2. Scanning Electron Microscopy SEM
Scanning Electron Microscopy SEM digunakan untuk menganalisis struktur mikro
dari bahan superkonduktor. Hal ini dilakukan untuk melihat bentuk grain sampel. Karena bahan superkonduktor memiliki konduktivitas yang cukup besar, maka sampel
tidak perlu di-coating dengan emas Au ataupun karbon C, tetapi cukup menempelkan sampel pada holder menggunakan pasta perak.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam sintesis superkonduktor BPSCCO-2223 pada kadar Ca = 2,10,
penambahan suhu sintering dari suhu 840
o
C, 845
o
C, 850
o
C, dan 855
o
C dapat meningkatkan fraksi volume dari sampel superkonduktor BPSCCO-2223.
Hasil perhitungan fraksi volume Fv pada suhu sintering 840
o
C diperoleh 76,88, 845
o
C = 81,43, 850
o
C = 84,96, dan 855
o
C = 86,80. Impuritas I pada suhu sintering 840
o
C diperoleh 28,12, 845
o
C = 18,57, 850
o
C = 15,04, dan 855
o
C = 13,2. Derajat orientasi P pada suhu sintering 840
o
C diperoleh 46,48, 845
o
C = 37,28, 850
o
C = 47,87, dan 855
o
C = 44,34. 2.
Suhu sintering yang relatif paling baik dalam pembentukan senyawa BPSCCO-2223 pada kadar Ca = 2,10 adalah suhu 855
o
C yang ditunjukkan dengan fraksi volume tertinggi sebesar 86,80 dan impuritas terendah
13,20.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan kualitas kristal yang
terbentuk perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, salah satunya dengan penambahan flux. Selain itu, untuk memperoleh homogenitas yang lebih
terkontrol dari sampel superkonduktor BPSCCO-2223 dapat dilakukan dengan menggunakan metode basah, sehingga akan diperoleh sampel superkonduktor
BPSCCO-2223 dengan kemurnian yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, F. 2013. Variasi Kadar CaCO
3
dalam Pembentukan Fase Bahan Superkonduktor BSCCO-2223 dengan Doping Pb BPSCCO-2223
skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 69 hlm. Atteberry, J. 2009. How Scanning Electron Microscopes Work.
http:science.howstuffworks.comhsw-contact.htm. Diakses pada tanggal 17 Maret 2013 pukul 08.46 WIB.
Bordet, P.P., Capponi, J.J., Chaillout, C., Chenavas, J., Hewat, A.W., Hewat, E.A., Hodeau, J.L., Marezio, M., Tholence, J.L., Tranqui, D. 1988. Powder
X-Ray and Neutron Diffraction Study of The Superconductor Bi
2
Sr
2
CaCu
2
O
8
. Physica C: Superconductivity Vol. 153 –155 Part 2.
Pp. 623-624. Carillo, W.C., Gopel, W. 1989. Influence of High-Temperature Annealing on The
Bi,Pb
2
Sr
2
Ca
2
Cu
3
O
10
Phase and Determination of Its Crystal Structure by X-Ray Powder Diffractometry. Physica C: Superconductivity Vol. 161
Issue 3 . Pp. 373-389.
Cyrot, M. and Pavuna, D. 1992. Introduction to Superconductivity and High-Tc Materials.
Worl Scientific. Singapore. Darminto, Nugroho, A.A., Rusydi,A., Menovsky,A.A., dan Loeksmanto.
1999 .“Variasi Tekanan Oksigen dalam Penumbuhan Kristal Tunggal
Superkonduktor Bi
2
Sr
2
CaCu
2
O
8+ δ
dan Pengaruhnya ”. Proc ITB. Bandung.
Ginley, D.S., Taylor, D.A.C., and Francis. 2002. Handbook of Superconducting Materials
. IOP Publishing. Pp. 947. Hakim, M. 2007. Variasi Suhu Kalsinasi dan Sintering pada Sintesis
Superkonduktor Bi-2223 dengan Doping Pb BPSCCO-2223 skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 32 hlm. Ismunandar
dan Sen,
C. 2004.
Mengenal Superkonduktor
. http:www.fisikanet.lipi.go.idutama.cgi?cetakartikel1100396563.
Diakses pada tanggal 10 Desember 2012 pukul 09.54 WIB. Ismunandar. 2006. Padatan Oksida Logam. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.