BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam teknologi karet, karet alam biasanya mengalami proses komponding pada awal pengolahannya. Karet alam dicampur dengan bahan – bahan kimia aditif seperti bahan
pemvulkanisasi, akselerator, bahan penggiat, antioksidan, bahan pengisi dan lain-lain. Bahan – bahan tersebut ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu pada
karet. Bahan pengisi yang lebih dikenal sebagai filler, ternyata dapat mempengaruhi
sifat-sifat mekanik karet. Bahan pengisi aktif yang paling sering digunakan dan diteliti adalah karbon hitam. Yu V Kornev dari Rusia telah meneliti pengaruh karbon hitam
yang termodifikasi terhadap sifat-sifat kompon karet. Ditemukan bahwa karbon hitam termodifikasi lapramol 294 tersebut dapat mempengaruhi kinetika vulkanisasi.
Namun, dibandingkan dengan bahan pengisi aktif, bahan pengisi tidak aktif cenderung lebih banyak digunakan karena harganya yang murah. Penggunaan bahan
pengisi tidak aktif menjadi suatu alternatif tersendiri bagi industri-industri karet untuk menekan biaya produksi demi mempertahankan harga jual produk. Penelitian –
penelitianpun telah banyak dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan dalam bidang ini. Salah satunya adalah penelitian tentang pengaruh kalsium karbonat sebagai
bahan pengisi dan temperatur vulkanisasi terhadap sifat mekanik film lateks yang telah dilakukan oleh Hamida Harahap. Melalui penelitian ini diperoleh suatu data
yang menunjukkan bahwa sifat mekanik film lateks menjadi lebih baik seiring dengan meningkatnya kalsium karbonat yang diberikan pada kompon lateks.15.
Kalsium karbonat digunakan pada industri karet untuk kekerasan yang lebih rendah, seperti pada pembuatan flexible joint pada PT.Industri Karet Nusantara.
Berdasarkan analisa diatas penulis mengambil judul “
Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat Caco
3
Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan
Universitas Sumatera Utara
Hardness Pada Produk Karet Flexible Joint Di PT. Industri Karet Nusantara”.
1.2 Permasalahan
Untuk mengetahui pengaruh penambahan kalsium karbonat yang digunakan pada Flexibel Joint yang memiliki kelenturan yang baik sesuai dengan standarisasi
perusahaan.
1.3 Tujuan