MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU TEBU RAKYAT KERJASAMA USAHA DI PT. PABRIK GULA CANDI BARU – SIDOARJO.
MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU
TEBU RAKYAT KERJASAMA USAHA
DI PT. PABRIK GULA CANDI BARU – SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
LUTHIAKIRANA TRI PURINA
0724110010
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010
MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU
TEBU RAKYAT KERJASAMA USAHA
(2)
DI PT. PABRIK GULA CANDI BARU – SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agribisnis
Oleh :
LUTHIAKIRANA TRI PURINA
0724110010
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010
MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU
TEBU RAKYAT KERJASAMA USAHA
(3)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, dan Hidayah-Nya yang telah dianugerahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: “MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU TEBU RAKYAT KERJASAMA USAHA DI PT. PABRIK GULA CANDI BARU-SIDOARJO”.
Penulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat dukungan dan dorongan baik moral maupun materiil dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, MS selaku dosen pembimbing utama dan Bapak Ir. Indra Tjahaja Amir, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini dan juga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Indra Tjahaja Amir, MP selaku kepala Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Zainal Arifin selaku kepala bagian tanaman PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
(4)
4. Bapak Soedartono, BSc selaku kepala seksi Tebang Angkut PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
5. Bapak M. Rachmanullah selaku kepala seksi Bina Sarana Tani PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
6. Bapak Ir. Yordan Sofyan, MM selaku Sinder Kepala Kebun I PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
7. Bapak Ir. Abd. Rochim selaku Sinder Kepala Kebun II PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
8. Bapak Dony Ferdianto, SP selaku Sinder Kebun Wilayah Afdeling VII dan sekaligus pembimbing lapang.
9. Orang tuaku dan kakak-kakakku yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat selama melakukan penelitian.
10. Sahabat-sahabatku serta teman-teman semester 6 Jurusan Manajemen Agribisnis.
11. Serta semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa didalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritikan maupun saran serta petunjuk dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surabaya, Juni 2010 Penulis
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………... i
DAFTAR ISI ………... ii
DAFTAR TABEL ………... vi
DAFTAR GAMBAR …………... vii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Perumusan Masalah ……… 3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 5
1.3.1.Tujuan Penelitian ……… 5
1.3.2.Manfaat Penelitian ……… 6
1.4. Batasan Masalah ………. 7
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Penelitian Terdahulu ……… 8
2.2. Pengertian Produksi ……… 9
2.3. Manajemen Produksi/Operasi ………... 11
2.3.1.Pengertian dan Peranan Manajemen Produksi/Operasi …… 11
2.3.2.Kedudukan Manajemen Produksi/Operasi ……… 13
2.4. Mutu atau Kualitas ………. 14
(6)
2.4.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu atau Kualitas …. 17
2.5. Manajemen Mutu atau Kualitas ……….. 22
2.5.1.Pengertian Pengawasan Mutu atau Kualitas ………. 23
2.5.2.Maksud dan Tujuan Pengawasan Mutu atau Kualitas …….. 24
2.6. Total Quality Management (TQM) ……… 25
2.7. Kemitraan Antara PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dengan petani ……….. 26
2.8. Tinjauan Tentang Gula ……….. 28
2.8.1.Tanaman Tebu ……….. 28
2.8.2.Deskripsi Gula ……….. 33
2.8.3.Bahan Baku Pembuatan Gula ……… 37
2.8.4.Proses Pembuatan Gula ………. 40
2.8.5. Analisis Uji Hasil ……… 42
II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran ……… 45
3.2. Hipotesis ……… 49
III. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi ……….. 50
4.2. Penentuan Responden ………... 50
4.3. Pengumpulan Data ……… 51
4.4. Definisi Pengukuran Variabel ……….. 53
(7)
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH
5.1. Sejarah PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo ……….. 62 5.2. Profil PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo ……….. 64 5.2.1.Lokasi PT. Pabrik Gula Candi Baru- Sidoarjo ……….. 64 5.2.2.Visi dan Misi PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo ………... 65 5.2.3.Struktur Organisasi PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo …. 66
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1.Penilaian Mutu TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula
Candi Baru-Sidoarjo ……….. 71
6.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi baru-Sidoarjo ………... 79 6.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu TR KSU A dan TR
KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo Ditinjau
Dari Kriteria Bersih ……… 79 6.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu TR KSU A dan TR
KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo Ditinjau
Dari Kriteria Segar ……… 101 6.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu TR KSU A dan TR
KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo Ditinjau
Dari Kriteria Manis ……….. 102 6.3.Masalah yang Dihadapi Oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-
Sidoarjo ……….. 106 6.4. Upaya yang Dilakukan Oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-
(8)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ………... 112
7.2. Saran ……… 113
DAFTAR PUSTAKA ………. 115
(9)
DAFTAR TABEL
No Halaman
Judul
1. Hasil Analisis Trash TR KSU A dan TR KSU B Periode 1-5 Pada
Musim Giling Tahun 2008 di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo…. 4 2. Aspek-aspek Pembeda Antara TR KSU A dan TR KSU B di PT.
Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo... 22 3. Syarat mutu gula kristal putih (SNI-3140-200/Rev 2005)... 34 4. Pengujian Multikolinearitas Pada Model Mutu TR KSU A……… 87 5. Pengujian Heteroskedastisitas Pada Model Mutu TR KSU A…………. 88 6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Tentang Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Mutu TR KSU A di PT. Pabrik Gula Candi
Baru-Sidoarjo……… 89 7. Pengujian Multikolinearitas Pada Model Mutu TR KSU B……… 94 8. Pengujian Heteroskedastisitas Pada Model Mutu TR KSU B…………. 95 9. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Tentang Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Mutu TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi
Baru-Sidoarjo……… 96 10. Masalah Terkait Usaha Pengendalian Mutu TR KSU A dan TR KSU
B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo pada musim giling
(10)
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Judul
1. Diagram Kerangka Pemikiran………. 48 2. Skema Struktur Organisasi... 66 3. Alur Kegiatan Pengendalian Mutu Tebu di PT. Pabrik Gula Candi
Baru-Sidoarjo……….. 72 4. Uji Rata-rata Trash (Kotoran) TR KSU A dan TR KSU B di PT.
Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo Tahun 2007-2009………. 76 5. Hasil Rata-rata Brik Untuk Kategori TR KSU A dan TR KSU B di
PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo Tahun 2007-2009……… 78 6. Hasil Trash Untuk Kategori TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik
Gula Candi Baru-Sidoarjo MG 2007……….. 80 7. Hasil Trash Untuk Kategori TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik
Gula Candi Baru-Sidoarjo MG 2008……….. 81 8. Hasil Trash Untuk Kategori TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik
Gula Candi Baru-Sidoarjo MG 2009……….. 82 9. Hasil Perhitungan Brik Untuk Kategori TR KSU A dan TR KSU B di
PT. Pabrik Gula Candi Baru-SidoarjoMusim Giling 2007………. 99 10. Hasil Perhitungan Brik Untuk Kategori TR KSU A dan TR KSU B di
PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo Musim Giling 2008………. 100 11. Hasil Perhitungan Brik Untuk Kategori TR KSU A dan TR KSU B di
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Judul
1. Struktur Organisasi PG Candi Baru Th 2010 ………117 2. Hasil Analisis Trash TR KSU A Musim Giling 2007 PT. Pabrik Gula
Candi Baru-Sidoarjo ………..118 3. Hasil Analisis Trash TR KSU B Musim Giling 2007 PT. Pabrik Gula
Candi Baru-Sidoarjo ………..119 4. Hasil Analisis Trash TR KSU A Musim Giling 2008 PT. Pabrik Gula
Candi Baru-Sidoarjo ………..120 5. Hasil Analisis Trash TR KSU B Musim Giling 2008 PT. Pabrik Gula
Candi Baru-Sidoarjo ………..121 6. Hasil Analisis Trash TR KSU A Musim Giling 2009 PT. Pabrik Gula
Candi Baru-Sidoarjo ………..122 7. Hasil Analisis Trash TR KSU B Musim Giling 2009 PT. Pabrik Gula
Candi Baru-Sidoarjo ………..123 8. Hasil Pengolahan SPSS Untuk Model Regresi TR KSU A ………..124 9. Hasil Pengolahan SPSS Untuk Model Regresi TR KSU B ………..126 10. Hasil Analisis Brik Musim Giling 2007-2009 PT. Pabrik Gula Candi
(12)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan lingkungan dari lokal menjadi global menyebabkan terjadinya perubahan di hampir seluruh sektor kehidupan. Adanya perubahan global ini membuat perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas atau mutu produk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan pelanggan agar kepuasan pelanggan tercapai sehingga mampu bertahan dalam persaingan jangka panjang. Kualitas merupakan hal yang terpenting dalam proses produksi. Salah satu alternatif untuk menghasilkan kualitas tinggi yaitu menerapkan konsep Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management/TQM). TQM merupakan suatu pendekatan baru dan menyeluruh yang membutuhkan perubahan total atas paradigma manajemen tradisional, komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan dan pelatihan-pelatihan khusus. Penerapan TQM ini diharapkan perusahan akan dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Kualitas tinggi dapat dihasilkan dengan upaya perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya (Tjiptono dan Diana, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa TQM merupakan konsep yang tidak hanya menekankan pada aspek hasil saja tetapi juga kualitas manusia maupun prosesnya. Kegiatan pengendalian kualitas terhadap produk harus diimplementasikan sebagai jaminan pada konsumen bahwa produk yang dilemparkan ke pasaran memiliki mutu yang baik. Kegiatan pengendalian kualitas tidak hanya dilakukan pada produk akhirnya saja melainkan harus dimulai persiapan bahan baku hingga
(13)
proses produksinya. Assauri (1998) menjelaskan bahwa kegiatan pengendalian kualitas atau mutu merupakan salah satu fungsi yang penting dari suatu perusahaan agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standard terdapat pada produk akhir. Tujuan dari kegiatan pengendalian mutu ini semua barang dicatat menurut standard dan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan pada produksi di masa mendatang.
PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo merupakan perusahaan industri pengolahan dengan bahan baku tebu dan produk utama berupa Gula Kristal Putih (GKP). Untuk menghasilkan GKP berkualitas tinggi perlu ditunjang dari mutu tebunya. Apabila tebu yang digunakan berkualitas tinggi maka GKP yang dihasilkan juga berkualitas tinggi, ditunjang pula dengan proses produksi yang berkualitas tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mutu bahan baku menjadi salah satu faktor penting di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi. Sumber tebu yang digunakan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo diklasifikasikan berdasarkan pola kerjasama usaha antara pihak Pabrik Gula (PG) dengan petani atau kelompok tani, yaitu : Tebu Rakyat Kerjasama Usaha A dan B (TR KSU A dan TR KSU B) dan Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Mutu ketiga kategori tebu tersebut berbeda baik antara mutu TR KSU A, TR KSU B maupun TRM. Perbedaan mutu ketiga kategori tebu ini disebabkan perbedaan dalam kegiatan pengawasan mutunya dapat dikatakan bahwa mutu TR KSU A dan TR KSU B lebih baik daripada mutu TRM, karena pengelolaan TR KSU A dan TR KSU B dalam kendali PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo. Walaupun pengelolaan mutu TR KSU A dan TR KSU B dalam kendali PG tetapi mutu TR KSU A lebih baik
(14)
daripada mutu TR KSU B, karena kegiatan pengawasan mutu TR KSU A hanya dilakukan oleh PG sedangkan TR KSU B terdapat kerjasama antara PG dan kelompok tani sehingga kegiatan pengawasan mutu TR KSU A lebih efektif daripada TR KSU B. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk membahas topik: “Manajemen Pengendalian Mutu Tebu Rakyat Kerjasama Usaha di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo”.
1.2. Perumusan Masalah
Mutu atau kualitas dari ketiga kategori tebu yang digunakan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo, yaitu TR KSU A, TR KSU B dan TRM dapat mempengaruhi mutu gula yang dihasilkan. Secara umum kriteria tebu yang bermutu baik dan layak giling yaitu memenuhi standard Bersih, Segar, dan Manis (BSM) adalah sebagai berikut:
a. Bersih (B) yaitu kadar kotoran tebu dari pucuk, sogol, daduk, akar dan tanah dengan batas toleransi dari jumlah seluruh kotoran tebu sehingga tebu masih dapat digiling yaitu tidak lebih dari 5%.
b. Segar (S) yaitu waktu antara tebu ditebang sampai digiling tidak lebih dari 24 jam (1 hari). Batas toleransi tebu dikatakan bersih dan masih dapat digiling yaitu 2 hari (2 X 24 jam).
c. Manis (M) yaitu tebu yang memiliki potensi rendemen tinggi dengan kadar Brix pada periode awal minimal 17%.
Kegiatan pengawasan mutu harus dilakukan mulai dari tebu hingga Gula Kristal Putih (GKP) yang dihasilkan termasuk transformasi bentuk yang terjadi yaitu nira. Kegiatan pengawasan mutu ini ditujukan untuk menghasilkan produk
(15)
yang bermutu tinggi baik berupa tebu, nira, maupun GKP. Ruang lingkup penelitian ini hanya mutu bahan bakunya, yaitu : TR KSU A dan TR KSU B, karena pengelolaan kedua kategori tebu ini berada dalam wilayah historis PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo. Walaupun kedua kategori tebu tersebut dikelola oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo yaitu bagian tanaman/kebun tetapi mutu TR KSU A lebih baik daripada TR KSU B. Perbedaan mutu TR KSU A dan TR KSU B dapat ditunjukkan melalui kriteria Bersih dengan mengetahui jumlah trash yang terdapat didalam 2 kategori tebu tersebut yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Analisis Trash TR KSU A dan TR KSU B Periode 1-5 Pada Musim Giling Tahun 2008 di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo
Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah trash/kotoran tebu TR KSU B lebih banyak daripada TR KSU A dalam periode 1-5 pada musim giling tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa mutu TR KSU A lebih baik daripada TR KSU B ditinjau dari penilaian kriteria Bersih karena semakin kecil kandungan jumlah trashnya maka semakin baik mutu tebu tersebut.
Perbedaan mutu ini disebabkan karena pengelolaan tebu kategori TR KSU B tidak sepenuhnya dilakukan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo namun ada kerjasama dengan kelompok tani yang bersangkutan sedangkan untuk pengelolaan TR KSU A sepenuhnya dilakukan oleh PG. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
JUMLAH KOTOR (%) NO. PERIODE
TR KSU A TR KSU B
1. I 3,3 3,6
2. II 3,9 4,2
3. III 4,1 4,2
4. IV 3,7 4,0
(16)
1. Bagaimana mutu TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi mutu TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo?
3. Apa kendala-kendala yang dihadapi PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dalam meningkatkan mutu TR KSU A dan TR KSU B ?
4. Apakah upaya yang dilakukan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo untuk meningkatkan mutu TR KSU A dan TR KSU B ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang manajemen pengendalian mutu Tebu Rakyat Kerjasama Usaha A dan B (TR KSU A dan TR KSU B) di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Mengetahui mutu TR KSU A dan TR KSU B.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dalam meningkatkan mutu TR KSU A dan TR KSU B.
4. Mengetahui upaya yang dilaksanakan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo untuk meningkatkan mutu TR KSU A dan TR KSU B.
(17)
1.3.2.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat bagi penulis :
1. Memberikan tambahan wawasan dalam hal manajemen pengendalian mutu Tebu Rakyat Kerjasama Usaha A dan B (TR KSU A dan TR KSU B) di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
2. Dapat memberikan kontribusi saran pada perusahaan atas permasalahan yang ada.
3. Sebagai media latihan sebelum menghadapi dunia kerja. b. Manfaat bagi perusahaan :
Sebagai pertimbangan pengambilan langkah-langkah strategis dalam rangka pelaksanaan manajemen pengendalian mutu TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
c. Manfaat bagi pihak lain :
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi dalam melakukan penelitian sejenis.
(18)
1.4. Batasan Masalah
Penulisan skripsi yang berjudul : “Manajemen Pengendalian Mutu Tebu Rakyat Kerjasama Usaha di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo“ ini hanya dibatasi pada :
1. Ruang lingkup dalam penelitian ini dari persiapan tanam tebu hingga tebu ditebang.
2. Penelitian membahas tentang pengendalian mutu tebu pada TR KSU A dan TR KSU B yang diterapkan pada data analisis trash/kotoran tebu dan data kadar Brix dengan menggunakan data per periode selama tiga tahun terakhir yaitu 2007-2009.
(19)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2003) yang berjudul tentang pelaksanaan pengawasan mutu produk tepung terigu di perusahaan tepung dengan menggunakan analisis deskriptif menghasilkan kesimpulan bahwa dengan adanya pelaksanaan mutu produk dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi dan nantinya akan memberikan kepuasan kepada konsumen.
Penelitian Sofianto (2004) melakukan penelitian tentang manajemen operasi dalam agroindustri udang dengan menggunakan analisis deskriptif, Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa fungsi dasar dalam kegiatan manajemen dan operasi berkaitan erat dan berjalan berurutan menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu untuk mencapai efektivitas dan efesiensi kerja.
Penelitian Rohwanto (2006) membahas tentang penerapan Total Quality
Control (TQC) pada PT. Candi Jaya Amerta dengan menggunakan analisis
deskriptif, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan TQC dalam pelaksanaan proses produksi dapat menghasilkan produk krupuk yang berkualitas dan sesuai dengan standard produk yang ditetapkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen baik dalam persediaan bahan baku, pengawasan mutu bahan baku, maupun proses produksi mempunyai pengaruh terhadap mutu atau kualitas terhadap produk akhir yang dihasilkan. Pada penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini
(20)
menggunakan analisis yang sama, yaitu analisis deskriptif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah objek penelitian dan tempat yang akan diteliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi.
2.2. Pengertian Produksi
Produksi yaitu suatu kegiatan yang menciptakan atau meningkatkan kegunaan suatu barang. Peningkatan atau penambahan kegunaan suatu barang bisa melalui kegunaan tempat, kegunaan waktu, kegunaan bentuk atau gabungan dari beberapa kegunaan tersebut. Perusahaan-perusahaan saat ini cenderung menggabungkan beberapa kegunaan suatu barang sekaligus, baik kegunaan waktu, tempat, maupun kegunaan bentuk. Hal ini dilakukan untuk dapat mengantisipasi kebutuhan konsumen yang bersifat heterogen (berbeda-beda).
Istilah produksi sering dipergunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran atau output, baik berupa barang atau jasa. Render dan Heizer (2001) menjelaskan bahwa produksi adalah penciptaan barang dan jasa. Assauri (2003) berpendapat bahwa secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Jadi dalam pengertian ini produksi mencakup setiap proses yang mengubah masukan (input) dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran (output), berupa barang dan jasa. Adapun faktor-faktor produksi adalah sebagai berikut :
(21)
1. Tanah (land)/SDA (Natural Resources)
Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling tinggi, hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah. Pentingnya faktor produksi tanah bukan hanya dilihat dari luas atau sempitnya lahan tetapi juga dilihat dari segi yang lain, misalnya : aspek kesuburan tanah, macam-macam penggunaan lahan, topografi, dan lain-lain.
2. Tenaga kerja manusia (Labour)/SDM (Human Resources)
Setiap usaha pertanian pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan di dalam pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai.
3. Modal (Capital)
Modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan sehingga bentuk kekayaan baik berupa uang atau barang yang digunakan untuk menghasilkan barang baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi.
4. Kecakapan tata laksana (Managerial Skill)
Manajemen semakin penting kalau dikaitkan dengan efesien artinya walaupun faktor produksi tanah, pupuk, tenaga kerja dan lain-lain dirasa cukup tetapi jika tidak dikelola dengan baik maka produksi yang dihasilkan tidak akan optimal.
(22)
2.3. Manajemen Produksi/Operasi
2.3.1.Pengertian dan Peranan Manajemen Produksi/Operasi
Manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran (Render dan Heizer, 2001). Manajemen produksi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang atau jasa yang berguna sebagai usaha pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sasaran dari organisasi itu antara lain adalah untuk memperoleh tingkat laba tertentu atau memaksimalkan laba, memberikan pelayanan yang baik, serta berupaya dan berusaha untuk menjamin eksistensi organisasi tersebut.
Manajemen produksi mempunyai peranan untuk mengombinasikan faktor-faktor produksi yang rumit, sehingga dapat diproduksi barang atau jasa secara efektif dan efesien, variasi dan waktu (Assauri, 2003). Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam organisasi dengan sebaik mungkin. Karena dalam pengertian organisasi selalu terkandung unsur kelompok, maka manajemen pun biasanya digunakan dalam hubungan usaha suatu kelompok manusia, walaupun manajemen dapat pula ditetapkan terhadap usaha-usaha individu.
Menurut Manullang (1987), fungsi manajemen meliputi : Perencanaan (planning),
Pengorganisasian (organizing), Pengerahan (actuating) dan Pengawasan
(23)
1. Perencanaan (planning)
Manajemen produksi/operasi memerlukan perencanaan yang cermat dalam menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan kehendak pelanggan/konsumen dalam hal jumlah, kualitas harga serta waktu. Selain itu ada faktor-faktor pertimbangan yang terlibat dalam manajemen produksi antara lain lokasi, fasilitas, ukuran pabrik, tata letak, pembelian, persediaan, dan pengendalian produksi.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang mengelompokkan orang dan memberikan serta menjalankan tugas sehingga misi yang bertujuan agar segala kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. Komponen-komponen yang dimaksud dalam produksi antara pekerjaan yang harus melakukan pekerjaan tersebut dan alat-alat yang dipergunakan untuk menjalankan pekerjaan. Hierarki operasional hendaknya diisi dengan personalia yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu dan perlu juga dimotivasi agar instruksi-instruksi berproduksi secara terbuka, apalagi dengan dinamika masyarakat kemungkinan perubahan-perubahan selalu ada sehingga perubahan-perubahan proses, teknologi, metode berproduksi yang disesuaikan dengan tuntutan masyarakat tidak akan menemui tantangan.
3. Pengerahan (actuating)
Program dan organisasi yang efektif saja belum menjamin bahwa pekerjaan-pekerjaan dapat segera dilaksanakan tanpa adanya motivasi. Motivasi dapat berupa pujian atas hasil kerja atau produk yang dihasilkan, pemberian bantuan cara kerja modern, pemberian kesempatan berpatisipasi, mengemukakan ide-ide produk baru dan lain-lain. Tentu saja tindakan tidak berlebihan dan hendaknya
(24)
dilakukan pada waktu yang tepat. Koordinasi berproduksi selain sistem produksinya yang memungkinkan, prosedurnya pun dibuat hitam diatas putih dan aspek kemanusiaannya diperhatikan, yaitu diberi kesempatan mempelajari (learning process) terlebih dahulu. Selain itu keyakinan atas tujuan produksi perlu diberikan.
4. Pengawasan (controlling)
Fungsi manajemen produksi/operasi terakhir adalah pengawasan kegiatan produksi sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan dan berfungsi sebagai wadah pelaksanaan tugas, pengarahan merupakan segi memulai kegiatan, dengan demikian pengawasan mengatur agar kegiatan-kegiatan produksi sesuai dengan apa yang direncanakan.
Manajemen produksi merupakan proses manajemen yang diterapkan dalam bidang produksi. Proses manajemen produksi adalah penggabungan seluruh aspek yang terdiri dari produk, pabrik, proses, program dan manusia.
2.3.2.Kedudukan Manajemen Produksi / Operasi
Manajemen produksi merupakan kegiatan yang mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisaan dan penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi yang umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka panjang serta keputusan pada waktu menyiapkan dan melaksanakan kegiatan produksi yang umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka pendek.
(25)
Menurut Handoko (2002), para manajer produksi mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai keluaran (output) dalam jumlah, kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen. Selain itu organisasi-organisasi yang sesuai hendaknya mempunyai
sistem pelaporan yang memberikan informasi umpan balik (feedback) agar
manajer dapat mengetahui apakah kegiatan-kegiatannya dapat memenuhi permintaan konsumen atau tidak memenuhi permintaan konsumen. Apabila tidak memenuhi permintaan konsumen, maka konsekuensinya agar kelangsungan hidup organisai tetap terjadi adalah harus merancang kembali produk-produk atau jasa-jasanya. Perubahan-perubahan yang dilakukan melalui operasi internalnya atau faktor-faktor produksi yang digunakan. Selain itu juga, manajer harus selalu memperhatikan dan menanggapi kekuatan-kekuatan dari lingkungan eksternal, seperti peraturan-peraturan pemerintah, tuntutan-tuntutan serikat buruh, kondisi ekonomi lokal, regional, nasional dan internasional, kemajuan teknologi, dan lain-lain sebagai kondisi sekarang maupun yang akan datang yang bergejolak terus-menerus dan sangat dinamik.
2.4. Mutu atau Kualitas
2.4.1.Pengertian Mutu atau Kualitas
Terdapat beberapa pengertian tentang mutu atau kualitas yang menunjuk langsung terhadap atribut atau sifat-sifat dari produk atau jasa yang bersangkutan. Menurut Ahyari (2003) kualitas dapat didefinisikan sebagai jumlah dari atribut yang dideskripsikan dalam produk atau jasa yang bersangkutan. Definisi mutu
(26)
Jay Heizer (2001) bahwa mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Pendapat lain mengatakan bahwa definisi mutu berorientasi pada pengguna atau pemakainya, yang mengatakan bahwa mutu “tergantung pemakai menganggapnya”. Definisi kualitas lainnya dari Tjiptono dan Diana (2003) menjelaskan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi mutu atau kualitas lainnya adalah sifat atau karakter dari suatu produk atau jasa yang dapat memuaskan si pemakai atau konsumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa orientasi dari mutu atau kualitas adalah konsumen pemakai langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Schroeder (2002) yang menjelaskan mutu pada umumnya telah didefinisikan sebagai kecocokan penggunaan. Ini berarti bahwa produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan; artinya produk itu cocok dengan penggunaan pelanggan. Kecocokan penggunaan dikaitkan dengan nilai yang diterima pelanggan dan dengan kepuasan pelanggan. Hanya pelanggan yang menentukannya, bukan produsen. Produsen harus terus berusaha memperbaiki mutu dengan melakukan penyempurnaan yang berkesinambungan terhadap produk-produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi variabilitas di dalam semua proses. Dari beberapa pengertian mutu atau kualitas maka dapat disimpulkan bahwa mutu atau kualitas merupakan suatu ukuran seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan standar-standar yang ditentukan. Standar yang ditentukan bisa beraneka macam,
(27)
tergantung pihak mana yang menetapkannya. Misalnya standar bahan baku, standar produksi, standar fungsi produk dan sebagainya.
Direktorat Teknologi PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PT. RNI) dalam buku saku PG. RNI (2005) yang berjudul : “Teknik dan Teknologi Industri Gula” menjelaskan bahwa tebu (baik TR KSU A, TR KSU B maupun TRM) yang bermutu baik dan layak digiling memiliki kriteria Bersih, Segar, dan Manis yang disingkat dengan BSM. Sunantyo (2008) juga menjelaskan bahwa kriteria mutu tebu Bersih, Segar dan Manis (BSM) yaitu tebu bersih adalah tebu dalam keadaan bersih dari kotoran yang berupa akar, tanah, daduk, pucuk tebu dan sogolan. Tebu segar adalah tebu pada saat tebang dalam kondisi sehat dan segar tidak terserang hama/penyakit, tidak kering, tidak terbakar dan setelah ditebang langsung digiling. Sedangkan tebu manis adalah tebu dalam kondisi masak optimal, tidak layu atau kekeringan. Menggiling tebu dengan kriteria BSM ini memiliki banyak keuntungan, antara lain: menekan biaya tebang dan angkut, meningkatkan kapasitas giling, HK nira mentah, Nilai Nira Perahan Pertama (NPP) dan Meningkatkan Kadar Nira Tebu (KNT).
Penurunan mutu dapat terjadi dalam dua waktu yaitu sebelum dan sesudah tebu ditebang. Penurunan sebelum tebu ditebang dapat disebabkan oleh penyakit, hama, perubahan cuaca, dan sebagainya. Sedangkan penurunan setelah tebu ditebang dapat terjadi karena pembusukan oleh bakteri dan penggunaan sukrosa oleh tebu untuk hidup. Hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi kerusakan tebu dapat dilakukan mengurangi rentang waktu antara penebangan dan penggilingan tebu sampai pada tingkat maksimum yaitu 24 jam.
(28)
2.4.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu atau Kualitas
Tujuan mutu atau kualitas harus merupakan produk atau jasa yang dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah sebagai berikut :
1. Tujuan organisasi
Apakah perusahaan bertujuan untuk menghasilkan volume output tinggi, barang yang berharga rendah atau menghasilkan barang berharga mahal, eksklusif. Umumnya harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai harga yang mahal dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik atau sebaliknya.
2. Desain produk
Salah satu faktor yang penting dipergunakan oleh konsumen dalam melihat suatu produk pertama kalinya, untuk menentukan mutu produk tersebut, adalah wujud luar (desain) produk itu. Faktor ini mencakup cara mendesain produk tersebut baik dari bentuk produk itu sendiri, maupun dalam warna, susunan (seperti pembungkusan) dan hal-hal lainnya.
3. Kualitas input dan proses produksi
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi mutu suatu produk adalah kualitas inputnya. Jika bahan baku yang digunakan tidak memenuhi standard, tenaga kerja tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak lengkap akan berakibat pada kualitas produk yang rendah, dan sebaliknya. Proses produksi suatu produk juga dapat mempengaruhi mutu akan produk tersebut. Apabila dalam memproduksi produk sesuai dengan
(29)
prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka akan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan sebaliknya.
Dari kedua faktor, mutu bahan baku dan proses produksi itu yang lebih mempengaruhi mutu suatu produk adalah mutu bahan baku. Umumnya jika mutu bahan baku tinggi dan proses produksi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka produk yang dihasilkan akan berkualitas tinggi juga. Tetapi apabila mutu bahan baku rendah sedangkan proses produksi sesuai dengan prosedur, maka produk yang dihasilkan akan berkualitas rendah.
4. Umpan balik konsumen
Umpan balik konsumen dapat berupa respon atau tanggapan konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Apabila perusahaan sensitif atau peka terhadap keluhan-keluhan konsumen maka dapat memperbaiki mutu produk tersebut.
Dalam Buku Saku PG. RNI (2005) menjelaskan bahwa secara umum faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu TR KSU A, TR KSU B dan TRM di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo, antara lain :
1. Pelaksanaan budidaya tanaman tebu, misalnya dalam penggunaan pupuk.
2. Banyaknya jumlah keprasan (snith), maksimal 4 kali keprasan.
3. Pelaksanaan tebang-angkut tebu, terkait dengan kotoran tebu (trash) dan
jarak/waktu dari tebu ditebang hingga tebu digiling.
4. Banyaknya jumlah tebu terbakar, atau tebu yang terkena hama serta
(30)
Menurut Hadisaputro (2007) dalam jurnal Gula Indonesia yang berjudul : “Optimalisasi Produktivitas Tebu dan Rendemen” ini menjelaskan bahwa secara teoritis keragaan tanaman (termasuk tebu) merupakan hasil saling tindak (interaction) antara faktor tanaman (genetik) dan faktor lingkungan.
1. Faktor Tanaman
a. Sifat Genetik
Secara genetik tebu termasuk tanaman yang suka air tetapi peka terhadap kondisi lingkungan tumbuh berdrainase jelek. Karena itu air dapat dikendalikan secara efektif merupakan prasyarat utama untuk mencapai produktivitas yang tinggi.
b. Kebutuhan air
Kebutuhan air maksimum (mencapai 75% dari total kebutuhan air yang diperlukan tebu) terjadi saat tebu dalam fase pertumbuhan cepat, yaitu umur 3,5-8,5 bulan. Ini berarti, untuk mendukung fase pertumbuhan ini secara rata-rata per bulannya tebu memerlukan air setara curah hujan 240 mm.
c. Varietas
Varietas merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas. Namun, menanam satu varietas tebu yang mempunyai daya hasil dan rendemen tinggi secara terus-menerus dalam kurun waktu ± 5 tahun tanpa upaya revitalisasi tidak disarankan. Karena daya hasil dari tebu tersebut secara bertahap akan menurun sejalan dengan perjalanan waktu akibat proses denegeneratif dan terjadinya akumulasi penyakit-penyakit sistemik sehingga dalam kurun waktu tertentu harus
(31)
dilakukan revitalisasi atau pergantian varietas dengan melakukan bongkar ratoon atau membatasi jumlah keprasan.
2. Faktor Lingkungan
a. Iklim
Air merupakan faktor pembatas utama produktivitas tebu. Pada saat ini penyediaan air bagi tebu lebih bergantung pada curah hujan atau iklim daripada air dari jaringan irigasi.
b. Masa tanam optimal
Dengan masa tanam yang tepat maka secara alami akan ada kesesuaian antara keinginan masing-masing fase pertumbuhan tebu dan kondisi iklim atau lingkungannya. Bulan Mei – Juli dapat dikatakan sebagai bulan tanam optimal.
c. Kualitas olah tanah
Kualitas olah tanah yang prima dan dalam akan memperbaiki drainase lingkungan dan mendukung perkembangan jelajah akar tebu.
d. Pupuk dan ketersediaan hara
Pada umumnya daya dukung lahan terhadap kebutuhan hara untuk tebu terbatas. Karena itu, pemupukan tebu adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Agar memberikan manfaat optimal maka selain jenis pupuk yang diberikan harus lengkap dan seimbang juga semua dosis pupuk tersebut harus sudah diberikan sebelum tebu berumur 3 bulan. Keterlambatan pemupukan tidak hanya menurunkan nilai tambah tetapi juga dapat menurunkan kualitas bibit karena saat ditebang tebu belum masak optimal atau karena tumbuhnya banyak sogolan.
(32)
e. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Pengendalian OPT tidak untuk meningkatkan produktivitas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyelamatkan potensi produksi tebu yang telah dicapai di kebun.
f. Rekayasa lingkungan
Dengan kondisi iklim yang berubah-ubah, penggunaan pupuk yang berlebih terutama N untuk meningkatkan bobot, dan tata ruang peruntukan lahan pertanian yang tidak tertata dengan baik sering menghambat proses kemasakan tebu. Masalah ini dapat diatasi dengan
menggunakan cane ripeners atau zat pemacu kemasakan (ZPK).
Berdasarkan kedua faktor tersebut yaitu faktor tanaman dan faktor lingkungan jika dihubungkan dengan kondisi mutu TR KSU A dan TR KSU B maka aspek-aspek yang membedakan mutu TR KSU A dan TR KSU B dalam usaha pengendalian mutu tebunya adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Aspek-aspek Pembeda Antara TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo
Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa manajemen pengendalian mutu TR KSU A lebih baik daripada TR KSU B. Hal ini dapat ditunjukkan dari aspek ketersediaan air, kualitas olah tanah dan pengendalian OPT yang lebih efektif dilakukan untuk tebu dengan kategori TR KSU A.
TR KSU A TR KSU B
No Aspek Pengendalian Mutu
Sawah Sawah Tegalan
1. Ketersediaan Air Cukup Cukup Tidak Cukup
2. Kualitas Olah Tanah Intensif Kurang Intensif Kurang Intensif
3. Pupuk dan Ketersediaan Hara Cukup Cukup Cukup
(33)
2.5. Manajemen Mutu atau Kualitas
Konsep manajemen mutu dibangun berdasarkan konsep manajemen secara umum. Manajemen adalah proses sistematis untuk mencapai tujuan melalui fungsi
Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengerahan (actuating)
dan Pengawasan (controlling). Perencanaan (planning) adalah proses menetapkan
apa yang ingin dicapai dan menjabarkan bagaimana cara mencapainya.
Pengorganisasian (organizing) adalah proses memperoleh informasi mengenai
kemajuan atau tingkat merealisasikan apa yang telah dipikirkan dan ditetapkan
dalam perencanaan. Pengerahan (actuating) dan Pengawasan (controlling) adalah
proses efektivitas pencapaian hasil atau sasaran yang direncanakan dengan cara melakukan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, mengukur atau membandingkan apa yang telah dilaksanakan dan dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai dan dilaksanakan.
Manajemen mutu adalah upaya sistematis melalui fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta evaluasi terhadap semua unsur perusahaan, baik internal maupun eksternal yang tercakup dalam dimensi material metode, mesin, dan manusia lingkungan maupun informasi untuk merealisasikan komitmen, kebijakan dan sasaran mutu yang telah ditetapkan dalam rangka memberikan kepuasan kepada pelanggan untuk sekarang maupun masa mendatang.
2.5.1.Pengertian Pengawasan Mutu atau Kualitas
Mutu adalah salah satu tujuan penting sebagian besar organisasi. Mengingat mutu ini menyangkut orgnisasi secara keseluruhan, maka fungsi operasi dibebani tanggung jawab untuk menghasilkan mutu bagi pelanggan atau konsumen. Tanggung jawab ini bisa dilakukan hanya melalui manajemen serta pengendalian
(34)
mutu yang benar pada semua tahap operasi. Menurut Assauri (1998), pengawasan mutu merupakan salah satu fungsi yang penting dari suatu perusahaan agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standard terdapat pada hasil akhir. Pengawasan mutu ini semua barang dicatat menurut standard dan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan pada produksi di masa mendatang.
Menurut Tjiptono dan Diana (2003), persyaratan mutu menurut aliran TQM
(Total Quality Management) mencakup konsep multi-dimensional yang terdiri
dari delapan tujuh aspek yang merupakan orientasi pemikiran dalam manajemen mutu, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-dimensi kualitas tersebut adalah :
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap.
3. Kehandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standard-standard yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan.
6. Servicebility, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan. Mudah
direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
(35)
8. Kualitas yang dipresepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
2.5.2.Maksud dan Tujuan Pengawasan Mutu atau Kualitas
Tujuan dari pengawasan mutu atau kualitas adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standard dapat tercemin dalam produk atau hasil akhir. Secara terperinci, tujuan dari pengawasan mutu menurut Assauri (1998) adalah :
1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standard mutu yang telah
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
2.6. Total Quality Management (TQM)
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh organisasi, mulai dari pemasok sampai konsumen. TQM menekankan pada komitmen manajemen untuk memiliki keinginan yang berkesinambungan bagi perusahaan untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen. Tjiptono dan Diana (2003)
menjelaskan bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Dari pengertian TQM tersebut telah menunjukkan bahwa
(36)
membangun lingkungan manajemen mutu terpadu merupakan hal yang penting, karena keputusan mengenai mutu mempengaruhi setiap tahap pembentukan dan pengelolaan operasi yang berkelas internasional.
Menurut Tjiptono dan Diana (2003), terdapat lima konsep yang efektif untuk menerapkan perbaikan mutu, yang merupakan perkembangan dari 14 langkah yang dikemukakan oleh ahli mutu W. Edwards Deming, yaitu : Perbaikan yang terus-menerus, pemberdayaan karyawan, perbandingan kinerja (bencmarking), penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya (Just-In-Time), dan Pengetahuan mengenai peralatan. Perbaikan yang berkesinambugan merupakan salah satu unsur paling fundamental dari TQM. Konsep perbaikan berkesinambungan diterapkan baik terhadap proses produk maupun orang yang melaksanakannya.
Persaingan global dan selalu berubahnya permintaan pelanggan merupakan alasan perlunya dilakukan perbaikan berkesinambungan. Untuk mencapai perbaikan berkesinambungan, manajer senior tidak cukup bila hanya menerima ide perbaikan, tetapi juga secara aktif mendorong setiap orang untuk mengidentifikasi dan menggunakan kesempatan perbaikan atau dengan kata lain ‘never accept the status quo’. Pelaksanaan perbaikan proses berkesinambungan meliputi :
1. Penentuan masalah dan pemecahan yang memungkinkan
2. Pemilihan dan implementasi pemecahan yang paling efektif dan efisien
(37)
2.7. Kemitraan antara PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dengan Petani Menurut Collondo (1989) dalam Poerwadi (1992) menyebutkan bahwa pembinaan tebu rakyat dapat ditempuh melalui kemitraan petani atau kelompok tani. Bentuk kemitraan antara petani dengan Pabrik Gula ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah antara lain :
1. Tebu Rakyat Kredit yaitu tebu rakyat yang dikemukakan oleh petani dengan
memanfaatkan kredit koperasi dengan bimbingan teknis dan pengolahan hasil.
2. Tebu Rakyat Mandiri (TRM) yaitu tebu rakyat yang dikembangkan oleh
petani dengan modal sendiri dengan bimbingan teknis dan pengelola hasil oleh perusahaan mitra.
3. Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) yaitu tebu rakyat yang dilakukan
oleh petani pemilik lahan dengan menyerahkan pengolahannya kepada perusahaan mitra atas dasar kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Dengan memperoleh jaminan penghasilan tertentu dan dengan memanfaatkan kredit KKP/kredit lainnya.
4. Sewa lahan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Pola ini ditetapkan
dalam keadaan terpaksa dimana ketiga bentuk tersebut tidak dapat dilaksanakan.
PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo melakukan kemitraan dengan petani atau kelompok tani dalam bentuk sebagai berikut :
1. Tebu Rakyat Kerjasama Usaha, yang dikelompokkan menjadi dua kategori
(38)
a. Tebu Rakyat Kerjasama Usaha A (TR KSU A)
b. Tebu Rakyat Kerjasama Usaha B (TR KSU B)
2. Tebu Rakyat Mandiri (TRM)
2.8. Tinjauan Tentang Gula 2.8.1.Tanaman Tebu
Tebu termasuk genus saccharum dan species paling lama yang
dibudidayakan oleh manusia yaitu Caccharum officinarum. Jenis ini telah
dibudidayakan dan dipilih oleh petani selama beribu-ribu tahun lalu sampai munculnya industri perkebunan gula komersial pada abad 19. Tebu banyak tumbuh di daerah tropis dan sedikit di daerah sub tropis. Tebu memerlukan suhu tinggi dan air yang cukup selama pertumbuhannya.
Dalam Buku Saku PG. RNI (2005) menjelaskan bahwa kandungan hablur sukrosa per 100 bagian tebu disebut rendemen, dengan demikian bisa dikatakan bahwa rendemen dihasilkan di kebun bukan pabrik. Faktor yang berpengaruh terhadap rendemen tebu adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh luar pabrik
Pengaruh luar pabrik terhadap rendemen tebu mencapai 80%. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendemen tebu antara lain : iklim, tanah, varietas, waktu tanam, pemeliharaan (pangairan dan pemupukan), penebangan (umur tanaman, kebersihan, dan sisa tebu di kebun) serta perlakuan pasca panen (tidak lebih dari 24 jam sudah harus digiling).
(39)
2. Pengaruh dalam pabrik
Pabrik tidak dapat membuat tebu dengan potensi rendemen rendah menjadi rendemen tinggi. Tugas pabrik hanya menyelamatkan gula yang dibawa tebu agar kehilangan gula dalam proses sekecil mungkin. Kehilangan gula selama proses sebagian besar terjadi pada :
a. Gilingan, khususnya di ampas dan kehilangan karena fermentasi
b. Proses, terjadi di blotong dan tetes akibat inverse dan tumpah.
Menurut Yudi Prabowo (2007) menjelaskan teknis budidaya tanaman tebu secara umum sebagai berikut :
1. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu
Tanah yang cocok adalah bersifat kering-kering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.
2. Pembukaan Kebun
Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik. Ukuran got standard ; Got keliling/mujur lebar 60 cm dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm dalam 60 cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan mengontrol tanaman. Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got - got malang mencapai kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran standard juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan juringan harus dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek
(40)
kedua serta rapi. Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar lebih dari 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol sepanjang got malang dengan lebar lebih besar 80 cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk jalan kontrol (jalan tikus).
3. Turun Tanah/Kebruk
Yaitu mengembalikan tanah stek kedua ke dalam juringan untuk membuat kasuran/bantalan/dasar tanah. Tebalnya tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah > 10 cm. di musim kemarau terik tebal sekitar 15 - 20 cm.
4. Persiapan Tanam
a. Lakukan seleksi bibit di luar kebun
b. Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah
anakan semaksimal mungkin. Bibit stek > 70.000 per ha.
5. Cara Tanam
a. Bibit Bagal/debbeltop/generasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman sekitar 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
b. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit)
Jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring lebih dari 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman > 1 cm. Jika bibit rayungan bermata tiga sebaiknya bibit bagal (stek) dan rayungan
(41)
ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.
6. Waktu Tanam
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan jadwal masa giling di Pabrik Gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.
7. Penyiraman
Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.
8. Penyulaman
a. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam, yaitu untuk
tanaman rayungan bermata satu.
b. Sulaman ke - 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4
helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan.
c. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika
tanaman berumur + 1 bulan.
d. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama
dengan pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan
e. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2
9. Pembumbunan Tanah
a. Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun
3-4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
(42)
b. Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar > 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau > 2 bulan.
c. Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua
got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60cm.
10. Garpu Muka Gulud
Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.
11. Klentek
Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang.
12. Tebu Roboh
Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros - ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun - rumpun dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.
13. Pemupukan
14. Pengendalian Hama dan Penyakit
15. Rendemen Tebu
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang
(43)
batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10
bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan
bisa mencapai 13 %.
16. Tebu Keprasan
Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD). Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu. Sebelum mengepras , sebaiknya tanah yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak - petak tebu secara berurutan.
2.8.2.Deskripsi Gula
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok dan paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai produk makanan tentunya harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan sehingga layak untuk dikonsumsi. Di Indonesia ada
tiga jenis gula yang beredar di pasaran, yaitu gula kristal mentah (GKM) atau raw
sugar yang digunakan sebagai bahan baku industri gula rafinasi, Gula Kristal Putih (GKP) yang dikonsumsi secara langsung dan gula rafinasi sebagai bahan baku industri makanan dan minuman.
Gula yang kita konsumsi sehari-hari adalah Gula Kristal Putih (GKP) secara
internasional disebut sebagai plantation white sugar. GKP dibuat dari tebu yang
diolah melalui berbagai tahapan proses, untuk Indonesia kebanyakan menggunakan proses sulfitasi dalam pengolahan gula. Kriteria mutu gula yang berlaku di Indonesia ( SNI ) saat ini pada dasarnya mengacu pada kriteria lama
(44)
yang dikenal dengan SHS (Superieure Hoofd Suiker), yang pada perkembangannya kemudian mengalami modfikasi dan terakhir SNI 01-3140-2001/Rev 2005, Tabel 2. Secara garis besar kriteria mutu gula (GKP) yang kita
ikuti meliputi kadar air, polarisasi, warna larutan, warna kristal, kadar SO2, abu
konduktivitas dan besar jenis butir.
Tabel 3. Syarat Mutu Gula Kristal Putih (SNI-3140-200/Rev 2005)
1. Kadar air
Kadar air adalah jumlah air (%) yang terdapat dalam gula, biasanya batasan maksimal 0,1%. Gula yang mengandung kadar air tinggi cepat mengalami penurunan mutu/kerusakan dalam penyimpanan, berubah warna, mencair dan sebagainya. Disamping itu penanganannya sulit (lengket dalam karung) dan penampilannya jelek. Gula yang berkadar air tinggi biasanya dengan mudah dilihat secara langsung oleh konsumen tanpa menggunakan peralatan. Proses pengeringan gula di pabrik gula umumnya menggunakan
talang goyang (grasshoper) yang jalurnya panjang untuk mencapai tingkat
kekeringan tertentu (< 0,1%).
NO KRITERIA UJI SATUAN PERSYARATAN
1. Polarisasi oZ Min 99.5
2. Warna Kristal CT 5 - 10
3. Susut Pengeringan % b/b Maks 0.1
4. Warna Larutan Lu 81 - 300
5. Abu Konduktivitas % b/b Maks 0.15
6. Besar Jenis Butir mm 0.8 - 1.2
7. Belerang (SO2) mg/kg Maks 30
8. Kadar Air % Maks 0.1
9. Timbal (Pb) mg/kg Mks 2.0
10. Arsen (As) mg/kg Maks 1.0
(45)
2. Polarisasi
Polarisasi menunjukkan kadar sukrosa dalam gula, semakin tinggi polarisasi semakin tinggi kadar gulanya. Batasan minimal kadar pol adalah 99,5%. Pengukuran kadar pol dilakukan dengan alat ukur polarimeter. Produk gula kita pada umumnya tidak mengalami kesulitan untuk mencapai batasan minimal tersebut.
3. Warna Larutan
Warna larutan gula berkisar dari kuning muda (warna muda ) sampai kuning kecoklatan (warna gelap) diukur dengan metode ICUMSA
(International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis),
dinyatakan dalam indeks warna. Semakin besar indeks semakin gelap warna larutan. Batasan maksimal indeks warna untuk GKP adalah 300 iu.
4. Warna Kristal
Warna kristal dapat dilihat secara langsung dengan mata, secara kualitatif dengan cara membandingkan dengan standard dapat diketahui
tingkat keputihan (whiteness) gula. Penggunaan peralatan (spektrofotometer
refleksi) diperlukan untuk pengukuran kuantitatif yang dinyatakan dalam
CT ( colour type) . Semakin tinggi nilai CT semakin putih warna gulanya.
Untuk gula GKP kisaran nilai CT sekitar 5 - 10. Pada penentuan premi mutu gula warna kristal ini merupakan salah satu tolok ukur utama yang menentukan.
5. Kadar SO2
Kadar SO2 gula produk kita berkisar 5-20 ppm. ini disebabkan
(46)
residu SO2 seperti pada kisaran tersebut. Adanya residu SO2 menjadi kendala untuk konsumsi industri makanan/minuman, yang biasanya
menuntut bebas SO2. Kadar SO2 maksimal yang diperkenankan di Indonesia
adalah 30 ppm. Pada mulanya sebelum ada pembatasan banyak produk
pabrik gula (sulfitasi) yang mengandung SO2 berlebihan, namun dengan
adanya pembatasan kadar SO2 menurun sampai pada kisaran 5-20 ppm.
6. Besar Jenis Butir
Besar jenis butir adalah ukuran rata-rata butir kristal gula dinyatakan dalam mm. Persyaratan untuk GKP adalah 0,8-1,1 mm dan untuk memenuhi persyaratan tersebut tampaknya tidak ada kesulitan. Konsumen lebih menyukai gula yang ukuran kristalnya besar (kasar). Namun dari sisi pabrik, untuk membuat kristal yang besar diperlukan energi yang lebih banyak, ini berhubungan dengan waktu masak untuk membesarkan ukuran kristal. Tetapi bila ukuran terlalu halus daya simpannya berkurang, gula akan cepat mengabsorpsi air sehingga cepat basah.
2.8.3.Bahan Baku Pembuatan Gula
Dalam Buku Saku PG. RNI (2005) menjelaskan bahwa bahan baku yang digunakan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dapat dibedakan atas bahan baku utama dan bahan baku penunjang proses produksi.
(47)
1. Bahan baku utama
Tebu yang digunakan PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo terdiri dari :
A. Tebu Rakyat KSU A
Merupakan pola kerjasama dimana pihak PG memberikan Jaminan Pendapatan Minimum Petani (JPMP). Sedangkan pengelolaan budidaya, sarana produksi, maupun biaya garap dilaksanakan oleh pihak PG. Areal persebaran TR KSU A berada di wilayah kerja PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo (Sidoarjo, Pasuruan, Gresik, dan Mojokerto). Status kepemilikan lahan untuk TR KSU A ini dapat berasal dari tanah kas desa atau dari petani murni. Apabila terdapat kelebihan produksi tebu dengan kategori TR KSU A maka kelompok tani mendapatkan 20% dari total produksi gula.
B. Tebu Rakyat KSU B
Pihak PG terlebih dahulu mengontrak para petani pada awal masa tanam. Lahan yang digunakan adalah milik petani. Sedangkan pengelolaan budidaya, sarana produksi, maupun biaya garap dan tebang angkut dilaksanakan oleh pihak PG melalui dana KKP (Kredit Ketahanan Pangan). Pembayaran tebu yang dipasok petani ke pabrik menggunakan sistem bagi hasil produk atau SPT (Sistem Pembayaran Tunai). Dari hasil produksi gula, 66 % milik petani dan 34 % milik PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo. Areal persebaran TR KSU B berada di wilayah kerja PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo (Sidoarjo, Pasuruan, Gresik, dan Mojokerto).
(48)
C. Tebu Rakyat Mandiri (TRM)
Pemenuhan faktor-faktor produksi dalam penanaman tebu (ketersediaan lahan, sarana produksi, biaya garap, biaya tebang-angkut, dan sebagainya) dilakukan oleh kelompok tani tanpa mendapatkan bantuan dari PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo. Areal persebaran tebu dengan kategori TRM adalah wilayah Mojokerto, Lumajang, dan Malang.
2. Bahan baku penunjang
Bahan baku penunjang yang digunakan dalam proses produksi gula di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo, antara lain :
A. Bakterisida dan Fungisida
Bakterisida dan fungisida ditambahkan dengan tujuan mengontrol pertumbuhan bakteri dan jamur dalam nira serta menurunkan kehilangan sukrosa yang terjdi karena inversi.
B. Asam Phosfat (H3PO4)
Kegunaan dari bahan ini adalah sebagai bahan pengendap kotoran.
C. Kapur Tohor (CaO)
Penambahan kapur dalam nira dilakukan dalam bentuk susu kapur atau suspense yang bertujuan untuk menaikkan pH nira dari asam menjadi alkalis, mencegah terjadinya inversi, dan menjernihkan nira. Bahan ini disimpan dalam gudang kapur untuk menjaga agar tidak terkena udara.
(49)
D. Sulfur
Sulfur atau belerang digunakan untuk memproduksi Ca(OH)2 yang akan digunakan dalam proses permurnian.
E. Flokulan
F. Larutan Kaporit
G. Caustic Soda Flake
Caustic Soda Flake adalah padatan atau solid yang digunakan dalam pembersihan evaporator. Pemakaian bahan ini bertujuan untuk melunakkan kerak yang ada.
H. Tawas
Tawas berfungsi untuk mengendapkan air sungai yang digunakan
sebagai feed water boiler.
I. MPQ, MCP, dan Oxytrol berfungsi sebagai pengikat ion Ca, Mg dan
Si yang terlarut dalam air ketel agar terbentuk endapan yang lunak
berupa sludge agar mudah di-blodown.
Kebutuhan-kebutuhan bahan baku penunjang sebenarnya bervariasi dari waktu ke waktu. selain tawas (yang kebutuhannya tergantung kejernihan air sungai), kebutuhan bahan-bahan baku penunjang proses juga tergantung pada berat tebu yang digiling. Berat tebu yang digiling sendiri berfluktuasi dari hari ke hari sehingga semua jumlah kebutuhan bahan baku penunjang umumnya merupakan nilai rata-rata.
(50)
2.8.4.Proses Pembuatan Gula
Direktorat Teknologi PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PT. RNI) dalam buku saku PG. RNI (2005) yang berjudul : “Teknik dan Teknologi Industri Gula” menjelaskan bahwa secara umum aktivitas Pabrik Gula dibagi menjadi :
1. Penerimaan Bahan Baku (Emplacement)
Emplacement merupakan sarana yang digunakan untuk menerima dan
menimbang tebu sebelum tebu diolah ke Stasiun Gilingan. Tahapan ini juga digunakan sebagai tempat menampung tebu/persediaan tebu sebelum digiling.
2. Stasiun Gilingan
Fungsi dari Stasiun Gilingan adalah untuk memperoleh nira sebanyak mungkin dan mengusahakan kandungan nira yang terdapat dalam ampas sekecil mungkin. Prinsip stasiun ini adalah memerah cacahan tebu sehingga nira tebu dapat terperah secara optimal. Nira inilah yang nantinya akan diolah di stasiun berikutnya sehingga akan diperoleh gula sebagai hasil akhirnya.
3. Stasiun Pemurnian
Fungsi dari Stasiun Pemurnian ini adalah untuk memurnikan nira mentah/nira kotor menjadi nira jernih/nira encer.
4. Stasiun Penguapan
Fungsi dari Stasiun Penguapan ini adalah untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira encer hingga diperoleh nira kental. Pencapaian kadar
brix nira kental ini dapat dengan sistim penguapan multiple effect bisa
(51)
5. Stasiun Masakan
Fungsi dari Stasiun Masakan ini adalah untuk memproses nira kental menjadi masakan dengan karakteristik kristal rata, kadar brix sesuai
persentase (%) kristal masakan tinggi, tidak viscous. Sistem masakan yang
digunakan di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo adalah masakan A, C, dan D.
6. Stasiun Putaran (Centrifugal)
Fungsi stasiun ini adalah untuk memisahkan hasil masakan dengan stroopnya dengan bantuan air cucian/bilasan dan uap bau sehingga menghasilkan Gula Kristal Putih (GKP).
7. Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan
Fungsi dari Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan ini adalah untuk mengeringkan GKP dan menyeleksi ukuran kristal.
Tahapan lainnya yang juga termasuk dalam aktivitas pabrik gula, yaitu Unit Pengolahan Limbah (UPL). Dalam buku saku PG. RNI (2005) ini juga menjelaskan bahwa limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula terdiri dari limbah padat, gas dan cair. Ketiga jenis limbah ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memudahkan proses penanggulangannya.
2.8.5.Analisis Uji Hasil
Analisa uji hasil dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari bahan baku sampai produk akhir dengan tujuan untuk :
1. Mengendalikan proses dari awal sampai akhir guna mengendalikan mutu
selama proses, dengan harapan hasilnya sesuai dengan standard yang diharapkan.
(52)
2. Sebagai acuan guna menghasilkan produk yang lebih baik pada periode atau musim giling berikutnya.
Adapun analisis uji hasil yang dilakukan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo adalah sebagai berikut :
1. Analisis uji hasil yang dilakukan oleh bagian tanaman, yaitu :
A. Analisis Pendahuluan
Tujuan : untuk mengetahui apakah tebu sudah siap ditebang agar
dapat ditentukan waktu tebang yang tepat.
B. Analisis Trash/kotoran tebu
Tujuan : untuk mengetahui sejauh mana mutu tebu yang secara
analisis pendahuluan layak giling yang berhubungan dengan mutu bahan baku.
C. Analisis NPP (Nilai Perahan Pertama)
Tujuan : untuk mengetahui potensi rendemen riil.
2. Analisis uji hasil yang dilakukan oleh bagian pabrikasi, yaitu :
A. Analisis Pendahuluan dan Analisis Rendemen
Tujuan : untuk mengetahui apakah tebu sudah siap ditebang agar
dapat ditentukan waktu tebang yang tepat sekaligus untuk mengetahui tinggi rendemen tebu yang digiling.
B. Analisis Nira
Tujuan : untuk menentukan derajat keasaman, Harga Kemurnian
(HK), % brix, % pol, kotoran kandungan kapur, kandungan phospat dan gula reduksi.
(53)
C. Analisis Blotong
Tujuan : untuk menentukan bahan kering blotong dan persentase
pol, serta untuk mengetahui kadar gula yang masih tertinggal atau terbuang blotong.
D. Analisis Ampas
Tujuan : untuk mengetahui hasil gula dari sejumlah tebu yang
digiling dan untuk mengetahui kadar gula yang tertinggal pada ampas sehingga dapat ditentukan banyaknya air imbibisi yang harus ditambahkan.
E. Analisis Masakan dan Stroop
Tujuan : untuk menetapkan Harga Kemurnian (HK) guna pengontrolan proses.
F. Analisis Gula Produk
Tujuan : untuk menentukan HK guna mengontrol kualits produk
yang dihasilkan.
G. Analisis Tetes atau Mollases
Tujuan : untuk menentukan HK tetes.
H. Analisis Air Kondesat
Tujuan : untuk mengetahui apakah air kondesat mengandung gula
atau tidak.
I. Analisis Air
Ukuran yang paling banyak digunakan dalam analisis uji hasil adalah % brix, % pol dan HK (Harga Kemurnian), yaitu :
(54)
a. % brix : Bagian kadar zat kering yang terlarut (kadar gula + kadar kotoran bukan gula).
b. % pol : Bagian kadar gula yang terlarut.
(55)
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Mutu adalah salah satu tujuan penting sebagian besar perusahaan, baik perusahaan industri maupun jasa. Pengertian mutu ini mencakup produk atau jasa dengan cacat nol, proses penyempurnaan yang berkesinambungan dan fokus kepada pelanggan. Kendali mutu merupakan penyempurnaan berkesinambungan dari suatu proses yang stabil. Proses yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi (cacat nol) sehingga dapat meningkatkan tingkat produksi perusahaan dan menetapkan standard perusahaan yang disesuaikan oleh permintaan konsumen (pelanggan).
PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dikatakan berhasil bilamana usahanya dapat menghasilkan gula yang berkualitas tinggi. Dengan melakukan perbaikan mutu tebu secara terus-menerus dan berkesinambungan dapat menghasilkan Gula Kristal Putih (GKP) yang berkualitas tinggi. Tebu yang digunakan PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo diklasifikasi berdasarkan pola kerjasama usaha antara PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dengan petani atau kelompok tani, yaitu : Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU A dan TR KSU B) dan Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Dalam penelitian ini hanya membahas pada pengendalian mutu TR KSU A dan TR KSU B karena wilayah pengelolaan dari kedua jenis tebu tersebut masih berada dalam wilayah historis PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo sehingga kegiatan pengawasan mutu tebu dapat dilakukan secara efektif dan efesien oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
(56)
Secara umum kriteria tebu (baik TR KSU A, TR KSU B, maupun TRM) yang bermutu baik dan layak giling yaitu memenuhi standard Bersih, Segar, dan Manis (BSM) adalah sebagai berikut :
a. Bersih (B) yaitu kadar trash/kotoran tebu (pucuk, sogol, daduk, akar dan
tanah) dengan toleransi jumlah keseluruhan kotoran tebu tersebut tidak lebih dari 5%. Batas toleransi tebu masih dapat digiling dari masing-masing kotoran tebu sebagai berikut :
1) Pucukan yaitu tidak lebih dari 1,5%
2) Daduk yaitu tidak lebih dari 2%
3) Sogolan yaitu tidak lebih dari 1,4%
4) Akar yaitu tidak lebih dari 0,05%
5) Tanah yaitu tidak lebih dari 0,05%
Tingkat mutu tebu, khususnya untuk kriteria Bersih tersebut dapat diuji melalui analisis trash/kotoran tebu yang terdiri dari daduk, sogolan, pucukan, akar dan tanah. Tingkat mutu tebu hasil dari analisis trash ini ditunjukkan dengan besarnya produksi tebu bersih (Kw), dengan hubungan antara analisis trash dengan produksi tebu bersih yaitu : semakin besar jumlah kotoran tebu maka semakin rendah produksi tebu bersih sehingga semakin buruk pula mutu tebu dan sebaliknya.
b. Segar (S) yaitu waktu antara tebu ditebang sampai digiling tidak lebih dari
24 jam (1 hari). Batas toleransi tebu dikatakan segar dan masih dapat digiling yaitu 2 hari (2X 24 jam).
c. Manis (M) yaitu tebu yang memiliki potensi rendemen tinggi dengan kadar
(57)
Tingkat mutu tebu melalui kriteria manis dapat dilakukan dengan perhitungan brik baik untuk kategori TR KSU A maupun TR KSU B yaitu semakin tinggi kadar brik maka semakin manis tebu sehingga semakin baik mutu tebu tersebut.
Proses produksi tebu menjadi gula melalui beberapa perubahan bentuk yaitu dari tebu menjadi nira dan kemudian menjadi gula. Kegiatan pengawasan mutu harus dilakukan mulai dari bahan baku hingga produk akhir yang dihasilkan untuk menghasilkan mutu tertinggi. Gambar 1 ini menjelaskan tentang pelaksanaan pengendalian mutu Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU A dan TR KSU B) di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo, yaitu :
(58)
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Keterangan dari gambar 1 adalah :
menunjukkan fokus kajian dalam penelitian. menunjukkan bukan fokus kajian dalam penelitian.
Jenis tebu yang digunakan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo
Bersih Manis Segar
TR KSU B
TR KSU A TRM
Kriteria tebu yang bermutu baik dan layak giling
Mutu tebu Pucukan
Daduk
Sogolan Akar
(59)
3.2. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka hipotesisnya sebagai berikut :
1. Mutu TR KSU A lebih baik daripada Mutu TR KSU B yaitu :
a. TR KSU A lebih bersih daripada TR KSU B
b. TR KSU A lebih segar daripada TR KSU B
c. TR KSU A lebih manis daripada TR KSU B
2. Mutu TR KSU A dan TR KSU B dipengaruhi oleh jumlah kotoran tebu
(60)
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Penentuan Lokasi
Lokasi penelitian ditetapkan di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo secara
sengaja (purposive), atas pertimbangan bahwa perusahaan tersebut dapat
memberikan informasi mengenai manajemen pengendalian mutu tebu pada TR KSU A dan TR KSU B di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo serta memungkinkan untuk proses pembelajaran sehubungan tentang manajemen pengendalian mutu yang menjadi dasar kajian penelitian.
4.2. Penentuan Responden
Pengambilan atau penentuan responden dilakukan dengan cara sengaja
(Purposive sampling) yaitu didasarkan atas dasar keterkaitan pihak tersebut
dengan tujuan penelitian. Responden yang diambil dalam penelitian ini meliputi :
General Manager; Kepala Bagian Tanaman; Kasi tebang-angkut; Kasi Bina
Sarana Tani; 2 orang Sinder Kebun Kepala (SKK); 10 orang Sinder Kebun Wakil (SKW); 9 petani TR KSU A dan 10 petani TR KSU B . Dari 35 orang tersebut diharapkan dapat mewakili subyek-subyek yang ada di lokasi penelitian.
(61)
4.3. Pengumpulan Data
Prosedur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data, yang dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer yang dimaksud meliputi data yang diperoleh secara
langsung melalui wawancara dengan personel kunci (key person) yaitu.
General Manager; Kepala Bagian Tanaman; Kasi tebang-angkut; Kasi Bina
Sarana Tani; 2 orang Sinder Kebun Kepala (SKK); 10 orang Sinder Kebun Wakil (SKW); 9 petani TR KSU A dan 10 petani TR KSU B . Keseluruhan responden (35 orang) menjadi sampel kuesioner penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah : Penggunaan lahan, Penggunaan bibit tebu, Pemakaian pupuk dan pestisida, Tenaga kerja, Modal finansial, Penilaian kriteria mutu tebu (Bersih, Segar dan Manis), Kerjasama usaha antara petani dan pihak PG-bag.tanaman. Pengumpulan data primer yaitu meliputi data-data yang terjadi pada tahun 2009.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperlukan untuk melihat gambaran umum tentang PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip perusahaan (data trash/kotoran tebu dan data brik) dan dari hasil penelitian sebelumnya yang merupakan data penunjang terkait. Selain itu data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan kurun waktu tahun 2007-2009.
(62)
Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan sesuai dengan tujuan penelitian maka digunakan metode penelitian data sebagai berikut :
1. Wawancara
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data primer dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dulu terhadap obyek yang diteliti.
2. Kuesioner
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data primer dengan cara membuat pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini dan kemudain dibagikan kepada seluruh responden yang dijadikan obyek penelitian kuesioner dilakukan dengan pertanyaan secara terbuka maupun secara tertutup, untuk mengetahui jawaban responden.
3. Dokumentasi
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara meneliti semua dokumen atau catatan yang berhubungan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari instansi terkait, yaitu PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
4. Observasi
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian mengenai pengendalian mutu tebu pada TR KSU A dan TR KSU B. Data yang diperoleh digunakan untuk membantu dan memperkuat data yang didapatkan dari wawancara dan kuisioner.
(63)
4.4. Definisi Pengukuran Variabel
Guna lebih mengarahkan penelitian, maka diperlukan adanya suatu kesatuan pengertian tentang beberapa istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut :
1. Bahan baku utama dalam produksi gula adalah tebu. Jumlah produksi tebu,
jumlah tebu yang dipasok dinyatakan dengan satuan ton.
2. Kriteria mutu tebu yang layak giling yaitu Bersih, Segar dan Manis :
a. Bersih (B) yaitu kadar trash/kotoran tebu (akar, tanah, daduk, pucukan
dan sogolan) dengan batas toleransi dari jumlah keseluruhan kotoran tebu tidak lebih dari 5%.
b. Segar (S) yaitu tebu pada saat tebang dalam kondisi sehat dan segar
tidak terserang hama/penyakit, tidak kering, tidak terbakar serta waktu antara tebu ditebang sampai digiling tidak lebih dari 24 jam. Btas toleransi tebu dikatakan segar dan masih dapat digiling yaitu 2 hari.
c. Manis (M) yaitu tebu dalam kondisi masak optimal, tidak layu atau
kekeringan serta memiliki potensi rendemen tinggi yang diukur melalui kadar brix periode awal minimal 17%.
3. Tingkat mutu tebu dapat diuji melalui analisis trash/kotoran tebu yang
terdiri dari :
a. Pucukan adalah batang dan daun muda yang belum memiliki potensi
gula. Batas toleransi tebu dikatakan bersih sebesar 1,5%.
b. Daduk adalah daun-daun kering yang terbawa dibatang tebu. Batas
(1)
BERAT
BERAT
JUMLAH
TEBU KOTOR TEBU BERSIH PUCUK SOGOL DADUK AKAR TANAH
KOTOR
(Kw)
(Kw)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
I
1.989
1.955
10,0
4,0
19,5
1,0
0,0
34,5
II
17.343
16.980
11,0
14,5
328,0
9,5
0,0
363,0
III
1.703
1.662
9,0
8,0
22,0
2,0
0,0
41,0
IV
1.976
1.923
16,5
8,0
27,5
1,5
0,0
53,5
V
2.129
2.080
15,5
7,0
26,5
0,5
0,0
49,5
VI
1.530
1.499
11,5
4,5
14,5
0,5
0,0
31,0
VII
1.054
1.032
7,0
7,0
8,5
0,0
0,0
22,5
VIII
1.377
1.355
7,5
3,0
11,5
0,0
0,0
22,0
IX
2.595
2.535
19,5
3,5
36,0
1,0
0,0
60,0
X
774
759
4,0
6,0
4,0
1,0
0,0
15,0
XI
2.111
2.058
14,0
8,5
30,0
0,5
0,0
53,0
XII
2.883
2.756
65,0
7,5
53,5
1,0
0,0
127,0
Lampiran 6 : HASIL ANALISIS TRASH TR KSU A MUSIM GILING 2009
PT. PABRIK GULA CANDI BARU - SIDOARJO
PERIODE
(2)
BERAT
BERAT
JUMLAH
TEBU KOTOR TEBU BERSIH PUCUK SOGOL DADUK AKAR TANAH
KOTOR
(Kw)
(Kw)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
I
6.179
6.007
36,5
40,5
89,5
5,5
0,0
172,0
II
0
0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
III
15.197
14.602
125,0
136,5
306,5
27,5
0,0
595,5
IV
15.976
15.427
132,0
117,5
280,0
19,5
0,0
549,0
V
16.065
15.534
122,5
129,5
263,5
16,0
0,0
531,5
VI
17.882
17.293
144,0
134,5
295,0
16,0
0,0
589,5
VII
17.175
16.624
138,5
125,5
272,0
15,5
0,0
551,5
VIII
18.081
17.504
140,5
138,0
281,5
17,5
0,0
577,5
IX
15.638
15.102
118,0
128,0
279,0
11,5
0,0
536,5
X
4.084
3.942
31,0
32,0
74,0
5,5
0,0
142,5
XI
16.097
15.555
116,0
129,0
291,0
6,5
0,0
542,5
XII
16.244
15.622
127,5
143,5
341,0
10,5
0,0
622,5
Lampiran 7 : HASIL ANALISIS TRASH TR KSU B MUSIM GILING 2009
PT. PABRIK GULA CANDI BARU - SIDOARJO
PERIODE
(3)
Lampiran 8 :
Regression TR KSU A
Variables Entered/Removedbx4, x3, x2,
x1a . Enter
Model 1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: y b.
Model Summaryb
.929a .862 .845 1095.46760 .862 50.095 4 32 .000 1.784
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics
Durbin-Watson Predictors: (Constant), x4, x3, x2, x1
a.
Dependent Variable: y b.
ANOVAb
2E+008 4 60116409,56 50.095 .000a
38401576 32 1200049.252
3E+008 36
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), x4, x3, x2, x1 a.
Dependent Variable: y b.
Coefficientsa
2165.898 340.441 6.362 .000
-40.095 16.350 -.490 -2.452 .020 -.398 .108 9.290 -28.722 12.638 -.452 -2.273 .030 -.373 .109 9.186 -46.112 3.606 -.905 -12.788 .025 -.915 .860 1.163 -77.318 27.418 -.406 -2.820 .008 -.446 .208 4.806 (Constant)
x1 x2 x3 x4 Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Partial Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: y a.
(4)
Collinearity Diagnosticsa
4.171 1.000 .01 .00 .00 .02 .00
.458 3.019 .11 .01 .02 .46 .02
.282 3.847 .62 .00 .01 .51 .00
.063 8.114 .02 .06 .18 .00 .96
.027 12.536 .25 .93 .79 .02 .01
Dimension 1
2 3 4 5 Model 1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant) x1 x2 x3 x4
Variance Proportions
Dependent Variable: y a.
Residuals Statisticsa
1302.1072 17167,69 3083.8649 2584.49242 37
-2094,10 2729,419 .00000 1032.81675 37
-.689 5.449 .000 1.000 37
-1.912 2.492 .000 .943 37
Predicted Value Residual
Std. Predicted Value Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: y a.
Nonparametric Correlations
Correlations
.281 .092 37 .428** .108
37 .209 .215 37 .222 .187 37 1.000 . 37 Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed) N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N x1
x2
x3
x4
Unstandardized Residual Spearman's rho
Unstandardiz ed Residual
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
(5)
Lampiran 9 :
Regression TR KSU B
Warnings
For models with dependent variable y=berat tebu bersih, the following variables are constants or have missing correlations: x5=tanah. They will be deleted from the analysis.
Variables Entered/Removedb
x4=akar, x1=pucuk, x3=daduk,
x2=sogola
. Enter
Model 1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: y=berat tebu bersih b.
Model Summaryb
.976a .952 .946 982.60110 2,132
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson Predictors: (Constant), x4=akar, x1=pucuk, x3=daduk, x2=sogol a.
Dependent Variable: y=berat tebu bersih b.
ANOVAb
6E+008 4 152503325,6 157.952 .000a
30896158 32 965504.929
6E+008 36
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), x4=akar, x1=pucuk, x3=daduk, x2=sogol a.
Dependent Variable: y=berat tebu bersih b.
Coefficientsa
558.159 510.323 1.094 .282
-69,007 14.999 .563 -4,601 .000 .631 .101 9.949
-.335 15.149 -.003 -.022 .983 -.004 .521 1.923
-23,817 5.854 .445 -4,068 .000 .584 .126 7.926
-32.493 10.264 -.142 -3.166 .003 -.488 .747 1.339
(Constant)
x1=pucuk
x2=sogol
x3=daduk
x4=akar
Model
1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Partial
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: y=berat tebu bersih a.
(6)
Collinearity Diagnosticsa
4.631 1.000 .00 .00 .00 .00 .01
.266 4.173 .00 .01 .00 .00 .64
.084 7.415 .94 .01 .00 .02 .10
.011 20.159 .04 .35 .06 .94 .04
.007 25.704 .01 .64 .93 .04 .20
Dimension 1
2 3 4 5 Model 1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant) x1=pucuk x2=sogol x3=daduk x4=akar Variance Proportions
Dependent Variable: y=berat tebu bersih a.
Residuals Statisticsa
558.1593 17088,87 10263,32 4116.40789 37
-1976,25 3473,503 .00000 926.40520 37
-2.358 1.658 .000 1.000 37
-2.011 3.535 .000 .943 37
Predicted Value Residual
Std. Predicted Value Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: y=berat tebu bersih a.
Nonparametric Correlations
Correlations
.020 .906 37 .042 .805 37 -.002 .991 37 -.024 .889 37 . . 37 1.000
. 37 Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed) N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N x1=pucuk
x2=sogol x3=daduk x4=akar x5=tanah
Unstandardized Residual Spearman's rho
Unstandardiz ed Residual