Penentuan Eugenol Total Dan Uji Kelarutan Minyak Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata) DALAM ETANOL 70%

(1)

PENENTUAN EUGENOL TOTAL DAN UJI KELARUTAN

MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata) DALAM

ETANOL 70%

TUGAS AKHIR

OLEH:

HUSNUL KHOTIMAH

NIM 112410069

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN EUGENOL TOTAL DAN UJI KELARUTAN MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata) DALAM ETANOL 70%

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya PadaProgram Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

HUSNUL KHOTIMAH NIM 112410069

Medan, Mei 2014 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Dra. Juanita Tanuwijaya, MSi., Apt NIP 195111021977102001

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim,

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah : “PENENTUAN EUGENOL TOTAL DAN UJI KELARUTAN MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata) DALAM ETANOL 70%” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan baik moril maupun spiritual dari berbagai pihak, terutama dari keluarga Ayahanda Abdul Halim, Ibunda Yusnani, S.Pd. Serta saudara penulis Annisah Nur, Yasirun Azzakirot,Yanti Rahmadhani, Dina Saima Putri, M. Rayhan Azhari yang telah banyak memberikan semangat, motivasi serta do’a hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.


(4)

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,Apt. Selaku koordinator Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU. 4. Ibu Hj. Dra. Lisni Ritonga Selaku Koordinator Pembimbing PKL di Balai

Pengujian sertifikasi Mutu Barang di Medan.

5. Ibu Dra. Syafruddin., Msi., Apt Selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak membantu penulis.

6. Bapak dan Ibu beserta seluruh staff di Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan.

7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

8. Sahabat-sahabat penulis Ella Puspita Siregar, Wan Fitri Kurnia Noor, Elisnawati Sibarani, Nur Kholijah Harahap, Jogina Alefia Tanjung, Elliyusnora Harahap, Alwin Ardiansyah Pulungan, Jufri Pratama, Rizky Taufik Harahap, Ahmad Ridhoan Siregar, Darmansyah Manalu yang memberikan semangat pada penulis agar cepat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Seluruh sahabat dari Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2011 Khairun Niqmah, Rizky Dwi Handayani, Tiara Sari Surbakti, Eka Novita, Dian Asmaradhani dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.


(5)

10.Seluruh sahabat kelompok Praktik Kerja Lapangan Muhammad Andry, Khairun Niqmah, Aidya Tri Yolanda yang saling mendukung dan saling membantu selama Praktik Kerja Lapangan hingga tugas akhir ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis juga berharap tugas akhir ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, Mei 2014 Penulis,

HUSNUL KHOTIMAH NIM 112410069


(6)

PENENTUAN EUGENOL TOTAL DAN UJI KELARUTAN MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata) DALAM ETANOL 70%

Abstrak

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya. Fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri adalah minyak cengkeh, baik dari bunga, daun dan tangkai. Pemanfaatan minyak cengkeh cukup luas, terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat-obatan dan industri wewangian

Sampel yang digunakan adalah minyak daun cengkeh yang diproduksi oleh PT. Karimun Kencana Aromatis Medan. Parameter pengujian yang digunakan adalah kelarutan dalam etanol 70% dan penentuan eugenol total. Setelah dilakukan pengujian eugenol total dan kelarutan minyak daun cengkeh dalam etanol 70%, minyak daun cengkeh memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006), karena kadar eugenol melebihi 78% dan kelarutan dalam etanol 70% perbandingan 1:2 jernih. Pengujian dilakukan di Balai Pengujian Dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.LatarBelakang ... 1

1.2.Tujuan ... 2

1.3.Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. UraianTanaman ... 3

2.1.1. Sistematika Tumbuhan ... 3

2.1.2. Nama Daerah ... 3

2.1.3. Deskripsi ... 3

2.2. Minyak Atsiri ... 4

2.2.1. Sumber Minyak Atsiri Alami ... 5

2.2.2. Sifat Minyak Atsiri ... 6

2.2.3. Penggolongan Minyak Atsiri ... 6


(8)

2.2.5. Metode Penyulingan Minyak Atsiri ... 9

2.3 Cengkeh ... 11

2.3.1 Minyak Daun Cengkeh ... 11

2.3.2 Proses Produksi Minyak Cengkeh ... 11

2.3.3 Mutu Minyak Cengkeh ... 12

2.3.4 Struktur Eugenol ... 14

2.3.5 Kegunaan Minyak Cengkeh ... 14

BAB III METODOLOGI ... 15

3.1. Tempat Pengujian ... 15

3.2. Sampel ... 15

3.3. Alat ... 15

3.3.1. Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai SNI 06-3387-2006 ... 15

3.3.2. Penentuan Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh Sesuai SNI 06-2387-2006 ... 15

3.4. Bahan ... 16

3.4.1. Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai SNI 06-3387-2006 ... 16

3.4.2. Penentuan Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh Sesuai SNI 06-2387-2006 ... 16

3.5. Prosedur ... 16

3.5.1. Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai SNI 06-3387-2006 ... 16

3.5.2. Penentuan Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh Sesuai SNI 06-2387-2006 ... 16


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1.Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai SNI 06-3387-2006 ... 18

4.2.Penentuan Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh Sesuai SNI 06-2387-2006 ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1. Kesimpulan ... 19

5.2. Saran ... 19


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Data Hasil Pengujian ……….. 21 Tabel 2. Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh menurut SNI 06-2387- 2006 ……….. 22


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran1. Data Hasil Pengujian……….. 21 lampiran2. Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh menurut SNI 06-2387- 2006………... 22


(12)

PENENTUAN EUGENOL TOTAL DAN UJI KELARUTAN MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata) DALAM ETANOL 70%

Abstrak

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya. Fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri adalah minyak cengkeh, baik dari bunga, daun dan tangkai. Pemanfaatan minyak cengkeh cukup luas, terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat-obatan dan industri wewangian

Sampel yang digunakan adalah minyak daun cengkeh yang diproduksi oleh PT. Karimun Kencana Aromatis Medan. Parameter pengujian yang digunakan adalah kelarutan dalam etanol 70% dan penentuan eugenol total. Setelah dilakukan pengujian eugenol total dan kelarutan minyak daun cengkeh dalam etanol 70%, minyak daun cengkeh memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006), karena kadar eugenol melebihi 78% dan kelarutan dalam etanol 70% perbandingan 1:2 jernih. Pengujian dilakukan di Balai Pengujian Dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik, dan kelarutan dalam air (Armando, 2009).

Berbicara mengenai minyak atsiri, kita tidak dapat lepas dari membahas masalah bau dan Aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik sebagai parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya (Agusta, 2000).

Setiap minyak atsiri memiliki komposisi atau kandungan kimia yang berbeda-beda. Komposisi atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya sebagai bahan pengharum, kosmetik, obat, dll (Agusta, 2000).

Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia sebenarnya telah mulai didirikan sejak zaman penjajahan. Akan tetapi, perkembangannya belum banyak mengalami perubahan dibandingkan negara lain yang relatif muda usianya dalam hal usaha minyak atsiri. Sebagian besar industri pengolahan minyak atsiri masih tetap menerapkan cara tradisional sehingga keadaan tersebut bepengaruh terhadap kuantitas dan kualitas produksi minyak yang dihasilkan (Lutony, 2002).

Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri adalah cengkeh. Cengkeh (Eugenia Caryophyllata) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki


(14)

batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat (Yaya, 2011).

Pemanfaatan minyak cengkeh cukup luas, terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat-obatan, industri wewangian dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis yang banyak digunakan dalam industri makanan atau minuman (Lutony, 2002).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penentuan eugenol dan uji kelarutan minyak daun cengkeh (Eugenia caryophyllata) dalam etanol 70% adalah untuk mengetahui apakah minyak daun cengkeh tersebut memenuhi salah satu parameter Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006).

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penentuan eugenol total dan uji kelarutan minyak daun cengkeh(Eugenia caryophyllata) dalam etanol 70% adalah menambah pengetahuan dan mengetahui cara menentukan eugenol total dan kelarutan minyak daun cengkeh menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006).


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub- Divisi : Angiosperm Kelas : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Eugenia

Spesies : Eugenia caryophyllata (Hapsoh, 2011). 2.1.2 Nama Daerah

Clove (Inggris), cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), wunga lawing (Bali), cangkih (Lampung), sake (Nias), bungeu lawing (Gayo), cengke (Bugis), sinke (Flores), canke ( Ujung Pandang), gomode (Halmahera, Tidore) (Hapsoh, 2011). 2.1.3 Deskripsi

Cengkeh dalam perdagangan adalah kuncup bunga yang dikeringkan dengan penjemuran dari pohon cengkeh. Pohon cengkeh, berbentuk kolumnar dan selalu hijau.Pada umumnya pohon demikian berukuran lebih kecil di zanzibar daripada di tempat-tempat rindang oleh pohon-pohon lain (Guenther, 1990).

Cengkeh (Eugenia caryophyllata) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan


(16)

hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpai tangkai berkisar 7,5-12,5 cm (Hapsoh, 2011).

Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Tangkai buah pada awalnya bewarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Hapsoh, 2011).

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak atsiri sebagai bahan wewangian, penyedap masakan, dan obat-obatan memiliki akar sejarah yang dalam. Fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Hanya beberapa jenis


(17)

minyak atsiri yang popular digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau yang lebih populer dengan istilah aroma terapi (Agusta, 2000).

Minyak atsiri dari satu tumbuhan berbeda dengan minyak atsiri dari tumbuhan lainnya. Kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma sangat spesifik. Hal ini tidak lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda. Komposisi atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya (sebagai bahan pengharum, kosmetik, obat, dll). Jadi, penentuan komponen penyusun dan komposisi masing-masing komponen tersebut dalam menentukan kegunaan, kualitas ataupun mutu dari suatu minyak atsiri (Agusta, 2000).

Namun, sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu kamar, sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisa yang akan digunakan. Harus digunakan metode analisa yang dapat meminimalkan hilangnya sebagian komponen selama proses analisa berlangsung (Agusta, 2000). 2.2.1 Sumber Minyak Atsiri Alami

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik. Ada beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip, tetapi tidak persis sama, tergantung pada komponen kimia penyusun minyak tersebut (Agusta, 2000).


(18)

Famili tumbuhan Lauraceae, Myrtaceae, Rutacae, Myristicaceae, Asteraceae, Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae dan Labiatae adalah famili tumbuhan yang sangat populer sebagai penghasil minyak atsiri. Indonesia dengan hutan tropik yang begitu luas menyimpan ribuan spesies tumbuhan dari berpuluh famili, termasuk famili yang berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Hal ini merupakan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia (Agusta, 2000). 2.2.2 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri sebagai berikut:

1. Memiliki bau khas. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda. 2. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi

kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

3. Mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada benda yang ditempel.

4. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan.

5. Sangat muah larut dalam pelarut organik (Gunawan, 2010). 2.2.3. Penggolongan Minyak Atsiri

Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut.


(19)

1. Minyak atsiri hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya:

Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif. Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah kapiler, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam (Gunawan, 2010).

2. Minyak atsiri alkohol

Minyak pepermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan, 2010).

3. Minyak atsiri fenol

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri


(20)

keseluruhan. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan, 2010).

4. Minyak atsiri eter fenol

Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigensia odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan parfum (Gunawan, 2010).

5. Minyak atsiri oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae).Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol (85%) (Gunawan, 2010).

6. Minyak atsiri ester

Minyak gandapura merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan, 2010).

2.2.4. Kelarutan Minyak Atsiri

Banyaknya minyak atsiri yang larut dalam alkohol dan jarang yang larut dalam air, maka kelarutannya dapat mudah diketahui dengan menggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi. Menentukan kelarutan minyak, tergantung juga kepada kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Biasanya


(21)

minyak yang kaya akan komponen oxygenated lebih mudah larut dalam alkohol dari pada yang kaya terpen (Guenther, 1987).

2.2.5 Metode Penyulingan Minyak Atsiri

Metode penyulingan minyak atsiri dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam, yaitu metode penyulingan dengan air, metode penyulingan air dan uap dan metode penyulingan uap. Pada dasarnya, ketiga tipe penyulingan tersebut memiliki kesamaan, yaitu suatu pengertian penyulingan dengan sistem dua fase. Perbedaannya terutama terletak pada cara penanganan bahan tanaman yang akan di proses (Sastrohamidjojo, 2004).

1. Penyulingan Air

Bila cara ini digunakan, maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang/ mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat dididihkan dengan api secara langsung. Sejumlah bahan tanaman adakalanya harus diproses dengan penyulingan air (contoh bunga mawar, bunga-bunga jeruk) sewaktu terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih. Sedangkan bila bahan tersebut diproses dengan penyulingan uap tidak dapat menembusnya. Penyulingan air ini tak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung (Sastrohamidjojo, 2004).

2. Penyulingan Uap dan Air

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi


(22)

air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air I atas. Pada proses ini, penulis menggunakan pemanasan dengan kompor minyak tanah yang ditekan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap, dan tidak terkena air yang mendidih (Sastrohamidjojo, 2004).

3. Penyulingan Uap

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya. Hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004)

2.3 Cengkeh

Cengkeh dalam Bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (keplauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri lanka (Hapsoh, 2011).

Ada beberapa daerah yang diyakini sebagai daerah asal cengkeh, yaitu Filipina dan pulau Makian (di Maluku Utara), tetapi ada juga yang berpendapat bahwa cengkeh berasal dari Papua. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia,


(23)

banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia (Hapsoh, 2011).

2.3.1 Minyak Daun Cengkeh

Minyak daun cengkeh diperoleh dengan cara destilasi uap dari daun pohon cengkeh yang telah gugur, Eugenia caryophillata yang telah gugur. Minyak daun cengkeh mengandung dua komponen utama, yaitu eugenol sekitar 80-85% dan kariofilin sekitar 10-15%. Eugenol dapat dipisahkan secara kimia dengan menggunakan larutan natrium hidroksida. Bila dalam minyak daun cengkeh ditambah larutan natrium hidroksida maka yang bereaksi hanya eugenol yang membentuk larutan natrium eugenolat. Larutan natrium eugenolat larut dalam air sedangkan komponen yang lain dalam minyak daun cengkeh tidak larut dalam air (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.2 Proses Produksi Minyak Cengkeh

Konstruksi alat yang digunakan untuk memproduksi minyak cengkeh tidaklah berbeda dengan konstruksi alat yang dipakai untuk memproduksi minyak atsiri yang lain. Disarankan agar proses produksi minyak daun cengkeh dilakukan dengan model penyulingan uap dan air (Lutony, 2002).

Pada dasarnya proses penyulingan minyak cengkeh yang bahan bakunya berasal dari bunga maupun gagang bunga dan daun cengkeh adalah sama. Namun, karena yang dianggap lebih memiliki nilai ekonomis itu daunnya maka perlu dipehatikan dalam penyulingan daun cengkeh yaitu kondisi bahan bakunya (Lutony, 2002).


(24)

Daun cengkeh yang akan disuling bukanlah daun yang masih hijau atau masih menempel pada pohonnya, tetapi daun cengkeh kering yang sudah merupakan daun jatuhan dari pohon selain harus kering, diusahakan agar daun tidak kotor dan masih utuh (Lutony, 2002).

Minyak cengkeh yang baru disuling hampir tidak berwarna kekuning-kuningan. Namun, jika disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, secara berangsur-angsur warnanya akan berubah sampai akhirnya berwarna kegelapan. Sifat utama minyak cengkeh yaitu sangat membiaskan cahaya, berbau khas seperti cengkeh, dan rasanya sangat pedas (Lutony, 2002).

2.3.3 Mutu Minyak Cengkeh

Komponen utama yang terkandung di dalam minyak cengkeh adalah terpen dan turunannya, sama dengan komponen yang terdapat dalam minyak atsiri lain. Terpen sangatlah penting dalam kegiatan industri. Komponen ini banyak digunakan dalam parfum, obat-obatan, cat, plastik, dan lain sebagainya (Lutony, 2002).

Jenis terpen yang terpenting dalam minyak cengkeh yaitu eugenol. Menurut Guenther, kadar terpen dalam minyak cengkeh mencapai 70-90 persen. Senyawa terpen tersebut menjadi komponen utama penyusun minyak cengkeh dengan kadar total dapat mencapai 99% dari minyak atsiri yang dikandungnya (Lutony, 2002).

Clove oil merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari bunga cengkeh. Kandungan minyak atsiri di dalam bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan kadar eugenol Antara 78-95%. Menurut Gildemister dan Hoffman, sifat fisik dan kimia


(25)

minyak bunga cengkeh adalah berat jenis pada 15 oC antara 1,0465 – 1,0681; putaran optik Antara 0 – (-) 2o30; dan kandungan eugenol antara 79-95 persen (Lutony, 2002).

Clove stem oil merupakan minyak atsiri yang didapat dari tangkai atau gagang bunga cengkeh. Kandungan eugenol di dalam minyak gagang cengkeh sekitar 83-95%, sedikit lebih tinggi dibandingkan eugenol pada minyak bunga cengkeh. Namun sebaliknya, kadar eugenol asetat dan caryophylene minyak gagang cengkeh sangat sedikit. Patokan mutu clove stem oil menurut Essential Oil Asssociation of USA (EOA) sebagai berikut:

a. Penampilan, warna dan bau: cairan kuning sampai cokelat muda dan bila menyentuh besi berubah menjadi cokelat ungu, bau mirip, tapi tidak seharum clove oil.

b. Berat jenis pada 25 oC: 1,048- 1,056. c. Putaran optik: 0 – (-) 1 o30.

d. Indeks refraksi pada 20o: 1.5340 -1.5380 e. Kandungan eugenol: 89-95%

f. Kelarutan dalam alcohol 70%: larut dalam 2 volume.

(Lutony, 2002).

Clove leaf oil merupakan minyak atsiri yang didapat dari daun cengkeh. Seperti halnya minyak cengkeh yang berasal dari bunga dan gagang, sifat minyak daun cengkeh pada dasarnya sama, hanya saja kandungan eugenolnya relatif rendah. Selain itu, minyak daun cengkeh juga memiliki bau yang tidak seharum


(26)

clove oil. Adapun patokan mutu minyak daun cengkeh yang telah ditetapkan oleh EOA sebagai berikut:

a. Penampilan dan warna: cairan berwarna sangat kuning ketika disuling dan cepat berubah menjadi cokelat atau ungu bila terkena besi.

b. Berat jenis pada 25oC: 1,036 – 1,046. c. Putaran optik: 0 – (-)2o.

d. Indeks refraksi pada 20oC: 1.5310 – 1.5350 e. Kandungan eugenol: 84 – 88%.

f. Kelarutan dalam alkohol 70%: larut dalam 2 volume (Lutony, 2002). 2.3.4 Struktur Eugenol

Cengkeh Selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol. Sruktur Eugenol dapat dilihat pada gambar 2.3.4

CH2-CH= CH2

CH3O

OH Gambar 2.3.4 Struktur Eugenol 2.3.5 Kegunaan Minyak Cengkeh

Pemanfaatan minyak cengkeh cukup luas, terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat-obatan, industri wewangian dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis yang banyak digunakan dalam industri makanan atau minuman (Lutony, 2002).


(27)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pengujian

Uji kelarutan minyak daun cengkeh di dalam etanol 70% dan penentuan eugenol pada minyak daun cengkeh dilakukan di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) yang bertempat di jalan STM. No. 5. Medan.

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan adalah minyak daun cengkeh yang diproduksi oleh PT. Karimun Kencana Aromatis Medan.

3.3 Alat

3.3.1 Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006

Alat-alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah Labu ukur 50 ml.Gelas ukur bertutup 10 ml.

3.3.2 Penentuan Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh Sesuai Dengan SNI 06-2388-2006

Alat-alat yang digunakan dalam penentuan eugenol total minyak daun cengkeh adalah labu cassia 100 ml, pipet volume 10 ml.


(28)

3.3.3 Bahan

3.4.1 Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006

Bahan-bahan yang digunakan pada identifikasi kelarutan minyak daun cengkeh adalah etanol 70 %, akuades.

3.4.2 Penentuan Eugenol Total Minyak Daun CengkehCengkeh Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penentuan eugenol total adalah larutan kalium hidroksida (KOH) 4% dalam air, akuades.

3.5 Prosedur

3.5.1 Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006

1. Ditempatkan 1 ml contoh minyak dan diukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml.

2. Ditambahkan etanol 70 % setetes demi setetes.

3. Dikocok setelah setiap penambahan sampai diperoleh suatu larutan sebening minyak.

3.5.2 Penentuan Eugenol Total Minyak Daun CengkehSesuai Dengan SNI 06-2387-2006

1. Dipipet 10 ml contoh minyak daun cengkeh ke dalam labu cassia. 2. Ditambahkan larutan KOH 4% hingga 2/3 volume.

3. Dikocok selama 30 menit.


(29)

5. Diketuk-ketuk labu cassia sampai butiran minyak naik ke leher labu cassia.

6. Dibaca lapisan minyak pada leher labu cassia.

3.6 Perhitungan

Untuk menghitung eugenol total digunakan rumus sebagai berikut:

Kadar Eugenol total = 10−�

10 x 100% Dengan:


(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006

Berdasarkan pengujian kelarutan dalam etanol 70%, minyak daun cengkeh yang di produksi oleh PT. Karimun Kencana Aromatis Medan memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006), yaitu minyak cengkeh larut dalam etanol 70% dengan perbandingan 1 : 2. Dari pengujian yang dilakukan, 1 ml minyak pala larut / jernih dalam 2 ml etanol 70%.

4.2. Penentuan Eugenol Total Minyak Daun CengkehSesuai Dengan SNI 06-2387-2006

Berdasarkan penentuan eugenol total, minyak daun cengkeh yang di produksi PT. Karimun Kencana Aromatis memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006), yaitu eugenol total melebihi 78 %.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uji yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kelarutan minyak cengkeh dan kadar eugenol total memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) karena minyak daun cengkeh larut dalam etanol 70% dengan perbandingan 1:2 jernih, dan kadar eugenol total memenuhi persyaratn Standar Nasional Indonesia yaitu 80%.

5.2 Saran

Sebelum melakukan pengujian, harus memahami pinsip, prinsip kerja serta prosedur pengujian. Seperti saat mengocok sampel, memipet sampel. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal dan tidak terjadi kesalahan saat melakukan uji kelarutan dan penentuan eugenol total minyak daun cengkeh.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB Press. Hal 1-3, 17-19.

Armando, R. (2009), Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 1-3

Badan Standar Nasional. (2006). SNI 06-2387-2006 Minyak daun cengkeh. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hal 1-7.

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia-Press. Hal. 545 – 570.

Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri Jilid IV. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia-Press. Hal. 449 –507.

Gunawan, D dan Mulyani. (2004), Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 106-122.

Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal.1-17, 33-37.

Hapsoh dan Yaya. D. (2010). Budidaya Tanaman Obat Dan Rempah. Medan: USU Press. Hal. 89-91.

Lutony, T.L dan Yeyet, R. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 4-8, 31-35, 67-73.

Sastrohamidjojo, H. (2004), Kimia Minyak Atsiri. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 1-3, 21-22, 119-120.


(33)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Tabel 1. Data Hasil Pengujian

No Parameter Satuan Persyaratan Hasil Analisa 1 Kelarutan Dalam Etanol

70%

- 1:2 jernih jernih

2 Kadar Eugenol Total %, v/v Minimum 78 80

Perhitungan:

Kadar Eugenol total = 10−�

10 x 100%

Dimana:

V= Volume pembacaan

Didapat:

V = 2 ml

Maka:

Kadar Eugenol total = 10−2

10 x 100% = 80%


(34)

Lampiran 2:

Tabel 2 : Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh menurut SNI 06-2387-2006

No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1

1.1 1.2

Keadaan Warna Bau

- -

Kuning-coklat tua Khas minyak cengkeh 2 Bobot Jenis 200C/200C - 1,025-1,049

3 Indeks bias (nD20) - 1,528-1,535 4 Kelarutan dalam etanol 70% - 1:2jernih 6 Eugenol Total %, v/v Minimum 78 7 Beta caryophillene % Maksimum 17


(1)

5. Diketuk-ketuk labu cassia sampai butiran minyak naik ke leher labu cassia.

6. Dibaca lapisan minyak pada leher labu cassia.

3.6 Perhitungan

Untuk menghitung eugenol total digunakan rumus sebagai berikut: Kadar Eugenol total = 10−�

10 x 100%

Dengan:


(2)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006

Berdasarkan pengujian kelarutan dalam etanol 70%, minyak daun cengkeh yang di produksi oleh PT. Karimun Kencana Aromatis Medan memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006), yaitu minyak cengkeh larut dalam etanol 70% dengan perbandingan 1 : 2. Dari pengujian yang dilakukan, 1 ml minyak pala larut / jernih dalam 2 ml etanol 70%.

4.2. Penentuan Eugenol Total Minyak Daun CengkehSesuai Dengan SNI 06-2387-2006

Berdasarkan penentuan eugenol total, minyak daun cengkeh yang di produksi PT. Karimun Kencana Aromatis memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2387-2006), yaitu eugenol total melebihi 78 %.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uji yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kelarutan minyak cengkeh dan kadar eugenol total memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) karena minyak daun cengkeh larut dalam etanol 70% dengan perbandingan 1:2 jernih, dan kadar eugenol total memenuhi persyaratn Standar Nasional Indonesia yaitu 80%.

5.2 Saran

Sebelum melakukan pengujian, harus memahami pinsip, prinsip kerja serta prosedur pengujian. Seperti saat mengocok sampel, memipet sampel. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal dan tidak terjadi kesalahan saat melakukan uji kelarutan dan penentuan eugenol total minyak daun cengkeh.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB Press. Hal 1-3, 17-19.

Armando, R. (2009), Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 1-3

Badan Standar Nasional. (2006). SNI 06-2387-2006 Minyak daun cengkeh. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hal 1-7.

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia-Press. Hal. 545 – 570.

Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri Jilid IV. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia-Press. Hal. 449 –507.

Gunawan, D dan Mulyani. (2004), Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 106-122.

Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Hal.1-17, 33-37.

Hapsoh dan Yaya. D. (2010). Budidaya Tanaman Obat Dan Rempah. Medan: USU Press. Hal. 89-91.

Lutony, T.L dan Yeyet, R. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 4-8, 31-35, 67-73.

Sastrohamidjojo, H. (2004), Kimia Minyak Atsiri. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 1-3, 21-22, 119-120.


(5)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Tabel 1. Data Hasil Pengujian

No Parameter Satuan Persyaratan Hasil Analisa 1 Kelarutan Dalam Etanol

70%

- 1:2 jernih jernih

2 Kadar Eugenol Total %, v/v Minimum 78 80

Perhitungan:

Kadar Eugenol total = 10−�

10 x 100%

Dimana:

V= Volume pembacaan

Didapat:

V = 2 ml

Maka:

Kadar Eugenol total = 10−2

10 x 100%


(6)

Lampiran 2:

Tabel 2 : Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh menurut SNI 06-2387-2006

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 1.1 1.2

Keadaan Warna Bau

- -

Kuning-coklat tua Khas minyak cengkeh 2 Bobot Jenis 200C/200C - 1,025-1,049

3 Indeks bias (nD20) - 1,528-1,535 4 Kelarutan dalam etanol 70% - 1:2jernih 6 Eugenol Total %, v/v Minimum 78 7 Beta caryophillene % Maksimum 17