Pengertian, Tugas, Fungsi, dan Wewengan Kepolisian

Sehubungan dengan metode pelaksanaan tugas polisi seperti uraian di atas, maka tugas polisi dapat dilaksanakan sesudah terjadinya pelanggaran. Yang pertama dikenal dengan tindakan reprensif dan yang kedua dikenal dengan tindakan preventif. Tindakan reprensif polisi ialah mencari keterangan, melacak, menyidik dan menyelidik tindak pidana yang terjadi. Tindakan ini meliputi dua hal, yaitu: 1. Justitieel, yaitu mencari dan menyelidik suatu tindak pidana, menangkap pelakunya guna diajukan ke pengadilan. 2. Bestuurlijk, yaitu mencari dan menyelidiki hal-hal yang langsung dapat menimbulkan tindak pidana. Adapun tindakan preventif adalah mencegah terjadinya hal-hal yang akan mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat. Tindakan ini meliputi dua hal, yaitu: 1. Justitieel, yaitu mencegah secara langsung terjadinya perbuatan-perbuatan yang menimbulkan tindak pidana. 2. Bestuurlijk atau disebut juga tindakan preventif tidak langsung, yaitu mencegah secara tidak langsung hal-hal yang dapat menimbulkan tindak pidana. 23

B. Pengertian Penegakan Hukum Pidana

Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan antara nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah atau pandangan menilai yang menatap dan sikap tidak 23 Momo Kelana.Hukum Kepolisian.Jakarta.Gramedia.1994 hlm. 56 sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan social enginering memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. 24 Upaya penegakan hukum adalah upaya hukum untuk menterjemahkan dan mewujudkan keinginan-keinginan hukum pidana menjadi kenyataan yakni dengan melarang suatu yang bertentangan dengan hukum on recht dan mengenakan nestapa penderitaan kepada yang melanggar larangan tersebut. Penegakan hukum pidana merupakan suatu sistem yang menyangkut suatu penyerasian antara kaidah serta nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku yang dianggap pantas, perilaku tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian. Masalah penegakan hukum pidana sebenarnya terletak pada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu: 25 1. Faktor hukum itu sendiriatau peraturan itu sendiri 2. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang melaksanakan peraturan hukum tersebut. 3. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 4. Faktor masyarakat yaitu faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan. 5. Faktor kebudayaan yaitu sebagai hasil karya cipta rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup. 24 Soerjono Soekanto.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. .Jakarta.Raja Gravindo Persada.1983. hlm 5 25 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta.UI Press. 1986. hlm 126 Kelima faktor tersebut saling berkaitan, karena merupakan esensi dari penegakan hukum serta merupakan tolak ukur dari efektifitas penegakan hukum. Hal ini disebabkan karena undang-undang yang disusun oleh penegak hukum dianggapsebagai panutan hukum oleh masyarakat. Kehidupan bermasyarakat sering kali terjadi tindak pidana. Dalam hal tersebut terjadi karena adanya pihak yang meliputi pelaku dan korban tindak pidana, namun tanpa adanya kedua pihak tersebut maka tindak pidana tersebut tidak ada. Dalam hal ini korban tindak pidana adalah sebagai pihak yang dirugikan karena hukum pidana kedudukannya begitu diperhatikan. Penegakan hukum pidana merupakan kebijakan penanggulangan kejahatan yang merupakan tujuan akhir yaitu perlindungan masyarakat guna mencapai kesejahteraan masyarakat, dengan demikian penegakan hukum pidana merupakan bagian integrasi dari kejahatan untuk mencapai kesejahteraan, maka wajar jika dikatakan bahwa usaha penanggulangan kejahatan merupakan penegakan hukum pidana yang menjadi bagian penting dari pembangunan nasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan dan merupakan suatu keterpaduan yang harus dicapai secara selaras dan seimbang dalam proses penegakan hukum pidana dalam penanggulangan kejahatan. Penegakan hukum pidana dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat hukum pidana itu berfungsi, beroperasi atau bekerjanya dan terwujud secara konkrit.menurut Sudarto kebijakan hukum pidana dibagi menjadi dua jenis kebijakan, yaitu: 1. Kebijakan secara penal hukum pidana Kebijakan hukum pidana melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat “represif” penindasanpemberantasanpenumpasan setelah kejahatan tersebut terjadi. Menurut Sudarto yang dimaksud dengan upaya represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya kejahatan atau tindak pidana, termasuk upaya represif yaitu penyelidikan, penyidikan, penuntutan sampai dilakukannya pidana. 26 Penegakan hukum pidana pada hakikatnya merupakan penegakan kebijakan melalui beberapa tahapan, yaitu: a. Tahap Formulasi Yaitu tahapan penegakan hukum “in abstracta” oleh pembuatan undang-undang, tahap ini pula disebut sebagai tahap kebijakan legislatif. b. Tahap Aplikasi Yaitu penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian sampai dengan pengadilan, tahap ini dapat pula disebut dengan tahap kebijakan. c. Tahap Eksekusi Yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkret oleh aparat-aparat pelaksanaan hukum pidana, tahap ini dapat pula disebut dengan tahap kebijakan eksekutif atau administratif. 27 26 Sudarto.Kapita Selekta Hukum Pidana.Alumni.Bandung.1986.hlm 118 27 Nawawi Barda dan Muladi. Kebijakan Hukum Pidana.Citra Aditya. Bandung.1996.hlm. 157