Latar Belakang KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN REALISTIK BERBANTUAN EDMODO

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika adalah suatu alat yang dapat mengembangkan cara berpikir. Oleh karena itu matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi perkembangan IPTEK sehingga matematika diberikan kepada peserta didik sejak dini Hudojo, 2005: 35. Dengan belajar matematika sejak usia dini, pola pikir peserta didik akan terus berkembang dengan baik seiring dengan bertambahnya usia. Pola pikir yang dapat beradaptasi dengan masalah- masalah baru yang lebih kompleks tentu sangat dibutuhkan ditengah perkembangan dunia yang sangat cepat. Dunia terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan masa depannya NCTM, 2000. Peserta didik yang mempelajari matematika akan lebih tenang dan lebih cermat dalam menghadapi sebuah permasalahan. Kemampuan matematika diperlukan oleh generasi penerus bangsa untuk dapat membuka masa depan yang lebih produktif, inovatif, dan bermanfaat untuk perkembangan bangsa agar lebih maju dan kompetitif. Selanjutnya, menurut NCTM 2000 para peserta didik harus belajar matematika dengan pemahaman secara aktif sehingga dapat membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Peserta didik yang belajar matematika tidak hanya memerlukan keterampilan menghitung tetapi juga memerlukan keterampilan untuk berpikir dan beralasan matematis dalam menyelesaikan soal-soal yang baru dan mempelajari ide-ide baru yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Kurikulum pendidikan yang saat ini diterapkan di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Kemendikbud 2013 menjelaskan, perubahan utama kurikulum 2013 berwujud pada: 1 kompetensi lulusan: konstruksi holistik, didukung oleh semua materi atau mapel, terintegrasi secara vertikal maupun horizontal; 2 materi: dikembangkan berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan, kemudian mengakomodasi konten lokal, nasional, dan internasional antara lain TIMSS, PISA, PIRLS; 3 proses mencakup: a berorientasi pada karakteristik kompetensi yang mencakup: 1 sikap Krathwohl: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan, 2 keterampilan Dyers: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan, dan mencipta, dan 3 pengetahuan Bloom Anderson: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta; b menggunakan pendekatan saintifik, karakteristik kompetensi sesuai jenjang. Untuk SD: tematik terpadu; untuk SMP: tematik terpadu untuk IPA dan IPS, serta mapel; untuk SMA: tematik dan Mapel; c mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning; dan 4 penilaian mencakup: a berbasis tes dan nontes portofolio, menilai proses dan output dengan menggunakan authentic assessment, rapor memuat penilaian kuantitatif tentang pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan kecukupan. Salah satu perubahan utama pada Kurikulum 2013 adalah adanya perubahan pada materi pembelajaran yang dikembangkan berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan, kemudian mengakomodasi konten lokal, nasional, dan internasional antara lain TIMSS, PISA, dan PIRLS. Oleh karena itu soal-soal yang digunakan dalam buku ajar Kurikulum 2013 sudah mengandung soal-soal literasi matematika. Laporan hasil ujian nasional tingkat SMP pada tahun 2015 menunjukkan bahwa rata-rata nasional untuk mata pelajaran matematika hanya 56,28; terendah apabila dibandingkan dengan tiga mata pelajaran yang lain. Selain itu hanya 26,02 peserta didik yang mengikuti ujian mendapatkan nilai diatas 7,00. Hal ini menunjukkan bahwa belum berhasilnya pembelajaran matematika secara umum di Indonesia. Pada ujian nasional terdapat soal-soal yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik di Indonesia belum dapat menyelesaikan soal-soal literasi matematika dengan baik. Rata-rata nilai ujian mata pelajaran matematika SMP N 21 Semarang mencapai 87,46. Akan tetapi, masih terdapat 10,29 peserta didik yang mengikuti ujian mendapat nilai dibawah 7,00. Sebagai peringkat ke-3 SMP terbaik di kota Semarang, tentu saja ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di SMP N 21 Semarang belum maksimal. Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada guru matematika di SMP N 21 Semarang, dalam pembelajaran matematika guru selalu menggunakan pendekatan saintifik dalam menerangkan materi ajar yang dikombinasikan dengan berbagai model pembelajaran. Terkadang guru memberikan pembelajaran berkelompok, individu, berbasis proyek, berbasis masalah dan lain-lain. Dalam pemilihan bahan ajar, guru matematika SMP N 21 Semarang menggunakan buku siswa sebagai bahan ajar dan sumber dari soal-soal untuk latihan. Selain dari buku siswa, guru juga menggunakan fasilitas internet untuk mencari soal-soal yang dinilai bagus dan menarik untuk diberikan kepada peserta didik sebagai latihan walaupun banyaknya masih sedikit. Penggunaan media internet dalam pembelajaran matematika sebenarnya dapat lebih dimaksimalkan, mengingat kebanyakan peserta didik di SMP N 21 Semarang memiliki fasilitas untuk mengakses jaringan internet setiap saat. Pada pembelajaran materi Operasi Aljabar, guru matematika SMP N 21 Semarang juga menjelaskan bahwa para peserta didik masih merasa kesulitan apabila dihadapkan dengan soal-soal yang berkaitan dengan permasalahan sehari- hari mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Peserta didik kebingungan dalam menentukan variabel pada soal dan bagaimana cara menuliskan persamaan dari informasi yang diberikan soal. Setelah itu peserta didik juga tidak dapat memastikan operasi apa yang dilakukan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan. Hal yang sama juga terjadi pada pembelajaran bab Persamaan Garis Lurus. Peserta didik tidak dapat mengaitkan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan gradien. Mereka kebingungan harus menggunakan rumus atau persamaan yang mana yang sesuai dengan informasi yang diberikan soal. Kemendikbud 2014 menjelaskan bahwa pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia. Masih dalam Kemendikbud 2014, penggunaan internet disarankan makin mendesak sejalan dengan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka mampu memanfaatkan informasi yang diterima secepat mungkin. Untuk mengatasi masalah yang sudah disebutkan di atas, maka peneliti mengembangkan pembelajaran yang menekankan pada soal-soal literasi matematika dengan pendekatan PMRI dan berbantuan Edmodo. Model pembelajaran PBL ditambahkan karena dirasa sebagai model pembelajaran yang sesuai untuk dikombinasikan dengan PMRI. Sembiring 2008 menjelaskan bahwa PMRI adalah sebuah pendekatan yang terinspirasi dari filosofi RME yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran matematika di sekolah-sekolah Indonesia. PMRI diciptakan melalui desain pembelajaran di ruang kelas di Indonesia, yang kemudian menjadi sebuah pergerakan untuk mereformasi pembelajaran matematika di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fauzan et al. 2009 diperoleh kesimpulan bahwa PMRI mempunyai berbagai dampak positif pada saat proses belajar mengajar di ruang kelas. Perbedaan pada sikap belajar peserta didik yang terlihat dari hari ke hari menunjukkan bahwa PMRI merupakan sebuah pendekatan yang potensial dalam belajar dan mengajar matematika. Berdasarkan dari wawancara dengan beberapa peserta didik diketahui bahwa mereka menyukai pendekatan baru ini. Peserta didik menyadari bahwa terdapat beberapa perubahan positif pada diri mereka terutama pada penalaran, aktivitas dan kreativitas. Guru juga mengakui bahwa terdapat perubahan yang positif pada sikap peserta didik setelah mereka dihadapkan dengan pembelajaran berbasis PMRI. Dari karakteristik-karakteristik yang sudah diberikan, PMRI dipandang sebagai sebuah pendekatan yang sangat menjanjikan untuk mengubah suasana ruang kelas dengan tujuan untuk meningkatkan pengajaran matematika dan membuatnya lebih relevan untuk peserta didik di Indonesia Fauzan, et al., 2009. Hal inilah yang menyebabkan peneliti berpendapat bahwa penggunaan pendekatan PMRI dapat mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya. Edmodo menurut definisi Wikipedia adalah sebuah website tempat pembelajaran social bagi guru, peserta didik, dan orang tua. Edmodo dipasarkan sebagai Facebook untuk sekolah. Dengan menggunakan Edmodo, guru dapat mengundang peserta didik ke dalam grup pribadi yang bisa digunakan untuk diskusi kelas secara online, tapi dalam sebuah format yang tetap membuat guru dalam kendali penuh. Guru memberikan peserta didik sebuah kode tanda masuk kelas, yang dapat di matikan begitu semua peserta didik telah masuk, dan peserta didik didorong untuk membagikan kode tersebut kepada orang tua mereka, memberi keleluasaan para orang tua untuk memonitor aktivitas dari anaknya masing-masing. Sebagai sebuah network social berbasis hanya undangan, Edmodo dimaksudkan untuk mencerminkan ruang kelas offline yang aman dimana orang asing tidak dapat mengakses, dengan aturan kepatutan yang dijalankan oleh perangkat lunak. Sebagai contoh, peserta didik tidak diperbolehkan untuk mengirim pesan pribadi kepada peserta didik lain di dalam kelas. Mereka hanya dapat mengirim ke grup atau kepada guru, dan pesan grup dapat dipantau oleh guru. Berdasarkan masalah di atas, perlu dilakukan penelitian tentang kemampuan literasi matematika peserta didik di Indonesia dengan judul “KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIK BERBANTUAN EDMODO”.

1.2 Rumusan Masalah