan paket wisata di Sumatera Utara

2. Menambah wawasan penulis dan pembaca khususnya mengenai cara

peningkatan sistem terbaru dalam pembuatan paket wisata yang lebih efektif dan efisien.

3. Agar dapat membandingkan antara teori yang diperoleh penulis selama duduk di bangku perkuliahan dengan kenyataan yang penulis alami pada saat observasi di daerah tersebut.

4. Melatih penulis untuk mengembangkan kreatifitas dalam membuat


(14)

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah setempat sebagai salah satu instansi yang berwenang dalam pengambilan kebijakan dalam pembuatan paket wisata di daerah tersebut, dan diharapkan juga memberi manfaat bagi masyarakat setempat.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan upaya-upaya peningkatan pemasaran paket wisata khususnya di Sumatera Utara.

1.5 Metode Penulisan

Penulisan kertas karya ini berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap objek yang diteliti sehingga diperoleh data-data yang aktual dan objektif. Adapun metode dan teknik yang digunakan dalam menyelesaikan kertas karya ini adalah :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data yang diperoleh merupakan hasil pengamatan secara langsung di lapangan. Dalam hal ini, penulis melaksanakan observasi secara berkala selama sebulan di daerah yang tersebut diatas.


(15)

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Teknik pengumpulan data berupa teori-teori, pendapat dan peraturan-peraturan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Selain itu penulis juga mengumpulkan data dari buku-buku, majalah yang berhubungan dengan hal yang diteliti penulis.

1.6 Sistematika Penulisan

Agar penulisan kertas karya ini tersusun secara sistemtis maka penulis membaginya ke dalam 5 bab berikut ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS

Bab ini menguraikan tentang pengertian paket wisata,

komponen-komponen yang terdapat dalam paket wisata, dan kedudukan tour

operator sebagai perencana paket wisata.

BAB III : TINJAUAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA

Menguraikan tentang sejarah Sumatera Utara, letak geografis dan kependudukan wilayah Sumatera Utara, sarana dan prasarana kepariwisataan di Sumatera Utara, objek-objek wisata yang terdapat di Sumatera Utara, dan perekonomian masyarakat di Sumatera Utara.


(16)

BAB IV : PERANAN PAKET WISATA DALAM PEMASARAN KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA

Merupakan bab utama yang menguraikan potensi produk wisata di Sumatera Utara, pemasaran terpadu, kebijaksanaan harga paket, dan kelebihan dan kelemahan paket wisata di Indonseia.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Paket Wisata

Mengingat keberhasilan daerah Sumatera Utara dalam meraih jumlah wisatawan yang datang pada setiap tahunnya memperlihatkan kecendrungan yang terus meningkat. Keberhasilan ini adalah berkat adanya peran aktif dari tiap-tiap perusahaan yang bergerak dalam insdustri pariwisata baik oleh tiap resort atau daerah tujuan wisata denga masing-masing objeknya sendiri-sendiri dan kemudian meningkat oleh sebuah badan atau perhimpunan atau instansi pemerintahan.

Dapat dibayangkan betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan jika hendak melakukan perjalanan wisata, semenjak ia berangkat sampai ia kembali kerumahnya. Jasa yang dibutuhkannya tidak hanya dihasilkan oleh suatu perusahaan saja, tetapi dihasilkan oleh banyak perusahaan yang berbeda fungsi dan proses pemberian pelayanannya. Jadi ada serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa yang diperlukan wisatawan. Oleh karena itu produk industri pariwisata merupakan suatu “paket wisata” baik perjalanan itu di urus sendiri (independent tour) atau diurus

oleh Tour Operator dalam suatu “paket wisata” dengan “itinerary” yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu.

Dari keterangan diatas dapat diketahui sekedar menjadi bahan perbandingan bagi kita tentang pengertian dari paket wisata. Paket wisata dapat diartikan sebagai bentuk dari strategi pemasaran suatu perjalanan wisata dengan satu atau lebih tujuan


(18)

kunjungan yang disusun dari berbagai fasilitas perjalanan tertentu mencakup biaya pengangkutan, akomodasi, transfortasi dalam suatu acara perjalanan yang tetap, serta dijual dengan harga tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari perjalan wisata.

Paket wisata menurut Desky (2003 : 23) adalah : “ paket wisata merupakan perpaduan beberapa produk wisata minimal dua produk, yang dikemas menjadi satu kesatuan harga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sementara itu produk wisata mempunyai pengertian totalitas pengalaman seorang wisatawan sejak ia meninggalkan suatu tempat ke tempat ia berangkat”.

Menurut Bojamic dan Calantone, (1990 dalam Oppewal dan

Rewtrakunphaibon, 2004:183) “Paket wisata adalah suatu kombinasi dari banyak komponen-komponen dari suatu produk wisata yang saling bergabung terdiri dari transportasi, pemondokan, atraksi wisata dan makanan yang dijual kepada wisatawan pada suatu harga. Menurut Sheldon dan Mark, (1987 dalam Oppewal dan Rewtrakunphaibon, 2004:183), jenis paket wisata menurut penggunaannya dibedakan menjadi dua yaitu paket wisata yang sederhana adalah paket wisata dasar yang umumnya hanya terdiri dari transportasi dan pemondokan saja dan paket wisata yang ekslusif yaitu paket wisata yang menawarkan berbagai kegiatan dan program liburan

yang terdiri dari atraksi wisata, makanan dan juga didampingi oleh guide dalam

kegiatannya

Oka A. Yoeti (2001;112) mendefenisikan paket wisata adalah: “suatu perjalanan wisata yang direncanakan dan diselenggarakan oleh suatu travel agent atau biro perjalanan atas resiko atas resiko dan tanggung jawab sendiri, yang acara lamanya waktu wisata, tempat-tmpat yang akan dikunjungi, akomodasi, transportasi, makanan dan minuman telah ditentukan oleh biro perjalanan dan telah ditentukan jumlahnya”.

Menyadari akan pentingnya kepuasan wisatawan, maka perlu dilakukan inovasi dalam usaha pengembangan produk, hal ini dikarenakan pengembangan kepariwisataan senantiasa diikuti oleh perubahan pola perjalanan wisatawan dan perubahan minat wisatawan terhadap produk wisata yang diharapkan. Tujuan dari paket wisata itu sendiri memberikan kemudahan bagi wisatawan dalampelaksanaan aktivitas wisatanya. Dalam suatu paket wisata, biasanya wisatawan akan mengetahui


(19)

terlebih dahulu apa yang akan dilakukan, apa saja yang akan dia dapatkan, berapa biaya yang harus dikeluarkan, dan hal-hal yang berkaitan dalam paket wisata yang ditawarkan.

Menurut Morrison (2002 : 326) paket wisata dibagi menjadi empat bagian yang terdiri dari :

1. Unsur-unsur paket

2. Target pasar

3. Jangka waktu dan penggunaan

4. Susunan perjalanan

1. Klasifikasi unsur-unsur paket wisata :

a. All-Inclusive Packages. Merupakan istilah umum untuk paket wisata

dimana meliputi semua kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan untuk perjalanan mereka dari tiket pesawat, penginapan, transportasi darat dan laut, makanan, atraksi wisata dan hiburan, pajak dan uang tips.

b. Escorted Tours. Yaitu merupakan paket wisata dimana wisatawan

mengikuti susunan kegiatan yang sudah direncanakan dan dalam

perjalanan mereka didampingi oleh travel guide. Paket wisata ini

sudah mencakup semua kebutuhan perjalanan, dan juga ada beberapa pilihan bagi wisatawan yang ingin mengatur jadwalnya sendiri seperti aktivitas kegiatan & menu makanan.

c. Fly-Drive Package. Merupakan paket wisata yang menyediakan jasa

perjalanan menggunakan pesawat terbang dan menyiapkan mobil sewaan bagi wisatawan di daerah tujuan.

d. Fly-Cruise Packages. Merupakan paket wisata yang menyediakan jasa

pelayanan penerbangan dan melakukan pelayaran di daerah tujuan.

e. Fly-Rail Packages. Merupakan kombinasi paket antara perjalanan

udara dan kereta api.

f. Rail-Drive Packages. Merupakan gabungan dari layanan kereta api

dan penyewaan mobil di daerah tujuan.

g. Accommodation and Meal Packages. Sebagian besar resort dan hotel

menawarkan paket wisata dengan memasukan jasa akomodasi lengkap dengan makanan yang ditawarkan.

h. Event Packages. Paket yang menawarkan berbagaikegiatan special

seperti festival, hiburan dan pagelaran kebudayaan sebagai atraksi wisata yang ditawarkan.

i. Packages With Programming for Special Interests. Paket ini

menawarkan berbagai macam kegiatan wisata minat khusus dimana kegiatan, program dan atraksinya dirancang untuk satu atau lebuh peserta (peminat)


(20)

j. Local attraction or Entertainment Packages. Paket ini menawarkan atraksi wisata dan hiburan di daerah setempat (lokal) kepada wisatawan tanpa memasukan usaha jasa pondokan di dalamnya

2. Klasifikasi target pasar. Paket dibuat untuk memenuhi kebutuhan target pasar tertentu. Meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Incentive Packages or Tours. Dibuat oleh berbagai kelompok dan

individu, mencakup para perantara biro perjalanan (full-service incentive companies, perusahaan khusus membuat perjalanan

incentive, travel agents, corporate travel manager, perencanan

kegiatan meeting & convention, pemasok (perusahaan akomodasi, cruise lines dan berbagai taman bermain, airlines, dan organisasi pemasaran daya tarik wisata).

b. Convention/meeting Packages. Hampir semua resort, hotel dan pusat

konvensi menjual paket convention dan meeting. Secara normal paket convention & meeting meliputi akomodasi dan makanan, tetapi juga ada yang termasuk local tours mengunjungi daya tarik wisata setempat dan program khusus.

c. Affinity Group Packages or Tours. Merupakan jenis paket yang

menyediakan berbagai kegiatan untuk perkumpulan, biasanya kegiatan agama, sosial dan etnis.

d. Family Vacation Packages. Merupakan jenis paket yang menyediakan

berbagai kegiatan untuk keluarga (anak dan orang tua) dan menambahkan kegiatan untuk anak-anak.

e. Packages for Secial-Interest Groups. Paket ini dibuat untuk

menyediakan kegiatan bagi para grup peminat wisata minat khusus. 3. Klasifikasi paket menurut jangka waktu dan penggunaan. Sepertiga cara untuk

menggolongkan paket menurut jangka waktu dan penggunaan, berikut adalah contohnya:

a. Weekend & Minivation Packages (paket wisata untuk akhir pecan yang

waktunya kurang dari enam malam)

b. Holiday Packages (paket wisata yang digunakan pada waktu hari liburan

dan hari raya atau hari besar lainnya).

c. Seasonal Packages (paket wisata yang digunakan pada musim cuaca

tertentu seperti paket musim dingin, semi, panas dan gugur)

d. Pre-and Post Convention Packages and Tours (paket wisata yang

digunakan sebelum atau sesudah kegiatan convention dan meeting.

e. Other Specific Length Packages or Tours (paket wisata yang digunakan

dalam jangka waktu ang lama, 1-2 minggu)

f. Off-peak Special (paket wisata yang digunakan ketika waktu week-day

atau hari biasa

4. Klasifikasi menurut susunan perjalanan di daerah tujuan wisata. Paket digolongkan dimana merekadisusun atau dibuat.


(21)

a. Foreign Independent Tour (FIT) merupakan sebuah paket wisata dibuat oleh travel agents atau dibuat oleh biro perjalanan luar negeri yang membuat susunan perjalanan sesuai dengan keinginan wisatawan dari luar negeri yang ingin berwisata.

b. Group Inclusive Tour (GIT) Inclusive Packages kebanyakan menetapkan

ukuran minimum kepada satu atau lebih grup dalam melakukan perjalanan (wisata) dan perjalanan udara yang mereka sewa/gunakan.

c. Charter Tour, merupakan sebuah perjalanan yang menggunakan paket

dimana pesawat dan peralatan akomodasi lainnya telah disewa oleh biro perjalanan wisata, agen perjalanan, individual atau kelompok.

d. Destination Packages, merupakan sebuah paket dapat dikategorikan oleh

ciri-ciri daerah tujuan tersebut. Paket wisata dibuat dengan melihat keadaan daerah tujuan wisata.

2.2 Komponen – Komponen yang Terdapat dalam Paket Wisata

Sehubungan dengan komponen-komponen paket wisata yang bersifat fragmented supply versus composite demand, Yoeti (2002:8) menjelaskan bahwa “produk industri pariwisata itu merupakan kumpulan dari beberapa produk perusahaan-perusahaan sebagai penyedia jasa yang satu dengan lain berpisah (fragmented supply) dan berbeda dalam hal lokasi, fungsi, pemilik, manajemen dan produk seperti hotel, sarana transportasi, restoran, obyek dan atraksi wisata dan sejenisnya. Pada kenyataannya, permintaan suatu paket wisata selalu dalam bentuk kombinasi atau campuran (composite demand) dari beberapa produk”.

Paket wisata ditinjau dari perspektif ekonomi dapat dianggap sebagai suatu produk. Bentuk atau produk dari paket wisata merupakan penggabungan atau pengemasan dari obyek dan atraksi wisata, akomodasi, transportasi, makanan dan lain-lain. Biro Perjalanan Wisata (BPW) atau istilah tour operator merencanakan komponen-komponen mana yang akan dipilih dan dikemas untuk memenuhi kepuasan wisatawan. Pemilihan , pengemasan dan penyusunan komponen-komponen

wisata yang dilakukan oleh tour operator ditujukan untuk memenuhi kebutuhan


(22)

Secara keseluruhan proses produksi wisata mencakup komponen masukan, proses, dan keluaran yang dapat dijelaskan bahwa komponen yang dikandung pada setiap tahapan terdiri dari masukan, berintikan kegiatan perencanaan yaitu kegiatan merencanakan produk dan perlakuan terhadap produk tersebut. Proses, berintikan kegiatan pengorganisasian dan penggerakan, yaitu mengkonsolidasikan, membagi tugas, dan tanggung jawab kepada tiap-tiap komponen dan factor yang direncanakan terlibat dalam wisata. Bentuk kegiatannya dapat berupa pemesanan tempat untuk

transportasi, kamar hotel, makanan di restoran, penerbitan guide order, kepada

pramuwisata yang akan melaksanakan tugasnya dan sebagainya. Selanjutnya mewujudkan rencana tersebut dalam kegiatan nyata berupa penyelenggaraan wisata. Dalam penyelenggaraan wisata inilah semua aspek yang terlibat dalam wisata akan difungsikan. Kendaraan yang telah dipesan diberangkatkan, pramuwisata yang telah diberi tugas melaksanakan tugasnya, restoran menyiapkan makanan, hiburan dipertunjukkan dan seterusnya: keluaran yang tak lain adalah produk (wisata) itu sendiri, berintikan kegiatan pengawasan atau evaluasi atas penyelenggaraan wisata. Evaluasi dapat bermakna ganda. Pertama, bahwa wisatawan diperkenankan untuk mengisi tanggapan atas wisata yang telah diikuti dalam senuah blangko yang berisi daftar pertanyaan yang biasa disebut kuisioner. Evaluasi secara tersurat juga dapat dilakukan oleh penanggung jawab penyelenggaraan wisata yang dilakukan dengan membuat laporan wisata atau biasa disebut tour report. Kedua, makna tersirat, yakni kesan dan tingkat pengalaman yang diraskan oleh wisatawan yang dapat dibaca melalui ekspresi dan prilakunya pada akhir wisata atau bahkan setelah wisata


(23)

berlangsung: dan evaluasi yang telah dilakukan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi perencanaan berikutnya.

Keberhasilan paket wisata dalam industri pariwisata harus didukung oleh berbagai faktor yang mendukungnya sehingga kemasan jasa dapat memberikan manfaat sebagai program pemasaran yang baik kepada wisatawan dan organisasi pariwisata yang membuatnya. Komponen di dalam packaging saling bergabung dan berhubungan satu sama lain dan menjadi salah satu acuan bagi perusahaan dalam membuat paket wisata. Packaging merupakan salah satu cara dalam pemasaran untuk mendekati pelanggan potensial, yaitu para wisatawan yang ingin melakukan perjalanan wisata tetapi tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk mengatur dan merencanakan waktu liburannya.

Komponen-komponen yang ada dalam packaging akan menentukan kualitas

dari sebuah paket wisata untuk itu paket wisata dibuat dengan sebaik mungkin agar dapat mempengaruhi wisatawan untuk menggunakannya. Komponen yang ada dalam paket wisata harus saling mendukung dan melengkapi karena menjadi syarat mutlak dalam membuat paket perjalanan wisata. Paket wisata terdiri dari berbagai komponen yang saling bergabung seperti atraksi wisata, daya tarik wisata, akomodasi, transportasi, makanan dan minuman,susunan perjalanan, program perjalanan, dan berbagai macam produk pariwisata yang mendukung kegiatan perjalanan wisata lainnya.


(24)

2.3 Kedudukan Tour Operator Sebagai Perencana Paket Wisata

Hingga saat ini pengertian tentang Travel Agent dan Tour Operator masih belum dipahami benar oleh kebanyakan orang. Karena itu terjadi kekaburan dalam pengertian kedua istilah tersebut. Kekaburan itu semakin bertambah lagi karena

masih banyak istilah lain yang digunakan sebagai pengganti kata Travel Agent,

misalnya ; Travel Service, Travel Bureau, Tourist Bureau atau Tours and Travel Services.

Sepintas kelihatannya kegiatan perusahaan tersebut adalah sama atau hamper sama, yaitu memberikan informasi dan pelayanan bagi orang-orang yang akan melakukan perjalanan pada umumnya dan perjalanan wisata pada khususnya.

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata No.Kep.16/U/II/88 Tgl. 25 Februari 1988 tentang pelaksanaan Ketentuan Usaha Perjalanan, pada Bab I Penelitian Umum Pasal I, member pengertian dengan batasan sebagai berikut:

a. Usaha Perjalanan adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang

mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang, sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata.

b. Biro Perjalanan Umum adalah badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan

kegiatan usaha perjalanan ke dalam negeri dan atau di dalam negeri dan atau ke luar negeri.

c. Cabang Biro Perjalanan Umum adalah salah satu unit usaha Biro Perjalanan

Umum, yang berkedudukan di wilayah yang sama dengan kantor pusatnya atau di wilayah lain, yang melakukan kegiatan kantor pusatnya

d. Agen Perjalanan, adalah badan usaha yang menyelenggarakan usaha

perjalanan yang bertindak sebagai perantara di dalam menjual dan atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan.


(25)

e. Perwakilan, adalah Biro Perjalanan Umum, Agen Perjalanan, badan usaha lainnya atau perorangan, yang ditunjuk oleh suatu Biro Perjalanan Umum yang berkedudukan di wilayah lainuntuk melakukan kegiatan yang diwakilkan, baik secara tetap, maupun tidak tetap.

Jika kita perhatikan batasan tersebut di atas maka kita memperoleh dua

pengertian, bahwa di samping Agen Perjalanan (Travel Agent) dijumpai juga Biro

Perjalanan (Travel Bureau) yang mempunyai kegiatan berbeda satu dengan yang lain.

Sesuai dengan isi Pasal 4 Bab II Surat Keputusan tersebut di atas, Biro Perjalanan Umum, ruang lingkup kegiatan usahanya terdiri dari:

1. Membuat, menjual dan menyelenggarakan paket wisata.

2. Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi perorangan dan atau

kelompok orang yang diurusnya.

3. Melayani pemesanan akomodasi, restoran dan sarana wisata lainnya.

4. Mengurus dokumen perjalanan

5. Menyelenggarakan panduan perjalanan wisata.

6. Melayani penyelenggaraan konvensi.

Sedangkan ruang lingkup Agen Perjalanan mencakup kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Menjadi perantara di dalam pemesanan tiket angkutan udara, laut dan darat.

2. Mengurus dokumen perjalanan.

3. Menjadi perantara di dalam pemesanan akomodasi, restoran dan saranan

wisata lainnya.

4. Menjual paket-paket wisata yang dibuat oleh Biro Perjalanan Umum.

Pendit (1999 : 26) memberikan pengertian tentang perusahaan perjalanan atau Travel Agent atau Travel Bureau sebagai berikut: “Travel Bureau atau Travel Agency adalah perusahaan yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan suatu perjalanan

(dalam bahasa asingnya: trip atau tour) bagi seseorang yang merencanakan untuk


(26)

Sedangkan Darmadjati (2001 : 28) memberikan batasan yang sama tentang

Travel Agency dan Tour Operator maupun Travel Bureau. Menurutnya yang

dimaksud dengan Travel Agency adalah,” … perusahaan yang khusus mengatur dan menyelenggarakan perjalanan dan persinggahan orang-orang, termasuk kelengkapan perjalanannya, dari suatu tempat ke tempat lain, baik di dalam negeri, ke luar negeri atau dalam negeri itu sendiri.

Dari uraian dan pengertian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bila suatu perusahaan perjalanan itu kegiatannya hanya melakukan:

a. Sebagai perantara dalam pemesanan tiket, angkutan udara, laut dan darat

b. Mengurus dokumen perjalanan

c. Menjadi perantara dalam pemesanan akomodasi, restoran dan sarana

wisata lainnya.

d. Menjual paket-paket wisata yang dibuat oleh Biro Perjalanan Umum. Maka perusahaan perjalanan semacam ini dapat disebut sebagai Agen Perjalanan (Travel Agent) atau Travel Services.

2. Bila suatu perusahaan perjalanan itu kegiatannya hanya melakukan kegiatan:

apa yang dilakukan oleh Agen Perjalanan, seperti tersebut diatas, melakukan kegiatan:


(27)

a. Mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan perjalanan bagi seseorang, sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk pariwisata.

b. Usaha perjalanan ke dalam negeri dan atau di dalam negeri dan atau ke

luar negeri.

c. Melayani pemesanan akomodasi, restoran dan sarana wisata lainnya.

d. Mengurus dokumen perjalanan.

e. Menyelenggarakan panduan perjalanan wisata

f. Melayani penyelenggaraan konvensi

Maka perusahaan perjalanan semacam ini dapat dikategorikan sebagai Biro Perjalanan Umum atau dapatpula disebut Tours and Travel Services dan dapat pula disamakan dengan Tour Operator.

Suatu perusahaan dapat disebut sebagai Tour Operator bila kegiatan utama perusahaan tersebut ditekankan pada perencanaan (planning) dan penyelenggaraan (arrangement) perjalanan wisata (tours) atas inisiatf sendiri dan tanggung jawab sendiri dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari penyelenggaraan perjalanan tersebut. Sedangkan kegiatan lain dapat dikatakan sebagai melengkapi saja untuk melancarkan kegiatan utamanya. Atas dasar pemikiran tersebut, batasan tentang Tour

Operator adalah sebagai berikut, ‘’Tour Operator adalah suatu perusahaan yang

usaha kegiatannya merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan orang-orang untuk tujuan pariwisata (tours) atas inisiatif dan resiko sendiri dengan tujuan


(28)

mengambil keuntungan dari penyelenggaraan perjalanan tersebut”. Perlu dicatat , bahwa yang menjadi suatu Tour Operator tidak selalu suatu perusahaan perjalanan, tetapi dapat pula suatu maskapai penerbangan dalam rangka menjual tempat duduk pesawatnya dan dapat pula suatu hotel yang terletak pada suatu “tourist resort” dalam rangka menjual kamarnya.


(29)

BAB III

TINJAUAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA

3.1 Sejarah Sumatera Utara

Sumatera Utara lahir tanggal 15 April 1948 dengan wilayah mencakup tiga keresidenan, yaitu Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Ibu kotanya waktu itu belum di Medan, melainkan di Kutaraja, sekarang Banda Aceh. Gubernur Sumatera Utara yang pertama dijabat oleh Mr. S.M. Amin. Berdasarkan penemuan arkeologi, Sumatera Utara diketahui dihuni sejak zaman Mesolitikum. Penghuninya disebut sebagai orang Austro Melanesoid, banyak mendiami daerah muara sungai. Pada tahun 2000 SM, Sumatera Utara mulai dihuni oleh orang Proto Melayu dan kemudian dihuni pula oleh orang Deutro Melayu yang berasal dari daerah bagian selatan Cina.

Pada awal Masehi, penghuni Sumatera Utara sudah menjalin hubungan dagang dengan orang-orang dari India dan Cina. Sekitar tahun 775 Masehi, Sumatera Utara termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Pemerintahan dengan sistem Kerajaan di Sumatera Utara muncul pada abad 15, yaitu dengan munculnya Kerajaan Nagur, Aru, Panai, dan Batangiou. Pada suatu ketika, terjadi peperangan antara Kerajaan Nagur dan Kerajaa Batangiou yang dimenangkan oleh Kerajaan Nagur. Karena kemenangan dalam peperangan tersebut, Kerajaan Nagur menjadi penguasa seluruh Simalungun. Pada abad 16, di Tapanuli muncul suatu kerajaan yang


(30)

didirikan oleh keturunan Sisingamangaraja, yaitu Kerajaan Batak. Kerajaan ini kemudian mencakup seluruh Tapanuli, sampai ke Angloka, Mandailing, dan Dairi. Sementara itu, di daerah pesisir timur Sumatera Utara terdapat sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Aru. Wilayahnya meliputi daerah yang sangat luas, dari perbatasan Aceh sampai ke muara sungai Barumun, meliputi daerah Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan Labuhan Batu.

Ketiga kerajaan di atas, yaitu, Nagur, Batak, dan Aru terus menerus terlibat persaingan memperebutkan hegemoni di wilayah Sumatera Utara. Kekuasaan Kerajaan Nagur semakin luas, meliputi daerah pedalaman Asahan, Serdang Hulu, Tanah Karo sampai ke daerah Gayo atas, meliputi seluruh daerah pedalaman bagian utara Sumatera Utara. Sementara itu Kerajaan Batak (Sisingamangaraja) memperluas pengaruhnya ke seluruh Tapanuli, beberapa daerah di tanah Karo, bahkan kemudian merebut wilayah Simalungun yang sebelumnya di bawah kekuasaan Kerajaan Nagur. Sedangkan Kerajaan Aru, ketika itu mendapat ancaman dari tiga kekuasaan besar di Selat Malaka, yaitu, Aceh, Portugis, dan Johor. Untuk menghindari ancaman itu, pusat Kerajaan Aru dipindah ke daerah pedalaman, yaitu di Deli Tua, sekarang wilayahnya sekitar sepuluh kilometer dari Medan.

Pengaruh Aceh ke Sumatera Utara masuk pada abad 17. Seorang Panglima Aceh bernama Gocah Pahlawan dating ke Deli Tua dan menikah dengan putrid Wan Baluan dari Sunggal. Gocah Pahlawan inilah yang menurunkan raja-raja Deli dan raja-raja Serdang. Pada tahun 1669, beberapa daerah pesisir timur Sumatera Utara


(31)

direbut oleh Siak. Siak kemudian menyusun pemerintahan berdasarkan aturan Minangkabau. Pada abad 19, pengaruh Belanda mulai masuk. pada tanggal 1 Februari 1859, Siak menandatangani penjanjian penting dengan Belanda. Isinya adalah pengakuan dari penguasa Siak bahwa daerahnya termasuk dalam kekuasaan Belanda. Belanda juga diizinkan membangun pangkalan di Bengkalis dan daerah yang dirasa perlu. Belanda juga diizinkan bila perlu, mengutip pajak di daerah-daerah kekuasaan Siak. Belanda kemudian mengangkat seorang Asisten Residen di Siak. Kekuasaan Belanda ketika itu meliputi seluruh daerah jajahan Siak, yaitu daerah pesisir timur Sumatera. Sementara itu, di wilayah pesisir barat Sumatera Utara, kekuasaan Belanda mulai masuk sejak berakhirnya perang Paderi di Sumatera Barat. Untuk wilayah tanah batak pedalaman, cengkraman kekuasaan Belanda ditandai dengan adanya "perjanjian tembaga". Penjanjian tersebut berisi permintaan bantuan raja Gedombang dari Mandailing terhadap Belanda untuk menghadapi Paderi. Dengan adanya perjanjian tersebut, Belanda mulai menancapkan pengaruhnya di pedalaman Sumatera Utara. Selain itu, Belanda juga menyerang dan memduduki Pulau Nias pada tahun 1863.

Pada tahun 1834, Belanda mendirikan Keresidenan Tapanuli. Pusat keresidenan berada di Sibolga dan menguasai empat daerah afdeling, yaitu, Sibolga en Omstreken, Angkola en Sipirok, Batakladen, dan Nias. Pada tanggal 1 Maret 1887, Belanda membentuk keresidenan di daerah Sumatera Timur. Keresidenan Sumatera Timur berpusat di Medan, terdiri atas empat daerah afdeling, yaitu, Deli


(32)

Serdang, Simalungun dan Karolanden, Langkat, dan Asahan. Perluasan kekuasaan Belanda itu, banyak menimbulkan perlawanan rakyat. Namun, semua perlawanan tersebut tidak diorganisir dengan baik dan selalu dalam kekuatan yang kecil sehingga Belanda dapat meredam semua perlawanan tersebut. Perlawanan sengit baru terlihat ketika Belanda memperluas kekuasaannya ke daerah pedalaman, yaitu, tanah Batak. Perlawanan dipimpin oleh Sisingamangaraja XII. Perlawanan tersebut tersebar luas, selain di Toba, juga mencapai daerah kekuasaan Sisingamangaraja lainnya seperti Aceh Tenggara, Dairi, Pakpak, Karo, Simalungun, dan Toba sebelah selatan. Perlawanan Sisingamangaraja berlangsung 30 tahun, yaitu dari tahun 1877 sampai 1907. Setelah mematahkan perlawanan Sisingamangaraja ini, berarti Belanda sudah menguasai Sumatera Utara secara penuh. Perlawanan terhadap Belanda mulai muncul kembali pada awal abad 20. Kali ini pergerakan lebih secara politik dan digerakan oleh tokoh-tokoh yang berpendidikan seperti Tan Malaka, Dr. Pirngadi dan Adenan Nur Lubis. Pada saat itu, banyak bermunculan organisasi-organisasi politik yang sebagian diantaranya merupakan cabang dari organisai yang berpusat di Jakarta. Mereka adalah Syarikat Ilam, PNI, Gerindo, Partindo, Al Jami'atul Washliyah, NU, Muhammadiyah, dan organiasi-organiasi pergerakan lain. Di Tapanuli terdapat pula organisasi keagamaan, khususnya gereja yang masuk ke daerah ini sejak abad 19. Pengaruh nasionalisme mulai terasa dalam gereja sekitar tahun 1930. Sejumlah orang Batak yang tergabung dalam perkumpulan Hatopan Kristen Batak mengkritik gereja yang masih dipimpin oleh bangsa asing.


(33)

Pada tanggal 13 Maret 1942, Tentara Jepang memasuki Medan. Mereka kemudian menduduki Mesjid Raya untuk dijadikan benteng. Dalam waktu ingkat, pasukan Jepang dapat menduduki kota-kota penting di Sumatera Utara. Raja-raja di Sumatera Utara kemudian diperintah untuk membantu pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah Jepang. Jepang memerintah di Sumatera Utara secara sewenang-wenang, dan menyengsarakan rakyat. Diantara kebijakan yang menyengsarakan rakyat adalah Romusha. Romusha bertujuan memobilisasi seluruh rakyat untuk membantu Jepang dalam pembangunan pertahanan di kawasan Asia Tenggara. Banyak diantara para romusha ini dikirim ke luar negeri seperti Birma, Thailand dan tempat lain untuk dipekerjakan secara paksa dan tidak manusiawi. Dua hari setelah Jepang menyerah kepada sekutu, yaitu pada17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Di awal kemerdekaan ini, Sumatera Utara termasuk dalam wilayah provinsi Sumatera. Seperti diuraikan di atas, pada tanggal 15 April 1948, Sumatera Utara terbentuk dengan wilayah mencakup tiga keresidenan, yaitu, Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli.

Pada tanggal 3 Oktober 1945, Dr. F. Lumbantobing diangkat sebagai residen Tapanuli. Selanjutnya dilakukan pembentukan KNI di seluruh wilayah yang disertai dengan pembentukan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Dalam memperingati tiga bulan proklamasi kemerdekaan, tapatnya tanggal 17 Oktober 1945, di Tarutung dilakukan rapat umum yang dihariri oleh seluruh rakyat setempat. Dalam kesempatan itu, rakyat mengucapkan ikrar setia kepada pemerintah Republik Indonesia. Pada era


(34)

RIS, identitas Sumatera Utara hilang karena wilayahnya masuk dalam Negara Sumatera Timur. Pada tanggal 15 Agustus 1950, pasca kembalinya RI dari bentuk RIS ke NKRI, provinsi Sumatera Utara kembali terbentuk dengan wilayah mencakup tiga keresidenan, yaitu, Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli dengan Medan ditetapkan sebagai Ibukotanya. Gubernur definitif pertamanya adalah A. Hakim yang kemudian pada tahun 1953 diganti oleh Mr. S.M. Amin. Pada tahun 1956, Aceh berdiri sendiri sebagai provinsi, dengan demikian wilayah Sumatera Utara hanya mencakup wilayah Sumatera Timur dan Tapanuli. Kondisi wilayah ini tetap sampai sekarang. Pada tahun 1956 ini SM. Amin diganti oleh St. Kumala Pontas yang menjabat gubernur sampai tahun 1960. Sampai awal terbentuknya rezim Orde Baru, Sumatera Utara masih disibukan dengan konflik-konflik baik vertikal ataupun horizontal. Akibat konflik tersebut, empat gubernur berikutnya tidak bisa melakukan pembangunan. Mereka adalah Raja Junjungan Lubis (1960-1963), Eny Karim (1963-1963), Ulung Sitepu (1963-1965), dan P.R. Telaumbanua (1965-1967). Pembangunan daerah baru bisa dilakukan di era Orde Baru. Gubernur yang menjabat pertama di era Orde Baru adalah Brigjen Marah Halim Harahap (1967-1978). Gubernur berikutnya adalah Mayjen E.W.P. Tambunan (1978-1983), Mayjen Kaharuddin Nasution (1983-1988), Mayjen Raja Inal Siregar (1988-1998), Mayjen Teungku Rizal Nurdin

(1998-2005), Rudolf Pardede (2005-2008), dan Syamsul Arifin (2008-2013). sumber(

Diktat, Bahan Informasi Objek Dan Atraksi Wisata Populer 2004 dan Travelicious Medan 2012)


(35)

3.2 Letak Geografis dan Kependudukan Wilayah Sumatera Utara 3.2.1 Letak Geografis Wilayah Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

o Sebelah Utara : Aceh

o Sebelah Barat : Samudera Hindia

o Sebelah Selatan : Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat

o Sebelah Timur : Selat Malaka

Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 km² atau 3.73 % dari luas wilayah Republik Indonesia dan luas lautan sebesar 110.000,65 km² yang sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di perairan bagian barat maupun di bagian timur Pulau Sumatera dan memiliki perairan laut seluas 110.000 km² Provinsi Sumatera Utara memiliki 213 pulau yang telah memiliki nama, dengan 6 pulau di wilayah Pantai Timur termasuk Pulau Berhala sebagai pulau terluar yang berbatasan sengan selat Malaka dan sisanya 207 pulau di wilayah Pantai Barat dengan Pulau Wunga dan Pulau Simuk sebagai pulau terluar di wilayah Pantai Barat. Secara regional pada posisi geografisnya, Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran internasional Selat


(36)

Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. ( Bahan Informasi Objek Dan Atraksi Wisata Populer, 2004)

3.2.2 Kependudukan Wilayah Sumatera Utara 3.2.2.1 Suku Bangsa

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, sebagai berikut :

1. Suku Melayu : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang

Bedagai, dan Langkat

2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo

3. Suku Batak Toba : Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang

Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir


(37)

5. Suku Batak Angkola: Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padang Lawas

6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun

7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat

8. Suku Nias : Pulau Nias

9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Kabupaten Batubara, Pesisir barat

10.Suku Aceh : Kota Medan

11.Suku Jawa : Pesisir timur

12.Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir timur & barat. ( Bahan Informasi Dan Atraksi Wisata Populer 2004)

3.2.2.2 Bahasa dan Agama

Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari. Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa


(38)

Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan Bahasa Batak yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Mandailing Natal menggunakan Bahasa Minangkabau.

Selain bahasa yang beranekaragam, di Sumatera Utara juga memiliki beragam agama yang dianut oleh penduduk sekitarnya.Dan agama utama yang dianut di Sumatera Utara adalah:

• Islam : terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau,Jawa, Aceh, suku Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak

• Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Karo,

Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Nias • Hindu : terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan • Budha : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan

• Konghucu : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan

• Parmalim : dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi

• Animism : masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron

dan kepercayaan sejenisnya. ( Bahan Informasi Dan Atraksi Wisata Populer


(39)

3.3 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan di Sumatera Utara

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten maupun antar provinsi. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi ke dalam empat wilayah pembangunan. ( Bahan Informasi Dan Atraksi Wisata Populer 2004)

3.4 Objek Wisata di Sumatera Utara

Di Sumatera Utara terdapat beberapa objek wisata yang dapat dkunjungi oleh wisatawan, pemandangan alam nya yang memukau akan memanjakan wisatawan yang berkunjung. Di sini juga terdapat satwa liar yang langka dan eksotis di Indonesia. Kita juga dapat menyaksikan kesenian budaya yang unik, kuno, dan mempesona. Penduduknya dikenal dengan suku Batak. Beberapa objek wisata yang ada di Sumatera Utara antara lain :


(40)

a. Kabupaten Langkat

Di Kabupaten Langkat terdapat objek wisata dengan pesona alam dan satwa liarnya seperti:

• Bukit Lawang

• Tangkahan

b. Kota Medan

Di kota Medan terdapat beberapa objek wisata kota yang dapat dikunjungi wisatawan seperti:

• Istana Maimun

• Mesjid Raya Medan

• Rumah Tjong A Fie di kawasan Jl. Jend. Ahmad Yani

• Gedung Balai Kota lama

• Menara Air (yang merupakan ikon kota Medan)

• Titi Gantung

• Gedung London Sumatera

• Kantor Pos Medan

c. Kabupaten Deli Serdang

Di Kabupaten Deli Serdang terdapat objek wisata :

• Green Hill City

• Sungai Sembahe


(41)

d. Kabupaten Karo

Di Kabupaten Karo terdapat objek wisata alam yang memukau seperti :

• Gundaling

• Mikie Holiday

• Gunung Sibayak

• Gunung Sinabung

• Taman Simalem resort

• Air Terjun Si Piso-piso

• Desa Tongging.

e. Kabupaten Samosir

Terdapat daerah wisata yang terkenal di Kabupaten ini, dan merupakan tujuan wisata yang banyak dituju oleh wisatawan seperti :

• Danau Toba

• Pulau Samosir

( Bahan Informasi Dan Atraksi Wisata Populer 2004)

3.5Perekonomian Masyarakat Sumatera Utara 3.5.1 Energi

Sumatera Utara kaya akan sumber daya alam berupa gas alam di daerah Tandam, Binjai dan minyak bumi di Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat yang telah dieksplorasi sejak zaman Hindia Belandaa. Selain itu Kuala Tanjung,


(42)

Kabupaten Asahan juga terdapat PT Inalum yang bergerak di bidang penambangan bijih dan peleburan alumunium yang merupakan satu-satunya di Asia Tenggara. Sungai-sungai yang berhulu di pegunungan sekitar Danau Toba juga merupakan sumber daya alam yang cukup berpotensi untuk dieksplotasi menjadi sumber daya pembangkit listrik tenaga air. PLTA Asahan yang merupakan PLTA terbesar di Sumatera terdapat di Kabupaten Toba Smosir. Selain itu, kawasan pegunungan terdapat banyak sekali titik-titik panas geothermal yang sangat berpotensi dikembangkan sebagai sumber energy panas maupun uap yang selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi energi listrik.

3.5.2 Pertanian dan Perkebunan

Provinsi ini tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. BUMN Perkebunan yang arealnya terdapat di Sumatera Utara, antara lain PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II), PTPN III dan PTPN IV. Selain itu Sumatera Utara juga tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan.


(43)

• Luas pertanian padi. Pada tahun 2005 luas areal panen tinggal 807.302 hektare, atau turun sekitar 16.906 hektare dibanding luas tahun 2004 yang mencapai 824.208 hektare. Produktivitas tanaman padi tahun 2005 sudah bisa ditingkatkan menjadi berkisar 43,49 kwintal perhektar dari tahun 2004 yang masih 43,13 kwintal per hektare, dan tanaman padi ladang menjadi 26,26 kwintal dari 24,73 kwintal per hektare. Tahun 2005, surplus beras di Sumatera Utara mencapai 429 ton dari sekitar 2.1.27 juta ton total produksi beras di daerah ini.

• Luas perkebunan karet. Tahun 2002 luas areal tanaman karet di Sumut

489.491 hektare dengan produksi 443.743 ton. Sementara tahun 2005, luas areal karet menurun atau tinggal 477.000 hektare dengan produksi yang juga anjlok menjadi hanya 392.000 ton.

• Irigasi. Luas irigasi teknis seluruhnya di Sumatera Utara seluas 132.254 ha meliputi 174 Daerah Irigasi. Sebanyak 96.823 ha pada 7 Daerah Irigasi mengalami kerusakan sangat kritis.

• Produk Pertanian. Sumatera Utara menghasilkan karet, cokelat, teh, kelapa

sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk


(44)

Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

3.5.3 Perbankan

Selain bank umum nasional, bank pemerintah serta bank internasional, saat ini di Sumut terdapat 61 unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan 7 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Data dari Bank Indonesia menunjukkan, pada Januari 2006, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diserap BPR mencapai Rp 253.366.627.000 dan kredit mencapai Rp 260.152.445.000. Sedangkan aktiva mencapai Rp 340.880.837.000.

3.5.4 Sarana dan Prasarana

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten maupun antar provinsi. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi ke dalam empat wilayah pembangunan.


(45)

3.5.5

Pertambangan

Ada tiga perusahaan tambang terkemuka di Sumatera Utara:

• Sorikmas Mining (SMM)

• Newmont Horas Nauli (PTNHN).

• Dairi Prima Mineral

3.5.6

Transportasi

Di Sumatera Utara terdapat 2.098,05 kilometer jalan negara, yang tergolong mantap hanya 1.095,70 kilometer atau 52,22 persen dan 418,60 kilometer atau 19,95 persen dalam keadaan sedang, selebihnya dalam keadaan rusak. Sementara dari 2.752,41 kilometer jalan propinsi, yang dalam keadaan mantap panjangnya 1.237,60 kilometer atau 44,96 persen, sementara yang dalam keadaan sedang 558,46 kilometer atau 20,29 persen. Halnya jalan rusak panjangnya 410,40 kilometer atau 14,91 persen dan yang rusak berat panjangnya 545,95 kilometer atau 19,84 persen. Dari sisi kendaraan, terdapat lebih 1,38 juta kendaraan roda dua dan empat di Sumatera Utara. Dari jumlah itu, sebanyak 873 ribu lebih berada di Kota Medan.

3.5.7 Bandar Udara

Di Sumatera Utara terdapat 7 bandar udara, terdiri dari 1 bandar udara berstatus internasional dan 6 bandara domestik, seperti berikut ini :


(46)

1. Bandar Udara Aek Godang

2. Bandar Udara Binaka

3. Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing

4. Bandar Udara Lasondre

5. Bandar Udara Internasional Polonia

6. Bandar Udara Sibisa

7. Bandar Udara Silangit

3.5.8

Ekspor & Impor

Kinerja ekspor Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 tercatat perolehan devisa mencapai US$4,24 milyar atau naik 57,72% dari tahun sebelumnya dari sektor ini. Ekspor kopi dari Sumatera Utara mencapai rekor tertinggi 46.290 ton dengan negara tujuan ekspor utama Jepang selama lima tahun terakhir. Ekspor kopi Sumut juga tercatat sebagai 10 besar produk ekspor tertinggi dengan nilai US$3,25 juta atau 47.200,8 ton periode Januari hingga Oktober 2005.

Dari sektor garmen, ekspor garmen cenderung turun pada Januari 2006. Hasil industri khusus pakaian jadi turun 42,59 persen dari US$ 1.066.124 pada tahun 2005, menjadi US$ 2.053 pada tahun 2006 pada bulan yang sama. Kinerja ekspor impor beberapa hasil industri menunjukkan penurunan. Yakni furniture turun 22,83 persen dari US$ 558.363 (2005) menjadi US$ 202.630 (2006), plywood turun 24,07 persen


(47)

dari US$ 19.771 menjadi US$ 8.237, misteric acid turun 27,89 persen yakni dari US$ 115.362 menjadi US$ 291.201, stearic acid turun 27,04 persen dari US$ 792.910 menjadi US$ 308.020, dan sabun noodles turun 26 persen dari AS.689.025 menjadi US$ 248.053.

Kinerja ekspor impor hasil pertanian juga mengalami penurunan yakni minyak atsiri turun 18 persen dari US$ 162.234 menjadi US$ 773.023, hasil laut/udang, minyak kelapa dan kopi robusta juga mengalami penurunan cukup drastis hingga mencapai 97 persen. Beberapa komoditi yang mengalami kenaikan (nilai di atas US$ Juta) adalah biji kakao, hortikultura, kopi arabica, CPO, karet alam, hasil laut (non udang). Untuk hasil industri yakni moulding, ban kendaraan dan sarung tangan karet.


(48)

BAB IV

PERANAN PAKET WISATA DALAM PEMASARAN KEPARIWISATAAN DI SUMATERA UTARA

4.1Potensi Produk Wisata Sumatera Utara

1. Batasan Lengkap Produk Wisata

Menurut Doswell dalam bukunya How Effective Management Makes The Difference 1990, Produk Wisata merupakan Total Experience of a tourist from the moment of Leaving one’s habitat to the moment of return to it.

2. Hakekat komponen Produk wisata

a. Komplomenter antara satu dengan yang lain, antara lain:

• Faktor-faktor input atau unsur produksi dalam masing-masing perusahaan / enterprise.

Tourist enterprise yang berbeda-beda

Tourist services enterprise dan tourist attraction. b. Collective production

c. Kelemahan salah satu mengurangi citra baik keseluruhan

d. Bagaimana sempurnanya fasilitas masih tergantung sepenuhnya pada

unsur manusia pelaksana.


(49)

3. Tourist Attraction

Tourist attractions terdiri dari:

Cultural

Natural

Man – made

Human

4. Cirri-ciri produk Wisata

a. Hasil atau produk industry pariwisata itu tidak dapat dipindahkan.

Karena itu dalam penjualannya tidak mungkin pelayanan itu sendiri dibawa kepada konsumen, sebaiknya dalam hal ini konsumen (wisatawan) yang harus datang ke tempat produk tersebut dihasilkan.

b. Pada umumnya peranan perantara tidak diperlukan, karena proses

produksi terjadi pada saat yang bersamaan dengan konsumsi. Satu-satunya perantara dalam penjualan jasa-jasa industri pariwisata hanyalah Travel Agent atau Tour Operator saja.

c. Hasil Produksi Wisata tidak dapat ditimbun seperti pada industri

barang lainnya, dimana penimbunan hanya merupakan kebiasaan untuk meningkatkan permintaan. Pemandangan yang bagus pada cuaca yang baik, tidak dapat disajikan pada waktu cuaca jelek atau dalam keadaan hujan.


(50)

d. Hasil atau produk imdustri pariwisata itu tidak mempunyai standart atau ukuran yang objektif, seperti halnya industri barang lainnya yang mempunyai ukuran, isi, panjang dan lain-lain. Disini hanya menggunakan patokan bagus, jelek atau puas tidaknya orang yang diberi pelayanan.

e. Permintaan terhadap hasil produk industri pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non ekonomis. Terjadinya kekacauan atau peperangan atau bencana alam, akan mengakibatkan permintaan akan berkurang. Sebaliknya bilamana musim liburan dengan kondisi normal maka permintaan akan meningkat, sehingga terjadi kekurangan dalam supply.

f. Calon konsumen (dalam hal ini wisatawan) tidak dapat mencoba atau

mencicipi produk yang dibelinya. Dia hanya dapat melihat dari brochure, paket tour yang ditawarkan, melalui slides, TV, dan lain-lain.

g. Hasil atau produk industri pariwisata itu banyak tergantung dari tenaga manusia dan sedikit sekali yang dapat digantikan dengan mesin.

5. Komponen utama dari produk wisata

a. Atraksi dari suatu daerah tujuan wisata termasuk citra yang

diciptakannya.

b. Fasilitas di daerah tujuan wisata yang terdiri dari akomodasi, catering, hiburan, rekreasi dan lainnya.


(51)

c. Assesibilitas destinasi tersebut.

Dari uraian di atas dapat dikatakan Sumatera Utara memiliki potensi sebagai Daerah Tujuan Wisata. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara disebabkan oleh potensinya yang cukup besar, khususnya dalam hal objek wisata dan atraksi wisata yang beraneka ragam.

Nilai potensi produk wisata Sumatera Utara terutama disebabkan banyaknya kekayaan alam dan budaya yang dimiliki daearah wisata ini antara lain keindahan Danau Toba dengan panoramanya yang menawan, serta iklim yang sejuk dan tetap terutama disekitar dataran tinggi Karo ; keunikan kebudayaan yang dapat diraba seperti Nias, Karo, Batak, Melayu, Dairi ; peninggalan purbakala, desa tradisional, seni suara, upacara adat, serta potensi rekreasi yang kesemuanya merupakan asset kepariwisataan yang dimiliki daerah Sumatera Utara. Dengan potensi yang cukup besar itu berarti Sumatera Utara mempunyai resources pariwisata yang kaya. Yang dimaksud dengan resources pariwisata adalah daya tarik alam, daya tarik budaya dan daya tarik rekreasi. Disamping resources pariwisata tersebut, masih terdapat resources pariwisata lainnya seperti kesenian daerah, upacara adat daerah yang dimiliki masing-masing suku di daerah Sumatera Utara seperti Deli, Simalungun, Karo, Toba, Nias, Tapanuli Selatan, Pakpak dan sebagainya. Demikian juga folk song dan cerita dongeng rakyat, hanya belum dikembangkan dan penyajiannya terbatas di daerah pusat wisata seperti Berastagi, Parapat dan sekitarnya, Samosir Utara dan sebagainya.


(52)

4.2 Pemasaran Terpadu

Dalam bidang pemasaran banyak usaha yang harus dilakukan oleh manager perusahaan untuk dapat mempengaruhi calon pembeli, agar pembeli terhadap hasil produk perusahaan meningkat terus. Pengalaman membuktikan bahwa suatu perusahaan yang selalu berorientasi dengan pasar, sukses yang diperolehnya banyak sekali ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan sebagai berikut :

1. Mereka selalu mencoba secara terus menerus dan sistematis melakukan

pandangan jauh kedepan bagi masa depan perusahaanya.

2. Mereka selalu secara teratur mengadakan penelitian pasar untuk dapat untuk dapat memperoleh data yang terbaru tentang langganannyadan struktur pasar yang akan dimasukinya.

3. Mereka merencanakan secara sistematis pertumbuhan perusahaannya untuk

jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang, yang sejalan dengan strategi pemasaran yang dilakukannya.

4. Mereka selalu mencari, mencitakan dan menjual produk-produk baru baru

secara teratur dalam periode tertentu.

5. Mereka menyadari baik perusahaan secara keseluruhannya maupun


(53)

6. Hidup dan matinya perusahaan secara keseluruhan tergantung dari kantong pembeli, hal yang demikian sangat dihayati oleh pengusaha yang bersangkutan.

Oleh karena itu banyak atau sedikitnya permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan itu, merupakan barometer bagi perusahaan berhasil atau tidaknya usaha atau tindakan yang dijalankan tersebut.

Dalam pengertian pemasaran, segala faktor yang dapat dikuasai dan dipegang oleh manager pemasaran untuk mempengaruhi permintaan akan barang-barang dan jasa hasil produksi suatu perusahaan, disebut pemasaran terpadu (Marketing Mix).

Pengertian mix dapat diartikan sebagai terpadu atau campuran bermacam-macam unsur, dimana unsur yang satu saling menunjang dan saling mempengaruhi dalam mencapai suatu tujuan, yang kadang-kadang juga terjadi pertentangan. Jenis-jenis campuran itu dapat berbentuk kerja sama atau pertukaran tempat atau sebagai bagian yang dapat saling mengganti.

Suatu contoh yang baik untuk menjelaskan pengertian marketing mix yang sifatnya lebih merupakan collective marketing adalah inclusive tour, atau dikenal pula dengan paket wisata. Seperti kita ketahui, paket wisata adalah perjalanan wisata (tour), yang dijual dimana harganya sudah termasuk biaya-biaya untuk:


(54)

• Transportasi ke dan dari daerah tujuan wisata.

• Transfer dari dan ke lapangan udara atau terminal.

• Akomodasi di tempat yang dikunjungi.

• Makan dan minum selama perjalanan

• Lokal transportasi di daerah tujuan wisata

• Sightseeing dan excursion di kota-kota yang dilalui

• Menyaksikan objek dan atraksi wisata di tempat-tempat yang dikunjungi

Dengan perkataan lain suatu paket tour yang penyelenggaraannya bersifat all-include. Kelihatan bahwa menjual paket tour ini merupakan kombinasi dari penjualan bermacam-macam produk dari bermacam-macam perusahaan yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam proses produksinya dan dengan harga yang telah ditentukan.

Penjualan paket wisata berupa paket tour ini sangata meguntungkan bagi para wisatawan karena;

 Menghemat waktu

 Harga relative rendah dibandingkan kalau mengurus sendiri.  Perjalanan dapat dilakukan tanpa ada keraguan dalam hati  Tour itinerary sudah pasti

 Pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian menjadi lebih


(55)

Seorang PATA Consultant, H.F Stanley member unsure pemasaran terpadu dengan unsur-unsur sebagai berikut:

i. Paduan pengolahan produk

Konsumen atau wisatawan memerlukan jenis-jenis jasa objek wisata dan sarana wisata tertentu. Sarana wisata adalah sarana social ekonomi yang untuk seluruhnya atau sebagian menghasilkan jasa atau barang untuk dipergunakan wisatawan, seperti hotel-hotel, rumah makan, resort-resort (daerah wisata), bentuk-bentuk kesantaian tertentu, sarana olah raga, saranan untuk keperluan studi, kesempatan untuk menikmati hiburan atau atraksi seni budaya, untuk berbelanja dan pembelian hasil kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Semua dikembangkan sehingga memenuhi persyaratan-persyaratan organisasi dan agen-agen atau biro-biro yang bergerak di dalam bidang kepariwisataan. Mereka semua berusaha memenuhi tuntutan keinginan konsumen atau langganan. Perpaduan jasa dan sarana wisata tersebut akan berbeda atau berubah sesuai selera permintaan. Hal yang terpenting yang perlu diingat mengenai paduan pengolahan produk adalah masalah pemeliharaan. Pemeliharaan warisan budaya dan pemeliharaan lingkungan dan peninggalan sejarah.

ii. Paduan Proses Penyebaran

Hal ini mengenai proses pengangkutan. Pengangkutan melalui udara, laut, dan darat. Proses ini akan melibatkan perusahaan penerbangan, perusahaan perkapalan, dan perusahaan angkutan darat, biro perjalanan dan tour operator. Ini adalah


(56)

merupakan operasi yang besar untuk membawa konsumen pada produknya. Kunci berhasilnya pelaksanaan pemasaran dari segi distributotion mix ini ialah pelayanan.

iii. Paduan Komunikasi dan Penerangan

Walaupun telah tersedia Paduan Pengolahan Produk yang tepat ataupun paduan prosespenyebaran yang tepat memenuhi tuntutan pengunjung tetapi tanpa komunikasi konsumen tidak akan tahu tentang tersedianya produk yang menarik itu. Konsumen harus diberiyahu, diperkenalkan, ditarik dan didorong untuk mau mengunjungi ke suatu daerah tujuan wisata. Paduan yang tepat melaksanakan hal ini digunakan beberapa jenis pendekatan yang sebenarnya mempunyai peranan parallel, yaitu masing-masing berfungsi sebagai penunjang lainnya untuk memperkuat bobot hasilnya, yaitu;

a. Pendekatan dengan cara “sales promotion”

Ini meliputi berbagai kegiatan komunikasi yang diarahkan pada wisatawan baik melalui media umum, seperti surat kabar, TV, radio dan sebagainya atau melalui saluran-saluran perantara biro-biro perjalanan, “public relation agency” atau melalui pendekatan langsung. Sarana-sarana yang bisa digunakan ialah; kunjungan perkenalan oleh biro perjalanan, siaran iklan, pameran, kiriman surat, hubungan pribadi langsung, film, slide, ceramah-ceramah, news letter, Proses release. Partisipasi dalam konferensi Pariwisata Internasional tertentu dan sebagainya.


(57)

b. Pendekatan yang bersifat “image promotion”

Pendekatan ini merupakan kegiatan yang bersifat pembujuk secara halus, secara tidak langsung. Pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan kesan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui cara-cara yang mampu menumbuhkan suasana yang tepat yaitu suasana yang menumbuhkan rasa simpati, rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba dan rasa ingin mengenal. Cara-cara yang biasa digunakan misalnya melalui : kunjungan perkenalan oleh juru foto specialis, kunjungan perkenalan oleh penulis perjalanan atau wartawan, feature khusus di surat kabar atau majalah, ceramah khusus, siaran iklan khusus, pengiriman misi-misi kesenian. “Sales promotion” dan “Image Promotion” terkadang sukar dibedakan, kedua-duanya bisa atau sering dilaksanakan baik oleh industri atau pemerintah. Sarana yang biasa digunakan biasanya sama, yang berbeda hanya cara pendekatan. Industri bisa mempergunakan gaya sales promotion maupun gaya image promotion dalam usaha menarik kunjungan wisatawan. Sarana sales promotion biasanya untuk mencapai target penjualan tertentu sedang pada image promotion tidak ada target penjualan langsung. Selain itu dalam sales promotion konsumen yang dituju lebih sudah dikenal atau diketahui.

c. Pendekatan melalui pendidikan, latihan, atau penyuluhan.

Kepada para staff organisasi yang merupakan mata rantai antara pengunjung dan daerah tujuan wisata. Terutama ditujukan pendidikan pada staff biro-biro


(58)

perjalanan, tour operator, perusahaan penerbangan, perkapalan dan juru-juru penerang dari organisasi kepariwisataan nasional. Buku-buku petunjuk merupakan sarana yang penting untuk menunjang penyelenggaraan ini, yang diperkuat dengan ceramah-ceramah, news letter yang teratur dan terutama penyelenggaraan kunjungan-kunjungan perkenalan ke tempat daerah tujuan wisata tertentu.

d. Pendekatan melalui pemberian jasa penerangan.

Pendirian kantor-kantor penerangan pariwisata, jasa surat menyurat, menjawab surat-surat dan pertanyaan melalui telepon. Selain dari pada itu pemberian penerangan pada tekis pada semua saluran penjualan dan penerbitan buku-buku petunjuk dapat pula dimasukkan dalam kelompok ini. iv. Paduan jasa pelayanan

Paduan jasa pelayanan fasilitas pariwisata adalah kebijakan pengaturan dan ketentuan-ketentuan oleh instansi-instansi pemerintah sesuai tugas wewenangnya untuk melancarkan perjalanan dan persaingan wisatawan, seperti kebijakan visa, ketentuan-ketentuan bea cukai dan sebagainya. Fasilitas pariwisata yang tepat dipadu pelayanan yang baik oleh pejabat-pejabat yang berurusan dengan wisatawan seperti pejabat pabean, pejabat imigrasi, pejabat kesehatan, polisa dan sebagainya sangat menunjang dalam usaha menarik wisatawan. Dengan sikap yang membantu serta ramah dari pejabat-pejabat tersebut akan meninggalkan kesan baik langsung dan lama.


(59)

Demikian pula dalam rangka jasa pelayanan ini keterampilan pramuwisata yang cekatan dan sopan mempunyai pengaruh yang sangat mengesankan. Keluhan-keluhan wisatawan harus ditampung semestinya dan segera diselesaikan seadil-adilnya. Pelayanan-pelayanan khusus yang ditunjukan kepada group-group tertentu akan memancing publisitas. Kesemuanya merupakan paduan yang diolah untuk dapat menyusun paduan jasa pelayanan yang mampu memuaskan langganan sehingga dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi melalui kesan-kesan mereka yang diceritakan.

4.3Kebijaksanaan Harga Paket Wisata

Kebijakan harga dalam bidang kepariwisataan sangat penting karena kebijaksanaan hargayang ditetapkan diharapkan dapat mendukung dan mencakup keputusan-keputusan pemasaran dan tindakan-tindakan yang diambil dalam kegiatan pemasaran harus pula mendukung kebijaksanaan harga. Hal ini tidak lain disebabkan karena, baik pembeli maupun penjual selalu akan mengambil keputusan-keputusan yang didasarkan atas harga.

Suatu keputusan mengenai harga yang akan diikuti dalam suatu periode tertentu disebut kebijaksanaan harga. Kebijaksanaan harga ini sangat erat hubungannya dengan produk terpadu. Kebijaksanaan harga tidak dapat ditetapkan secara sepihak tanpa memperhatikan kebiasaan dalam dunia usaha perdagangan.


(60)

Dalam teori dunia usaha klasik, alas an untuk berusaha tidak lain ialah untuk mempercepat pengambilan modal yang diinvestasikan disamping memperoleh keuntungan yang wajar. Kebijaksanaan harga untuk suatu produk dapat ditentukan dengan cara sederhana, tetapi bagaimana dengan kebijaksanaan harga bagi produk terpadu?

Unutk menjual suatu paket wisata selama 10 hari ke Indonesia dengan harga yang sudah pasti tetapi berbeda-beda (karena dijual dipasaran yang berbeda-beda pula), seperti Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, dan Inggris. Oleh karena calon wisatawan dating dari jarak yang berbeda, maka kebijaksanaan harga perlu ditetapkan, yaitu harga yang berbeda untuk suatu daerah tujuan yang sama, yaitu disebabkan oleh jarak masing-masing negar asal wisatawan dari Indonesia. Dimana wisatawan yang datang lebih jauh jaraknya ke Indonesia akan membeli paket wisata dengan harga yang lebih tinggi dan karenanya jumlah wisatawan yang datang relatif lebih sedikit. Sebaliknya bagi wisatawan yang datang dari daerah asal wisatawan yang jaraknya lebih dekat, maka harga paket wisata yang dibelinya juga relatif lebih rendah dan kerenanya jumlah wisatawan yang datang juga relatif lebih banyak.

4.4Kelebihan dan Kelemahan Paket Wisata Indonesia

Disadari bahwa mutu penampilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain; penampilan, designe, kualitas, dan persyaratan teknis yang memadai. Berdasarkan pada hasil-hasil penelitian dan pengamatan dalam pengamatan selama


(61)

mengembangkan kepariwisataan di Indonesia dapat dikemukakan beberapa masalah pokok dalam bidang paket wisata Indonesia, seperti dibawah ini:

a. Kebanyakan paket wisata kita tidak mampu menonjolkan atau menumbuhkan

citra (kesan tertentu). Paket wisata tidak mampu menonjolkan ke khasan tertentu dari tiap daya tarik atraksi di daerah tujuan wisata. Dapat dikatakan bahwa citra daripada mutu pelayanan produk wisata Indonesia belum konsisten.

b. Pendisainan (pembuatan disain) paket wisata hanya di dasarkan pada

pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, dilakukan secara coba-coba, komposisinya sering tidak serasi dan seimbang, campur aduk antara komponen produk wisata ternama dengan produk setengah jadi dalam suatu paket.

c. Belum ada criteria tertentu yang baku

d. Harga paket kurang mampu bersaing dengan paket wisata Negara tetangga.

Letak geografis Indonesia yang sedikit luar jangkauan route perjalanan wisata Internasional ditambah pula dengan tariff penerbangan domestic yang cukup tinggi, menyebabkan paket wisata Indonesia cukup mahal. Dibandingkan dengan ASEAN lainnya paket Indonesia selain belum bersaing dalm pelayanan juga belum mampu bersaing dengan harga. Selain masalah-masalah pokok diatas relevan pula dikemukakan masalah-masalah berikut ini:


(62)

o Kurang cukup pilihan paket, dengan perkataan lain variasi paket terbatas sekali, apalagi dalam lingkup DTW

o Kurangnya dilakukan analisa/ studi pemasaran yang diarahkan pada

segmentasi pasar tertentu, selain itu perkembangan pasar dan mode yang sedang popular di pasar tertentu kurang diikuti.

e. Mutu dan standar pelayanan pada kebanyakan perusahaan wisata sangat

tergantung pada unsure manusia. Sampai tingkat tertentu kualitas/mutu yang kurang memadai daripada perlengkapan maupun fasilitas wisata dapat diimbangi dengan tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman, namun sebaliknya jarang ditemukan. Hal tersebut membuktikan betapa pentingnya faktor kebutuhan tenaga kerja terdidik, hal yang masih diperlukan ditingkatkan di Indonesia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa tenaga

kerja yang terampil dan kreatif dalam tour programming di biro-biro

perjalanan kita terbatas jumlahnya.

f. Mutu produk kurang bersaing.

g. Tenaga profesional dalam pembuatan paket wisata kurang.


(63)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Pengembangan sektor kepariwisataan di Indonesia lebih di titik beratkan untuk meningkatkan penerimaan devisa negara. Disamping itu merupakan industri yang diharapkan dapat memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan sebagai katalisator untuk mengembangkan pembangunan-pembangunan sector lainnya.

Paket wisata merupakan suatu buku panduan yang diperlukan wisatawan bila hendak melakukan perjalanan, karena di dalam paket wisata telah tercakup suatu rencana perjalanan tour yang telah tersusun secara tetap dan dengan harga tertentu mencakup biaya pengangkutan, fasilitas, akomodasi, serta darmawisata.

Tour operator sebagai perencana dalam pembuatan suatu paket wisata sangat menentukan dalam menciptakan dan menghsilkan suatu paket wisata yang siap jual pada wisatawan.

Pemasaran kepariwisataan masa kini berorientasi pada konsumen, dengan titik berat pada proses innovasi produk barang yang sudah tentu melibatkan investasi yang cukup besar bagi usaha-usaha dalam memasarkan produk di satu pihak dan selera kebutuhan di lain pihak.


(64)

5.2Saran

Untuk memantapkan pembangunan kepariwisataan di Sumatera Utara, sangat diperlukan kesatuan pandang yang menyeluruh dalam pengembangan, pengolahan, pemasaran kepaiwisataan agar segala kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan kepariwisataan dapat segera teratasi. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik dan terpadu antara seluruh jajaran instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, sektor swasta dan masyarakat.

Hendaknya tour operator sebagai perencana dalam menciptakan paket

wisata mengadakan perbandingan dengan paket wisata dari negara lain, sehingga paket wisata Sumatera Utara dapat bersaing, baik dalam harga, mutu, dan pelayanan.

Diharapkan pula agar pihak tour and travel menciptakan paket wisata yang lebih bervariasi, sehingga wisatawan mendapat pilihan yang cukup dalam memilih suatu paket wisata.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Pariwisata, Kantor Pos, dan Telekomunikasi diharapkan dapat bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Daerah dan Dunia Usaha dalam membuat suatu paket wisata yang menonjolkan citra daerah Sumatera Utara.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto dan Ajie Hatadji. 2012. Travelicious Medan. Yogyakarta : B first Djoeli, Hazed. 2004. Bahan Informasi Objek Dan Atraksi Wisata Populer.

Medan : USU

Darmajati, RS. 2001. Istilah –Istilah Dunia Pariwisata, Jakarta Pradnya Paramita Djoeli, Hazed. 2004. Perencanaan Operasi Perjalanan. Medan : USU

Pendit,S. Nyoman. 1999. Wisata Konvensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Syafiie, H.Inu Kencana. 2002. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Mandar Maju Yoeti, A.Oka. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta : Kompas

Yoeti, A.Oka. 2006. Tours and Travel Management. Jakarta : Pradnya Paramita Yoeti, A. Oka.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa


(1)

Dalam teori dunia usaha klasik, alas an untuk berusaha tidak lain ialah untuk mempercepat pengambilan modal yang diinvestasikan disamping memperoleh keuntungan yang wajar. Kebijaksanaan harga untuk suatu produk dapat ditentukan dengan cara sederhana, tetapi bagaimana dengan kebijaksanaan harga bagi produk terpadu?

Unutk menjual suatu paket wisata selama 10 hari ke Indonesia dengan harga yang sudah pasti tetapi berbeda-beda (karena dijual dipasaran yang berbeda-beda pula), seperti Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, dan Inggris. Oleh karena calon wisatawan dating dari jarak yang berbeda, maka kebijaksanaan harga perlu ditetapkan, yaitu harga yang berbeda untuk suatu daerah tujuan yang sama, yaitu disebabkan oleh jarak masing-masing negar asal wisatawan dari Indonesia. Dimana wisatawan yang datang lebih jauh jaraknya ke Indonesia akan membeli paket wisata dengan harga yang lebih tinggi dan karenanya jumlah wisatawan yang datang relatif lebih sedikit. Sebaliknya bagi wisatawan yang datang dari daerah asal wisatawan yang jaraknya lebih dekat, maka harga paket wisata yang dibelinya juga relatif lebih rendah dan kerenanya jumlah wisatawan yang datang juga relatif lebih banyak.

4.4Kelebihan dan Kelemahan Paket Wisata Indonesia

Disadari bahwa mutu penampilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain; penampilan, designe, kualitas, dan persyaratan teknis yang memadai. Berdasarkan


(2)

mengembangkan kepariwisataan di Indonesia dapat dikemukakan beberapa masalah pokok dalam bidang paket wisata Indonesia, seperti dibawah ini:

a. Kebanyakan paket wisata kita tidak mampu menonjolkan atau menumbuhkan citra (kesan tertentu). Paket wisata tidak mampu menonjolkan ke khasan tertentu dari tiap daya tarik atraksi di daerah tujuan wisata. Dapat dikatakan bahwa citra daripada mutu pelayanan produk wisata Indonesia belum konsisten.

b. Pendisainan (pembuatan disain) paket wisata hanya di dasarkan pada pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, dilakukan secara coba-coba, komposisinya sering tidak serasi dan seimbang, campur aduk antara komponen produk wisata ternama dengan produk setengah jadi dalam suatu paket.

c. Belum ada criteria tertentu yang baku

d. Harga paket kurang mampu bersaing dengan paket wisata Negara tetangga. Letak geografis Indonesia yang sedikit luar jangkauan route perjalanan wisata Internasional ditambah pula dengan tariff penerbangan domestic yang cukup tinggi, menyebabkan paket wisata Indonesia cukup mahal. Dibandingkan dengan ASEAN lainnya paket Indonesia selain belum bersaing dalm


(3)

o Kurang cukup pilihan paket, dengan perkataan lain variasi paket terbatas

sekali, apalagi dalam lingkup DTW

o Kurangnya dilakukan analisa/ studi pemasaran yang diarahkan pada

segmentasi pasar tertentu, selain itu perkembangan pasar dan mode yang sedang popular di pasar tertentu kurang diikuti.

e. Mutu dan standar pelayanan pada kebanyakan perusahaan wisata sangat tergantung pada unsure manusia. Sampai tingkat tertentu kualitas/mutu yang kurang memadai daripada perlengkapan maupun fasilitas wisata dapat diimbangi dengan tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman, namun sebaliknya jarang ditemukan. Hal tersebut membuktikan betapa pentingnya faktor kebutuhan tenaga kerja terdidik, hal yang masih diperlukan ditingkatkan di Indonesia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa tenaga kerja yang terampil dan kreatif dalam tour programming di biro-biro perjalanan kita terbatas jumlahnya.

f. Mutu produk kurang bersaing.

g. Tenaga profesional dalam pembuatan paket wisata kurang. h. Kemampuan anggaran dalam pembuatan paket wisata terbatas.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Pengembangan sektor kepariwisataan di Indonesia lebih di titik beratkan untuk meningkatkan penerimaan devisa negara. Disamping itu merupakan industri yang diharapkan dapat memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan sebagai katalisator untuk mengembangkan pembangunan-pembangunan sector lainnya.

Paket wisata merupakan suatu buku panduan yang diperlukan wisatawan bila hendak melakukan perjalanan, karena di dalam paket wisata telah tercakup suatu rencana perjalanan tour yang telah tersusun secara tetap dan dengan harga tertentu mencakup biaya pengangkutan, fasilitas, akomodasi, serta darmawisata.

Tour operator sebagai perencana dalam pembuatan suatu paket wisata sangat menentukan dalam menciptakan dan menghsilkan suatu paket wisata yang siap jual pada wisatawan.

Pemasaran kepariwisataan masa kini berorientasi pada konsumen, dengan titik berat pada proses innovasi produk barang yang sudah tentu melibatkan investasi yang cukup besar bagi usaha-usaha dalam memasarkan produk di satu


(5)

5.2Saran

Untuk memantapkan pembangunan kepariwisataan di Sumatera Utara, sangat diperlukan kesatuan pandang yang menyeluruh dalam pengembangan, pengolahan, pemasaran kepaiwisataan agar segala kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan kepariwisataan dapat segera teratasi. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik dan terpadu antara seluruh jajaran instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, sektor swasta dan masyarakat.

Hendaknya tour operator sebagai perencana dalam menciptakan paket wisata mengadakan perbandingan dengan paket wisata dari negara lain, sehingga paket wisata Sumatera Utara dapat bersaing, baik dalam harga, mutu, dan pelayanan.

Diharapkan pula agar pihak tour and travel menciptakan paket wisata yang lebih bervariasi, sehingga wisatawan mendapat pilihan yang cukup dalam memilih suatu paket wisata.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Pariwisata, Kantor Pos, dan Telekomunikasi diharapkan dapat bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Daerah dan Dunia Usaha dalam membuat suatu paket wisata yang menonjolkan citra daerah Sumatera Utara.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto dan Ajie Hatadji. 2012. Travelicious Medan. Yogyakarta : B first Djoeli, Hazed. 2004. Bahan Informasi Objek Dan Atraksi Wisata Populer.

Medan : USU

Darmajati, RS. 2001. Istilah –Istilah Dunia Pariwisata, Jakarta Pradnya Paramita Djoeli, Hazed. 2004. PerencanaanOperasiPerjalanan. Medan : USU

Pendit,S. Nyoman. 1999. Wisata Konvensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Syafiie, H.Inu Kencana. 2002. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Mandar Maju Yoeti, A.Oka. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta : Kompas

Yoeti, A.Oka. 2006. Tours and Travel Management. Jakarta : Pradnya Paramita Yoeti, A. Oka.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa