Pengertian Pemberdayaan LANDASAN TEORI

22 percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya ”. Payne 1997: 266. Pemberdayaan bagi para anak jalanan tidak hanya dapat menumbuhkan kemampuan para anak jalanan itu sendiri, tetapi pemberdayaan dapat membuat anak jalanan mampu menyikapi fakto-faktor dari lingkungan mereka, baik maupun buruk yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka itu sendiri, karena kebanyakan para anak jalanan tidak mampu menolak ajakan dari orang-orang yang ada di lingkungan mereka itu sendiri. Rappaort dalam bukunya Studies in Empowerment mengungkapkan “Pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya ”. Rappaport 1984:3. Pemberdayaan bukan merupakan upaya pemaksaan kehendak yang tidak memiliki tujuan yang mulia terhadap seseorang anak jalanan, tetapi memiliki tujuan agar para anak jalanan mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya dalam proses pelaksanaan kehidupan mereka, untuk kepentingan hidup mereka di masa yang akan datang, dan merupakan suatu kepentingan bagi negara untuk dapat mencapai suatu kesejahteraan sosial. Selanjutnya Parsons, dalam buku The Integration of Social Work Practice mengungkapkan: “Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga- lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya ”. Parsons 1994:106 Pemberdayaan dapat menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat, meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan 23 diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan lewat keterampilan yang mereka miliki dan keterampila tersebut dapat membntu orng-orang di sekitarnya. Menurut Sunyoto Usman dalam buku Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, menulis: “Dalam kehidupan modern semakin sulit mengharapkan keluarga untuk menjaga keteraturan sosial dan memberikan arahan adaptasi terhadap perubahan sosial. Keluarga semakin sulit ditagih perannya sebagai institusi sosial yang mampu meredam perbedan pendapat dan perbedaan kepentingan anggotanya ”. Usman 200:160 Seorang anak yang menjadi anak jalanan cenderung dipengaruhi oleh faktor-faktor orang tua dan keluarga, yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan hak-hak anak tersebut, maka dari itu dalam Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bandung, bagi para anak jalanan harus dilakukan secara satu paket penuh, dengan memberikan suatu pelayanan sosial kepada orang tua dan keluarga para anak jalanan. “yakni suatu program pelatihan kepada masyarakat miskin khususnya kepada orang tua dan keluarga para anak jalanan”. Seiring dngan pemaparn di atas Ife dalam bukunya Community Development berpendapat, “Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung ”. Ife 1995:56 Pemberdayaan kepada para anak jalanan dapat membantu para anak jalanan dari kelemahan dan ketidak beruntungan mendapat pendidikan mupun pengetahuan mereka, dengan pendidikan dan pengetahuan maka setidaknya para anak jalanan dapat terbantu dalam kehidupannya dimasa yang akan datang. Beragam definisi pemberdayaan menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu- individu yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, 24 yaitu seorang ataupun kelompok miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 25

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3. 1 Hasil Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan

Penyusun melaksanakan aktivitas Kuliah Kerja Lapangan KKL di Dinas Sosial Kota Bandung yang beralamat di jalan Sindang Sirna No 40 Karang Setra Kota Bandung, untuk dapat melaksanakan Kuliah kerja Lapangan KKL penyusun melewati beberapa prosedur seperti mengurus surat ijin dari Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat BKPPM Kota Bandung. Surat ijin tersebut menjadi syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Dinas Sosial Kota Bandung bagi para pelajar ataupun Mahasiswa yang akan melakasanakan penlitian, Praktek Kerja Lapangan PKL dan Kuliah Kerja Lapangan KKL seperti penyusun. Dinas Sosial Kota Bandung lewat bagian Tata Usahanya, setelah penyusun dapat memenuhi prosedur di atas, menempatkan Penyusun di seksi Tuna Sosial di bawah koordinasi bidang Rehabilitasi Sosial yang merupakan salah satu unit kerja di Dinas Sosial Kota Bandung, seksi Tuna Sosial yaitu bagian kerja yang mengurusi masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS di Kota Bandung yang meliputi Gelandangan, Pengemis, Wanita Tuna Sosial WTS, Wanita Pria Waria, Korban HIV Aids, Korban Bencana Alam, dan lainnya. Bagian Tuna Sosial merupakan suatu bagian yang sering melakukan penertiban para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS di Kota Bandung, Bagian Tuna Sosial berisi Lima orang pegawai, empat orang pegawai laki-laki dan satu orang pegawai perempuan. Yang bernama Bapak Tjutju surjana sebagai kasi Tuna Sosial, Bapak Drs. Asep Sugandi sebagai pelaksana seksi Tuna Sosial dan Pelaksana Sub Bag. Keuangan dan Program, Bapak Asep Taryana, Bapak Ade, Ibu Indah sebagai pelaksana seksi Tuna Sosial. Kuliah Kerja Lapangan yang penyusun laksanakan di seksi Tuna Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung, sebetulnya membuat penyusun sedikit 26 kesulitan dalam menambah wawasan dan data yang penyusun butuhkan dalam pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung, karena seksi Tuna Sosial tidak memiliki peran yang cukup dalam penyelesaian anak jalanan di Kota Bandung. untuk mensiasati hal tersebut, penyusun pada beberapa kesempatan selalu mencoba untuk bertanya dan meminta data yang penyusun butuhkan, kepada aparatur yang bertugas di ruanganan Rehabilitasi Sosial, yang kebetulan berhadapan dengan ruangan Tuna Sosial, yang memiliki peran yang besar di Dinas Sosial Kota Bandung dalam penyelesaian permasalaha- permasalahan anak jalanan di Kota Bandung, penyusun dalam melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan KKL tidak dapat di tempatkan di ruangan Rehabilitasi Sosial, oleh bagia Tata Usaha, karena terkendala quota yang tersedia. Penyusun memulai aktvitas Kuliah Kerja Lapangan KKL pada pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB, dari mulai tanggal 9 Juli 2012 sampai dengan tanggal 31 juli 2012. Dihari pertama penyusun melakukan Kuliah Kerja Lapangan KKL, penyusun mendapatkan tugas untuk mendata seorang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS yakni seorang gelandangan yang sengaja datang ke Dinas Sosial Kota Bandung untuk mengajukan permohonan masuk ke Balai Rehabilitasi Bina Karya Cisarua Lembang Kabupaten Bandung Barat, beserta kelurganya, pengajuan permohonan masuk balai rehabilitasi tersebut cukup diwakili oleh satu orang saja, istri atau suami, anak dan Keluarga pemohon ditulis pada kolom pengikut, yang telah tersedia pada formulir permohonan tersebut. Balai Rehabilitasi Bina Karya Cisarua Lembang Kabupaten Bandung Barat telah menjalin kerjasama dengan Dinas Sosial Kota Bandung untuk penampungan para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS, seperti gelandangan dan pengemis, yang pada akhirnya setelah mendapatkan beberapa program dari Balai Rehabilitasi Bina Karya Cisarua Lembang Kabupaten Bandung Barat para Penyandang Masalah