Uji Efektifitas Beberapa Jamur Entomopatogen Dan Insektisida Botani Terhadap Spodoptera Exigua Hubn. Pada Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA JAMUR ENTOMOPATOGEN
DAN INSEKTISIDA BOTANI TERHADAP

Spodoptera exigua Hubn. PADA TANAMAN BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L.)
SKRIPSI

OLEH :
NURI INDAH INI
030302001
HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara


UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA JAMUR ENTOMOPATOGEN
DAN INSEKTISIDA BOTANI TERHADAP

Spodoptera exigua Hubn. PADA TANAMAN BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L.)

SKRIPSI

OLEH :
NURI INDAH INI
030302001
HPT
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

(Ir. Yuswani Pangestiningsih, MP)
Ketua

(Ir. Fatimah Zahara)
Anggota


DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Nuri Indah Ini, The Effectivity Some Entomopathogenic Fungus and
Botanical Insecticide to Spodoptera exigua Hubn. on Shallots
(Allium
ascalonicum
L.) .
It
guided
by Counsellor

Lecturers
Mrs. Ir. Yuswani Pangestiningsih, M.P. as leader, Mrs. Ir. Fatimah Zahara
as co-author, and Mr. Ir Loso Winarto as a Field Counsellor.
The objective of this research is to know the effectifity of
entomopathogenic fungus (Beauveria bassiana and Metarhizium anisopliae) and
botanical isecticide (extract mimba, extract mindi, and extract tobacco)
to the percentage attack of Spodoptera exigua Hubn. on Shallots
(Allium ascalonicum L.).
This research had been done in Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara (BPTP Sumut) field, Gedung Johor, Medan, with the height
approximately 30 meters the surface of sea. This reseach was started from
April 2008 to Juni 2008.
This research had been done by using Non Factorial Randomized
Completely Block Design (RAK) with 6 treatment of each repeated by 4 times
that consist of N0 ( control/ non treatment), N1 (B.bassiana), N2 (M. anisopliae),
N3 (mimba leaf extract), N4 (mindi leaf extract), and N5 (tobacco leaf extract).
Parameters observed is percentage attack of Spodoptera exigua Hubn. and
production of shallots (kg/plot).
The result of this research showed that entomopathogenic fungus and
botanical insecticide was significantly different to the attack percentage of

Spodoptera exigua Hubn.at 1-5 MSA( weaks after application). The result of this
research showed that N1 treatment (used Beauveria bassiana) more effectly than
anothers treatments with attack percentage 14,28%. The attack percentage of from
the highest to the lowest in last time supervision were N0 (34,45%), N5 (15,70%),
N4 (14,60%), N2 (11,25%), N3 (11,15%),dan N1 (14,28%). The production
average of from the highest to the lowest level were N1 (12,25 ton/ha),
N2 (10,40 ton/ha), N3 (9,94 ton/ha), N4 ( 9,20 ton/ha), N5 (8,82 ton/ha), dan
N0 (6,95 ton/ha).

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Nuri Indah Ini, Uji Efektifitas Beberapa jamur Entomopatogen dan
Insektisida Botani terhadap Spodoptera exigua Hubn. Pada Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonocum L.). Dengan komisi pembimbing
Ibu Ir. Yuswani Pangestiningsih, M.P. sebagai ketua, Ibu Ir. Fatimah Zahara
sebagai anggota, dan Bapak Ir. Loso Winarto sebagai pembimbing lapangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas jamur entomopatogen
(Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae) dan insektisida botani

(ekstrak daun mimba, ekstrak daun mindi dan ekstrak daun tembakau) terhadap
persentase serangan Spodoptera exigua Hubn. Pada tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum L.).
Penelitian dilaksanakan di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara (BPTP Sumut) Gedung Johor, Medan dengan ketinggian tempat
lebih kurang 30 m dpl. Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2008 sampai
bulan Juni 2008.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non
Faktorial dengan 6 perlakuan yang masing-masing diulang 4 kali yang terdiri dari
N0 (kontrol tanpa perlakuan), N1 (B.bassiana), N2 (M. anisopliae),
N3 (ekstrak mimba), N4 (ekstrak mindi), dan N5 (ekstrak tembakau). Parameter
yang diamati adalah persentase serangan (%) dan produksi bawang merah
(kg/plot).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur entomopatogen dan
insektisida botani berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 1-5 MSA terhadap
persentase serangan Spodoptera exigua Hubn. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa percobaan yang paling efektif adalah N1 (dengan menggunakan Beauveria
bassiana) dibandingkan dengan menggunakan perlakuan yang lain dengan rataan
persentase serangan yaitu 6,25%. Rataan persentase serangan tertinggi hingga
terendah pada pengamatan terakhir masing-masing adalah N0 (34,45%), N5

(15,70%), N4 (14,60%), N2 (11,25%), N3 (11,15%),dan N1 (14,28%). Rataan
produksi bawang merah tertinggi hingga terendah masing-masing adalah
N1 (12,25 ton/ha), N2 (10,40 ton/ha), N3 (9,94 ton/ha), N4 ( 9,20 ton/ha),
N5 (8,82 ton/ha), dan N0 (6,95 ton/ha).

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Nuri Indah Ini, dilahirkan di Medan pada tanggal 23 agustus 1985, anak
ke-5 dari 5 bersaudara dari Ayahanda Alm. Panut Sudirno dan Ibu Hj. Poniyem.
Pendidikan

yang

pernah

ditempuh

penulis


adalah

lulus

dari

SD Pembangun Didikan Islam di Medan tahun 1997, tahun 2000 lulus dari
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 10 di Medan, tahun 2003 lulus dari
Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Medan dan tahun 2003 diterima sebagai
Mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB.
Kegiatan akademis yang pernah diikuti penulis selama perkuliahan adalah
Kegiatan Organisasi Pengajian Komunikasi Muslim HPT, menjadi Asisten di
Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman pada tahun ajaran 2006/2007
dan 2007/2008, Ilmu Penyakit Tumbuhan pada tahun ajaran 2006/2007 dan
2007/2008, dan asisten laboratorium Nematologi tahun 2006/2007 dan 2007/2008,
mengikuti seminar Pengendalian Hayati sebagai Komponen Pengendalian Hama
Terpadu di Fakultas Pertanian USU Medan, Tanggal 18 Februari 2006. Pada
tahun 2007 Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

PT.P.P London Sumatera Indonesia, Tbk. Bah Lias dan melaksanakan penelitian
di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara (BPTP Sumut) pada
bulan April 2008 sampai Juni 2008.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Uji Efektifitas Beberapa Jamur

Entomopatogen dan Insektisida Botani terhadap Spodoptera exigua Hubn.

pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di Departemen Ilmu Hama

dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara , Medan.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada, ibu Ir. Yuswani Pangestiningsih, M.P. selaku ketua komisi pembimbing
skripsi, ibu Ir. Fatimah Zahara selaku anggota komisi pembimbing skripsi dan
Bapak Ir. Loso Winarto sebagai pembimbing lapangan yang telah banyak
membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Medan, November 2008

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRACT ...................................................................................................


i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Hipotesa Penelitian ..............................................................................
Kegunaan Penelitian ............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Spodoptera exigua Hubn. .............................................
Gejala Serangan Spodoptera exigua Hubn. .........................................

Jamur Entomopatogen
Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin. ..................................
Metarhizium anisopliae (Metch) Sorokin. ...................................
Insektisida Botani
Mimba (Azadirachta indica A.Juss) .............................................
Mindi (Melia azedarach L.)..........................................................
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) ...............................................
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................
Bahan dan Alat ....................................................................................
Metode Penelitian ................................................................................
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan lahan ..........................................................................
Pemilihan bibit ..............................................................................
Penanaman ....................................................................................
Pemupukan....................................................................................
Pemeliharaan .................................................................................
Penyediaan jamur entomopatogen ................................................

1
4
4
4
5
8
9
10
10
11
12
13
13
13
14
14
14
15
15
16

Universitas Sumatera Utara

Penyediaan insektisida botani .......................................................
Aplikasi jamur entomopatogen dan insektisida botani di lapangan
Panen .............................................................................................
Cara Pengambilan Sampel Tanaman ...................................................
Peubah Amatan
Persentase serangan ......................................................................
Produksi hasil ................................................................................

16
17
17
17
18
18

HASIL PEMBAHASAN
Persentase Serangan S. exigua .............................................................
Produksi Bawang Merah ......................................................................

19
25

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .........................................................................................
Saran ....................................................................................................

28
28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No.

Judul

Halaman

1.

Rataan Persentase Serangan S.exigua Hubn. (%)

19

2.

Rataan Produksi Bawang Merah (ton/ha)

25

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Judul

Halaman

1.

Telur S.exigua Hubn

5

2.

Larva S.exigua Hubn.

6

3.

Pupa S.exigua Hubn

7

4.

Imago S.exigua Hubn

7

5.

Gejala Serangan S. Exigua Hubn.

8

6.

Grafik Persentase Serangan S.exigua Hubn.

23

7.

Grafik Pengaruh Pemberian Jamur Entomopatogen dan
Insektisida Botani terhada Produksi Bawang Merah

27

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Judul

Halaman

1.

Bagan Penelitian

31

2.

Bagan Pengambilan Sampel

32

3.

Data Persentase Serangan 1 MSA

33

4.

Data Persentase Serangan 2 MSA

35

5.

Data Persentase Serangan 3 MSA

37

6.

Data Persentase Serangan 4 MSA

39

7.

Data Persentase Serangan 5 MSA

41

8.

Data Produksi Bawang Merah (ton/ha)

43

9.

Foto Lahan Penelitian dan Gejala Serangan S.exigua Hubn.

45

10.

Foto Hasil Panen Bawang Merah

46

11.

Foto Daun Mimba dan Daun Mindi

47

12.

Deskripsi Bawang Merah Varietas Kuning

48

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Nuri Indah Ini, The Effectivity Some Entomopathogenic Fungus and
Botanical Insecticide to Spodoptera exigua Hubn. on Shallots
(Allium
ascalonicum
L.) .
It
guided
by Counsellor
Lecturers
Mrs. Ir. Yuswani Pangestiningsih, M.P. as leader, Mrs. Ir. Fatimah Zahara
as co-author, and Mr. Ir Loso Winarto as a Field Counsellor.
The objective of this research is to know the effectifity of
entomopathogenic fungus (Beauveria bassiana and Metarhizium anisopliae) and
botanical isecticide (extract mimba, extract mindi, and extract tobacco)
to the percentage attack of Spodoptera exigua Hubn. on Shallots
(Allium ascalonicum L.).
This research had been done in Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara (BPTP Sumut) field, Gedung Johor, Medan, with the height
approximately 30 meters the surface of sea. This reseach was started from
April 2008 to Juni 2008.
This research had been done by using Non Factorial Randomized
Completely Block Design (RAK) with 6 treatment of each repeated by 4 times
that consist of N0 ( control/ non treatment), N1 (B.bassiana), N2 (M. anisopliae),
N3 (mimba leaf extract), N4 (mindi leaf extract), and N5 (tobacco leaf extract).
Parameters observed is percentage attack of Spodoptera exigua Hubn. and
production of shallots (kg/plot).
The result of this research showed that entomopathogenic fungus and
botanical insecticide was significantly different to the attack percentage of
Spodoptera exigua Hubn.at 1-5 MSA( weaks after application). The result of this
research showed that N1 treatment (used Beauveria bassiana) more effectly than
anothers treatments with attack percentage 14,28%. The attack percentage of from
the highest to the lowest in last time supervision were N0 (34,45%), N5 (15,70%),
N4 (14,60%), N2 (11,25%), N3 (11,15%),dan N1 (14,28%). The production
average of from the highest to the lowest level were N1 (12,25 ton/ha),
N2 (10,40 ton/ha), N3 (9,94 ton/ha), N4 ( 9,20 ton/ha), N5 (8,82 ton/ha), dan
N0 (6,95 ton/ha).

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Nuri Indah Ini, Uji Efektifitas Beberapa jamur Entomopatogen dan
Insektisida Botani terhadap Spodoptera exigua Hubn. Pada Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonocum L.). Dengan komisi pembimbing
Ibu Ir. Yuswani Pangestiningsih, M.P. sebagai ketua, Ibu Ir. Fatimah Zahara
sebagai anggota, dan Bapak Ir. Loso Winarto sebagai pembimbing lapangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas jamur entomopatogen
(Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae) dan insektisida botani
(ekstrak daun mimba, ekstrak daun mindi dan ekstrak daun tembakau) terhadap
persentase serangan Spodoptera exigua Hubn. Pada tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum L.).
Penelitian dilaksanakan di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara (BPTP Sumut) Gedung Johor, Medan dengan ketinggian tempat
lebih kurang 30 m dpl. Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2008 sampai
bulan Juni 2008.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non
Faktorial dengan 6 perlakuan yang masing-masing diulang 4 kali yang terdiri dari
N0 (kontrol tanpa perlakuan), N1 (B.bassiana), N2 (M. anisopliae),
N3 (ekstrak mimba), N4 (ekstrak mindi), dan N5 (ekstrak tembakau). Parameter
yang diamati adalah persentase serangan (%) dan produksi bawang merah
(kg/plot).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur entomopatogen dan
insektisida botani berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 1-5 MSA terhadap
persentase serangan Spodoptera exigua Hubn. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa percobaan yang paling efektif adalah N1 (dengan menggunakan Beauveria
bassiana) dibandingkan dengan menggunakan perlakuan yang lain dengan rataan
persentase serangan yaitu 6,25%. Rataan persentase serangan tertinggi hingga
terendah pada pengamatan terakhir masing-masing adalah N0 (34,45%), N5
(15,70%), N4 (14,60%), N2 (11,25%), N3 (11,15%),dan N1 (14,28%). Rataan
produksi bawang merah tertinggi hingga terendah masing-masing adalah
N1 (12,25 ton/ha), N2 (10,40 ton/ha), N3 (9,94 ton/ha), N4 ( 9,20 ton/ha),
N5 (8,82 ton/ha), dan N0 (6,95 ton/ha).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah yaitu
sekitar India, Pakistan, sampai Palestina. Tidak ada catatan resmi sejak kapan
bawang merah mulai dikenal dan digunakan. Namun diduga sudah dikenal sejak
lebih dari 5000 tahun yang lalu. Ada yang menduga, sekitar abad ke 8-an,
tanaman bawang merah baru mulai menyebar ke Eropa Barat, Eropa Timur dan
Spanyol. Dari belahan benua ini bawang merah mulai menyebar luas hingga
daratan Amerika, Asia Timur dan Asia Tenggara (Wibowo, 1995)
Di Indonesia, tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh petani
sebagai usaha tani yang bersifat komersil, dimana seluruh hasilnya ditujukan
untuk memenuhi permintaan pasar. Bawang merah merupakan salah satu
komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat
dari segi ekonomisnya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya. Meskipun
bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan tetapi kebutuhannya
hampir tidak dapat dihindari oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap
bumbu masak sehari-hari (Suwandi, 1995)
Bawang merah dihasilkan di 24 dari 30 propinsi di Indonesia.
Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 1989-2003 adalah
sebesar 3,95 per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen 3,5 % ternyata lebih
banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi bawang merah
dibandingkan dengan komponen produktivitas (0,4%). Konsumsi rata-rata

Universitas Sumatera Utara

bawang

merah

untuk

tahun

2004

adalah

4,56

kg/kapita/tahun

atau

0,38 kg/kapita/bulan. Estimasi permintaan domestik tersebut pada tahun 2004
mencapai 915.550 ton (konsumsi 795.264 ton, benih ekspor dan industri
119.286 ton). (Litbang, 2008).
Keberadaan hama dan penyakit merupakan faktor pembatas usaha tani
bawang merah. Salah satu hama yang banyak menyerang bawang merah adalah
ulat bawang (Spodoptera exigua Hubn.). Serangan yang cukup berat dari hama ini
dapat menimbulkan kehilangan hasil hingga 57% (Rukmana, 1994). Pada musim
kemarau, kehilangan hasil panen akibat serangan ulat bawang dapat mencapai
100% jika tidak dikendalikan (Moekasan, dkk, 2000).
Bawang merah termasuk komoditas bernilai ekonomis tinggi sehingga
diusahakan dengan cara yang intensif. Hal ini mendorong petani untuk
menggunakan pestisida sintetis dalam setiap pengendalian hama dan penyakit
karena petani beranggapan bahwa keberhasilan pengendalian hama dan penyakit
adalah dengan menggunakan pestisida. Dampak negatif dari pestisida sintetis
telah dirasakan seperti timbulnya hama dan penyakit yang tahan pestisida tertentu,
resurgensi maupun eksplosi hama sekunder. Dirasakan pula bahwa penggunaan
pestisida tertentu menjadi kurang berdaya guna dan berhasil guna, biaya produksi
menjadi lebih mahal, pencemaran lingkungan dengan segala akibatnya, tetapi
masalah hama dan penyakit tidak terpecahkan dengan memuaskan bahkan
bertambah kompleks (Hadisoeganda, dkk, 1 993).
Timbulnya masalah-masalah akibat penggunaan pestisida kimia ini
merangsang penggunaan insektisida non kimia sebagai insektisida yang aman bagi

Universitas Sumatera Utara

lingkungan dengan memanfaatkan senyawa beracun dari tumbuhan, mikroba,
ataupun jamur entomopatogen (Untung, 2001).
Jamur entomopatogen merupakan salah satu agent hayati yang potensial
untuk mengendalikan hama tanaman. Beberapa jamur entomopatogen yang telah
dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanaman perkebunan dan sayuran
adalah

Metarhizium

anisopliae,

Beauveria

bassiana,

Paecilomyces

sp.,

Verticillium sp., dan Spicaria sp. Beberapa kelebihan jamur entomopatogen antara
lain mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidup pendek, dapat
membentuk spora tahan lama di alam walaupun dalam kondisi yang tidak
menguntungkan, relatif aman, bersifat selektif, relatif mudah diproduksi, dan
sangat kecil kemungkinannya terjadi resistensi (Setiawati, dkk, 2004).
Pestisida botani diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan karena terbuat dari bahan alami maka pestisida jenis ini mudah
terurai di alam sehingga residunya mudah hilang dan relatif aman bagi manusia.
Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida botani antara lain
mimba, tembakau, mindi, srikaya, mahoni, sirsak, tuba, dan babandotan
(Kardinan, 2004).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
penggunaan beberapa jamur entomopatogen dan insektisida botani dalam
mengendalikan Spodoptera exigua Hubn. pada tanaman bawang merah.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Untuk

mengetahui

efektifitas

jamur

entomopatogen

yaitu

Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae serta insektisida botani yaitu
Mimba (Azadirahctin indica), Mindi (Melia azedarach) dan Tembakau
(Nicotina tabacum) terhadap Spodoptera exigua Hubner. pada tanaman bawang
merah (Allium ascalonicum L.).
Hipotesa Penelitian
Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin lebih efektif dibandingkan
dengan Metarhizium anisopliae (Metch) Sorokin serta insektisida botani daun
Mimba (Azadirahctin indica A. Juss), daun Mindi (Melia azedarach L.) dan
daun Tembakau (Nicotina tabacum L.) dalam mengendalikan Spodoptera exigua
Hubner. pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) di Lapangan.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi tambahan bagi pihak yang membutuhkan dalam usaha
pengendalian hama Spodoptera exigua Hubner. pada tanaman bawang merah

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Spodoptera exigua Hubner.
Menurut

Kalshoven

(1981)

Spodoptera

exigua

Hubner

dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum

:

Arthropoda

Kelas

:

Insecta

Ordo

:

Lepidoptera

Famili

:

Noctuidae

Genus

:

Spodoptera

Species

:

Spodoptera exigua Hubner.

Telur berbentuk bulat sampai bulat panjang, diletakkan oleh induknya
dalam bentuk kelompok pada permukaan daun atau batang dan tertutup oleh
bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat
80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan oleh ngengat betina sekitar 500-600 butir.
Setelah 2 hari telur menetas menjadi larva (Anonimus, 2007a).

Gambar 1 : telur Spodoptera exigua Hubn
Sumber : www.extento.hawaii.edu

Universitas Sumatera Utara

Ulat berbentuk bulat panjang, berwarna hijau atau coklat dengan kepala
berwarna kuning kehijauan (Moekasan, dkk, 2000). Ulat lebih aktif pada malam
hari. Stadium larva berlangsung selama 8-10 hari (Anonimus, 2007a). Stadium
ulat terdiri dari 5 instar. Warna larva antara hijau terang sampai hijau gelap. Pada
fase tertentu tubuh larva terdapat garis-daris berwarna gelap disepanjang
tubuhnya.

Ukuran

maksimum

larva

hama

ini

antara

1-2

inchi

(Mau and Kessing, 1991).

larva

Gambar 2 : Larva Spodoptera exigua Hubn
Sumber : Foto langsung
Pupa berwarna coklat muda dengan panjang 9-11 mm, tanpa rumah pupa.
Pupa berada di dalam tanah dengan kedalaman + 1 cm. Pupa sering dijumpai juga
pada pangkal batang, terlindung dari daun kering, atau di bawah partikel tanah.
Pupa memerlukan waktu 5 hari

untuk

berkembang menjadi

ngengat

(Hadisoeganda, dkk, 1995)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3 : pupa Spodoptera exigua Hubn
Sumber : www.extento.hawaii.edu
Ngengat hama ini lebih kecil dari anggota kelompok ulat pemotong daun
lainnya. Rentangan sayap imagonya antara 1-1.5 inch. Sayap depan berwarna
kelabu hingga coklat kelabu dengan garis-garis yang kurang tegas dan terdapat
bintik-bintik hitam. Sayap belakang berwarna lebih terang dengan tepi yang
bergaris-garis hitam. Seekor betina mampu menghasilkan lebih dari 1000 butir
telur dalam satu siklus hidupnya. Lamanya daur hidup sekitar 21 hari
(Mau and Kessing, 1991). Pada suhu 30o-33oC lamanya daur hidup sekitar 15-17
hari (Moekasan, dkk, 2000).

Gambar 4 : imago Spodoptera exigua Hubn
Sumber : www.cbif.gc.ca

Universitas Sumatera Utara

Gejala Serangan Spodoptera exigua Hubner.
Gejala serangan hama ini pada tanaman bawang merah ditandai dengan
timbulnya bercak-bercak putih transparan pada daun (Moekasan, dkk, 2000).
Larva memakan daun tanaman, larva muda masuk ke dalam jaringan parenkim
daun dan makan daun sebelah dalam meninggalkan jaringan epidermis daun
(Anonimus, 2007b).
Koloni ulat kecil-kecil membuat lubang pada daun, kemudian merusak
jaringan vaskuler dan masuk ke pipa daun sambil memangsa daging daun sebelah
dalam. Daun bawang merah tampak berbercak putih memanjang seperti membran,
kemudian layu, berlubang, dan di dekat lubang tersebut terdapat kotoran ulat.
Serangan yang cukup berat dapat menimbulkan kehilangan hasil hingga 57%
(Rukmana, 1994).
Gejala serangan S.exigua

Gambar 2 : Gejala Serangan Spodoptera exigua Hubn.
Sumber : Foto langsung

Bagian tanaman yang diserang terutama adalah daunnya. Akan tetapi,
apabila populasi larva sangat banyak, larva akan menyerang umbi yang tersedia.
Begitu menetas dari telur, larva akan segera melubangi daun bagian ujungnya,

Universitas Sumatera Utara

masuk dan makan daging daun bagian dalam, tetapi epidermis bagian luarnya
tetap, dibiarkan tidak dimakan. Akibatnya pada daun terlihat bercak-bercak
berwarna putih yang apabila diterawangkan tembus cahaya. Serangan lanjut
menyebabkan daun terkulai dan mengering (Hadisoeganda, dkk, 1995).
Jamur Entomopatogen
Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin
B.

bassiana

adalah

jenis

jamur

yang

tergolong

dalam

kelas

Deuteromycetes, ordo Moniliales, famili Moniliaceae. Konidiofor yang fertile
bercabang-cabang secara zig-zag. Konidia bersel satu, berbentuk bulat sampai
oval berukuran 1-3 mikron. Hifa B. bassiana hialin, dalam koloni berwarna putih
seperti kapas (Setiawati, dkk, 2004).
B. bassiana masuk ke tubuh serangga melalui kulit di antara ruas-ruas
tubuh. Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula. Hifa fungi
mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang mampu menguraikan
komponen penyusun kutikula serangga. Di dalam tubuh serangga hifa
berkembang dan masuk ke dalam pembuluh darah. Disamping itu B. bassiana
juga menghasilkan toksin seperti beaurerisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan
asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, penggumpalan dan
terhentinya peredaran darah serta merusak saluran pencernaan, otot, system syaraf
dan pernapasan yang pada akhirnya menyebabkan kematian (Mahr, 2003).
Gejala yang terlihat adalah larva menjadi kurang aktif kemudian kaku dan
diikuti perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya sudah ditutupi oleh hifa
dan haridia yang berwarna putih seperti kapas (Setiawati, dkk, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Metarhizium anisopliae (Metch) Sorokin
M. anisopliae adalah suatu jamur yang berasal dari yang distribusinya
luas. Penggunaan pertama dari M. anisopliae sebagai agen microbial adalah pada
tahun 1879 yaitu untuk mengendalikan kumbang biji gandum. M. anisopliae
dikategorikan sebagai jamur green muscle karena koloni sporanya yang berwarna
hijau. M. anisopliae telah dilaporkan dapat menginfeksi kira-kira 200 species
serangga dan arthropoda lainnnya (Cloyd, 2004).
M. anisopliae adalah salah satu jamur entomopatogen yang termasuk
dalam divisi Deuteromycotina. Jamur ini biasa disebut green muscardine fungus
karena sporanya berwarna hijau, jamur ini tersebar luas diseluruh dunia. Spora
aseksual M. anisopliae yang kontak dengan tubuh serangga akan berkecambah
dan hifa akan mengadakan penetrasi pada kutikula. Jamur akan berkembang di
dalam tubuh serangga sehingga serangga mati dalam beberapa hari, hal ini
disebabkan karena M. anisopliae menghasilkan destruksin yang dapat membunuh
serangga (Anonimus, 2006a).
Insektisida Botani
Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Tanaman mimba termasuk dalam famili Meliaceae. Batang tegak,
berkayu. Daun majemuk, letak berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi,
ujung lancip, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 5-7 cm,
lebar 23-24 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm, dan berwarna hijau (Kardinan,
2004).

Universitas Sumatera Utara

Kandungan senyawa kimia ekstrak biji dan daun mimba dapat
digolongkan ke dalam 3 golongan penting yaitu azadirachtin, salanin, dan
meliantriol. Ke 3 senyawa tersebut dapat digolongkan ke dalam kelompok
tripenoid yang merupakan bahan pestisida nabati, tetapi yang paling efektif adalah
azadirachtin. Beberapa sifat penting azadirachtin adalah fitotoksisitasnya kecil,
tidak toksik untuk manusia dan vertebrata lainnya. Daya kerja utama kandungan
senyawa ini adalah sebagai antifeedant untuk serangga hama. (Widayat, 1993).
Senyawa aktif yang terkandung dalam mimba adalah azadirachtin,
senyawa ini tidak langsung membunuh, namun akhirnya dapat mematikan
serangga melalui mekanisme menolak makan, mengganggu pertumbuhan dan
reproduksi. Secara struktural, senyawa ini menyerupai hormone ecdysones pada
serangga yang berfungsi mengontrol proses metamorfosis pada serangga.
Meliantriol, senyawa ini dalam konsentrasi yang rendah mampu menolak
serangga untuk makan sehinggga akhirnya serangga mati kelaparan. Salanin,
senyawa yang juga termasuk kelompok triterpen ini juga mempunyai daya kerja
sebagai penghambat makan, namun tidak mempengaruhi proses ganti kulit pada
serangga (Sudarmadji, 1993).
Senyawa kimia dalam ekstrak mimba yang memiliki aktifitas penghambat
perkembangan serangga antara lain Azadiracthin yang mempunyai komposisi
kimia 3-tigloylazadirachtol dan 6-O-acetylnimbandiol (Soehardjan, 1993).
Mindi (Melia azedarach L.)
Mindi adalah tanaman berupa pohon, bercabang, dan tingginya dapat
mencapai 20 m. Daun majemuk menyirip ganda, tumbuh berseling, dan panjang

Universitas Sumatera Utara

tiap tangkai 20-80 cm. Anak daun berbentuk bulat telur, tepi bergerigi, ujung
runcing, pangkal membulat atau tumpul, panjang 3-7 cm, lebar 1,5-3 cm, warna
permukaan atas hijau tua dan permukaan bawah hijau muda. Pohon mindi mirip
dengan pohon mimba, tetapi daun mimba lebih langsing dari daun mindi dan
mindi mempunyai percabangan pada daunnya sedangkan mimba tidak
(Kardinan, 2004).
Kandungan bahan aktif mindi sama dengan mimba yaitu azadirachtin,
salanin dan melantriol. Azadirachtin dapat berfungsi sebagai anti hama, mencegah
makan, penolak, atau pengganggu system hormon serangga (Anonimus, 2006b).
Pada umumnya serangga hama yang memakan racun ini makannya sangat
berkurang, pertumbuhan menjadi terhambat dan jumlah telur yang dihasilkan juga
sangat sedikit (Soehardjan, 1993).
Tembakau (Nicotiana tabacum L.)
Tembakau termasuk dalam famili Solanaceae. Tanaman tembakau
merupakan tanaman semak semusim dsan tingginya dapat mencapai 2 m. Daun
tunggal berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang
20-50 cm, dan lebar 5-30 cm (Kardinan, 2004).
Tembakau yang mengandung nikotin telah lama dimanfaatkan sebagai
insektisida. Bekerjanya cepat sebagai insektisida kontak, juga sebagai fumigan
atau racun perut. Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica mengandung antara
6-18% nikotin. Meskipun nikotin sangat racun terhadap serangga tetapi tidak
banyak digunakan sebab aktivitas nikotin terbatas kepada serangga yang bertubuh
lunak (Soehardjan, 1993).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara (BPTP Sumut) Gedung Johor, Medan dengan ketinggian tempat
+ 30 m dpl. Penelitian dilaksanakan bulan April 2008 sampai bulan Juni 2008.
Bahan dan Alat
Adapun

bahan

yang

digunakan

adalah

umbi

bawang

merah

varietas Kuning, jamur Beauveria bassiana, jamur Metarhizium anisopliae,
daun tembakau, daun mimba, daun mindi, air, pupuk kandang, pupuk TSP,
pupuk urea, dan pupuk KCl..
Adapun alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, handsprayer,
blender, tugal, meteran, pacak, timbangan, pisau, ember, beaker glass,
kain muslin, kalkulator, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
non faktorial dimana terdapat 6 perlakuan dan 4 ulangan yang diperoleh dengan
menggunakan rumus:
(t-1) (r-1) 15
(6-1) (r-1) 15
6r 19
r4 (dibulatkan)

Universitas Sumatera Utara

Perlakuan yang digunakan :
N0 = Kontrol (tanpa perlakuan)

N1 = Beauveria bassiana dengan kerapatan konidia 108 sebanyak 50 gr/l air

N2 = Metarhizhium anisopliae dengan kerapatan konidia 108 sebanyak 50 gr/l air
N3 = ekstrak daun mindi 200 gr/l air

N4 = ekstrak daun mimba 200 gr/l air

N5 = ekstrak daun tembakau 50 gr/l air
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan lahan
Lahan diukur dengan ukuran untuk masing-masing plot seluas 4 x 1,2 m.
jarak antar petak dalam 1 ulangan 30 cm dan jarak antara beda ulangan 50 cm.
Dibuat parit keliling dengan ukuran 30 cm dan kedalaman 30 cm. Dibersihkan
lahan dari gulma-gulma yang ada. Tanah dicangkul

hingga gembur dengan

kedalaman olah tanah antara 20 - 30 cm. Diatur jarak tanam yaitu 20 x 20 cm dan
dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal.
Pemilihan bibit
Bibit bawang merah yang digunakan adalah varietas Kuning. Bibit dipilih
yang sehat, warna mengkilat, bentuknya kompak atau sama, kulit umbi tidak luka
dan telah mengalami masa simpan selama 2-3 minggu setelah panen. Umbi yang
digunakan adalah umbi yang ukurannya sama.
Penanaman
Umbi bawang merah yang telah dipilih ditanamkan satu persatu pada
lubang tanam yaitu dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Sebelum umbi bawang merah

Universitas Sumatera Utara

ditanam, dilakukan pemotongan ujung umbi sepanjang 1/3 bagian. Setelah itu
umbi ditanam sehingga 2/3 bagian umbi masuk ke dalam tanah dan posisi siung
tidak boleh terbalik. Tanah bedengan lalu disiram dengan air hingga cukup basah
(lembab).
Pemupukan
Tanaman bawang merah memerlukan pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk kandang dengan dosis
Pupuk kandang ini diaduk merata dan disebarkan di atas bedengan

100 ton/ha.
3 hari

sebelum tanam yaitu pada saat pengolahan tanah. Sedangkan pupuk anorganik
yang diberikan adalah pupuk TSP dengan dosis 40 gr/m2 dan pupuk KCl dengan
dosis 20 gr/m2 yang diberikan 1 hari sebelum tanam dan

pupuk Urea dengan

dosis 20 gr/m2 yang diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur
10 hari setelah tanam dan saat tanaman

berumur 25 hari setelah tanam.

Pemupukan diberikan dengan cara ditaburkan pada larikan diantara baris tanaman
kira-kira 5 cm.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada awal pertumbuhan hingga umur + 7 hari
setelah tanam dengan cara mengganti umbi yang mati atau busuk.
Penyiraman tanaman dilakukan berdasarkan umur tanaman. Pada umur
tanaman 0-10 hari penyiraman dilakukan 2x sehari pada pagi dan sore hari.
Setelah tanaman berumur lebih dari 10 hari penyiraman dilakukan 1x sehari pada
pagi atau sore hari.

Universitas Sumatera Utara

Penyiangan gulma dari pertanaman dilakukan pada saat umur tanaman
2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Cara menyiang gulma harus hati-hati agar
tidak merusak perakaran bawang merah, sebaiknya dicabut dengan tangan secara
hati-hati.
Penyediaan Jamur Entomopatogen
Jamur entomopatogen yang digunakan merupakan jamur yang sudah siap
pakai. Sebanyak 50 gr biakan jamur dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian diaduk
hingga rata. Suspensi ini dapat langsung disemprotkan pada tanaman bawang
merah di lapangan.
Penyediaan Insektisida Botani

Insektisida botani ekstrak daun mimba
Sebanyak kurang lebih 200 gr daun mimba segar diblender dengan 1 l air.
Kemudian dibiarkan selama 1 malam. Lalu larutan disaring dengan kain muslin.
Kemudian langsung disemprotkan pada tanaman bawang merah.
Insektisida botani ekstrak daun mindi
Sebanyak kurang lebih 200 gr daun mindi segar diblender dengan 1 l air.
Kemudian dibiarkan selama 1 malam. Lalu larutan disaring dengan kain muslin
dan ditambahkan 1 cc perekat. Kemudian disemprotkan pada tanaman
bawang merah.

Universitas Sumatera Utara

Insektisida botani ekstrak daun tembakau
Sebanyak kurang lebih 50 gr daun tembakau diblender dengan 1 l air.
Kemudian dibiarkan selama 1 malam. Lalu larutan disaring dengan kain muslin.
Kemudian disemprotkan pada tanaman bawang merah.
Aplikasi Jamur Entomopatogen dan Insektisida Botani di Lapangan
Aplikasi jamur entomopatogen dan insektisida botani pada tanaman
bawang merah dilakukan setelah tanaman berumur + 14 hari. Penyemprotan
insektisida botani dan jamur entomopatogen dilakukan pada sore hari.
Penyemprotan jamur entomopatogen dan insektisida botani selama tanam
dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval penyemprotan 1 minggu sekali.
Panen
Tanaman bawang merah varietas Kuning dapat dipanen pada umur
+ 56-66 hari. Ciri tanaman yang siap panen adalah leher batang mengeras dan
batang telah melemas, daun menguning dan umbi lapis sudah tersembul ke
permukaan tanah. Bila sampel tersebut telah mencapai 70-80% dari jumlah
tanaman maka panen dapat dilaksanakan. Panen dilaksanakan pada saat cuaca
cerah dan tanah kering. Panen dilakukan dnegan cara mencabut tanaman beserta
rumpun tanaman dan batangnya. Setelah itu umbi dijemur tapi tidak boleh
menghadap cahaya matahari terik melainkan cukup di tempat terlindung saja.
Cara Pengambilan Sampel Tanaman
Cara pengambilan sampel tanaman dilakukan secara acak pada setiap
perlakuan dan sampel yang diambil diganti pada setiap pengamatan. Tanaman
yang dijadikan sebagai sampel adalah tanaman yang letaknya tidak berada di

Universitas Sumatera Utara

barisan terluar. Jumlah sampel tanaman yang diambil adalah sebanyak 5 tanaman
per plot.
Peubah Amatan

Persentase serangan Spodoptera exigua Hubner .
Persentase serangan Spodoptera exigua Hubner .dihitung setiap 1 minggu
sekali dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P=
Dimana :

a
N

x 100%

P

=

tingkat kerusakan daun (%)

a

= jumlah daun terserang/rumpun contoh

N

= jumlah daun yang diamati/rumpun contoh

(Moekasan, dkk, 2000).
Produksi hasil
Produksi hasil tanaman bawang merah dapat dihitung dengan menimbang
berat bawang merah (kg) yang dipanen dari setiap plot perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Serangan Spodoptera exigua Hubn.
Dari analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tanaman bawang merah
yang diberi perlakuan jamur entomopatogen dan insektisida botani memberikan
pengaruh yang nyata terhadap persentase serangan Spodoptera exigua Hubn.
Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata, maka dilakukan
Uji

Jarak

Duncan

(Lampiran

2-6).

Rataan

persentase

serangan

Spodoptera exigua Hubn. dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Persentase Serangan Spodoptera exigua Hubn.
Perlakuan

Persentase Serangan (%)
Waktu Pengamatan Minggu Setelah Aplikasi (MSA)

1MSA

2MSA

3MSA

4MSA

5MSA

Kontrol
23.85A
24.83A
26.83A
29.40A
34.45A
B.bassiana
16.85B
16.33C
13.28C
9.85C
6.25D
M.anisopliae
15.08C
18.03C
20.18B
19.83B
11.25C
Daun Mimba
19.35B
17.65C
19.55B
19.90B
11.15C
Daun Mindi
19.38B
19.03B
18.33B
20.28B
14.60B
Daun Tembakau
20.55B
21.60A
22.10B
20.40B
15.70B
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Duncan pada taraf 0.05
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan jamur
entomopatogen

dan

insektisida

botani

terhadap

persentase

serangan

Spodoptera exigua Hubn. pada pengamatan 1 MSA sampai dengan 5 MSA
memberikan hasil yang berbeda nyata.
Rata- rata persentase serangan Spodoptera exigua Hubn. pada pengamatan
1 MSA (tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan kontrol berbeda nyata dengan

Universitas Sumatera Utara

perlakuan Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, daun mimba, daun mindi,
dan daun tembakau. Perlakuan B.bassiana berbeda nyata dengan perlakuan
kontrol dan M.anisopliae, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan
daun mimba, daun mindi, dan daun tembakau, sedangkan perlakuan M.anisopliae
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, B.bassiana, daun mimba, daun mindi,
daun tembakau. Dimana persentase serangan tertinggi terdapat pada perlakuan
kontrol sebesar 23,85% sedangkan persentase terendah pada perlakuan
M.anisopliae sebesar 15,08%.
Rata- rata persentase serangan Spodoptera exigua Hubn. pada pengamatan
2 MSA (tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan kontrol berbeda nyata dengan
perlakuan B.bassiana, M.anisopliae, daun mimba, dan daun mindi tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan daun tembakau. Perlakuan B.bassiana berbeda
nyata dengan perlakuan kontrol, daun mindi, dan daun tembakau tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan M.anisopliae dan daun mimba. Perlakuan
daun mindi berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, B.bassiana, M.anisopliae,
daun mimba, dan daun tembakau. Dimana persentase serangan tertinggi terdapat
pada perlakuan kontrol sebesar 24,83% sedangkan persentase terendah pada
perlakuan B.bassiana sebesar 16,33%.
Rata-rata persentase serangan pada pengamatan 3 MSA dan 4 MSA
(tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan kontrol berbeda nyata dengan perlakuan
B.bassiana, M.anisopliae, daun mimba, daun mindi, dan daun tembakau.
Perlakuan B.bassiana berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, M.anisopliae,
daun mimba, daun mindi, dan daun tembakau. Perlakuan M.anisopliae berbeda
nyata dengan perlakuan kontrol dan B.bassiana tetapi tidak berbeda nyata dengan

Universitas Sumatera Utara

perlakuan daun mimba, daun mindi, dan daun tembakau. Persentase serangan
yang tertinggi dan terendah diperoleh pada pengamatan 4 MSA yaitu tertinggi
pada perlakuan kontrol sebesar 29,40 % dan terendah pada perlakuan B.bassiana
sebesar 9,85%.
Rata-rata persentase serangan

pada pengamatan 5 MSA (tabel 1)

menunjukkan bahwa perlakuan kontrol berbeda nyata dengan perlakuan
B.bassiana, M.anisopliae, daun mimba, daun mindi, dan daun tembakau.
Perlakuan B.bassiana berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, M.anisopliae,
daun mimba, daun mindi, dan daun tembakau. Tetapi perlakuan M.anisopliae
tidak berbeda nyata dengan perlakuan daun mimba, begitu juga dengan perlakuan
daun mindi tidak berbeda nyata dengan perlakuan daun tembakau. Persentase
serangan

tertinggi

adalah

pada

kontrol

34,45%

dan

terendah

pada

B.bassiana 6,25%.
Rata-rata persentase serangan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan
entomopatogen yaitu N1 (Beauveria bassiana) dan N2 (Metarhizium anisopliae)
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol (tanpa perlakuan). Hal ini
disebabkan

karena

jamur

entomopatogen

dapat

membunuh

larva

Spodoptera exigua Hubn. dengan menghisap cairan tubuh serangga dan merusak
saluran pencernaan serangga serta dapat menghasilkan toksin yang dapat
menyebabkan kematian Mahr (2003) menyatakan bahwa B. bassiana dapat
mengeluarkan hifa yang menghasilkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang
mampu menguraikan komponen penyusun kutikula serta menghasilkan toksin
beurerisin, beuveroloit, bassialit, isorolit dan asam oksalat yang dapat
menyebabkan kenaikan pH, penggumpalan serta terhentinya peredaran darah serta

Universitas Sumatera Utara

merusak saluran pencernaan, otot, system syaraf, dan pernapasan yang pada
akhirnya menyebabkan kematian. Dan Anonimus (2006a) menyatakan bahwa
jamur M. anisopliae menghasilkan hifa yang mengadakan penetrasi pada kutikula
serangga dan berkembang di dalam tubuh serangga serta menghasilkan destruksin
yang dapat membunuh serangga dalam beberapa hari.
Pada perlakuan dengan menggunakan insektisida botani, setelah pada
pengamatan 3 MSA sampai 5 MSA semua perlakuan insektisida botani yaitu
N3 (mimba), N4, (mindi) dan N5 (tembakau) menunjukkan hasil yang berbeda
nyata dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena insektisida botani mempunyai
kemampuan sebagai penghambat makan dan racun perut sehingga akhirnya
serangga mati kelaparan. Sudarmadji (1993) menyatakan bahwa mimba
mengandung senyawa aktif azadirachtin yang tidak langsung membunuh namun
akhirnya mematikan serangga melalui mekanisme menolak makan, mengganggu
pertumbuhan dan reproduksi. Anonimus (2006a) juga menyatakan bahwa mindi
mempunyai kadungan bahan aktif yang sama dengan mimba yang berfungsi untuk
mencegah

makan,

dan

pengganggu

sistem

hormon

serangga.

Dan

Soeharjan (1993) menyatakan bahwa tembakau yang berbahan aktif nikotin dapat
berfungsi sebagai racun perut bagi serangga.
Untuk lebih jelas hasil persentase serangan Spodoptera exigua Hubn.
dapat dilihat pada grafik Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3 : Grafik Persentase serangan Spodoptera exigua Hubn.
Keterangan :
1. N0

: Kontrol ( tanpa perlakuan)

2. N1

: Beuveria bassiana 50 gr/l air

3. N2

: Metarhizium anisopliae 50 gr/l air

4. N3

: Mimba 200 gr/ l air

5. N4

: Mindi 200 gr/ l air

6. N5

: Tembakau 50 gr / l air
Dari grafik di atas dapat dilihat pada pengamatan 1 MSA persentase

serangan tertinggi adalah pada perlakuan kontrol sebesar 23,85% dan terendah
pada perlakuan M.anisopliae sebesar 15,08%. Pada pengamatan 2 MSA,
persentase serangan tertinggi adalah pada perlakuan kontrol sebesar 24,83% dan
terendah pada perlakuan B.bassiana 16,33%. Pada pengamatan 3 MSA persentase
tertinggi adalah kontrol sebesar 26,83% dan terendah B.bassiana 13,28%. Pada
pengamatan 4 MSA persentase tertinggi adalah kontrol sebesar 29,40% dan

Universitas Sumatera Utara

terendah adalah B.bassiana 9,85%. Pada pengamatan 5 MSA persentase serangan
tertinggi adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 34,45% dan persentase
serangan terendah adalah pada B.bassiana yaitu sebesar 6,25%.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persentase serangan tertinggi dan
terendah dari seluruh pengamatan yang telah dilakukan didapat pada pengamatan
terakhir yaitu pada pengamatan 5 MSA. Dimana persentase tertinggi adalah pada
perlakuan kontrol sebesar 34,45% dan persentase terendah pada perlakuan
B.bassiana sebesar 6,25%.
Persentase serangan terendah yang diperoleh dari seluruh pengamatan
adalah pada perlakuan N1 yaitu dengan menggunakan jamur entomopatogen
Beauveria bassiana. Dari penelitian ini didapat bahwa jamur B. Bassiana
walaupun dengan dosis yang sama dengan jamur M. anisopliae ternyata
B.

bassiana

lebih

efektif

untuk

mengurangi

persentase

serangan

Spodoptera exigua Hubn. Sedangkan insektisida botani kurang efektif
dibandingkan dengan penggunaan jamur entomopatogen. Hal ini dikarenakan
insektisida botani yang digunakan bersifat sebagai racun perut dan penghambat
makan sehingga kematian serangga berjalan lebih lama. Sudarmadji (1993)
menyatakan bahwa azadirachtin yang terkandung pada mimba tidak langsung
membunuh serangga, namum akhirnya dapat mematikan melalui mekanisme
menolak makan yang pada akhirnya menyebabkan serangga mati kelaparan,
mengganggu pertumbuhan dan reproduksi. Senyawa ini mampu berfungsi untuk
mengontrol proses metamorfosis serangga.
Jamur entomopatogen masuk kedalam tubuh serangga setelah hifa jamur
menempel pada tubuh serangga. Dan di dalam tubuh serangga jamur mengadakan

Universitas Sumatera Utara

penetrasi, mengeluarkan enzim-enzim yang dapat membunuh serangga dan
menghisap cairan tubuh serangga. Mahr (2003) menyatakan jamur yang
menempel pada kulit serangga akan langsung mengadakan penetrasi. Hifa jamur
yang masuk mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang mampu
menguraikan komponen penyusun kutikula serangga. Dan juga menghasilkan
toksin yang dapat menyebabkan penggumpalan sehingga terhentinya peredaran
darah serta merusak saluran penceranaan, pernapasan yang dapat menyebabkan
kematian serangga.
Kematian

serangga

yang

diakibatkan

oleh

penggunaan

jamur

entomopatogen dan insektisida botani pada penelitian ini secara langsung
menyebabkan penurunan persentase serangan S. exigua di lapangan pada setiap
minggunya.
Produksi
Rataan produksi bawang merah dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Untuk mengetahui produksi yang berbeda nyata dilakukan Uji Jarak Duncan
(Lampiran 7)
Tabel 2 : Data produksi bawang merah (ton/ha)
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
IV
Kontrol
7.80
8.20
5.30
6.50
27.80
6.95D
B.bassiana
12.50
13.00
11.50
12.00
49.00 12.25A
M.anisopliae
11.60
10.00
10.50
9.50
41.60 10.40B
Daun mimba
9.60
10.00
8.80
11.35
39.75
9.94B
Daun mindi
10.10
9.90
7.86
8.95
36.81
9.20B
Daun tembakau
8.98
9.84
7.96
8.50
35.28
8.82C
60.58
60.94
51.92
56.80 230.24
Total
10.10
10.16
8.65
9.47
9.59
Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Duncan pada taraf 0.05
Perlakuan

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi bawang merah menunjukkan
hasil yang berbeda nyata. Dimana perlakuan kontrol menghasilkan produksi yang
berbeda nyata dengan perlakuan B.bassiana, M.anisopliae, N3, N4 dan
daun tembakau. Hasil produksi pada perlakuan B.bassiana berbeda nyata dengan
produksi perlakuan M.anisopliae, daun mimba, daun mindi, dan daun tembakau.
Produksi perlakuan M.anisopliae, daun mimba dan daun mindi tidak berbeda
nyata satu sama lain, namun berbeda nyata dengan produksi perlakuan lain. Hasil
produksi perlakuan daun tembakau berbeda nyata dengan hasil produksi perlakuan
lainnya.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan produksi tertinggi didapat pada
perlakuan B.bassiana yaitu sebesar 12,25 ton/ha, sedangkan rataan produksi
terendah pada N0 yaitu sebesar 6,95 ton/ha. Hal ini dapat terjadi karena persentase
serangan pada perlakuan

N0 (kontrol) selalu mengalami peningkatan setiap

minggunya sehingga mempengaruhi hasil produksi karena berkurangnya jumlah
daun akibat serangan S.exigua yang secara langsung mempengaruhi hasil produksi
bawang merah. Dimana daun berfungsi untuk fotosintesis dan menghasilkan zat
makanan untuk pembentukkan umbi bawang merah. Sementara pada perlakuan
B.bassiana persentase serangan S. exigua selalu mengalami penurunan pada setiap
m