Pendapatan Asli Daerah ANALISIS PENGARUH DANA PERIMBANGAN DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA TIDAK LANGSUNG 10 KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

Jenis pajak kabupatenkota terdiri dari: a. Pajak Hotel. b. Pajak Restoran. c. Pajak Hiburan. d. Pajak Reklame. e. Pajak Penerangan Jalan. f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. g. Pajak Parkir. h. Pajak Air Tanah i. Pajak Sarang Burung Walet. j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 2 menyebutkan bahwa, daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak di atas. Jenis pajak tersebut dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai danatau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. b Retribusi daerah Pengertian retribusi daerah dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut Halim 2004: 67, retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Menurut Kaho dalam Hasrina 2012, secara umum keunggulan utama sektor retribusi atas sektor pajak adalah karena pemungutan retribusi berdasarkan kontraprestasi, dimana tidak ditentukan secara limitatif seperti halnya sektor pajak. Pembatas utama bagi sektor retribusi adalah terletak pada ada tidaknya jasa yang disediakan pemerintah daerah. Daerah kabupatenkota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Pasal 108 UU Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan objek retribusi terdiri dari: a. Jasa Umum Kriteria retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum, jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya, dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial dan pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat danatau kualitas pelayanan yang lebih baik. Jenis retribusi jasa umum dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 110 adalah retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahankebersihan, retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi penyediaan danatau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah cair, retribusi pelayanan teratera ulang, retribusi pelayanan pendidikan dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi. Jenis Retribusi tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil danatau atas kebijakan nasionaldaerah untuk memberikan pelayanan tersebut secara cumacuma. b. Jasa Usaha Pada Pasal 126 UU Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan bahwa objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi pelayanan dengan menggunakanmemanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal danatau pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta. Jenis retribusi jasa usaha adalah retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir danatau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat penginapanpesanggrahanvilla, retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi penjualan produksi usaha daerah. c. Retribusi Perizinan Tertentu Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi, perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum dan biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan. c Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Menurut Halim 2004: 68, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan menurut obyek pendapatan mencakup: a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD. b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintahBUMN. c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Menurut Halim 2004: 68, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: 1 bagian laba perusahaan milik daerah, 2 bagian laba lembaga keuangan bank, 3 bagian laba lembaga keuangan non bank, 4 bagaian laba atas penyertaan modalinvestasi. Menurut Mardiasmo 2002: 154, pemerintah daerah juga dapat melakukan upaya peningkatan PAD melalui optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah BUMD dan Badan Usaha Milik Negara BUMN. d Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Menurut Halim 2004: 69, pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: 1 hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, 2 penerimaan jasa giro, 3 penerimaan bunga deposito, 4 denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5 penerimaan ganti rugi atas kerugiankehilangan kekayaan daerah. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup: a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. b. Jasa giro. c. Pendapatan bunga. d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah. e. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah. f. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. h. Pendapatan denda pajak. i. Pendapatan denda retribusi. j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan. k. Pendapatan dari pengembalian. l. Fasilitas sosial dan fasilitas umum. m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan n. Pendapatan dari angsurancicilan penjualan.

C. Dana Perimbangan

Sejak diberlakukannya sistem desentralisasi dengan sistem otonomi daerahnya, maka dana transfer ke daerahnya dialokasikan dalam bentuk dana perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi Suparmoko, 2011:363 dalam Hasrina, 2012. Pada Undang – Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah, disebutkan bahwa: “Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi.” Dengan tujuannya adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah daerah dan antar-pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturam Mentri Dalam Negeri Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman penyusunan APBD, Dana Perimbangan khususnya Dana Bagi Hasil Pajak dialokasikan untuk mendanai perbaikan lingkungan pemukiman diperkotaan dan diperdesaan, pembangunan irigasi, jaringan jalan dan jembatan. Sedangkan Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam diutamakan pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk tercapainya standar pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundang-undangan. Dana Alokasi Umum diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan pegawai, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat. Dana Alokasi Khusus digunakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah. Secara keseluruhan, Dana Perimbangan digunakan untuk membiayai Belanja Tidak Langsung.

D. Dana Bagi Hasil DBH

Dana bagi hasil atau disebut juga dengan dana bagian daerah merupakan sumber penerimaan yang ada pada dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil Djaenuri, 2012:100. Dana Bagi Hasil dibagi berdasarkan persentase tertentu bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pendapatan pemerintah pusat dari eksploitasi sumber daya alam, seperti minyak dan gas, pertambangan dan kehutanan dibagi dalam proporsi yang bervariasi antara pemerintah pusat, provinsi, kota dan kabupaten. Penerimaan negara yang dibagihasilkan terdiri atas: 1. Penerimaan Pajak a. Pajak Bumi dan Bangunan PBB Penerimaan negara dari pajak bumi dan bangunan dibagi dengan imbangan 10 sepuluh persen untuk pemerintah pusat dan 90 sembilan puluh persen untuk daerah. Bagian daerah atas PBB dibagi sebagai berikut: - 16,2 untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas daerah provinsi. - 64,8 untuk daerah kabupaten kota yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas daerah kabupaten kota. - 9 untuk biaya pemungutan dan disalurkan ke rekening kas negara dan kas daerah. b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB Penerimaan negara dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah pusat dan 80 untuk daerah, dengan rincian sebagai berikut: - untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas daerah provinsi. - 64 untuk daerah kabupaten kota penghasil, dan disalurkan ke rekening kas daerah kabupaten kota. Bagian pemerintah pusat dari penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk kabupaten kota di seluruh Indonesia. Alokasi pembagian didasarkan atas realisasi penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan tahun anggaran berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. PPh Orang Pribadi Dana bagi hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 yang merupakan bagian dari daerah adalah sebesar 20 dengan rincian 60 untuk kabupatenkota dan 40 untuk provinsi 2. Penerimaan Bukan Pajak SDA Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah pusat dan 80 untuk daerah. a. Sektor Kehutanan Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan terdiri atas:

Dokumen yang terkait

FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

2 15 16

FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

0 5 13

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

0 6 17

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

0 19 74

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP FISCAL STRESS PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG

0 33 73

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP FISCAL STRESS PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG

1 45 71

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG (TAHUN 2001-2012)

0 19 77

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH Di KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

1 32 60

ANALISIS PENGARUH DANA PERIMBANGAN DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA TIDAK LANGSUNG 10 KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013

1 19 93

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH

0 0 7