Penetapan Kadar Levofloksasin Dalam Sediaan Tablet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

(1)

Lampiran 1 Kromatogram penyuntikan larutan levofloksasin untuk

mencari komposisi ferak gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril yang optimum pada analisis

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (70:30) volume penyuntikan 20 µl dan laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm.

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm.


(2)

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (85:15) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360 nm.

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (90:10) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360


(3)

Lampiran 2 Kromatogram larutan levofloksasin BPFI pada pembuatan kurva

kalibrasi

A

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 5 µg/ml.

B

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 5 µg/ml.


(4)

C

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 5 µg/ml.

D

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang


(5)

E

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 10 µg/ml.

F

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang


(6)

G

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 15 µg/ml.

H

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang


(7)

I

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 15 µg/ml.

J

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang


(8)

K

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 20 µg/ml.

L

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang


(9)

M

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 25 µg/ml.

N

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang


(10)

O

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 25 µg/ml.

P

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril


(11)

(80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 30 µg/ml.

Q

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 30 µg/ml.

R

Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat


(12)

0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) volume penyuntikan 20 µl laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm, konsentrasi 30 µg/ml.

A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q dan R merupakan kromatogram hasil penyuntikan larutan Levofloksasin BPFI dengan konsentrasi 5,0 µg/ml 10,0 µg/ml 15,0 µg/ml 20,0 µg/ml 25,0 µg/ml dan 30,0 µ g/ml. Dengan menggunakan KCKT dengan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360 nm.


(13)

Lampiran 3 Perhitungan persamaan regresi dari kurva kalibrasi levofloksasin

BPFI yang

diperoleh secara KCKT

Data Hasil penyuntikan larutan levofloksasin BPFI berdasarkan luas area

Konsenterasi (X) VS luas area (Y) untuk levofloksasin

No. Konsentrasi (µ g/ml) Luas Area

1 5,0 79907

2 10,0 134743

3 15,0 210484

4 20,0 282565

5 25,0 355035

6 30,0 420994

No.

Konsentrasi (µg/ml)

Luas Area XY X2


(14)

=

b =

= (247288) – ( ) (17,5) = 3448,8

Sehingga diperoleh persamaan regresi Y = X + 3448,8

Untuk mencari hubungan kadar (X) dengan luas area (Y) digunakan pengujian koefisien korelasi (r)

X Y

1 5,0 79907 399535 25 0,6385x1010

2 10,0 134743 1347430 100 1,8156x1010

3 15,0 210484 3157260 225 4,4304x1010

4 20,0 282565 5651300 400 7,9843x1010

5 25,0 355035 88758775 625 12,6050x1010

6 30,0 420994 12629820 900 17,7236x1010

∑ 105 1483728 32061220 2275 45,1973x1010


(15)

= 0,9992

Lampiran 4 Perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ)

Persamaan regresi : Y = ax + b

Y = 13933,66857x + 3448,8 No Konsentrasi

X

Luas Area

Y Yi Y – Yi ( Y – Yi )

2

1

5,0 79907 83390,9142 -3483,9142 12137658,15 2 10,0 134743 148949,7485 -14206,7485 201831702,9 3 15,0 210484 214508,5828 -4024,5828 16197266,71 4 20,0 282565 280067,4171 2497,5829 6237920,342 5 25,0 355035 345626,2514 9408,7486 88524550,22


(16)

6 30,0 420994 411185,0857 9808,9143 96214799,74

∑ ∑ ( Y – Yi )2

421143898,1 2 ) ( ) / ( Deviasi Standar 2 − − =

n Yi Y x Sy

(

)

2 6 1 421143898, / − = x Sy

Sy/x = 10260,8954

Slope

x Sy x LOD) 3 / (

Deteksi

Batas =

13933,66857 8954 , 10260 3 x

LOD=

LOD = 2,2092 µg/ ml

Slope x Sy x LOQ) 10 / (

Kuantitasi

Batas =

LOQ = 7,3641 µg/ ml 66857 , 13993 8954 , 10260 10 x LOQ=


(17)

Lampiran 5 Kromatogram dari larutan tablet levofloksasin (PT Dexa Medica)


(18)

B


(19)

D


(20)

F

A, B, C, D, E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan tablet levofloksasin (PT Dexa Medica) pada konsentrasi 25 µg/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360 nm


(21)

Lampiran 6 Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari

penyuntikkan larutan tablet levofloksasin (PT Dexa Medica)

No

Kadar (%)

( X - ) ( X - )2 X

1 99,3876 -1,0569 1,1170

2 99,5927 -0,8518 0,7255

3 100,7186 0,2741 0,0751

4 100,7936 0,3491 0,1218

5 100,0967 0,6522 0,4253

6 100,0780 0,6335 0,4013

∑ X=602,6672

=100,4445 ∑ (X

- )2 = 2,866

1 ) ( 2 − − =

n X X SD 5 866 , 2


(22)

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321

Dasar penolakan data apabila t hitung≥ t tabel

t hitung =

n SD X X / −

t hitung data 1 =

6 / 7570 , 0 | 0569 , 1 |− = 3,4230

t hitung data 2 =

6 / 7570 , 0 | 8518 , 0 |− = 2,7566

t hitung data 3 =

6 / 7570 , 0 | 2741 , 0 | = 0,8870

t hitung data 4 =

6 / 7570 , 0 | 3491 , 0 | = 1,1297

t hitung data 5 =

6 / 7570 , 0 | 6522 , 0 | = 2,1106

t hitung data 6 =

6 / 7570 , 0 | 6335 , 0 | = 2,0501

Semua data diterima

Jadi kadar sebenarnya terletak antara : µ = X ± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 100,4445 ± 4,0321 x 6 7570 , 0


(23)

Lampiran 7 Kromatogram dari larutan tablet levofloksasin (PT Bernofarma)


(24)

B


(25)

D


(26)

F

A, B, C, D, E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan tablet levofloksasin (PT Bernofarma) pada konsentrasi 25 µ g/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360 nm.


(27)

Lampiran 8 Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari

penyuntikkan larutan tablet levofloksasin (PT Bernofarma)

No

Kadar (%)

( X - ) ( X - )2 X

1 100,9923 0,8444 0,7130

2 99,1952 -0,9527 0,9076

3 99,8347 -0,3132 0,0980

4 99,8722 -0,2757 0,0760

5 100,4086 0,2607 0,0679

6 100,5849 0,437 0,1909

∑ X = 600,8879

= 100,1479


(28)

1 ) ( 2 − − =

n X X SD 5 0534 , 2

= = 0,6408

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321

Dasar penolakan data apabila t hitung≥ t tabel

t hitung =

n SD X X / −

t hitung data 1 =

6 / 6408 , 0 8444 , 0 − = 3,2278

t hitung data 2 =

6 / 6408 , 0 9527 , 0 − = 3,6418

t hitung data 3 =

6 / 6408 , 0 3132 , 0 − = 1,1972

t hitung data 4 =

6 / 6408 , 0 2757 , 0 − = 1,0538

t hitung data 5 =

6 / 6408 , 0 2607 , 0 = 0,9965

t hitung data 6 =

6 / 6408 , 0 437 , 0 = 1,6704

Semua data diterima

Jadi kadar sebenarnya terletak antara : µ = X ± t(1-1/2α)dk x

n SD


(29)

= 100,1479 ± 4,0321 x 6 6408 , 0

= (100,15 ± 0,26)%


(30)

A


(31)

C


(32)

E

F

A, B, C, D, E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan tablet levofloksasin (PT Indofarma) pada konsentrasi 25 µg/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360 nm


(33)

Lampiran 10 Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari

penyuntikkan larutan tablet levofloksasin (PT Indofarma)

No

Kadar (%)

( X - ) ( X - )2 X

1 100,7519 0,9992 0,9984

2 99,0558 -0,6969 0,4856

3 98,9976 -0,7551 0,5701

4 100,9738 1,2211 1,4910

5 99,3013 -0,4514 0,2037


(34)

∑ X = 598,5163 = 99,7527

∑ (X - )2 = 3,8491

1 ) ( 2 − − =

n X X SD 5 8491 , 3

= = 0,8773

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321

Dasar penolakan data apabila t hitung≥ t tabel

t hitung =

n SD X X / −

t hitung data 1 =

6 / 0,8773 9992 , 0 − = 2,7902

t hitung data 2 =

6 / 0,8773 6969 , 0 − = 1,9461

t hitung data 3 =

6 / 0,8773 7551 , 0 − = 2,1086

t hitung data 4 =

6 / 0,8773 2211 , 1 = 3,4099

t hitung data 5 =

6 / 0,8773 4514 , 0 − = 1,2605

t hitung data 6 =

6 / 0,8773 3168 , 0 − = 0,8846


(35)

µ = X ± t(1-1/2α)dk x n SD

= 99,7527 ± 4,0321 x 6 8773 , 0

= (99,75 ± 0,36)%


(36)

A


(37)

C


(38)

E


(39)

A, B, C, D, E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan tablet levofloksasin (PT Novell) pada konsentrasi 25 µ g/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan peambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril(80:20), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360 nm


(40)

Lampiran 12 Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari

penyuntikkan larutan tablet levofloksasin (PT Novell)

No

Kadar (%)

( X - ) ( X - )2 X

1 100,8282 0,4367 0,1907

2 101,0828 0,6913 0,4778

3 100,1430 -0,2485 0,0617

4 100,2946 -0,0969 0,0093

5 99,9945 -0,397 0,1576

6 100,7516 0,3601 0,1296

∑ X = 602,3493

= 100,3915

∑ (X - )2 = 1,0267

1 ) ( 2 − − =

n X X SD 5 4367 , 1

= = 0,4531

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321

Dasar penolakan data apabila t hitung≥ t tabel

t hitung =

n SD X X / −

t hitung data 1 =

6 / 0,4531 4367 , 0 = 2,3605

t hitung data 2 =

6 / 0,4531 6913 , 0 = 3,7367


(41)

t hitung data 3 = 6 / 0,4531 2485 , 0 − =1,3432

t hitung data 4 =

6 / 0,4531 0969 , 0 − = 0,5237

t hitung data 5 =

6 / 0,4531 397 , 0 − = 2,1459

t hitung data 6 =

6 / 0,4531 3601 , 0 = 1,9464

Semua data diterima

Jadi kadar sebenarnya terletak antara : µ = X ± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 100,3915 ± 4,0321 x 6 4531 , 0


(42)

Lampiran 13 Kromatogram dari larutan tablet Rinvox (PT Yarindo)


(43)

C


(44)

E


(45)

A, B, C, D, E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan tablet Rinvox (PT Yarindo) pada konsentrasi 25 µg/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360 nm


(46)

Lampiran 14 Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari

penyuntikkan larutan tablet Rinvox (PT Yarindo)

No

Kadar (%)

( X - ) ( X - )2 X

1 100,8143 -0,6826 0,4659

2 100,8685 0,7368 0,5428

3 100,5299 0,3982 0,1585

4 100,1149 -0,0168 0,0002

5 99,2122 -0,9195 0,8454

6 99,2508 -0,8809 0,7759

∑ X = 600,7906

= 100,1317

∑ (X - )2 = 2,7887

1 ) ( 2 − − =

n X X SD 5 7887 , 2

= = 0,7468

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321

Dasar penolakan data apabila t hitung≥ t tabel

t hitung =

n SD X X / −

t hitung data 1 =

6 / 7468 , 0 6826 , 0 = 2,2395

t hitung data 2 =

6 / 7468 , 0 7368 , 0 = 2,4173


(47)

t hitung data 3 = 6 / 7468 , 0 3982 , 0 = 1,3064

t hitung data 4 =

6 / 7468 , 0 0168 , 0 − = 0,0551

t hitung data 5 =

6 / 7468 , 0 9195 , 0 − = 3,0167

t hitung data 6 =

6 / 7468 , 0 8809 , 0 − = 2,8901

Semua data diterima

Jadi kadar sebenarnya terletak antara : µ = X ± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 100,1317 ± 4,0321 x 6 7468 , 0


(48)

Lampiran 15 Kromatogram dari larutan tablet Cravox (PT Lapi)

A


(49)

C

D


(50)

E


(51)

A, B, C, D, E dan F merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan tablet Cravox (PT Lapi) pada konsentrasi 25 µg/ml yang dianalisa secara KCKT dengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 360 nm


(52)

Lampiran 16 Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari

penyuntikkan larutan tablet Cravox (PT Lapi)

No

Kadar (%)

( X - ) ( X - )2 X

1 99,8565 -0,6226 0,3876

2 100,1626 -0,3165 0,1001

3 100,5909 0,1118 0,0124

4 100,8066 -0,3275 0,1072

5 100,5906 0,1115 0,0124

6 100,8671 -0,388 0,1505

∑ X = 602,8743

= 100,4791

∑ (X - )2 = 0,7702

1 ) ( 2 − − =

n X X SD 5 7702 , 0

= = 0,3924

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321

Dasar penolakan data apabila t hitung≥ t tabel

t hitung =

n SD X X / −

t hitung data 1 =

6 / 3924 , 0 6226 , 0 − = 3,8863

t hitung data 2 =

6 / 3924 , 0 3165 , 0 − = 1,9756


(53)

t hitung data 3 = 6 / 3924 , 0 1118 , 0 = 0,6978

t hitung data 4 =

6 / 3924 , 0 3275 , 0 = 2,0443

t hitung data 5 =

6 / 3924 , 0 1115 , 0 = 0,6960

t hitung data 6 =

6 / 3924 , 0 388 , 0 − = 2,4219

Semua data diterima

Jadi kadar sebenarnya terletak antara : µ = X ± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 100,4791 ± 4,0321 x 6 3924 , 0


(54)

Lampiran 17 Contoh perhitungan penimbangan sampel

Berat 20 tablet = 12818,8 mg

Kandungan Levofloksasin = 500 mg Dibuat larutan uji dengan konsentrasi levofloksasin 25 µg/ml Ditimbang serbuk sampel setara dengan levofloksasin 50 mg

Berat penimbangan sampel =

=

= 64,094 mg

Sampel yang sudah ditimbang (64,094 mg) dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda.

Kadar larutan uji =

= 1000 µg/ml

Lalu dipipet 0,25 ml dari larutan uji dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Sehingga didapat konsentrasi 25 µg/ml.


(55)

Lampiran 18 Hasil analisis kadar levofloksasin dalam sampel

1. Hasil analisis kadar tablet levofloksasin (PT Dexa Medica) Berat

Penimbangan ( mg )

Berat Setara ( mg )

Luas Area

Konsentrasi Teoritis ( µg/ml )

Konsentrasi Perolehan

( µg/ ml )

Kadar ( % ) 64,4 50,2387 353579 25,1562 25,1283 99,38 64,5 50,3167 354302 25,1953 25,1802 99,59 64,7 50,4727 358268 25,2734 25,4648 100,71 64,1 50,0046 358532 25,0390 25,4838 100,79 64,8 50,5507 359600 25,3125 25,5604 101,09 64,2 50,0827 359534 25,0781 25,5557 101,07 = 100,44

2. Hasil analisis kadar tablet levofloksasin (PT Bernofarma) Berat

Penimbangan ( mg )

Berat Setara ( mg )

Luas Area

Konsentrasi Teoritis ( µg/ml )

Konsentrasi Perolehan ( µg/ ml )

Kadar ( % ) 69,9 50,3508 359232 25,1801 25,5340 100,99 69,4 49,9906 352901 25,0000 25,0796 99,19 69,5 50,0627 355154 25,0360 25,2413 99,83 69,6 50,1347 355286 25,0720 25,2508 99,87 69,7 50,2067 357176 25,1080 25,3865 100,40 69,8 50,2788 357797 25,1440 25,4310 100,58 = 100,14


(56)

3. Hasil analisis kadar tablet levofloksasin (PT Indofarma) Berat

Penimbangan ( mg )

Berat Setara ( mg )

Luas Area

Konsentrasi Teoritis ( µg/ml )

Konsentrasi Perolehan ( µg/ ml )

Kadar ( % ) 64,8 49,9241 358385 25,0000 25,4732 100,75 64,9 50,0011 352410 25,0385 25,0250 99,05 65,2 50,2322 352205 25,1543 25,0297 98,99 65,3 50,3093 359167 25,1929 25,5294 100,97 65,0 50,20781 353275 25,0771 25,1065 99,30 65,1 50,1552 353749 25,1157 25,41405 99,43 = 99,75

4. Hasil analisis kadar tablet levofloksasin (PT Novell) Berat

Penimbangan ( mg )

Berat Setara ( mg )

Luas Area

Konsentrasi Teoritis ( µg/ml )

Konsentrasi Perolehan

( µg/ ml )

Kadar ( % ) 69,2 50,2618 358654 25,1453 25,4925 100,82 69,4 50,4071 359551 25,2180 25,5569 101,08 69,3 50,3344 356240 25,1816 25,3193 100,14 69,1 50,1892 356774 25,1090 25,3576 100,29 69,0 50,1165 355717 25,0726 25,2817 99,99 68,9 50,0439 358384 25,0363 25,4732 100,7516


(57)

5. Hasil analisis kadar levofloksasin dalam tablet Rinvox (PT Yarindo) Berat

Penimbangan ( mg )

Berat Setara ( mg )

Luas Area

Konsentrasi Teoritis ( µg/ml )

Konsentrasi Perolehan ( µg/ ml )

Kadar ( % ) 69,9 49,9799 358605 25,0000 25,4890 100,81 70,1 50,1229 358796 25,0715 25,5027 100,86 70,4 50,3374 357603 25,1788 25,4171 100,52 70,5 50,4089 356141 25,2145 25,3122 100,11 70,2 50,1944 352961 25,1072 25,0840 99,21 70,3 50,2659 353097 25,1430 25,0937 99,25 = 100,13

6. Hasil analisis kadar levofloksasin dalam tablet Cravox (PT Lapi) Berat

Penimbangan ( mg )

Berat Setara ( mg )

Luas Area

Konsentrasi Teoritis ( µg/ml )

Konsentrasi Perolehan

( µg/ ml )

Kadar ( % ) 70,2 50,2092 355232 25,1072 25,2469 99,85 70,3 50,2807 356309 25, 1430 25,3242 100,16 70,1 50,1376 357818 25, 0715 25,4325 100,59 69,9 49,9946 358578 25, 0000 25,4871 100,80 70,4 50,3522 357818 25, 1788 25,4325 100,59 70,0 50,0661 358791 25,0357 25,5024 100,86


(58)

Lampiran 19 Contoh perhitungan untuk mencari tablet levofloksasin (PT

Dexa Medica)

Perhitungan kadar sampel Y = 13933,66857X + 3448,8 Luas area = 353579

X =

= 25,1283 µg/ml

Kadar =


(59)

Lampiran 20 Daftar Spesifikasi Sampel

1. Tablet Levofloksasin (PT Dexa Medica) Komposisi : Tiap tablet mengandung :

levofloksasin 500 mg

No Batch : 4208174 Produsen : PT Dexa Medica

No. Pendaftaran : GKL0405035617B1 Tgl. Kadaluwarsa : September 2014 2. Tablet Levofloksasin (PT Bernofarm)

Komposisi : Tiap tablet mengandung : levofloksasin 500 mg No. Batch : TSL22939

Produsen : PT Bernofarm No. Pendaftaran : GKL.0402335717 Tgl. Kadaluwarsa : Oktober 2013 3. Tablet Levofloksasin (PT Indofarma)

Komposisi : Tiap tablet mengandung :

levofloksasin 500 mg


(60)

Produsen : PT Indofarma No. Pendaftaran : GKL0620932417A1 Tgl. Kadaluwarsa : Desember 2014 4. Tablet Levofloksasin (PT Novell)

Komposisi : Tiap tablet mengandung :

levofloksasin 500 mg

No. Batch : E4J082 Produsen : PT Novell

No. Pendaftaran : GKL0433511317B1 Tgl. Kadaluwarsa : Oktober 2014 5. Tablet Rinvox® (PT Yarindo)

Komposisi : Tiap Tablet mengandung :

levofloksasin 500 mg

No. Batch : B2201DP Produsen : PT Yarindo

No. Pendaftaran : DKL0432709709A1 Tgl. Kadaluwarsa : April 2016


(61)

levofloksasin 500 mg No. Batch : B5061

Produsen : PT Lapi

No. Pendaftaran : DKL0213311117B1 Tgl. Kadaluwarsa : Juli 2015


(62)

(63)

(64)

Lampiran 23 Gambar Sampel Obat Yang digunakan

Gambar 7 Sampel Obat Generik Levofloksasin


(65)

Lampiran 24 Gambar alat-alat yang digunakan

Gambar 9 Alat KCKT (Shimadzu)


(66)

Gambar 11 Penyaring

Gambar 12 Pompa Vakum (Gast DO A-PG04-BN) dan alat penyaring fase


(67)

Gambar 13 Neraca Analitik


(68)

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Berridge J.C. (1985). Techniques for the Automated Optimization of HLPC

Separations . Singapore: John Wiley & Sons Ltd. Halaman 1-4.

De Lux Putra, E. (2007). Dasar-dasar Kromatografi Gas & Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi. Medan: Fakultas Farmasi USU. Halaman 88-91.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1009.

Épshtein, N.A. (2004). Validation of HPLC Techniques for Pharmaceutical Analysis. Pharmaceutical Chemistry Journal 38(4): 212-228.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 323-349.

Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Schwarting, A.E. (1985). Pengantar Kromatografi. Edisi ketiga. Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 186.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. I(3): 117-135.

Johnson, E.L., dan Stevenson, R. (1978). Basic Liquid Chromatography. Terjemahan Kosasih Padmawinata. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 1-40.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2005). Clarke’s Analysis Of Drug

And Poisons. Edisi ke-3. London: Pharmaceutical Press. Electronic

Version.

Mulja dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 42.

Munson, J.W. (1984). Pharmaceutical Analysis Modern Methods. Terjemahan Harjana. (1991). Analisis Farmasi Metode Modern. Surabaya: Penerbit Air langga Univercity Press. Halaman 14-46.

Puspitasari, I. (2006). Cerdas Mengenali Penyakit dan Obat. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Halaman 4, 5.

Setiabudy, R. (2007). Golongan Kuinolon Dan Fluorokuinolon. Dalam


(70)

718-Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Halaman 93. USP. (2011). The United States Pharmacopeia. Edisi ke-34. New York:

Electronic Version. Halaman 3296-3297.

Utami, P.I. (2006). Penetapan Kadar Levofloxacin Dalam Sediaan Farmasi secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Electronic Theses & Dissertations

Universitasa Gajah Mada.

Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 449-454.


(71)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan September sampai Desember tahun 2012.

3.2Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat instrumen KCKT lengkap (Shimadzu) dengan pompa, degasser, penyuntik mikroliter (50µl), kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm), detektor UV-Vis, wadah fase gerak, vial, Sonifikator (Branson 1510), pompa vakum (Gast DOA – P604 – BN), neraca analitik (Mettler Toledo), membrane filter PTFE 0,5 µm dan 0,2 µm, cellulose nitrate membran filter 0,45 µm.

3.3 Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Asetonitril grade for HPLC (E.Merck®), asam ortho fosfat 98% pro analisis (E.Merck®), aquabidestilata (PT. Ikapharmindo Putramas), levofloksasin BPFI, tablet levofloksasin 500 mg (PT Dexa Medica), tablet levofloksasin 500 mg (PT Bernofarm), tablet levofloksasin 500 mg (PT Novell), tablet levofloksasin 500 mg (PT indofarma), tablet Rinvox 500 mg (PT Yarindo), tablet Cravox 500 mg (PT Lapi).

3.4Pengambilan Sampel


(72)

tanpa membandingkan satu tempat dengan tempat yang lain karena semua sampel dianggap homogen.

3.5Prosedur Penelitian 3.5.1 Pembuatan pelarut

Dicampur 100 ml asetonitril dengan 400 ml larutan asam ortho phospat dibuat pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2N kemudian pelarut disaring menggunakan membrane filter PTFE 0,5 µm dan diawaudarakan selama 30 menit.

3.5.2 Pembuatan fase gerak

Asetonitril 500 ml disaring dengan menggunakan membran filter PTFE 0,5 µm dan diawaudarakan selama 30 menit. Asam ortho fosfat 0,16% dibuat pH 3 dengan natrium hidroksida 0,2 N 500 ml disaring dengan menggunakan

cellulose nitrate membrane filter 0,45 µm dan diawaudarakan selama 30 menit.

3.5.3 Prosedur analisis

3.5.3.1Penyiapan kromatografi cair kinerja tinggi

Masing–masing unit diatur, kolom yang digunakan Shimadzu VP-ODS (25 x 4,6 mm), detektor UV-Vis dan dideteksi pada panjang gelombang 360 nm. Setelah alat KCKT dihidupkan, maka pompa dijalankan dan fase gerak dibiarkan mengalir selama 30 menit dengan laju alir 1 ml/menit sampai diperoleh garis alas yang datar, menandakan sistem tersebut telah stabil.

3.5.3.2Penentuan perbandingan fase gerak yang optimum

Pada kondisi kromatografi komposisi fase gerak divariasikan untuk menda patkan hasil analisis yang optimum. Perbandingan fase gerak asam ortho fosfat


(73)

0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N : Asetonitril yang divariasikan adalah 70:30, 80:20, 85:15, 90:10 dengan laju alir 1 ml/menit.

3.5.4 Analisis kualitatif

3.5.4.1 Uji identifikasi levofloksasin

Sampel levofloksasin dengan konsentrasi 25,0 µg/ml diinjeksikan sebanyak 20 µl, dianalisis pada kondisi KCKT dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm. Selanjutnya untuk mempertegas identifikasi sampel tersebut, ditambahkan sedikit larutan levofloksasin BPFI (5,0 µ g/ml) kemudian diinjeksikan dan dianalisis kembali pada kondisi KCKT yang sama. Bila waktu retensi tetap dan luas area yang diperoleh bertambah sampel dinyatakan mengandung levofloksasin.

3.5.5 Analisis kuantitatif

3.5.5.1Pembuatan larutan induk baku levofloksasin BPFI

Ditimbang seksama sejumlah 25,0 mg levofloksasin BPFI, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 µg/ml (LIB I).

2.5.5.2 Pembuatan kurva kalibrasi levofloksasin BPFI

Dipipet LIB I sebanyak 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml; 0,5 ml; dan 0,6 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda. Kocok sehingga diperoleh konsentrasi 5,0 µg/ml, 10,0 µg/ml, 15,0 µg/ml, 20,0 µg/ml 25,0 µg/ml, dan 30,0 µ g/ml. Kemudian masing-masing larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm, dan diinjeksikan ke sistem KCKT sebanyak 20 µl dan pada panjang gelombang 360 nm. Dari luas area yang


(74)

diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi kemudian dihitung persamaan garis regresi dan faktor korelasinya.

2.5.5.3 Penetapan kadar sampel

Ditimbang 20 tablet untuk masing-masing jenis tablet, kemudian digerus homogen dan ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 50 mg levofloksasin, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 µg/ml, dikocok ± 5 menit, kemudian disaring dengan kertas saring, ± 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,25 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dan dicukupkan hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 25,0 µg/ml. Dikocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan pada panjang gelombang 360 nm dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N : asetonitril (80:20), laju alir 1 ml/menit. Dilakukan sebanyak 6 kali perlakuan untuk setiap sampel.

Kadar dapat dihitung dengan mensubstitusikan luas area sampel pada Y dari persamaan regresi : Y = ax + b.

3.5.5.4 Analisis data penetapan kadar secara statistik

Data perhitungan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t. Menurut Harmita (2004), rumus yang digunakan untuk menghitung Standar Deviasi (SD) adalah:

1 ) ( 2 − − =

n X X SD


(75)

Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:

t hitung n SD X X / − =

Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel , pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1.

Keterangan:

SD = Standar deviasi

X = Kadar dalam satu perlakuan X = Kadar rata-rata dalam satu sampel n = Jumlah perlakuan

Menurut Wibisono (2005), untuk mencari kadar sebenarnya dapat digunakan rumus:

n SD x t

X (11/2α)dk

µ= ± −

Keterangan:

μ = Kadar sebenarnya X = Kadar sampel n = Jumlah perlakuan

t = Harga ttabel sesuai dengan derajat kepercayaan

dk= Derajat kebebasan

3.5.5.5 Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ)

Nilai batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Menurut Éphstein (2004), Batas Deteksi (Limit Of Detection/LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit Of

Quantitation/LOQ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2 ) ( / 2 − − =

n Yi Y x Sy


(76)

Slope x Sy x LOD=3 /

Slope x Sy x LOQ=10 /

Keterangan:

Sy/x = Standar Deviasi Slope = Derajat Kemiringan


(77)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Komposisi Fase Gerak

Pada awal penelitian ini dilakukan optimasi fase gerak yang digunakan

untuk mendapatkan kondisi kromatografi yang optimal. Adapun fase gerak yang dioptimasi yaitu, asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril dengan perbandingan 70:30, 80:20, 85:15, 90:10 pada laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm.

Pada tabel 1 dapat dilihat perbandingannya fase gerak yang terbaik yaitu (80:20). Pada perbandingan fase gerak (70:30) diperoleh tailing factor lebih kecil tetapi theoretical plate kurang dari 2000 dan kromatogram yang diperoleh bentuknya fronting, pada perbandingan fase gerak (85:15) tailing factor tidak memenuhi persyaratan, sedangkan pada perbandingan fase gerak (90:10) diperoleh tailing factor lebih besar dan theoretical plate lebih besar, akan tetapi

theoretical plate lebih kecil yang diperoleh dari perbandingan fase gerak (80:20).

Hubungan antara pengaruh komposisi fase gerak terhadap parameter kromatogram dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Kendala Validasi

Menurut Harmita, (2004) Metode validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk


(78)

penggunaanya, namun peneliti tidak melakukan metode validasi, dikarenakan peneliti kekurangan bahan baku levofloksasin, dan bahan baku levofloksasin sulit didapatkan lagi.

Tabel 1 Pengaruh komposisi fase gerak terhadap parameter kromatogram

4.3 Analisis Kualitatif

Hasil optimasi pada penentuan kondisi kromatografi yang terbaik untuk levofloksasin diperoleh komposisi fase gerak asam ortho fosfat 0,16% dibuat pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N : asetonitril (80:20), laju alir 1 ml/menit pada panjang gelombang 360 nm. Untuk mengetahui bahwa sampel yang dianalisis mengandung levofloksasin maka dilakukan spiking yaitu menambahkan bahan baku ke dalam sampel pada kondisi kromatografi yang sama. Hal ini dilakukan dengan cara: Pertama, dilakukan proses kromatografi sampel tanpa penambahan baku. Kedua, sampel dengan penambahan bahan baku dilakukan proses kromatografi. Hasil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 4

Perbandingan Fase Gerak Asam ortho posfat 0,16 %

pada pH 3 Dengan penambahan Natrium Hidroksida 0,2N : asetonitril

Waktu Retensi

(menit) Area

Theoretical plate

Tailing factor

70:30 6,867 153052 1861,032 0,719

80:20 6,298 16013 10992,765 1,201

85:15 4,339 117774 2889,457 2,259


(79)

Gambar 4 Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT, kolom Shimadzu

VP-ODS (250 x 4,6 mm), fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), laju alir 1 ml/menit, volume penyuntikan 20 µl, pada panjang gelombang 360 nm.

Gambar 5 Kromatogram hasil spike secara KCKT, kolom Shimadzu VP-ODS

(250 x 4,6 mm), fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), laju alir 1 ml/menit, volume penyuntikan 20 µl, panjang gelombang 360 nm.

Dari kromatogram diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luas area dan tinggi puncak pada kromatogram setelah penambahan baku dibandingkan


(80)

dengan sebelum penambahan bahan baku maka dapat diidentifikasi bahwa sampel mengandung levofloksasin (Johnson dan Stevenson, 1978).

4.4 Analisis Kuantitatif

4.4.1 Penentuan kurva kalibrasi

Penentuan kurva kalibrasi levofloksasin BPFI ditentukan berdasarkan luas area pada konsentrasi 5,0 µg/ml, 10,0 µg/ml, 15,0 µg/ml 20,0 µg/ml 25,0 µg/ml 30,0 µg/ml, diperoleh hubungan yang linier dengan koefisien korelasi, r = 0,9992 dan persamaan regresi Y = 13933,66857 X + 3448,8. Nilai r ≥ 0,995 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X dan Y (Moffat, dkk., 2005). Hasil penentuan kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Kurva kalibrasi levofloksasin BPFI secara KCKT, kolom Shimadzu

VP-ODS (250 x 4,6 mm), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl, laju alir 1 ml/menit,


(81)

4.4.2 Penetapan kadar dalam sampel yang dianalisis

Hasil penetapan kadar levofloksasin dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Hasil penetapan kadar levofloksasin dalam sediaan tablet dengan nama

dagang dan generik

Pada tabel di atas dapat dilihat sampel generik yang dianalis sebanyak empat macam, sedangkan levofloksasin dengan nama dagang sebanyak dua macam. Sediaan tablet levofloksasin dengan nama dagang dan generik, yang ditentukan kadarnya berdasarkan luas area keseluruhannya memenuhi persyaratan tablet umumnya yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi IV 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

No Nama Sediaan Kadar Levofloksasin (%)

1 Tablet levofloksasin (PT Dexa Medica) 100,44 ± 0,30 2 Tablet levofloksasin (PT Bernofarm) 100,14 ± 0,26 3 Tablet levofloksasin (PT Indofarma) 99,75 ± 0,35 4 Tablet levofloksasin (PT novell) 100,39 ± 0,18 5 Tablet Rinvox (PT Yarindo) 100,13 ± 0,30 6 Tablet Cravox (PT Lapi) 100,47 ± 0,16


(82)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar tablet levofloksasin yang dianalisis secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) memenuhi persyaratan kadar umumnya sedian tablet yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Penetapan kadar levofloksasin dalam sediaan tablet dapat dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20), laju alir 1 ml/ menit, pada panjang gelombang 360 nm.

5.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penetapan kadar levofloksasin secara KCKT dengan fase gerak yang berbeda dan turunan fluorokuinolon lainnya.


(83)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Levofloksasin 2.1.1 Sifat fisikokimia

Menurut Moffat, dkk., (2005) sifat fisikokimia levofloksasin adalah sebagai berikut:

Rumus struktur :

Gambar 1 Struktur levofloksasin

Nama Kimia : (-)-(S)-9-fluoro-2,3-dihidro-3-metil-10-(4-metil-1-piperazinil)-7-okso-7- 7H-pirido [1,2,3-de]-1,4-benzoksasin-6-karboksilat

Rumus Molekul : C18H20FN3O4

Berat Molekul : 361,4

Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih kekuningan, tidak berbau dan rasa pahit

Kelarutan : Mudah larut dalam asam asetat glasial dan kloroform, sedikit larut dalam air, metanol, etanol atau aseton, sangat sukar larut


(84)

2.1.2 Farmakologi

Levofloksasin adalah antibakteri golongan flourokuinolon yang merupakan S-(-) isomer dari ofloksasin dan memiliki aktivitas antibakteri dua kali lebih besar dari pada ofloksasin. Levofloksasin memiliki efek antibakteri dengan spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif termasuk bakteri anareob. Levofloksasin telah menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap chalmydia pneumoniae dan mycoplasma pneumoniae. Levofloksasin secara in

vitro lebih aktif melawan bakteri gram-positif, termasuk streptococcus

pneumoniae dan bakteri anaerob dibandingkan fluorokuinolon yang lain.

Mekanisme kerja dari levofloksasin adalah dengan menghambat DNA-gyrase, sehingga meningkatkan kerusakan rantai DNA. DNA-gyrase (topoisomerase II) merupakan enzim yang sangat diperlukan oleh bakteri untuk memelihara struktur superheliks DNA, juga diperlukan untuk replikasi, transkrip dan perbaikan DNA (Setiabudy, 2007).

2.1.3 Efek samping

Secara umum, efek samping paling sering akibat golongan obat ini ialah mual, muntah, rasa tidak enak di perut, pusing dan sakit kepala (Setiabudy, 2007).

2.2Kromatografi

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh ahli botani Rusia pada tahun 1903 yang bernama Michael Tswett untuk memisahkan pigmen warna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat. Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan


(85)

dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, analisis kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi, industri dan lain sebagainya. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.2.1 Penggunaan kromatografi

Menurut Gritter, dkk., (1985) penggunaan kromatografi adalah sebagai berikut: - Pemakaian untuk tujuan kualitatif mengungkapkan ada atau tidak adanya senyawa tertentu dalam cuplikan.

- Pemakaian untuk tujuan kuantitatif menunjukkan banyaknya masing-masing komponen campuran.

- Pemakaian untuk tujuan preparatif untuk memperoleh komponen campuran dalam jumlah memadai dalam keadaan murni.

2.2.2 Puncak asimetris

Puncak asimetris yakni membentuk pucak yang berekor (tailing) dan adanya puncak pendahulu (fronting) jika ada perubahan rasio distribusi solut yang lebih besar (Johnson dan Stevenson, 1978).

Baik tinggi puncak maupun luasnya dapat dihubungkan dengan konsentrasi. Tinggi puncak mudah diukur, akan tetapi sangat dipengaruhi perubahan waktu retensi yang disebabkan oleh variasi suhu dan komposisi pelarut. Oleh karena itu, luas puncak dianggap merupakan parameter yang lebih akurat untuk pengukuran kuantitatif (Ditjen POM, 1995).


(86)

2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu menganalisis berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Ditjen POM, 1995).

KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang antara lain: farmasi, lingkungan dan industri-industri makanan (Munson, 1991).

2.3.1 Kelebihan KCKT

Menurut Muson (1991), kelebihan KCKT antara lain:

−Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran

−Resolusinya baik

−Mudah melaksanakannya

−Kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi

−Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis

−Dapat digunakan bermacam-macam detektor

−Kolom dapat digunakan kembali

−Mudah melakukan rekoveri cuplikan


(87)

−Instrumennya memungkinan untuk bekerja secara automatis dan kuantitatif

−Waktu analisis umumnya singkat

2.3.2 Cara kerja KCKT

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3.3 Komponen KCKT

Gambar 2 Instrument Dasar KCKT

2.3.3.1 Wadah fase gerak

Wadah fase gerak harus bersih dan (inert). Wadah pelarut kosong ataupun wadah yang ada labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.

pompa

injektor

kolom oven

detektor

Wadah


(88)

Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3.3.2 Pompa

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni : pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 6000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 0,1-10 ml/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, konstan dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan konstan dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3.3.3 Injektor

Menurut Johnson dan Stevenson (1991), ada 3 jenis dasar injektor yaitu: a. Hentikan aliran/stop flow

Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada sistem tertutup dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam aliran kecil dan resolusi tidak dipengaruhi.


(89)

b. Septum

Injektor-injektor langsung ke aliran fase gerak, umumnya sama dengan yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Di samping itu, partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.

c. Katup putaran (loop valve)

Injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar daripada 10 µl dan sekarang digunakan dengan cara automatis (dengan adaptor khusus, volume-volume lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel loop (cuplikan dalam putaran) diisi pada tekanan atmosfir. Bila katup difungsikan, maka cuplikan di dalam putaran akan bergerak ke dalam kolom( Johnson dan Stevenson, 1978).

Gambar 3 Tipe Injektor Putaran (De Lux Putra, 2007)

2.3.3.4 Kolom

Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok:


(90)

a. Kolom analitik: diameter khas adalah 2 – 6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis kemasan. Untuk kemasan pellikular, panjang yang umumnya adalah 50 – 100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, umumnya 10 – 30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.

b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 – 100 cm.

Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi (De Lux Putra, 2007).

2.3.3.5 Detektor

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapan/respon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh (Johnson dan Stevenson, 1978).

Detektor yang paling banyak digunakan dalam kromatografi cair modern kecepatan tinggi adalah detektor spektrofotometer UV 254 nm. Bermacam-macam detektor dengan variasi panjang gelombang UV-Vis sekarang menjadi populer karena mereka dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa dalam rentang yang luas. Detektor lainnya, antara lain: detektor fluometer, detektor ionisasi nyala, detektor elektrokimia dan lain-lain juga telah digunakan (Johnson


(91)

2.3.3.6 Pengolahan data

Komponen yang terelusi mengalir ke detektor dan dicatat sebagai puncak-puncak yang secara keseluruhan disebut sebagai kromatogram (Johnson dan Stevenson, 1978).

2.3.4 Guna kromatogram

Menurut Johnson dan Stevenson (1978), guna kromatogram adalah sebagai berikut:

1. Kualitatif: waktu retensi selalu konstan dalam setiap kondisi kromatografi yang sama dapat digunakan untuk identifikasi.

2. Kuantitatif: luas puncak proporsional dengan jumlah sampel yang diinjeksikan dan dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi.

2.3.5 Fase gerak

Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari fase gerak yang digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa sifat-sifat yang diinginkan yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua fase gerak (De Lux Putra, 2007).

Menurut De Lux Putra (2007), fase gerak harus:

Murni, tidak ada pencemar/kontaminan

Tidak bereaksi dengan pengemas

Sesuai dengan detector

Melarutkan cuplikan


(92)

Gelembung udara yang ada harus dihilangkan (degassing) dari pelarut, karena udara yang keluar melewati detektor dapat menghasilkan banyak noise sehingga data tidak dapat digunakan ( De Lux Putra, 2007).

2.3.6 Elusi gradien dan isokratik

Menurut De Lux Putra (2007), elusi pada KCKT dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu:

1. Sistem elusi isokratik

Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase gerak dengan perbandingan tetap (komposisi fase gerak tetap selama elusi). 2. Sistem elusi gradien

Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi).

2.3.7 Jenis pemisahan kromatografi cair kinerja tinggi

Berdasarkan jenis fase gerak dan fase diamnya, jenis pemisahan KCKT dibedakan atas:

a. Kromatografi Fase Normal

Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat polar, misalnya silika gel, aluminium, sedangkan fase geraknya bersifat non polar seperti heksan. b. Kromatografi Fase Terbalik

Pada kromatografi fase terbalik, fase diamnya bersifat non polar, yang banyak dipakai adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan oktilsilan (C8). Sedangkan fase geraknya bersifat polar, seperti air, metanol dan asetonitril (Mulja dan Suharman, 1995).


(93)

2.4 Kriteria Optimasi

Optimasi dalam KCKT disyaratkan untuk menentukan kondisi yang optimal guna menghasilkan pemisahan yang baik pada kondisi percobaan tersebut dilakukan. Meskipun demikian, kondisi terbaik sistem KCKT sulit untuk ditemukan. Ada pun tujuan dipersyaratkan optimasi pada sistem KCKT antara lain:

− Menghemat biaya penelitian

− Mendapatkan hasil pemisahan yang baik dengan waktu yang singkat

− Menciptakan pemisahan terbaik yang mungkin dihasilkan

− Menyeleksi/memilih komposisi fase gerak dan kolom yang menunjukkan pemisahan yang baik pada waktu yang singkat

− Memperoleh kombinasi optimum pada kecepatan elusi/laju alir, ukuran sampel, dan resolusi dari larutan sampel

− Melokasikan kriteria optimasi untuk tempat/daerah percobaan tersebut dilakukan.

Keberhasilan suatu pemisahan analit sangat dipengaruhi oleh pemilihan sistem kromatografi dan komposisi fase gerak yang tepat. Meskipun dari segi instrumennya sering diabaikan. Proses pemisahan dikatakan baik bergantung pada kondisi kolom, detektor, dan pompa instrumen KCKT. Ditinjau lebih luas lagi, pemilihan komposisi fase gerak merupakan aspek utama dalam optimasi. Pemilihan fase gerak ini tidak hanya mempertimbangkan proses ekstraksi/isolasi sampel oleh pelarut karena adanya parameter seperti laju alir dan suhu kolom yang menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan komposisi fase gerak yang digunakan (Berriddge, 1985).


(94)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Levofloksasin termasuk antibakteri golongan fluorokuinolon, yang digunakan sebagai pengobatan infeksi saluran nafas, saluran kemih, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak (Setiabudy, 2007).

Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dan memberikan efek terapi yang dikehendaki dengan kadar yang tepat. Salah satu parameter dari uji mutu tersebut adalah kadar zat berkhasiat dari suatu sediaan obat harus memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi ke IV tahun 1995 atau ditentukan buku standar lainnya.

Obat dengan nama generik merupakan obat yang harganya murah dibandingkan obat merek dagang. Masyarakat menganggap obat generik yang harganya murah tidak memiliki mutu sebaik obat merek dagang yang harganya jauh lebih mahal (Puspitasari, 2006).

Menurut USP edisi ke-34, 2011 monografi levofloksasin terdapat dalam bentuk bahan bakunya yang kadarnya ditentukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Sedangkan monografi dalam sediaan tablet tidak terdapat dalam Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 maupun dalam USP edisi ke-34 tahun 2011. Levofloksasin dapat diidentifikasikan antara lain secara KCKT menggunakan fase gerak metanol: cupri (II) sulfat pentahydrat (12.5:87.5), dengan baku dalam siprofloksasin dan secara spektrofotometri UV (Moffat, dkk., 2005).


(95)

Menurut Utami (2006), kadar tablet levofloksasin dapat ditentukan secara KCKT menggunakan kolom ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak campuran asam ortho fosfat 0,16 % pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (85:15), laju alir 1 ml/menit panjang gelombang 295 nm.

Metode KCKT memiliki banyak keuntungan antara lain dapat digunakan untuk analisis suatu zat dalam jumlah kecil, waktu analisisnya relatif singkat, cukup sensitif dan selektif serta mudah dalam interpretasi yang diperoleh (Gandjar dan Rohman, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menetapkan kadar levofloksasin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran menggunakan KCKT kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) (Shimadzu), perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidoksida 0,2 N: asetonitril, laju alir 1 ml/menit panjang gelombang 360 nm.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah kadar levofloksasin dalam sediaan tablet dapat ditentukan dengan metode KCKT menggunakan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidoksida 0,2 N: asetonitril?

2. Apakah kadar levofloksasin dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik yang beredar di pasaran dapat memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi IV tahun1995?


(96)

1.3 Hipotesis

1. Kadar levofloksasin dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik yang beredar di pasaran dapat memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.

2. Kadar levofloksasin dalam sediaan tablet dapat ditentukan dengan metode KCKT menggunakan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidoksida 0,2 N: asetonitril (80:20).

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menetapkan kadar levofloksasin dalam sediaan tablet secara KCKT.

2. Mengetahui kesesuaian kadar tablet levofloksasin dengan nama dagang dan generik yang beredar di pasaran dengan persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.

1.5 Manfaat Penelitian

Pengembangan ilmu bahwa penetapan kadar levofloksasin dalam sediaan tablet dapat dilakukan dengan KCKT. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat mengenai kadar levofloksasin yang terkandung dalam sediaan tablet generik maupun nama dagang.


(97)

PENETAPAN KADAR LEVOFLOKSASIN DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI

CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

ABSTRAK

Levofloksasin termasuk antibakteri golongan fluorokuinolon, yang digunakan sebagai pengobatan infeksi saluran nafas, saluran kemih, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak. Masyarakat menganggap obat generik yang harganya murah tidak memiliki mutu sebaik obat merek dagang yang harganya jauh lebih mahal. Salah satu parameter dari uji mutu adalah kadar zat berkhasiat dari suatu sediaan obat harus memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 atau buku standar lainnya. Tujuan penelitian ini adalah menetapkan kadar levofloksasin dalam tablet generik dan nama dagang secara KCKT.

Penetapan kadar levofloksasin dalam tablet dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) (Shimadzu) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidoksida 0,2 N: asetonitril (80:20), laju alir 1 ml/menit pada panjang gelombang 360 nm.

Hasil identifikasi dari semua sampel yang diuji diperoleh waktu retensi levofloksasin dalam sediaan tablet sama dengan waktu retensi levofloksasin BPFI yaitu pada 6,2 menit ini menunjukkan semua sampel yang ditentukan mengandung levofloksasin. Dari hasil penelitian didapat kadar tablet generik levofloksasin (PT Dexa Medica) 100,44 ± 0,30%, levofloksasin (PT Bernofarma) 100,14 ± 0,26%, levofloksasin (PT Indofarma) 99,75 ± 0,35%, levofloksasin (PT Novell) 100,39 ± 0,18%, dan tablet dengan merek dagang Rinvox (PT Yarindo) 100,13 ± 0,30%, Cravox (PT Lapi) 100,47 ± 0,16%. Hal ini menunjukkan bahwa tablet levofloksasin generik dan merek dagang memenuhi persyaratan kadar umumnya sediaan tablet yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Kata kunci : Levofloksasin, KCKT, generik dan nama dagang.


(98)

DETERMINATION OF LEVOFLOXACIN IN TABLET WITH BRAND AND GENERIC NAMES BY HIGH PEFORMANCE

LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)

ABSTRACT

Levofloxacin is an anti bacterial belongs to fluorokuinolone, that can be used as treatment for respiratory tract, urinary tract, gastrointestinal, skin and soft tissue infection. People assumed that the quality of cheaper generic drugs is not as good as the quality of more expensive branded drugs. One of the parameters of quality control is determination of active compounds contents in the drugs which need to be in the accepted range as written in Indonesian pharmacope fourth edition or other standar literatures. The purpose of this research is to determine levofloxacin in generic and brand tablets by using the HPLC method.

Determination of levofloxacin in tablet was conducted by High Peformance Liquid Chromatography using VP-ODS (250 x 4.6 mm) colum (Shimadzu) and orthophosphoric acid 0.16 % (adjusted to pH 3.0 by adding NaOH 0.2 N) and acetonitrile (80:20 v/v) as mobile phase with flow rate 1.0 ml/min at detector wave length of 360 nm.

The identification results of levofloxacin in all tablet samples and BPFI showed the same retention time 6.2 minute. Therefore all examined samples containd levofloxacin. The quantitative results showed the levofloxacin contents of generic tablet from PT Dexa Medica were 100.44±0.30%; from PT Bernofarma were 100.14±0.26%; PT Indofarma were 99.75±0.35%; from PT Novell were 100.39±0.18%; branded and branded Rinvox PT Yarindo were 100.13±0.30%; Cravox PT Lapi were 100.47±0.16%. These results showed that the examined generic tablets and branded tablets of levofloxacin were all in the accepted content range as specified in the Indonesian Pharmacope flourth edition which is not less than 90.0% and not more than 110.0% from the written content in the label.


(99)

PENETAPAN KADAR LEVOFLOKSASIN

DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA

DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI

CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

FERA MUSLIHA

NIM 101524060

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(100)

PENETAPAN KADAR LEVOFLOKSASIN

DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA

DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI

CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

FERA MUSLIHA

NIM 101524060

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(1)

xi

LAMPIRAN ... 29


(2)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pengaruh komposisi fase gerak terhadap parameter

Kromatogram ... 23 Tabel 2. Data hasil penetapan kadar levofloksasin dalam sediaan


(3)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Levofloksasin ... 4

Gambar 2. Instrument Dasar KCKT ... 8

Gambar 3. Tipe Injektor Putaran ... 10

Gambar 4. Kromatogram tablet levofloksasin secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) dan laju alir 1 ml/menit, volume penyuntikan 20 µl, pada panjang gelombang 360 nm ... 23

Gambar 5. Kromatogram hasil spike secara KCKTdengan menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20) dan laju alir 1 ml/menit, volume penyuntikan 20 µl, panjang gelombang 360 nm ... 23

Gambar 6. Kurva kalibrasi levofloksasin BPFI secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak asam ortho fosfat 0,16% pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2 N: asetonitril (80:20),volume penyuntikan 20 µl, dan laju alir 1 ml/menit, pada panjang gelombang 360 nm ... 24

Gambar 7. Sampel Obat Generik Levofloksasin ... 91

Gambar 8. Sampel Obat Cravox Dan Rinvox ... 91

Gambar 9. Alat KCKT Shimadzu ... 92

Gambar 10. Sonifikator (Branson 1510) ... 92

Gambar 11. Penyaring ... 92

Gambar 12. Pompa Vakum (Gast DO A-PG04-BN) dan Alat Penyaring Fase Gerak ... 93

Gambar 13. Neraca Analitik ... 94


(4)

Gambar 14. Syringe KCKT ... 94 Gambar 15. Penyaring Whatman PTFE 0,2 µm ... 95


(5)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kromatogram penyuntikan larutan levofloksasin untuk

mencari komposisi fase gerak asam ortho fosfat 0,16% Pada pH 3 dengan penambahan natrium hidroksida 0,2

N: asetonitril ... 29 Lampiran 2. Kromatogram larutan levofloksasin pada kurva

Kalibrasi ... 31 Lampiran 3. Perhitungan persamaan regresi dari kurva kalibrasi

levofloksasin BPFI yang diperoleh secara KCKT ... 41 Lampiran 4. Perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi

(LOQ) ... 43 Lampiran 5. Kromatogram dari larutan tablet levofloksasin

(PT. Dexa medica) ... 45 Lampiran 6. Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya

dari penyuntikan larutan tablet levofloksasin

(PT. Dexa medica) ... 49 Lampiran 7. Kromatogram dari larutan tablet levofloksasin

(PT.Bernofarma) ... 51 Lampiran 8. Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya

dari penyuntikan larutan tablet levofloksasin

(PT. Bernofarma) ... 55 Lampiran 9. Kromatogram dari larutan tablet levofloksasin

(PT. Indofarma) ... 57 Lampiran 10. Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya

dari penyuntikan larutan tablet levofloksasin

(PT. Indofarma) ... 61 Lampiran 11. Kromatogram dari larutan tablet levofloksasin

(PT. Novell) ... 63 Lampiran 12. Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya

dari penyuntikan larutan tablet levofloksasin

(PT. Novell) ... 67


(6)

Lampiran 13. Kromatogram dari larutan tablet Rinvox

(PT. Yarindo) ... 69

Lampiran 14. Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan tablet Rinvox (PT. Yarindo) ... 73

Lampiran 15. Kromatogram dari larutan tablet cravox (PT. Lapi) ... 75

Lampiran 16. Analisis Data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan tablet cravox (PT. Lapi) ... 79

Lampiran 17. Contoh perhitungan sampel ... 81

Lampiran 18. Hasil analisis kadar levofloksasin dalam sampel ... 82

Lampiran 19. Contoh perhitungan untuk mencari tablet Levofloksasin ... 85

Lampiran 20. Daftar Spesifik Sampel ... 86

Lampiran 21. Tabel nilai distribusi nilai t ... 89

Lampiran 22. Sertifikat Levofloxacin BPFI ... 90

Lampiran 23. Gambar sampel obat yang digunakan ... 91