Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu Pada Perusahaan Pabrik Gula

ANALISIS PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU PADA PERUSAHAAN PABRIK GULA

Sa’ir Tumanggor
Abstrak: Pabrik gula adalah salah satu perusahaan makanan yang termasuk dalam sembilan bahan pokok, maka mutu produk haruslah sangat diperhatikan. Pengendalian mutu pada perusahaan pabrik gula dimulai dari pengadaan bahan baku sampai pada proses produksinya yang merupakan kegiatan saling terkait sehingga setiap tahap kegiatan haruslah diarahkan sedemikan rupa untuk dapat memperoleh produksi maksimal dengan tingkat kehilangan seminimal mungkin. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa perusahaan pabrik pada umumnya telah melaksanakan kebijaksanaan kualitas dengan menjalankan pengendalian kualitas dalam bentuk gugus kendali mutu secara kontinu dan terkoordinir dibawah pengawasan bagian pabrikasi. Berdasarkan hasil pengijian Control Char, khususnya x chart yang dilakukan pada tahun 2000 secara keseluruhan semua data berada dalam batas pengendalian statistik belum begitu baik. Grafik pengendali pada tahun 2000 dapat digunakan untuk pemetaan data tahun 2001. Hanya pada analisis polarisasi yang terdapat data di luar batas pengendalian berarti secara keseluruhan proses berjalan terkendali dan konsisten.
Kata kunci: Pengendalian Mutu, Kualitas Gula.

1. PENGENDALIAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam situasi pemasaran yang semakin
ketat persaingannya, peran mutu produk perusahaan akan semakin besar dalam kaitannya dengan perkembangan perusahaan tersebut. Untuk dapat bertahan maka perusahaan dituntut untuk melakukan tindakan- tindakan yang mengarah pada kegiatan efisiensi. Nama kegiatan efisiensi ini harus tetap memperhatikan mutu dari barang atau jasa yang dihasilkan, pelaksanaan efisiensi ini bertujuan untuk menekan biaya, sehinga dapat memberikan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan tindakan pengendalian mutu, pengendalian mutu mengandung dua pengertian utama, yaitu menentukan standar mutu untuk masing-masing produk yang bersangkutan dan usaha perusahaan untuk dapat memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dengan memperhatikan tujuan-tujuan sebagai berikut: kepuasan konsumen dan harga produk serendah-rendahnya serta proses produksi yang dapat menekan baiya dan waktu seminimal mungkin.
Pabrik gula adalah salah satu perusahaan makanan yang termasuk dalam sembilan bahan pokok, maka mutu produk haruslah sangat diperhatikan. Pengendalian mutu pada perusahaan pabrik gula dimulai dari pengadaan bahan baku sampai pada proses produksinya yang merupakan kegiatan haruslah diarahkan sedemikian rupa untuk dapat memperoleh produksi maksimal dengan tingkat kehilangan seminimal mungkin.
1.2. Rumusan Masalah Pengadaan mutu mengandung dua
pengertian utama yaitu: menentukan standar mutu dan usaha perusahaan yang telah ditetapkan. Karena

dalam pengolahan gula standar mutunya sudah ada, maka penelitian lebih ditentukan pada upaya untuk mencapai standar. Jadi permasalahannya adalah melihat sampai sejauh mana pelaksanaan pengendalian mutu yang dilakukan pada perusahaan pabrik gula untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.

1.3. Batasan Masalah Dibatasi pada kegiatan-kegiatan pengen-
dalian mutu yang berjalan pada perusahaan pabrik gula pada umumnya dan kemudian dilakukan analisis secara kuantitatif terhadap standar mutu gula yang terdiri dari: kadar air, polarisasi besar jenis butir, dan nilai remisi direduksi. Serta menganalisis secara kualitatif pelaksanaan pengendalian mutu dengan cara menganalisis faktor-faktor pengendali mutu yang meliputi bahan baku, sumberdaya manusia, mesin, dan peralatan serta faktor lainnya.

1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pelaksanaan pengendalian mutu
oleh perusahaan untuk menge-tahui sejauh mana mutu yang telah dilaksanakan. 2. Mengindentifikasi perma-salahan yang dihadapi perusahaan dalam pengendalian mutu. 3. Membahas berbagai alternatif pemecahan masalah, untuk mengurangi hasil produksi yang tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.


1.5. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Memberi gambaran bagi penulis bagaimana

pelaksanaan

pengendalian

mutu

dan

128 128

Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula

permasalahannya dalam praktek yang sebenarnya. b. Bagi Perusahan Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
berkenaan dengan pengendalian mutu yang telah ditetapkan.

1.6. Metodologi Penelitian 1. Subjek penelitian adalah pabrik gula. Objek
yang akan diteliti adalah kegiatan pengendalian mutu produk yang terdiri dari beberapa tahap pemroses tersebut. 2. Data yang diperlukan - Data produksi terdiri dari: bahan baku yang
digunakan, proses produksi, jenis produksi yang dihasilkan, jumlah produk, jumlah mesin, dan peralatan yang digunakan. - Standar mutu dan proses pengendalian mutu produk yang digunakan oleh perusahaan. 3. Variabel yang diukur - Kadar air (%) - Polarisasi (%) - Berat jenis butir (mm) - Nilai remisi direduksi. 4. Cara Pengumpulan Data - Telaah pustaka mengenai pengendalian mutu. - Wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pengendalian mutu di perusahaan. - Pengamatan pelaksanaan pengendalian mutu.
2. Landasan Teori
2.1. Pengertian Pengendalian Mutu Pengendalian mutu adalah suatu penetapan
tujuan atau target dan penemuan cara untuk mewujudkan target tersebut secara efisien.
Agar pengendalian mutu dapat dilakukan dengan efektif maka perlu kriteria-kriteria tertentu antara lain: a. Akurat: Informasi tentang pelaksanaan kegiatan
harus akurat data yang tidak akurat dari sistem pengendalian dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru. b. Realistik secara ekonomis biaya pelaksanaan sistem pengendalian harus lebih rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut. c. Realistik secara organi-sasional: sistem pengendalian harus cocok dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Secara khusus faktor-faktor yang mem-
pengaruhi mutu dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pasar atau tingkat persaingan. 2. Tujuan organisasi. 3. Testing produk 4. Desain produk 5. Proses produksi 6. Kualitas input 7. Perawatan perlengkapan

8. Standar kualitas. 9. Umpan balik.
Lingkup kegiatan pengendalian mutu sangat luas, banyak hal yang menentukan atau mempengaruhi mutu produk. Pengendalian mutu produk meliputi tiga pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan bahan baku
Dalam pengendalian mutu terhadap bahan baku tedapat beberapa hal yang sebaiknya dikerjakan oleh manajemen perusahaan agar bahan baku yang diterima perusahaan dapat dijaga mutunya. Beberapa hal tersebut antara lain seleksi sumber bahan, pemeriksaan penerimaan bahan, dan penjagaan gudang bahan baku perusahaan. 2. Pendekatan proses produksi Walaupun bahan baku yang digunakan oleh perusahaan sudah dipilih bahan-bahan dengan mutu tinggi, namun bila proses produksi dilaksanakan dengan baik maka besar kemungkinan produk akhir perusahaan akan mempunyai mutu yang rendah. 3. Pendekatan produk akhir Dalam hal ini diharapkan pengendalian dapat mengumpulkan informasi tentang tanggapan konsumen terhadap produk yang dihasilkan perusahaan. Informasi sangat penting untuk menghadapi atau mengetahui di mana kekurangan produk tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai umpan balik untuk perusahaan melakukan tindakan perbaikan di masa yang akan datang.
2.2. Manajemen Mutu
a. Evaluasi Paradigma Manajemen Mutu Hasil kombinasi dari ajaran tentang mutu
oleh pakar dan pengalaman praktek menghasilkan suatu model sederhana yang sangat efektif untuk mengimplementasikan manajemen mutu terpadu atau total Quality Manajemen (TQM) filosofi manajemen mutu terpadu berusaha menerapkan semua konsep yang mengarah pada perbaikan terus-menerus dan perusahaan dengan konsep Plan Do Check Action (PDCA).
b. Biaya Mutu Mutu sutu produk atau jasa bukan hanya
penting bagi pemakai, namun juga bagi pemasok. Biaya mutu produk tersebut pada umumnya diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya-biaya ini terjadi guna mencegah kerusakan produk di dalam proses produksi. 2. Penilaian (Appraisal cost) Biaya yang timbul untuk mengidentifikasi apakah produk yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan mutu, pengujian laboratorium, melakukan pengendalian proses secara statistik, pemeriksaan bahan baku, dan pelaporan mutu.


129

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

3. Biaya kegagalan internal (Internal Failur Cost) Biaya ini terjadi akibat produk gagal mencapai standar mutu desain dan terdeteksi pada waktu proses produksi atau sebelum dikirim kepada pelanggan.
4. Biaya kegagalan eksternal (External Failure Cost) Biaya ini terjadi akibat produk gagal mencapai standar mutu desain dan tidak terdeteksi sampai dikirim kepada pelanggan. Keempat biaya ini dapat dibagi menjadi biaya pengendalian yang terdiri dari biaya kegagalan internal dan eksternal.
2.3. Manajemen Proses Konsep dari manajemen proses berkaitan
dengan perbaikan kualitas. Dalam manajemen proses ini terdapat enam komponen penting, yaitu: 1. Kepemilikan (ownership), menugaskan
tanggung jawab untuk desain, operasi dan perbaikan proses. 2. Perencanaan (planning), menetapkan suatu pendekatan terstruktur dan terdisiplin untuk mengerti, mengidentifikasi dan mendokumentasi semua komponen utama dalam proses hubungan antara komponen utama itu. 3. Pengendalian (control), menjamin output dapat diperkirakan dan konsisten dengan ekpetasi pelanggan. 4. Pengukuran (measurement), memetakan performansi atribut dan variabel dari produk terhadap kebutuhan pelanggan dan menetapkan kriteria untuk akurasi, presisi, dan frekuensi perolehan data. 5. Perbaikan atau peningkatan (improvement), mening-katkan efektivitas dari proses melalui perbaikan-perbaikan yang diidentifikasi secara tetap. 6. Optimasi (optimization), meningkatkan efisiensi dan produktivitas melalui perbaikan-perbaikan yang diidentifikasikan secara tetap.
Keenam komponen di atas merupakan landasan untuk keberhasilan manajemen dari suatu proses apa saja, komponen-komponen itu dibutuhkan untuk proses apa saja, komponen-komponen itu dibutuhkan untuk proses kerja yang menghasilkan dan menyerahkan produk ke pelanggan. Dalam proses produksi ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi derajat pengendalian kualitas, faktorfaktor tersebut antara lain: 1. Kemampuan proses, hal ini dimaksudkan
bahwa batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan kemampuan proses yang sudah ada. 2. Apkiran yang diterima, derajat pengendalian kualitas yang dilakukan akan tergantung pada banyaknya bahan atau barang di bawah standar yang dapat diterima.

3. Spesifikasi yang berlaku, ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut.
4. Ekonominya kegiatan produksi, untuk mengetahui tingkat efisiensi dari kegiatan produksi tergantung pada seluruh proses yang ada di dalamnya.
2.5. Pengendalian Mutu Statistik Teknik pengendalian mutu statistik
digunakan untuk mengendalikan pelaksanaan suatu proses apakah sesuai dengan spesifikasinya, serta untuk menentukan apakah barang atau bahan yang diterima dari supplier mempunyai mutu yang dapat diterima.
Pengendalian meliputi beberapa macam teknik, salah satunya adalah dengan metode statistik. Keuntungan dari metode statistik ini adalah: 1. Teknik pengawasan mutu diterapkan dengan
jalan mengambil sampel-sampel sehingga tidak semua dari komponen harus diperiksa, cukup hanya dengan mengambil bagianbagian tertentu saja secara acak. 2. Pengawasan adalah sebagai alat untuk mencegah kemungkinan adanya penyimpananpenyimpangan sebelum terjadi lebih serius, jadi hal ini bisa disamakan dengan tindakan preventif.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pengendalian mutu untuk mengendalikan ketidakseragaman dalam proses produksi adalah Statistikal Proses Control (SPC). SPC dapat mendeteksi dan mengeliminasi variasi yang tidak random yang muncul selama proses berlangsung.

2.6. Proses Pembuatan Gula Pasir Proses pemurnian yang digunakan
menentukan produksi = I gula yang dihasilkan yang lazim di Indonesia adalah: o Proses defkasi raw sugar (gula tanjung) o Proses sulfitasi gula putih SHS o Proses karbonatasi gula putih SHS
Terdapat beberapa prinsip atau metode analisis mutu gula yang penting untuk menentukan mutu gula tersebut, antara lain: polarisasi, kadar air, besar jenis butir, dan nilai remisi direduksi jenis gula pasir produksi dalam negeri terdiri dari: gula konsumsi rumah tangga (kualitas SHS standar, SHS IB, dan SHS IA) dan gula industri.
3. Pembahasan Pada perusahaan pabrik dalam melak-
sanakan pengawasan mutu produknya adalah dengan cara memeriksa kadar air, kadar polarisasi, dan besar jenis butir.
3.1. Analisis Kuantitatif Metode yang digunakan dalam Analisis kuantitatif adalah dengan Control Chart. 1. Analisis Kadar Air

130

Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula

Dalam perdagangan umum gula dikatakan kering apabila kadar air sebesar 0,1-0,15% atau apabila digenggam, gula tersebut tidak akan menempel di tangan. Berdasarkan hasil perhitungan kadar air tahun 2000, diperoleh hasil untuk batas atas (UCL) dan batas bawah (Llcl) seperti tertera pada table 3.1. Dari tabel tersebut dilihat bahwa rata-rata kadar air masih berada dalam batas standar yang ditentukan perusahaan.

Table 3.1. Batas Pengawasan Kadar Air (%) Tahun 2000

Batas Pengendalian
CL UCL LCL

Hasil Analisis
0.06 0.09 004


Standar Perusahaan
01-015

2. Analisis Polarisasi Dari hasil perhitungan polirasi tahun 2000 diperoleh batas pengendalian seperti pada table 4.2 dari tabel tersebut rata-rata polarisasi sebesar 99,86% karena P3GI sudah menentukan standar gula konsumsi rumah tangga untuk polarisasi yaitu minimal 99,7%. Apabila hasil pemeriksaan sampel dibandingkan, antara batas pengawasan dengan standar yang sudah ditentukan P3GI dan SK Kabulog 314/KA/06/1995 maka produk gula tersebut telah memenuhi kualitas gula pada jenis SHS 1 A hal ini yang dapat mempengaruhi polarisasi, yaitu proses produksi terutama pada proses pemurnian, di mana apabila tenaga kerjanya kurang terampil dalam memberikan kapur dan belerang yang tepat, maka mutu produk yang dihasilkan kurang memenuhi standar.

Tabel 3.2. Batas Pengawasan Polarisasi Tahun 2000

Batas Pengendalian
CL UCL LCL

Hasil Analisis
99.86 100 99.71

Standar Perusahaan
>= 99.7

3. Analisis Besar Jenis Butir
Kategori ini merupakan visualisasi yang sering mendapat perhatian utama konsumen di samping warna yang putih. Besar jenis butir adalah ukuran atau besaran kristal-kristal gula.
Berdasarkan hasil perhitungan besar jenis butir pada tahun 2000, diperoleh hasil untuk batas atas (uCLo dan batas bawah LCL) seperti tertera apabila dibandingkan dengan batas standar perusahaan yaitu 0,9-1,0 mm, maka pengawasan yang dilakukan perusahaan saat ini sangat longgar, karena nilai rata-rata yang diperoleh


sebesar 10,5 mm. Nilai tersebut melebihi nilai yang sudah di standarkan oleh perusahaan.
Hal yang dapat mempengaruhi besar jenis butir pada proses produksi adalah: pada proses kristalisasi di mana pada proses ini sangat tergantung pada keterampilan tenaga kerja dalam pemasakan. Karena merupakan proses penguapan, maka pengendalian suhu dan tekanan pemasakan harus dilakukan dengan selalu mengontrol thermometer yang ada di panpan kristalisasi tersebut. Faktor mempengaruhi besar jenis butir adalah: lama masakan yang dilakukan, untuk mendapatkan besar jenis butir yang lebih besar dibutuhkan waktu masakan yang lebih lama.
Konsumen tertentu menyukai gula kristalnya relatif besar, karena untuk mencairkannya relatif lebih lama dibandingkan dengan gula yang jenis kristalnya besar lebih disukai di Indonesia terutama untuk pemakaian langsung dalam minuman.
4. Analisis Nilai Remisi diReduksi.
Nilai remisis direduksi merupakan ukuran keputihan gula yang ditetapkan laboratories, dengan menggunakan choromatograph mikroskop. Dengan meng-gunakan alat tersebut suatu contoh gula ditetapkan kepada suatu tingkatan nilai remisi direduksi (NRD) misalnya 59,1 dan 6,00. Dengan demikian orang awam sukar membedakan besaran NRD atas dua jenis gula di atas tetapi hal ini penting ditetapkan sebagai salah satu faktor penentu kualitas karena dapat diuji secara laborati. Nilai remisi direduksi dipengaruhi oleh banyak hal antara lain mutu baku dan semua tahapan proses produksi karena NRD merupakan ukuran keputihan gula.

Tabel 3.4. Batas Pengawasan Nilai Remisi Direduksi

Batas Pengendalian
CL UCL LCL

Hasil analisis
0.06 0.09 0.04

Standard perusahaan
0.4-0.15

3.2. Analisis Kualitatif Produksi gula yang tidak sesuai dengan
standar kualitas mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, karena proses produksi gula yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut harus diproses kembali sehinga membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit.

Pengendalian mutu tebu sebagai bahan baku yang meliputi: a. Pemasokan bahan baku
Bahan baku untuk pengolahan gula pada pabrik gula adalah berupa batang tebu yang dihasilkan

131

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005

dari perkebunan yang terdiri dari: - TRI murni, yaitu petani mengusahakan
sendiri penanaman tebu, menebang, dan mengangkut tebu dibawah bimbingan PG, yang pembiayaan melalui paket kredit bimas. - TRI pola kerjasama, yaitu petani yang menyerahkan lahannya kepada pabrik gula dengan imbalan petani mendapat jaminan hasil minimal yang harus diterima. - TRI nonkredit, adalah penanaman tebu dilakukan oleh rakyat dengan tidak menggunakan paket kredit bimas. Adapun pengadaannya melalui sistem perjanjian pengolahan dengan hasil sama seperti pada TRI atau pembelian langsung oleh PG.
- Penanganan bahan baku Dalam hal bahan baku beberapa faktor yang memegang peranan penting adalah masalah penebangan dan pengangkutan. Mutu tebangan yang rendah mengakibatkan tingginya kehilangan tebu dalam ampas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka pada penebangan dilakukan pengeletakan terlebih dahulu sebelum di tebang. Dalam hal ini cara pengangkutan dan transportasi maka untuk menghindari terjadinya penurunan kadar nira perusahaan tidak memperoleh tebu disimpan lebih dari 2x24 jam.
Selain dalam sistem pemurnian ditemukan bahan pembantu pemurnian seperti batu gamping dan lain-lain. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan melakukan beberapa contoh bahan yang diinginkan kepada pemasok dan memperketat mutu bahan tersebut.
3.3. Tenaga Manusia Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh
perusahaan dirasakan masih kurang baik dalam hal penyediaan bahan baku maupun dalam proses produksi, karena masih banyak sumberdaya manusia yang tidak siap terutama dalam proses produksi sehingga sering terjadi kesalahan.
3.4. Lingkungan Kerja Dalam pengolahan gula sanitasi juga
memegang peranan penting dalam usaha peningkatan mutu produk gula sanitasi lingkungan kerja perlu mendapat perhatian. Usaha sanitasi yang harus dilakukan adalah lingkungan produksi, pekerja peralatan produksi, dan penanganan bahan sisa.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan pabrik pada umumnya telah
melaksanakan kebijaksanaan kualitas dengan


menjalankan pengendalian kualitas dalam

bentuk gugus kendali mutu secara kontinu dan terkoordinir dibawah pengawasan bagian pabrikasi. 2. Berdasarkan hasil pengujian Control Chart khususnya x chart yang dilakukan pada tahun 2000 secara keseluruhan semua data berada dalam batas pengendalian statistik. Namun pada analisis kadar air memperlihatkan grafik yang tidak random, sehingga hal ini menunjukkan bahwa pengendalian mutu secara statistik belum begitu baik.

3. Grafik pengendali pada tahun 2000 dapat digunakan untuk pemetaan data tahun 2001.

Hanya pada analisis polarisasi yang terdapat

data di luar batas pengendalian,s berarti

secara keseluruhan proses berjalan terkendali

dan konsisten.

4. Masih adanya data-data yang tidak terkendali

secara statistik dapat disebakan oleh beberapa

hal berikut:


- Kurang baiknya pengendalian mutu

tebu sebagai bahan baku yang

meliputi: umur tebu, pelaksanaan

penebang-an, dan pengangkutan serta keterampilan karyawan dalam penebangan yang masih rendah. - Faktor alat atau mesin yang sudah tua yang masih digunakan termasuk kondisi mesin putaran SHS yang masih manual dan alat pengukur suhu yang tidak stabil. - Sumberdaya manusianya yang kurang terampil baik dalam usaha penyediaan

bahan baku, maupun karyawan pada

produksi misalnya dalam proses

pemurnian,

kristalisasi,

dan

pengeringan.


4.2. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut maka

disampaikan saran-saran yang sekiranya dapat

menjadi bahan pertimbangan. Adapun saran-saran

yang disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan disarankan untuk melakukan

pengendalian mutu secara statistik, dengan memanfaatkan alat analisis SQC khususnya x chart dan r chart untuk dapat mengetahui seberapa jauh pengendalian mutu yang telah dilakukan. 2. Pengendali mutu bahan baku perlu ditingkatkan dengan cara peningkatan pemeliharaan tanaman dan melakukan pengawasan terhadap waktu penebangan, sedangkan pengendalian mutu dalam proses

produksi terutama perlu dilakukan pada

proses pemurnian, kristalisasi, dan proses

pengeringan.

3. Secara terus menerus batas-batas toleransi


diperbaiki diperketat pada titik paling

optimal, sehingga akan mendorong dan

132

Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada Perusahaan Pabrik Gula
memberi rangsangan untuk mempertahankan tingkat mutu secara lebih baik, demi peningkatan mutu produksi secara terus menerus dan berkesinambungan. 4. Untuk memperlancar proses produksi dan peningkatan mutu hasil produksi sebaiknya perusahaan secara kontinu mengadakan pengawasan terhadap mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi. 5. Untuk meningkatkan mutu produksi perlu peningkatan dan pengembangan mutu sumberdaya manusia yang berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan khususnya karyawan di bidang produksi.
Daftar Pustaka Ahyari A. 1987. Manajemen Produksi Pengendalian
Produksi II. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Anonim, 1997. Studi Tentang Pemasaran dan Prospek Investasi Industri Gula Indonesia. Jakarta: PT Internasional Contact Bussines Sistem, Inc. Bufa E. S. 1991. Manajemen Produksi dan Operasi, Jilid II, Edisi 6. Jakarta. Darmawan D.H.A. 1998. Pokok-Pokok Pikiran Menuju Perbaikan Industri Gula. Jurnal Litbang Pertanian. Ferdy, 1999. Industri Gula Tebu, Produksi Lokal Menurun Impor Meningkat. Manajemen Usahawan Indonesia. Handoko H. 1992. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE. Ishikawa K. 1992. Pengendalian Mutu Terpadu. Penerjemah Budi Santoso. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Martinich, J.S. 1997. Production and Operation Management, An Applied Modern Approach. John Wiley & Sons Inc. Meredith, J.R. 1992. The Management of Operation a Conceptual Emphasis, 4 ed. John Eiley & Sons Inc. Yamit Z. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi Ekonomi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII.
133