Uji akurasi ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku standard addition method, yakni ke dalam sampel ditambahkan larutan baku
alprazolam 80, 100, 120 dari rata-rata kadar alprazolam yang terdapat pada sampel, kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan
kadar sampel Épshtein, 2004. Menurut Harmita 2004, hasil dinyatakan dalam persen perolehan
kembali receovery. Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus:
Perolehan kembali =
A A
F
C C
C −
x 100 Keterangan :
C
F
= konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran µgg
C
A
= konsentrasi sampel sebenarnya µgg C
A
= konsentrasi analit yang ditambahkan µgg
3.5.5.2 Presisi Keseksamaan
Menurut Rohman dan Gandjar 2007, presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada
sampel yang sama dan biasanya diekspresikan sebagai Relatif Standar Deviasi RSD Rohman dan Gandjar, 2007.
Nilai RSD dirumuskan dengan : 100
x X
SD RSD
= Keterangan:
RSD = Relatif Standar Deviasi
SD = Standar Deviasi
X
= Kadar Rata-Rata Sampel
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, nilai SD dihitung dengan :
SD =
2
1 −
−
∑
n X
X
Dimana : X
= nilai dari masing-masing pengukuran
X
= rata-rata mean dari pengukuran n
= banyaknya data
3.5.5.3 Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ
Menurut Ephstein 2004, Batas Deteksi Limit Of Detection LOD dan Batas Kuantitasi Limit Of Quantitation LOQ dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
2
2
− −
=
∑
n Yi
Y x
Sy
Slope x
Sy x
LOD 3
=
Slope x
Sy x
LOQ 10
=
Keterangan: Syx = Standar Deviasi
Slope = Derajat Kemiringan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan komposisi fase gerak untuk mendapatkan kondisi kromatografi yang optimal
Perbandingan fase gerak dan laju alir yang digunakan pada penelitian ini merujuk pada literatur dari Ashnagar yaitu fase gerak metanol-air 90:10 dengan
laju alir 1,5 mlmenit menggunakan C18 ODS
Pada awal penelitian ini dilakukan optimasi karena kolom yang digunakan berbeda dengan kolom yang digunakan oleh Ashnagar, dkk. Adapun
perbandingan fase gerak yang dioptimasi adalah metanol-air dengan perbandingan 60:40, 70:30, 80:20, 90:10 pada laju alir 1,5 mlmenit, deteksi dilakukan pada
panjang gelombang 254 nm. Dari hasil optimasi menggunakan kolom Luna 5µ C18 250 x 4,60 mm diperoleh perbandingan fase gerak yang terbaik yaitu pada
perbandingan metanol-air 90:10. Pemilihan fase gerak yang terbaik ini didasarkan pada waktu retensi yang relatif singkat. Hubungan antara pengaruh komposisi fase
gerak terhadap parameter kromatogram dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 1.
30 cm x 4,5 mm i.d 2-5µm, detektor UV dengan panjang gelombang 254 nm Ashnagar, dkk., 2007.
Tabel 1
Pengaruh Komposisi Fase Gerak terhadap Parameter Kromatogram
Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air
Waktu Retensi menit
K’ Asimetris
N USP 90:10
2,09 207,67
2,06 2027
80:20 2,59
256,33 2,56
2521
Universitas Sumatera Utara