lump serta gumpalan mutu rendah. Proses pengolahan karet remah dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam prosesing.
a. Penentuan Kualitas Karet Remah
Tiap jenis kualitas karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan ciri-ciri
teknis. Yang menjadi dasar spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur- unsur tertentu yang terdapat dalam karet yang berpengaruh terhadap sifat akhir produk
yang dibuat dari karet. Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah :
1. Kadar kotoran dirt content
Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriterium terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan
barang-barang dari karet. 2.
Kadar abu ash content Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap penambahan
bahan-bahan pengisi kedalam karet pada waktu pengolahan. 3.
Kadar zat menguap volatile content Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa karet yang
disajikan cukup kering. Selain penentuan ketiga bahan tersebut di atas, masih dianalisis juga kadar
tembaga, mangan, dan nitrogen. Pada akhirnya hasil spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standar yaitu Standar Indonesia Rubber SIR.
b. Standar Indonesia Rubber
Standar Indonesia Rubber SIR adalah produk karet alam yang baik prosesing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis. Ketentuan-
ketentuan tentang SIR mulanya didasarkan pada Surat Keputusan Menteri
Universitas Sumatera Utara
Perdagangan No. 147KepV1969 yang isinya berupa ketentuan-ketentuan yang menyangkut SIR yang kriterianya tercantum pada tabel.
Tabel 2.1. Standar Spesifikasi SIR
Spesifikasi SIR 5
SIR 20 SIR 35
SIR 50 Kadar Kotoran
0,05 0,20
0,35 0,50
Kadar Abu 0,50
0,75 1,00
1,25 Kadar Zat Menguap
1,00 1,00
1,00 1,00
Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index PRI-nya dan digolongkan dengan menggunakan symbol huruf H, M, dan S. H
menunjukkan nilai PRI-nya sebesar 80; M untuk nilai PRI-nya antara 60- 79; dan S untuk nilai PRI-nya antara 30- 59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak
boleh dimasukkan kedalam anggota golongan SIR. PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk
mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI makin tinggi pula kualitas karet tersebut. Untuk menentukan nilai PRI digunakan
alat yang disebut Wallace Plasatemeter. Dengan perkembangnya penelitian dewasa ini sebagai dasar penetuan SIR
dipakai Surat Keputusan Menteri Perdagangan tahun 1972.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Spesifikasi karet SIR yang diubah revised sesuai SK Menperdeg
No.230KpX1972 Spesifikasi
Standar Indonesia Rubber SIR
5 CV 5 LV 5 L
5 10
20 50
Kadar Kotoran ,maks.
0,05 0,05
0,05 0,05
0,10 0,20
0,50
Kadar abu ,Maks. 0,05
0,50 0,50
0,50 0,75
1,00 1,50
Kadar zat menguap ,maks.
1,00 1,00
1,00 1,00
1,00 1,00
1,00
PRI min. -
- 60
60 50
40 30
Po min. -
- 30
30 30
30 30
Indeks warnaLovibond, maks.
- -
6 -
- -
-
ASH-T maks. 8
8 -
- -
- -
Sari aseton -
6 - 8 -
- -
- -
Warna kode Hija
u Hija
u Hijau Hijau
Cokla t
Merah Kunin
g
Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Menpardag
tersebut. Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapat
pengawasan 4 macam laboratorium, yaitu laboratorium standard, laboratorium control, laboratorium komersial, dan laboratorium pabrik.
Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari Negara produsen karet bongkah selain
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yang memiliki standar sendir-sendiri, seperti Standard Malaysian Rubber SMR dari Malaysia, Standard Singapore Rubber SSR dari Singapura, dan
sebagainya Djoehana Setyamidjaja.,1993.
2.5 Karet sintetis untuk kegunaan khusus