Aliran Mahayana SEJARAH PERADABAN HINDU dan BUDHA di INDONESIA

53 kemajuan-kemajuan ilmiah yang telah dapat dicapai oleh umat manusia, maka kita akan lebih yakin lagi akan kebenaran-kebenaran yang telah diajarkan oleh Sang Buddha kepada kita. Pokok ajaran Hinayana : a Segala sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja. Apa yang berbeda untuk sesaat saja itu disebut dharma. Oleh karena itu tidak ada sesuatu yang tetap berada. Tidak ada aku yang merasa, sebab yang ada adalah perasaan, demikian seterusnya. b Dharma-dharma itu adalah kenyataan atau relasi yang kecil dan pendek, yang berkelompok sebagai sebab dan akibat. Karena pengaliran dharma yang terus-menerus maka timbullah kesadaran aku yang palsu atau ada‖perorangan‖ yang palsu. c Tujuan hidup ialah Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan. Sebab segala kesadaran adalah belenggu karena kesadaran tidak lain adalah kesadaran terhadap sesuatu. Apakah yang tinggal berada di dalam Nirwana itu, sebenarnya tidak diuraikan dengan jelas. d Cita-cita yang tertinggi ialah menjadai arhat, yaitu orang yang sudah berhenti keinginannya, ketidaktahuannya, dan sebagainya, dan oleh karenanya tidak ditaklukkan lagi pada kelahiran kembali.

b. Aliran Mahayana

Mahayana merupakan Aliran Buddha yang memperkenalkan unsur mistik dan kemungkinan semua orang dapat menikmati nirvana yang utuhGillian, 2000:5. Penganut aliran Mahayana mengembangkan sebuah anggapan bahwa ajaran mereka lebih meluas, superior dan memiliki doktrin yang lebih tinggi dari pada Hinayan. Doktrin terbaru menempatkan Buddha sebagai pusat dan pencipta ajaran Buddha dengan pemahaman yang lebih meluas terhadap BuddhaSimkins dkk, 2000:29 Seorang raja yang yang terkenal sebagai pelindung Buddha adalah Kaniska abad peretengahan tarikh masehi dari Agama Buddha terpecah menjadi dua yaitu golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika keluarga Kusana suku bangsa caka yang memerintah di daerah Punjab. Dibawah pimpinannya telah 54 dilangsungkanya Muktamar di Jalandara, tetapi yang berkumpul hanyalah mereka dari golongan MahasangghikaSoekmono 2002:25. Perbedaan antara golongan golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika yang sudah sedemikian lebar, sehingga masing-masing telah menempuh jalan sendiri dan mengalami perkembangan sendiri pula.Dalam abad ke-2 Masehi tampillah Nagarjuna yang berhasil membulatkan aliran-aliran Mahasangghika, sehingga kini menjadi bentuk baru yang memakai nama Mahayana sebagai lawan yang tegas dari golongan Sthawirawada yang mereka sebut HinayanaSoekmono 2002:25. Mahayana terdiri dari dua kata yakni maha besar dan yana kendaraan, jadi secara etimologis berarti kendaraan besar. Ide maha merujuk pada tujuan religius seorang buddhis yaitu menjadi Bodhisatva Samasamboddhi Buddha sempurna. Mahayana berasal dari bahasa Sansekerta : , mahāyāna yang secara harafiah berarti Kendaraan Besar adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India. Bagi pengikut Mahayana diyakini, bahwa setiap umat Budha hanya dapat mecapai Nirwana kalau mendapat bantuan para orang suci yang telah mendahului mereka dan lelah menempati kedudukan baik di nirwana tersebutAbu Su‘ud 2006:57. Sutra Teratai merupakan rujukan sampingan penganut Buddha aliran Mahayana. Tokoh Kwan Im yang bermaksud maha mendengar atau nama Sansekertanya Avalokiteśvara merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah menitis beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid Buddha, akan tetapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan- lahan berubah menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang ada di Tiongkok sebagai seorang dewi. Penyembahan kepada Amitabha Buddha Amitayus merupakan salah satu aliran utama Buddha Mahayana. Sorga Barat merupakan tempat tujuan umat Buddha aliran Sukhavati selepas mereka meninggal dunia dengan berkat 55 kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha dimana mereka tidak perlu lagi mengalami proses reinkarnasi dan dari sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi. Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu saat Buddha Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha Amitabha akan memimpin mereka ke tahap mencapai Buddhi tahap kesempurnaan dimana kejahilan, kebencian dan ketamakan tidak ada lagi. Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai oleh orang Tionghoa. Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan kepada pengamalnya. Menurut Buddha Gautama , kenikmatan Kesadaran Nirwana yang dicapainya di bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha Mahayana khususnya merujuk kepada banyak Buddha dan juga bodhisattva makhluk yang tekad committed pada Kesadaran tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain pada jalan itu. Antara agama Budha aliran HinayanaTheravada dan Mahayana memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain: Perbedaan Antara Ajaran Buddha Theravada dan Mahayana TOPIK AJARAN THERAVADAHINAYAN A AJARAN MAHAYANA 1 Buddha Hanya Buddha Sakyamuni dalam sejarah dan para Buddha masa lampau juga diterima Terdapat Buddha lain selain Buddha Sakyamuni, pada saat ini Buddha Amitabha dan Buddha Baisyajaraja Obat sangat terkenal. 2 Para Bodhisattva Hanya menerima Bodhisattva Maitreya. Terdapat Bodhisattva Avalokitesvara, Mansjuri, Ksitigarbha 56 and Samanthabadra disamping Bodhisattva Maitreya. 3 Tujuan Pelatihan Mencapai Arahat dan pacceka-buddha. KeBuddhaan melalui pelaksanaan bodhisattva. 4 Pengorganisas ian Sutra Buddhis Sutra Pali dibagi menjadi 3 keranjang Tipitaka: Vinaya Pitaka 5 buku, Sutta Pitaka 5 koleksi banyak sutta dan Abhidhamma Pitaka 7 buku. Sutra Ajaran Mahayana juga terdiri dari Tripitaka disiplin aturan, ceramah sutras dan analisa dharma. Pada umumnya dikumpulkan menjadi 12 divisi topik seperti Penyebab Dan Kondisi- Kondisi Dan SajakAyat. Itu berisi hampir semua Theravada Tipitaka dan banyak sutra yang tidak terdapat dalam Theravada Tipitaka. 5 Konsep Bodhicitta Penekanan utama adalah pembebasan diri. Kepercayaan penuh pada diri sendiri untuk membasmi semua kekotoran. Di samping pembebasan diri sendiri, adalah penting bagi para penganut Mahayana membantu mahluk lain. 6 Konsep Trikaya Penekanan yang sangat terbatas pada 3 badan seorang Buddha. Acuan sebagian besar pada nirmana- kaya dan dharma-kaya. Hal terbaik didalam ajaran Mahayana dilengkapi dengan Samboga-kaya atau badan melengkapi;melengkapi konsep Trikaya 7 Rute Penyebaran Rute Selatan: Sri Lanka, Thailand, Myanmar, Laos Dan Kamboja dan bagian- bagian dari Asia Tenggara. Rute Utara : Tibet, China, Taiwan, Jepang, Korea, Mongolia and Bagian dari Asia 57 Selatan. 8 Bahasa pembabaran Dharma Tipitaka mutlak dalam bahasa Pali. Dharma diajarkan dalam bahasa Pali yang dikombinasi-kan dengan bahasa lokal. Ajaran Budha diterjemahkan ke dalam bahasa lokal kecuali yang 5 tak dapat diterjemahkan,antara lain: Tibet, Cina dan Jepang. Bahasa terjemahan itu berdasarkan bahasa Sansekerta. 9 Nirvana Nibbana dalam bahasa Pali Tidak ada pembedaan antara Nirvana yang dicapai oleh seorang Buddha dan dari seorang arahat atau pacceka buddha. Juga mengenal sebagai pembebasan dari Samsara, ada pembedaan sulit dipisahkan di dalam tingkatan pencapaian untuk ke tiga situasi.. 10 Pengikut Buddha Sakyamuni Para murid utama dalam sejarah, apakah itu arahat atau pengikut biasa. Banyak bodhisattva diperkenalkan oleh Sakyamuni Buddha. Kebanyakan bukanlah figur historis. 11 Upacara agama dan Doa Ada beberapa upacara agama tetapi tidak ada penekanan seperti di Mahayana. Dipengaruhi budaya lokal oleh karena itu terdapat penekanan yang lebih berat atas penggunaan upacara agama seperti Upacara agama untuk yang meninggal, memberi makan Peta, formalitas tantric di dalam Vajrayana. 12 Penggunaan Mantra dan Mudra Beberapa digunakan didalam Paritta Pelatihan yang berat di Vajrayana Mahayana Buddhism. Sekte lain juga telah memasukkan 58 beberapa mantras di dalam doa sehari-hari mereka. 13 Aspek kematian Sangat sedikit riset dan pengetahuan atas proses sekarat dan kematian. Pada umumnya, orang yang sekarat dinasehatkan untuk bersemadi atas sifat tak kekal, menderita dan kehampaan. Sekte Vajrayana sangat meneliti mengenai hal ini. Ada banyak tanda eksternal dan internal yang dialami oleh orang sebelum meninggal. Penekanan terberat adalah pada proses pemindahan jasa kebajikan dalam beberapa minggu yang mengikuti kematian untuk membantu proses kelahiran kembali. 14 Bardo Mengenai hal ini antara tahapan setelah meninggal dan sebelum kelahiran kembali diabaikan oleh sekte Theravada. Semua sekte Mahayana mengajarkan mengenai aspek ini setelah kematian. 15 Pelaksanaan Makan hanya sekali sehari. Ini adalah aturan di dalam Sangha Theravada Ini adalah suatu praktek yang sangat terhormat tetapi ini tergantung dari sifat setiap individu didalam Sangha. 16 Vegetarian Aspek ini tidaklah perlu. Tempat seperti negara Thailand, dimana perakte sehari-hari sangatlah sulit menentukan secara tegas makanan apa yang akan didermakan. Dilaksanakan secara baik di semua sekte Mahayana kecuali di Tibet dalam kaitan dengan geografis.Bagaimanapu n, aspek ini tidaklah wajib. 17 Fokus Pemujaan didalam Kuil Bentuk tata letak yang sederhana dengan gambar Buddha Sakyamuni sebagai Dapat menjadi rumit; dengan sebuah ruangan untuk Buddha 59 fokus utama di altar. Sakyamuni Buddha dan kedua muridnya, satu hallaula untuk yang 3 Buddhas mencakup Amitabha dan Buddha Baisayjaraja dan satu hallaula untuk yang 3 Bodhisattva utama; disamping pelindung dan lain-lain. 18 Sekte atau Tradisi Hanya satu sekte utama yang selamat setelah beberapa tahun yang mengurangi jumlah dari 18 atau lebih sekte. 8 sekte utama Cina yang berdasarkan pada bagian doktrin sutras, sastras atau vinaya tentang pengajaran. Yang empat sekte lebih menitikberatkan pada praktek Tanah Suci Tanah Amitabha, Chan, Vajrayana dan Vinaya Bukan untuk umat biasa sangat terkenal dibandingkan dengan sekte filosofi seperti Tien Tai, Avamtasaka, Yogacara dan Madhyamika 19 Pengaruh ajaran lain Sebagian besar ajaran sebelum Buddhism seperti ajarna Hindu Brahmin mempengaruhi. Banyak terminologi seperti karma, sangha, dll sudah berlaku ketika Buddha Sakyamuni hidup. Acuan telah dibuat dari Vedas dan Upanishads. Selama pengintegrasian dan adopsi oleh orang- orang di dalam peradaban lain, ada pengaruh timbal balik yang kuat. Di dalam Negeri China, kedua- duanya Confucianism dan Taoism menggunakan beberapa yang mempengaruhi Buddhism yang mana pada gilirannya 60 mempunyai sebuah dampak pada kepercayaan yang berasal dari penduduk setempat. Hal ini telah diulangi di Jepang dan Tibet. 20 Buddha Sejati Tidak terdapat dalam ajaran Theravada Penekanan yang kuat terhadap hal ini, semua sekte melaksanakan praktek ini. TH.Stcherbatsky, Ph.D . di dalam bukunya The Conception of Buddhist Nirvana With Sanskrit Text of Madhyamaka-Karika, menjelaskan perbedaan antara Hinayana dan Mahayana secara garis besar sebgai berikut: 1 Perbedan di dalam interpretasi mengenai Pratiyasamutpada 2 Perbedaan di dalam konsep mengenai Nirvana 3 Perbedaan di dalam tujuan akhir 4 Perbedaan yang berhubungan dengan usaha untuk pencapaian Nirvana 5 Perbedaan yang berhubungan dengan penghapusan mengenai avaranas atau rintangan 6 Perbedaan di dalam konsep mengenai Dharma 7 Perbedaan di dalam konsep mengenai Buddhology 8 Hinayana intelektual, Mahayana intelektual juga bakti-puja 9 Hinayana pluralistic, Mahayana non-dualistik 10 Hinayana rasionalistik, Mahayana gaib Di samping terdapat perbedaan antara Aliran Hinayana dengan Mahayana, keduanya juga memiliki persamaan, yaitu: Persamaan antara Hinayana dan Mahayana 1 Memusnahkan kemelekatan, kebencian, dan khayalan ataun ilusi raga, dvesa, moha. 2 Dunia tiada permulaan atau awal anamaggo-ayam-samsaro begitu juga akhir. 61 3 Empat Kesunyataan Mulia atau Kebenaran Utama, dukha, samudaya, nirodha, marga, dan 8 Jalan Utama. 4 Semua makhluk dunia dan obyek adalalah tidak kekal anatiya, bersifat sebentar ksanika dan di dalam keadaan terus-menerus berubah Santana, dan tanpa adanya sesuatu substansi nyata anatmakam. 5 Hukum Sebab-Akibat yang saling bergantungan pratitya-samutpada adalah berlaku secara universal. Agama Hindu disebut pula Hinduisme merupakan agama dominan di Asia Selatan —terutama di India dan Nepal—yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi berbagai aliran —di antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta —serta suatu pandangan luas akan hukum dan aturan tentang moralitas sehari-hari yang berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan seragam. Agama Hindu disebut sebagai agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini, dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana- dharma Dewanagari: सनातन ध्म, artinya darma abadi atau jalan abadi‖ yang melampaui asal mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban kekal untuk diikuti oleh seluruh umatnya —tanpa memandang strata, kasta, atau sekte—seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri. Para ahli dari Barat memandang Hinduisme sebagai peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam dan tanpa tokoh pendiri. Pangkal-pangkalnya meliputi Brahmanisme agama Weda Kuno, agama-agama masa peradaban lembah Sungai Indus, dan tradisi lokal yang populer. Sintesis tersebut muncul sekitar 500 –200 SM, dan tumbuh berdampingan dengan agama Buddha hingga abad ke-8. Dari India Utara, sintesis Hindu tersebar ke selatan, hingga sebagian Asia Tenggara. Hal itu didukung oleh Sanskritisasi. Sejak abad ke-19, di bawah dominansi kolonialisme Barat serta Indologi saat istilah Hinduisme mulai dipakai secara luas, agama Hindu ditegaskan kembali sebagai tempat berhimpunnya aneka tradisi yang koheren dan independen. Pemahaman populer tentang agama Hindu digiatkan 62 oleh gerakan modernisme Hindu, yang menekankan mistisisme dan persatuan tradisi Hindu. Ideologi Hindutva dan politik Hindu muncul pada abad ke-20 sebagai kekuatan politis dan jati diri bangsa India. Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari contohnya puja [sembahyang] dan pembacaan doa, perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan. Kaum petapa yang disebut sadu orang suci memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan tapa brata selama sisa hidupnya demi mencapai moksa.Susastra Hindu diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: Sruti apa yang terdengar dan Smerti apa yang diingat. Susastra tersebut memuat teologi, filsafat, mitologi, yadnya kurban, prosesi ritual, dan bahkan kaidah arsitektur Hindu. Kitab-kitab utama di antaranya adalah Weda, Upanishad keduanya tergolong Sruti, Mahabharata, Ramayana, Bhagawadgita, Purana, Manusmerti, dan Agama semuanya tergolong Smerti. Kata Hindu melalui bahasa Persia berasal dari kata Sindhu dalam bahasa Sanskerta, yaitu nama sebuah sungai di sebelah barat daya subbenua India, yang dalam bahasa Inggris disebut Indus. Menurut Gavin Flood, pada mulanya istilah hindu muncul sebagai istilah geografis bangsa Persia untuk menyebut suku bangsa yang tinggal di seberang sungai Sindu. Maka dari itu, awalnya istilah Hindu merupakan istilah geografis dan tidak mengacu pada suatu agama. Kata Hindu diserap oleh bahasa-bahasa Europa dari istilah Arab al-Hind, dan mengacu kepada negeri bagi bangsa yang mendiami daerah sekitar sungai Sindu. Istilah Arab tersebut berasal istilah Persia Hindū, yang mengacu kepada seluruh suku di India. Pada abad ke-13, Hindustan muncul sebagai nama alternatif India yang acap disebutkan, yang memiliki arti Negeri para Hindu. Istilah agama Hindu kemudian sering digunakan dalam beberapa teks berbahasa Sanskerta seperti Rajatarangini dari Kashmir Hinduka, kr. 1450 dan beberapa teks mazhab Gaudiya Waisnawa dari abad ke-16 hingga ke-18 yang berbahasa Bengali, seperti Caitanyacaritamerta dan Caitanyabhagawata. Istilah itu digunakan untuk membedakan Hindu dengan Yawana atau Mleccha. Sejak abad ke-18 dan seterusnya, istilah Hindu digunakan oleh para kolonis dan pedagang dari Eropa untuk menyebut para penganut agama tradisional India 63 secara umum. Istilah Hinduism diserap ke dalam bahasa Inggris pada abad ke-19 untuk menyebut tradisi keagamaan, filasat, dan kebudayaan asli India. Perkembangan pengaruh Hindu-Buddha yang penting meliputi tiga hal, yakni : • Dengan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha, maka bangsa Indonesia memasuki zaman Sejarah • Kesenian yang bercorak Hindu-Buddha berkembang di Indonesia • Di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha Tersebarnya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai daerah di Indonesia. Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia menimbulkan perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini dapat disebut dengan akulturasi, yaitu dua unsur kebudayaan bertemu dan dapat hidup berdampingan serta saling mengisi dan tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di wilayah Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Oleh karena itu, Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan :  Masyarakat di Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.  Masyarakat di Indonesia memiliki kecakapan istimewa yang disebut dengan local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadiannya. 64 Munculnya pengaruh Hindu-Buddha India di Indonesia sangat besar dan dapat terlihat melalui beberapa hal seperti :  Seni Bangunan. Seni Bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh Hindu Buddha di Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Candi Buddha ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dengan bangsa India. Pola dasar candi merupakan perkembangan dari zaman prasejarah tradisi megalitikum, yaitu bangunan punden berundak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud candi, seperti Candi Borobudur.  Seni Rupa. Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah ditemukannya arca Buddha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng Sulawesi Selatan. Seni rupa India pada Candi Borobudur ada pada relief-relief ceritera Sang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan suasanan alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena lukisan seperti itu tidak pernah ditemukan pada candi- candi yang ada di India. Juga relieef Candi Prambanan yang memuat ceritera Ramayana.  Seni Sastra. Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa sansekerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Dalam perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini, pengaruh bahasa Sansekerta cukup dominan terutama dalam istilah-istilah pemerintahan juga kitab-kitab kuno di Indonesia banyak yang menggunakan bahasa Sansekerta. Contohnya adalah :  Arujunawiwaha, karya Empu Kanwa pada zaman pemerintahannya Airlangga. 65  Bharatayudha, karya Empu Sedah dan Empu Panuluh pada zaman kerajaan Kediri.  Gatutkacasraya, karya Empu Panuluh pada zaman Kerajaan Kediri.  Arjunawijaya, kerya Empu tantular pada zaman Kerajaan Majapahit  Kalender. Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu dengan penggunaaan tahun Saka. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau kronogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambaran kata. Bila berupa gambar harus dapat diartikan kedalam bentuk kalimat.  Kepercayan dan Filsafat. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia. bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian, masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan dewa-dewa alam.  Pemerintahan. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia mengenal sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan kepala suku berlangsung secara demokratis, yaitu salah seorang kepala suku merupakan pemimpin yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota kelompok suku lainnya. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddhha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintahkan kerajaannya secara turun-temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan oleh keturunan. Agama Hindu dan Budha yang masuk ke Indonesia menyumbang pengaruh di berbagai bidang yang ada di Indonesia. Pengaruh Hindu Budha di Indonesia. 66 1. Pengaruh di Bidang Bahasa Kini masih sering ditemukan nama atau kata seperti pustaka, karya, guru, sastra, indra, wijaya, ataupun semboyan-semboyan seperti Kartika Eka Paksi ataupun Jalesveva Jayamahe. Kata-kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta. Penggunaan kata dari bahasa tersebut merupakan bukti hingga kini pun pengaruh India masih terasa di bumi Indonesia. Salah satu penyebabnya, budaya India merupakan budaya asing pertama yang oleh moyang Indonesia dinilai progresif. Proses asimilasi dan akulturasi budaya India durasinya paling lama di Indonesia. Hasil asimilasi dan akulturasi tersebut lalu diakui sebagai bagian dari budaya Indonesia. Jika bukti tertulis yang hendak dikedepankan dalam masalah bahasa, maka prasasti Muara Kaman, yang berlokasi di Kalimantan Timur, 150 kilometer ke arah hulu Sungai Mahakam, dapat diambil selaku titik tolak tertua. Prasasti tersebut dicanangkan tahun 400 Masehi. Hal yang menarik adalah, prasasti menyuratkan hadirnya dua budaya berbeda: Asli Indonesia dan pengaruh India. Indikatornya adalah nama-nama raja yang terpahat. Prasasti Muara Kaman menceritakan Raja Kudungga punya putra bernama Açwawarman. Açwawarman punya tiga putra dan yang paling sakti di antara ketiganya adalah Mulawarman. Nama Açwawarman dan Mulamarman berasal dari bahasa Sanskerta, sementara Kudungga bukan. Kudungga kemungkinan besar adalah nama yang berkembang di Kutai sebelum datangnya pengaruh India dan agama Hindu. Sanskerta adalah bahasa yang dibawa oleh orang-orang India, sementara Pallawa adalah huruf untuk menuliskannya. Secara genealogis, Sanskerta termasuk rumpun bahasa Indo Eropa. Termasuk ke dalam rumpun ini bahasa Jerman, Armenia, Baltik, Slavia, Roman, Celtic, Gaul, dan Indo Iranian. Di Asia, rumpun bahasa Indo Iranian adalah yang terbesar, termasuk ke dalamnya bahasa Iranian dan Indo Arya. Sanskerta ada di kelompok Indo Arya. Mengenai fungsinya, Sanskerta merupakan bahasa utama disiplin agama Hindu dan Buddha. Dari sana, Sanskerta kemudian meluas 67 penggunaannya selaku bahasa pergaulan dan dagang di nusantara, sebelum digantikan Melayu. James T. Collins mencatat signifikansi penggunaan bahasa Sanskerta di nusantara. Menurutnya, bauran antara bahasa sanskerta dengan melayu sebagai cikal-bakal bahasa Indonesia sudah berlangsung ratusan tahun. Ini terbukti sejak abad ke-7 para penganut agama Buddha di Tiongkok sanggup berlayar hanya untuk mengunjungi pusat ilmu Buddha di Sriwijaya Sumatera Selatan. Menurut Collins, kunjungan ini akibat masyhurnya nusantara sebagai basis pelajaran agama Buddha dan bahasa Sanskerta. I-Ching, seorang biksu Buddha dari Tiongkok, bahkan menulis dua buku berbahasa Sanskerta di Palembang. Ia menasihati pembacanya untuk terlebih dahulu singgah di Fo- shih Palembang untuk mempelajari bahasa dan tata bahasa Sanskerta sebelum mereka melanjutkan ziarah ke kota-kota suci Buddha di India.[4] I- Ching juga mengutarakan bahwa di Palembang sendiri terdapat 1000 orang sarjana Buddha. Posisi Sriwijaya saat itu sebagai transit perdagangan penting di Selat Malaka sekaligus basis pendidikan bahasa Sanskerta membuat pengaruh bahasa ini jadi signifikan. Sanskerta terutama terdiseminasi lewat perdagangan. Seperti diketahui, Sriwijaya adalah kerajaan yang basis ekonominya perdagangan. Dalam perdagangan interaksi antarorang asing yang menggunakan bahasa berbeda sangat tinggi. Situasi ini membutuhkan sebuah bahasa mediator antarorang dan Sanskerta menjalankan perannya. Namun, lambat-laun bahasa Sanskerta menjadi eksklusif karena berkelindan pula dengan gagasan kasta yang berkembang dalam agama Hindu. Penggunaan Sanskerta lalu terbatasi hanya pada dua kasta pengguna, Brahmana dan Ksatria. Setelah masuk Indonesia, bahasa Sanskerta dari India, tidak murni lagi. Di Jawa misalnya, muncul bahasa hasil asimilasi Sanskerta dengan budaya lokal yang dikenal dengan Kawi. Bahasa Kawi atau juga dikenal sebagai Jawa Kuna kemudian menyebar ke pulau lain. Di Sumatera Barat bahasa ini berkembang lewat kekuasaan raja-raja vassal Jawa semisal Adityawarman. 68 Pada kurun ini pula, di nusantara dikenal penggunaan tiga bahasa dengan fungsi spesifik. Pertama Jawa Kuna sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Kedua, Melayu Kuna sebagai bahasa perdagangan di Sumatera dan Semenanjung Malaya. Ketiga, Sanskerta sebagai bahasa keagamaan. Di era kebudayaan India jadi mainstream di nusantara, Sanskerta merupakan kelompok bahasa elit yang hanya dipakai dalam urusan keagamaan maupun formal pemerintahan. Akibatnya, tidak banyak orang yang menguasai, terlebih kalangan wong alit. Pengaruh bahasa Sanskerta terhadap bahasa Melayu pun terjadi. Bahasa Melayu – pada perkembangan kemudian – merupakan lingua-franca hubungan dagang antarpulau nusantara menggantikan Sanskerta. Bahasa Melayu juga kelak menjadi dasar dari kelahiran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebab itu, dapat pula dikatakan bahasa Sanskerta ini sedikit atau banyaknya punya pengaruh pula terhadap bahasa Indonesia. Penelusuran pengaruh bahasa Sanskerta terhadap Melayu dicontohkan prasasti Kedukan Bukit, Palembang.[5] Prasasti tersebut ditemukan 29 Nopember 1920 dan diperkirakan dibuat tahun 683 Masehi. Jejak lain penggunaan bahasa Sanskerta juga ditemukan di Talang Tuwo, Palembang 684 M, huruf Pallawa, prasasti Kota Kapur, Bangka 686 M, huruf Pallawa, prasasti Karang Brahi, Meringin, Hulu Jambi 686 M, huruf Pallawa, prasasti Gandasuli, Jawa Tengah 832 M, aksara Nagari, dan prasasti Keping Tembaga Laguna, dekat Manila, Filipina. Sebagian bahasa Sanskerta diserap ke dalam Melayu. Kemungkinan ada 800 kosa kata bahasa Melayu merupakan hasil penyerapan dari bahasa Sanskerta. Ada pula kosa kata yang sudah digunakan dalam prasasti-prasasti berbahasa Sanskerta sejak tahun 1303 M di wilayah Trengganu sekarang Malaysia. Kosa kata tersebut adalah: derma, acara, bumi, keluarga, suami, raja, bicara, atau, denda, agama, merdeka, bendara, menteri, isteri, ataupun seri paduka. Selain bahasa, huruf Pallawa yang digunakan untuk menulis kosa kata Sanskerta pun turut menyumbangkan pengaruh para huruf-huruf yang berkembang di Indonesia seperti huruf Bugis, Sunda, ataupun Jawi. 69 3. Pengaruh India di Bidang Arsitektur Arsitektur atau seni bangunan ala masa India juga bertahan hingga kini. Meski tampilannya tidak lagi identik dengan bangunan Hindu-Buddha candi yang asli India, tetapi pengaruh Hindu-Buddha tersebut membuat arsitektur bangunan yang ada di Indonesia menjadi khas. Salah satu ciri bangunan Hindu-Buddha adalah berundak tiga. Sejumlah undakan umumnya terdapat di struktur bangunan candi yang ada di Indonesia. Undakan tersebut terlihat paling jelas di Candi Borobudur, bangunan peninggalan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Ciri khas arsitektur candi adalah adanya 3 bagian utama yaitu kepala, badan dan kaki. Ketiga bagian ini melambangkan triloka atau tiga dunia, yaitu: bhurloka dunia manusia, bhuvarloka dunia orang-orang yang tersucikan, dan svarloka dunia para dewa. Struktur Candi Pengaruh sistem tiga tahap kehidupan spiritual manusia bertahan cukup lama. Bahkan ia banyak diadaptasi oleh bangunan-bangunan yang dibangun pada masa yang lebih baru. Bangunan-bangunan yang memiliki ciri seperti ini beranjak dari bangunan sakral spiritual semisal masjid maupun bangunan profan biasa semisal Gedung Saté di Bandung. Arsitektur candi lalu mempengaruhi bangunan-bangunan lain yang lebih modern. Misalnya, Masjid Kudus mempertahankan pola arsitektur bangunan Hindu. Masjid yang aslinya bernama Al Aqsa, dibangun Jafar Shodiq Sunan Kudus tahun 1549 M. Hal yang unik adalah, menara di sisi timur bangunan masjid menggunakan arsitektur candi Hindu. Selain bentuk menara, sisa lain arsitektur Hindu terdapat pada gerbang masjid yang menyerupai gapura sebuah pura. Juga tidak ketinggalan lokasi wudhu, yang pancurannya dihiasi ornamen khas Hindu. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan mengapa Jafar Shodiq menyematkan arsitektur Hindu ke dalam masjidnya. Hipotesis pertama mengasumsikan proyek pembangunan masjid hasil akulturasi budaya Hindu 70 yang banyak dipraktekkan masyarakat Kudus sebelumnya oleh Islam yang tengah berkembang. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi cultural shock yang mengakibatkan alienasi para pemeluk Islam baru sebab tiba-tiba tercerabut budaya asal mereka. Hipotesis kedua menyatakan penempatan arsitektur Hindu akibat para arsitek dan tukang yang membangun masjid hanya menguasai gaya bangunan Hindu. Hasilnya, bangunan yang kemudian berdiri jadi bercorak Hindu. Pengaruh arsitektur Hindu pun terjadi pada bangunan yang lebih kontemporer semisal Gedung Saté yang terletak di Kota Bandung. Gedung Saté didirikan tahun 1920-1924 dengan arsiteknya Ir. J. Gerber. Jika diamati lebih dekat, maka bagian bawah dinding Gedung Saté memuat ornamen- ornamen khas Hindu. Termasuk pula, menara yang terletak di puncak atas gedung yang mirip menara masjid Kudus atau seperti tumpak yang ada di bangunan suci Hindu di daerah Bali. Tentu saja, arsitektur Gedung Saté tidak semata mendasarkan diri pada arsitektur Hindu. Ia merupakan perpaduan antara arsitektur Belanda dengan Lokal Indonesia. Bangunan modern lain yang memiliki nuansa arsitektur Hindu ditampakkan Masjid Demak. Arsitektur Hindu pada masjid yang didirikan tahun 1466 M ini misalnya tampak pada atap limas bersusun tiga, mirip candi, yang bermaknakan bhurloka, bhuvarloka, dan svarloka. Namun, tiga makna tersebut diakulturasi kearah aqidah Islam menjadi islam, iman, dan ihsan. Ciri lainnya bentuk atap yang mengecil dengan kemiringan lebih tegak ketimbang atap di bawahnya. Atap tertinggi berbentuk limasan ditambah hiasan mahkota pada puncaknya. Komposisi ini mirip meru, bangunan tersuci di setiap pura Hindu.[7] 4. Pengaruh India di Bidang Kesusasteraan Salah satu peninggalan sastra India yang terkenal diantaranya Ramayana, Mahabarata, dan kisah perang Baratayudha. Sastra India cukup berpengaruh atas budaya asli Indonesia yaitu wayang. Wayang tadinya digunakan sebagai media pemberi nasihat tetua adat terhadap keluarga yang 71 salah satu kerabatnya meninggal dunia. Pada perkembangannya, wayang digunakan sebagai basis pengajaran etika, agama, dan budaya. Tokoh-tokoh India yang terkenal dalam wayang misalnya Pandawa Lima Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula-Sadewa, Kurawa Duryudana dan keluarganya, Ramayana Hanoman, Rama, Sinta, ataupun kisah Bagavadgita wejangan Sri Kresna atas Arjuna sebelum perang. Local genius Indonesia mengimbangi dominasi tokoh-tokoh wayang asal India dengan menciptakan punakawan. Selain Semar, tokoh-tokoh punakawan Indonesia pun memainkan peran sentral dalam kesenian wayang. Tokoh- tokoh seperti Petruk, Gareng, atapun Bagong berperan selaku pengimbang dalam sejumlah lakon wayang Indonesia. Bahkan, para punakawan seringkali bertindak secara satir sebagai penakluk sekaligus pemberi wejangan atas para tokoh asal kesusasteraan India. Dengan varian tokoh Indianya, kini wayang diakui sebagai budaya asli Indonesia. Local genius Indonesia memperkaya budaya aslinya wayang baik dengan tokoh kesusasteraan India maupun tokoh racikan mereka sendiri. Di masa perkembangan Islam, wayang juga digunakan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan ajaran baru ini. Lakon semisal Jamus Kalimasada, yang menceritakan kalimat syahadat dengan Semar selaku tokoh yang memberikan pengajaran kepada Pandawa yang berasal dari India, diciptakan. Cerita-cerita yang terkandung dalam kesusasteraan India memiliki nilai moralitas tinggi. Ia menceritakan pertempuran antara kebaikan melawan kejahatan, kelemahan-kelemahan manusia, dan bakti terhadap orang tua serta Negara. Tradisi sastra India justru memperkaya khasanah cerita wayang lokal Indonesia. Berkas peninggalan India Hindu paling jelas terlihat di Bali dan sebagian masyarakat Tengger di Jawa Timur. Bali bahkan menjadi semacam daerah konservasi pengaruh India yang pernah berkembang di kepulauan nusantara. Di Bali, seni bangunan, seni ukir, seni rupa dan tari masih kental nuansa pengaruh peradaban India, di samping tentunya budaya lokal Bali sendiri. 72 E. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

a. Dilihat dari Sudut Kebutuhan Primer Manusia