Penerapan Norma Agama Jujur jadi Mujur

Pendidikan Kewarganegaraan 3 54 “Terima kasih, Nak, kamu telah menyadarkan kami. Ini tasmu sudah kami rapikan kembali. Ini uangmu juga kami kembalikan. Kamu mau kemana?” tanya kepala perampok. “Saya mau ke kota Pak, untuk mencari ilmu,” jawab Dodo. “Iya, semoga apa yang kamu inginkan tercapai. Hati-hati di jalan,” kata kepala perampok. Kepala perampok sadar bahwa merampok itu tidak baik. Dia mengajak teman-temannya untuk tidak merampok lagi. Karena seorang anak kecil yang jujur, segerombolan perampok jadi sadar. Dodo benar-benar hebat. Dia mampu menyadarkan orang lain dengan berbekal kejujuran.

2. Penerapan Norma Kesusilaan

Pada hari libur nasional, Ida, Atep, dan Togar jalan-jalan ke kompleks GOR Merdeka. Mereka juga mengajak Dono. Setelah berjalan mengelilingi GOR Merdeka, mereka merasa capek. Mereka mencari tempat berteduh untuk ber- istirahat. Mereka mencari penjual es dawet karena kehausan. Warung es dawet tersebut banyak sekali pembelinya hingga terkadang tidak memerhatikan pembelinya. Kerjakan soal-soal berikut di buku tugasmu. 1. Disebut apakah berkata sesuai apa adanya? 2. Benarkah merampok itu merugikan orang lain? Norma 55 Satu orang pesan berapa, sang penjual tidak tahu. Hal itu di- manfaatkan oleh Dono yang mempunyai kebiasaan buruk. Begitu es yang ada di mangkoknya habis, Dono pesan lagi dengan pura-pura baru pesan awal. Sekali lagi Dono menghabiskan es dawetnya. Kemudian Dono pesan lagi, dan begitu seterusnya. Sesaat kemudian es dawet sudah datang, dan tidak sampai 3 menit es dawet yang ketiga habis diminum Dono. Setelah habis muncul niat jahat Dono. “Warung es dawet ini ramai sekali, pasti penjualnya tidak hafal dengan pelanggannya,” gumam Dono dalam hati. Bergegas Dono menuju ke penjual es dawet untuk mem- bayar. “Berapa mangkok, Dik?” tanya penjual. “Satu mangkok, Pak,” jawab Dono. “Bener cuma satu? Seingat saya kamu makan lebih dari satu,” kata penjual. “Benar, Pak. Kalau sampai saya bohong biar perut saya sakit,” kata Dono. Begitu sampai di rumah, Dono mulai merasakan hal yang aneh pada perutnya. Dalam pikirannya langsung teringat kejadian sewaktu beli dawet. Dalam waktu singkat apa yang dikatakannya terjadi. Perutnya sakit bukan main. Dia menyesal, hatinya gundah dan takut, karena makin lama, perutnya makin sakit. Dia benar-benar merasa bersalah. Dua hari sakitnya belum hilang-hilang, hingga Atep, Ida, dan Togar menjenguk. “Kenapa kamu, Don? Kemarin kamu sehat-sehat saja?” tanya Ida. Pendidikan Kewarganegaraan 3 56 “Baiklah, jujur, kemarin sewaktu saya beli dawet, saya habis 3 mangkok. Pada waktu membayar saya beradu mulut dengan penjual. Saya bilangnya cuma satu, padahal penjual tahu kalau saya minum lebih dari satu. Terus saya bersumpah sendiri, jika saya berbohong, perutku akan sakit. Saya bilang seperti itu supaya pen- jual percaya. Sekarang perutku benar- benar sakit. Saya takut, bayangan pen- jual selalu menghantuiku,” jelas Dono. “Astaga, kenapa kamu begitu? Apa kamu tidak ingat pelajaran tentang Pendidikan Kewarganegaraan, kalau melanggar norma kesusilaan, sanksinya tekanan batin, penyesalan, ketakutan, gundah, dan sebagainya. Nah, sekarang terbukti,” komentar Ida “Ya sudah, kalau gitu, kamu minta maaf sama penjual dawet. Semoga beliau mau memaafkan dan sakit perutmu bisa hilang,” nasihat Togar. Sehari kemudian Dono ditemani kawan-kawannya meminta maaf kepada penjual dawet, dan akhirnya sakit perut Dono berangsur-angsur sembuh. Gambar 2.9 Dono sakit perut. Kerjakan soal-soal berikut di buku tugasmu. 1. Apa yang kamu lakukan jika berbuat salah? 2. Bagaimana sikapmu jika ada temanmu yang meminta maaf padamu?