Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penulisan Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Anak

i Mendapatkan pengurangan masa pidana premisi. j Mendapatkan kesempatan berassimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. k Mendapatkan kebebasan bersyarat. l Mendapatkan cuti menjelang bebas. m Mendapat hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4 Penulis mengajukan judul hak warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak dan hubungannya dengan hak asasi manusia studi kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan karena di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan belum sepenuhnya mampu menunjukkan fungsi yang ideal. Berbagai aspek dan kondisi dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak sangat potensial menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia antara lain over kapasitas yaitu banyaknya jumlah narapidana, kualitas penghuni yang berubah dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan transsional, terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas maka yang menjadi permasalahan adalah: 1. Bagaimanakah perlindungan hak asasi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak berdasarkan perundang-undang ? 2. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II Anak Tanjung Gusta Medan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

4 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Universitas Sumatera Utara Penelitian ini bertujuan : 1. mengetahui perlindungan hak asasi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak berdasarkan perundang-undangan. 2. mengetahui pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II Anak 3. untuk memperoleh salah satu syarat gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun manfaat penulisan ini : 1. menambah khasana ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya tentang perlindungan hak asasi warga binaan di lembaga pemayarakatan. 2. berguna bagi pembina warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan menggunakan pengaturan perlindungan hak asasi manusia.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran di perpustakaan fakultas hukum dari skripsi ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh penelitian sendiri. Adapun pembuatan skripsi ini tidak merupakan duplikasi atau bentuk plagiat dari hasil penelitian lain. Serta proses pembuatan skripsi ini saya selaku penulisnya mengacu dan memasukkan beberapa kutipan-kutipan dari buku-buku referensi dimana untuk melengkapi skripsi ini. Saya selaku peneliti dan penulis bertanggung jawab terhadap hal- hal pembuatan skripsi ini kepada pihak manapun. Universitas Sumatera Utara

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Anak

Pengertian Anak dapat dilihat dari berbagai peraturan hukum di Indonesia di antaranya yaitu: 1. Undang-Undang Dasar 1945 Menurut Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945,menyatakan bahwa anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan status anak dalam bidang politik, karena yang menjadi esensi dasar kedudukan anak dalam kedua pengertian ini, yaitu anak adalah subjek hukum dari sistem hukum nasional, yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak. 5 5 Soesesilo, R., 1991, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP serta Komentar Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Penerbit Politea, Bogor, hal 2. Pengertian anak menurut Undang-Undang Dasar 1945, oleh Irma Setyowati Soemitro, dijabarkan sebagai seorang anak yang harus memperoleh hak-hak dan kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rahasia, jasmani, maupun sosial atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BW Menurut Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pengertian anak adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa. Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara teratur. 3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan bahwa jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakan ketika umurnya belum 16 tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharaannya dengan tidak dikenakan suatu hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman. Selain Pasal 45 yang mengatur tentang anak terdapat juga dalam Pasal 332 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan bahwa anak adalah orang yang belum mencapai umur 21 tahun. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No.3 Tahun 1997 4. Undang-Undang Peradilan Anak Nomor 3 Tahun 1997 Menurut Pasal 1 Undang-Undang Peradilan Anak Tahun 1997 adalah orang yang dalam perkara pidana anak nakal telah mencapai umur 8 tahun dan belum genap 18 tahun. 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 ini mengklasifikasikan anak ke dalam pengertian : Universitas Sumatera Utara a. anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lapas anak paling lama sampai berumur 18 tahun. b. Anak Negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengertian diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak paling lama sampai berumur 18 tahun. 6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak bahwa pengertian dari anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah menikah. 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa seorang pria hanya diiijinkan kawin apabila telah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 tahun. Penyimpangan atas hal tersebut hanya dapat dimintakan dispensasi kepada pengadilan negeri setempat. Berdasarkan beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan di atas maka dapat diketahui bahwa belum ada persamaan hukum yang merumuskan atau menentukan pengertian anak. Demikian juga dengan pendapat para sarjana, tidak ada keseragaman tentang batas usia rata-rata dewasa dan belum dewasa. Berikut beberapa pendapat sarjana sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Bimo Walgito memberikan batas usia atau umur dari anak adalah mereka mereka yang berusia antara 14 tahun sampai 21 tahun, dimana pada masa itu adalah merupaka masa peralihan dari masa anak-anak menjadi orang dewasa. 6 b. Kartini Kartono menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia antara 13-19 tahun yaitu merupakan masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak- kanak dengan masa dewasa. 7 bahwa anak yang belum dewasa atau masih di bawah umur inderjerig berbeda-beda pengertiannya dari satu lingkungan adat ke lingkungan adat lainnya, tetapi pada umumnya dapat dikatakan bahwa seorang yang minderjarig adalah seseorang yang berada dalam keadaan yang dikuasai oleh orang lain yang kalau tidak dikuasai oleh orang tuanya, maka si anak dikuasai oleh walinya. c. Datuk Usman menyebutkan bahwa pengertian dari anak adalah: 8 d. Simanjuntak menyatakan batas usia dari anak adalah berdasarkan pengamatan sehari- hari, mereka yang bertingkah laku anak-anak ini kira-kira berumur 15 sampai 18 tahun tingkat akhir SMA. Untuk menggambarkan ini. Sering digunakan istilah remaja. 9 e. Menurut A.W. Widjaja pengertian dari anak adalah laki-laki atau perempuan yang berusia antara 13-21 tahun. Bahwa sebelum umur 13 tahun masih termasuk anak-anak belum akil baligh, dan bila mencapai umur 21 tahun disebut menjelang dewasa. 10 6 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan 7 Kartini Kartono, 1992, Psikologi Wanita, Penerbit CV. Mandar Maju, hal., 4 8 Datuk Usman, 1982, Kuliah Hukum Adat II, Penerbit F.H-USU, Medan, hal., 2 9 B.Simanjuntak, 1979,Latar Belakang Kenakalan Anak, Penerbit Alumni,Bandung, hal.,56 10 A. W. Widjaja, 1995, Masalah Kenakalan Remaja Penyalahgunaan Narkotika, Penerbit Armico, Bandung, hal., 13 Universitas Sumatera Utara Begitu banyaknya pengertian dan batasan dari usia atau umur anak tersebut baik menurut peraturan undang-undang maupun menurut para sarjana maka secara umum dapat dapat dirumuskan bahwa seorang anak, baik itu anak laki-laki maupun anak yang berusia antara 13 - 21 tahun dengan kategori sebelum umur 13 tahun masih termasuk anak-anak dan bila mencapai umur 21 tahun disebut menjelang dewasa. Menurut penulis dalam pembuatan skripsi ini yang menjadi pegangan batas usia anak adalah sebagaimana diatur dalam UUPA, yaitu anak yang telah berumur 8 tahun dan belum genap 18 tahun.

2. Pengertian Hak Anak

Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh objek kepada subjek hukum, misalnya kewenangan yang diberikan oleh hukum objektif kepada seorang yang memiliki tanah, ialah bahwa orang itu dapat berbuat apa saja terhadap tanah tersebut asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Adapun pengertian Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara menurut perundang-undangan yang berlaku, keterlibatan umum dan keputusan. 11 1. Hak asasi manusia misalnya hak seseorang untuk bebas memeluk agamanya yang diyakininya. Hak dibedakan atas dua, yaitu hak mutlak dan hak relatif. Hak mutlak merupakan kewenangan atau kekuasaan mutlak yang diberikan kepada subjek hukum. Hak mutlak dibedakan atas beberapa macam, yaitu : 2. Hak publik, misalnya hak negara untuk memungut pajak. 3. Hak keperdataan, misalnya hak kekusaan orang tua terhadap anaknya. 12 11 Darwan Prinst, 2001, Sosialisasi Dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal., 130 selanjutnya disebut buku II Universitas Sumatera Utara Hak relatif merupakan hak memberikan kewenangan kepada seseorang atau beberapa orang untuk menuntut agar orang lain melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Secara umum hak-hak anak diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak sebagai berikut : 1. Anak berhak atas kesejahteraan perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih saying yang baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus. 2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya dengan kepribadian bangsa dan untuk menjaga warga negara yang baik dan berguna. 3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik sesama dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. 4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.

3. Pengertian Hak Asasi Manusia

Manusia sebagai ciptaan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang mengembang tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya dianugrahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya. Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia sejak dalam kandungan bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu harus 12 Arrasyid, Chainur, 1988, Pengantar Psikologi Kriminal, Penerbit Yani Coorporation Medan, hal., 29 Universitas Sumatera Utara dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapa pun. 13 Sudah melekat pada pengertian hak-hak manusia itu sendiri, bahwa hak-hak asasi manusia harus dipahami dan dimengerti secara universal. Memerangi atau menentang universalitas hak-hak manusia berarti memerangi dan menentang hak-hak manusia. Hak-hak asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada manusia berdasarkan kodratnya, jadi hak-hak yang dimiliki manusia sebagai manusia. 14 Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia merumuskan pengertian hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.39 Tahun 1999. 15 13 Darwan Prinst, 1997, Hukum Anak Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal., 72 selanjutnya disebut buku III 14 A. Gunawan, 1993, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila, Penerbit PT. Kanisius, Yogyakarta, hal., 103-133 15 Darwan Prinst, Buku II, Op.cit., hal., 130-133. Hak Asasi Manusia merupakan hak esensial yang dimiliki oleh setiap manusia dan harus dilindungi sebagaimana yang tertuang dalam Magna Charta atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Dalam perjalanan sejarah untuk mencegah terus berlangsungnya pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia, PBB menetapkan sejumlah kovenan yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia seperti: 1.Kovenan Hak Sipil dan Politik 2.Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya 3.Konvensi Hak Anak 4.Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia Universitas Sumatera Utara 5.Standar Perlakuan Minimum terhadap Narapidana maupun bagi Tahanan 6.Konvensi Internasional Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi rasial, 7.Konvensi Internasional Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan,dan lain sebagainya Hak Asasi Manusia melekat pada diri setiap manusia tanpa memandang bulu, termasuk juga bagi narapidanatahanan. Standar Perlakuan Minimum bagi narapidana dan tahanan menyatakan bahwa hak yang hilang daripada narapidana dan tahanan hanyalah hak atas kebebasan. Akan tetapi hak-hak lain yang melekat pada dirinya harus tetap diberikan selama mereka menjalani masa pidanamasa tahanannya. 16 16 Oleh sebab itu diharapkan Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Tanjung Gusta Medan dapat menampilkan fungsinya, antara lain Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan membentuk komunitas yang teratur dengan baik, seperti tidak membahayakan nyawa, kesehatan dan integritas personal yang tertuang di dalam pasal Undang-Undang No.39 tahun 1999 dan Undang-Undang No.12 Tahun 1995.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian