kebahagiaan manusia akan sangat bergantung pada manusia itu sendiri. Dengan kata lain, harta saja sebagai benda tidak dengan sendirinya mampu memberikan
kebahagiaan kepada manusia. Diri, akal dan keturunan berkaitan erat dengan manusia itu sendiri, sehingga kebahagiaannya menjadi tujuan utama syariah.
Dengan memasukkan diri manusia, akal dan keturunannya akan memungkinkan terciptanya suatu pemenuhan yang seimbang terhadap semua kebutuhan hidup
manusia. Dengan berpatokan pada penjelasan maqāsid sharī’ah di atas, maka dapat
dirumuskan bahwa tujuan ekonomi Islam itu sebagai berikut: a. Kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma moral Islam dasar
pemikiran yaitu: QS. al-Baqarah ayat 2 168, al-Maidah ayat 87-88, al-Jumu’ah ayat 10.
b. Membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid, berdasarkan keadilan dan persaudaraan yang universal dasar pemikiran yaitu: QS. al-Hujurāt ayat
13, al-Maidah ayat 8, al-Shu’arā’ ayat 183. c. Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan merata dasar
pemikiran yaitu: QS. al-An’am ayat 165, al-Nahl ayat 71, al-Zukhruf ayat 32. d. Menciptakan kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial dasar
pemikiran yaitu: QS. al-Ra’du ayat 36, Luqman ayat 22.
2.4 Ciri-ciri Ekonomi Islam
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al-Qur’an, dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al-Qur’an dan sunnah
banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen, dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem
ekonomi sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu,
ekonomi Islam menekan empat sifat, antar lain : A. Kesatuan Unity
B. Keseimbangan Equilibrium
10
C. Kebebasan Free will D. Tanggung jawab Responsbility
Manusia sebagai wakil Khalifah Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena semua kekayaan yang ada dibumi adalah milik Allah semat, dan
manusia adalah kepercayaan-Nya dibumi. Di dalam kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan riba yang dari segi bahasa berarti “kelebihan”. Dalam Al-
Qur’an surah Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa “Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri sendiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang sedemikian itu, adalah disebabkan mereka berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...
2.5 Masalah Dalam Dunia Ekonomi
Masalah ekonomi itu mengalami banyak perkembangan. Masalah ekonommi dizaman yang terdahulu lebih sempit dari pada masalah-masalah ekonomi pada zaman-
zaman sesudahnya sebab kebutuhan manusia pun bergerak dengan pola dan cara seperti itu pula.
Sebelum zaman merkantilisme, masalah ekonomi yamg timbul adalah: bagaimana mencukupi kebutuhan hidup berumah tangga. Pada zaman merkantilisme,
masalah ekonomi meenjadi lebih luas lagi yaitu bagaimana caranya dapat diciptakan neraca dagang yang positif. Adam Smith merumuskan masalah ekonomi sebagai “setiap
usaha manusia untuk menaklukan alam dan dalam usahanya menghasilkan kekayaan material.” Pada zaman sekarang masalah ekonomi yang dihadapi manusia sudah
sedemikin luas dan kompleknya,yaitu alokasi sumber-sumber yang langka, diantara sekian banyak kemungkinan penggunaannya yang berbeda-beda.sehingga dapat dicapai
kepuasan konsumen secara maksimal, serta untuk mencapai suatu keadaan tanpa adanya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil tanpa adanya gangguan
inflasi.Masalah ekonomi diatas bersifat makro, akan tetapi, tidak bisa terlepas dari adanya individu-individu. Adapun hal berikutnya yaitu perbuatan ekonomi, motif
ekonomi, dan prinsip ekonomi, semuanya harus diperhatikan, tidak saja hanya oleh seorang.
11
Kemudian, menurut pengertian ilmu ekonomi yang merupakan ilmu pemenuhan keinginan manusia yang tidak terbatas dengan sumber daya yang terbatas, maka yang
menjadi permasalahan utama di sini adalah ketidak terbatasan keinginan manusia. A. Ketidakterbatasan Keinginan Manusia
Manusia sebagai makhluk yang tidak pernah puas selalu menginginkan hal-hal di luaar kebutuhannya dalam kehidupannya. Menurut Maslow, setelah kebutuhan fisiologis,
keamanan, sosial dan harga diri manusia, manusia pasti menginginkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri bersifat tidak terbatas yang pada akhirnya akan membuat manusia tidak
pernah puas.
B. Keterbatasan Sumber Daya Keterbatasan sumber daya di sini dapat diderivasikan ke dalam 3 sub pokok
pembahasan. 1. Distribusi sumber daya yang tidak merata.
Distribusi sumber daya yang tidak merata antra individu merupakan salah satu penyebab kelangkaan relatif. Sumber daya ini meliputi sumber daya alam maupun
manusia. Bentuk ketidakmerataan ini antara lain adanya ketidaksamaan potensi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah, misalnya di Surabaya banyak
terdapat kawasan-kawasan industry, sedangkan di Ponorogo jarang terdapat industri. 2. Keterbatasan manusia.
Manusia, sekalipun tercipta sebagai makhluk yang memilki penciptaan di atas amkhluk lainnya di dunia, tetap memilki keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat
dilampauinya. Misalnya, keterbatasan ilmu dan teknologi yang dikuasai manusia menyebabkan mereka hanya mampu mengolah kekayaan alam.
Untuk memecahkan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, manusia haruslah bertindak dan berbuat. Apapun perbuatan itu baik untuk mencukupi
kebutuhan pribadinya maupun untuk meraih keuntungan dalam usahanya, disebut sebagai Perbuatan Ekonomi. Motivasi yang mendorong seorang untuk melakukan
perbuatan ekonominya itu disebut motif ekonomi. Misalnya seorang yang bekerja keras untuk memberi nafkah anak dan istrinya. Memberi nafkah anak dan istri itu
adalah motif ekonomi. Sedangkan bekerja keras untuk mencukupi nafkah anak dan istri itu sebagai perbuatan ekonomi. Di dalam melakukan perbuatan ekonominya itu,
12
orang berpegang teguh pada prinsip ekonomi, yaitu bahwa perbuatannya itu harus dilakukan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dalam peralatan dan bekal yag
tersedia dapat dicapai hasil yang sebesar-besarnya.Dan untuk memecahkan masalah- masalah ekonomi di atas, maka ekonomi Islam memilki beberapa solusi, yaitu:
1. Sifat Qona’ah Qona’ah atau berpuas diri adalah suatu konsep yang diutarakan oleh Islam
untuk mengatasi sifat manusia yang tidak pernah puas. Dengan didasari nilai-nilai Islam, maka sifat qona’ah dapat mengatasi permasalahan ekonomi yang ada.
2. Konsep Maslahah Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material
yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Dengan maslahah, maka seorang manusia akan menggunakan sumber daya yang ada
sesuai dengan maslahah manusia itu sendiri.
2.6 Potensi Ekonomi Islam di Indonesia