Pengaruh Infeksi Soil Transmitted Helminth Terhadap Kemampuan Kognitif Anak

(1)

TESIS

PENGARUH INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

DEWI SARI 077103011/IKA

PROGRAM MAGISTER KLINIS - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

Judul Tesis : Pengaruh Infeksi Soil Transmitted

Helminth Terhadap Kemampuan Kognitif Anak

Nama Mahasiswa : Dewi Sari Nomor Induk Mahasiswa : 077103011

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K) Ketua

Dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS


(3)

Tanggal lulus : 25 Mei 2011

Telah diuji pada tanggal: 25 Mei 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

MSc (CTM), SpA(K) ………

Anggota:1. dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) ……… 2. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, Sp.A(K) ……… 3. Prof. dr. Bidasari Lubis, Sp.A(K) ……… 4. Dra. Elvi Andriani, M.Psi ………


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, SpA(K), Msc (CTM) dan dr. Muhammad Ali, SpA(K),yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU, dan dr. Beby Sofyani Hasibuan, M.Ked(Ped), Sp.A sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.


(5)

3. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. Dra. Elvi Andriani, M.Psi, dr. Rina Amalia C. Saragih, M.Ked(Ped), SpA, dr. Gema Nazri Yanni, M.Ked(Ped), SpA dan DR. Ir. Erna Mutiara, MSc yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan dan RS. dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Kepala Rumah Sakit PTPN Aek Nabara, atas keramahtamahannya selama penelitian di Aek Nabara.

7. Kak Rani yang membantu saya dalam pelaksanaan penelitian ini. 8. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah

membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Inke, Badai, Arida, Karina, Badai, Fitriyanti, Fahrul, Desi, Putri, Fadli. Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.


(6)

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Tina Herlina atas pengertian serta dukungan yang sangat besar, terima kasih karena selalu mendo’akan saya dan memberikan bantuan moril dan materil. Begitu juga suami saya Donny, dan adik saya William yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, 1 Mei 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Tesis ii

Ucapan Terima Kasih iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Singkatan dan Lambang x

Abstrak xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Hipotesis 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi Soil Transmitted Helminth 5

Efek Langsung 5

Efek Tidak Langsung 5

Nutrisi 5

Respon Imun 10

2.2. Hubungan Antara Infeksi Soil Transmitted Helminth Dengan Kemampuan Kognitif Anak 11

2.3. Kerangka Konseptual 12

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain 13

3.2. Tempat dan Waktu 13

3.3. Subyek Penelitian 13

3.4. Perkiraan Besar Sampel 14

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi 14

3.5.2. Kriteria Eksklusi 15

3.6. Persetujuan / Informed Consent 15

3.7. Etika Penelitian 15

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 16

3.9. Identifikasi Variabel 18

3.10. Definisi Operasional 18


(8)

BAB 4. HASIL 22

BAB 5. PEMBAHASAN 29

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 38

6.2. Saran 38

Ringkasan 39

Daftar Pustaka 43

Lampiran

1. Jadwal Penelitian 47

2. Personil Penelitian 47

3. Biaya Penelitian 48

4. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua 49 5. Persetujuan Setelah Penjelasan 51

6. Formulir Survei 52

7. Persetujuan Komite Etik 53

8. Riwayat Hidup 54


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Intensitas infeksi STH 20 Tabel 3.2. Klasifikasi status gizi 21 Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 24 Tabel 4.2. Intensitas infeksi STH sebelum dan sesudah intervensi 25 Tabel 4.3. Hasil uji kognitif kelompok albendazole sebelum dan

setelah intervensi 26

Tabel 4.4. Hasil uji kognitif kelompok plasebo sebelum dan setelah

intervensi 27

Tabel 4.5. Perbandingan hasil uji kognitif setelah intervensi antara kelompok albendazole dan plasebo 28


(10)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

STH : Soil transmitted helminth z : Deviat baku normal untuk  z : Deviat baku normal untuk  n : Jumlah subyek / sampel > : Lebih besar dari < : Lebih kecil dari α : Kesalahan tipe I β : Kesalahan tipe II

P : Besarnya peluang untuk hasil yang diobservasi bila hipotesis nol benar

S : Simpang baku kedua kelompok x1-x2 : Perbedaan klinis yang diinginkan


(11)

ABSTRAK

Latar belakang Infeksi soil transmitted helminth mempengaruhi lebih dari seperempat populasi dunia. Anak usia sekolah dilaporkan mempunyai prevalensi dan intensitas tertinggi yang mengakibatkan gangguan kognitif, malnutrisi dan morbiditas.

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh pemberian obat antihelmentik terhadap kemampuan kognitif anak dengan infeksi soil transmitted helminth.

Metode Dilakukan uji klinis acak terbuka pada November 2008 hingga Maret 2009 di Aek Nabara, Kabupaten Labuhan Batu, provinsi Sumatera Utara, pada anak usia sekolah dasar. Sebelum intervensi, dikumpulkan data usia, jenis kelamin, status nutrisi, status infeksi soil transmitted helminth dan kemampuan kognitif. Sampel dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok I diberi Albendazole 400 mg dan kelompok II diberi plasebo. Tiga bulan setelah intervensi, dilakukakn uji kognitif ulangan pada sampel di kedua kelompok. Hasil Uji kognitif dengan Weschler Intelligence Scale for Children dilakukan terhadap 120 anak yang terinfeksi dengan soil transmitted helminth. Anak-anak tersebut dirandomisasi blok kemudian dibagi dalam dua kelompok, 60 anak mendapat Albendazole 400 mg dan 60 anak mendapat plasebo. Delapan anak dieksklusikan dalam penelitian ini karena memilik nilai IQ di bawah 70 dan sakit selama pemeriksaan. Tiga bulan setelah intervensi, uji kognitif diulangi dan didapatkan peningkatan kemampuan kognitif yang bermakna pada kelompok I meliputi bidang comprehension (P=0.017), coding (P=0.002), nilai performance IQ (P=0.004) dan total IQ (P<0.001). Kami juga mendapatkan peningkatan bermakna antara kedua kelompok pada bidang digit span (P=0.24) dan nilai IQ total (P=0.027).

Kesimpulan Pengobatan terhadap infeksi soil transmitted helminth akan meningkatkan kemampuan kognitif pada bidang comprehension, coding dan digit span. Nilai IQ performance dan total juga meningkat setelah pengobatan. Kata kunci : helminthiasis, kognitif, anak


(12)

ABSTRACT

Background Soil transmitted helminth infection affects one quarter of world population. School age children were reported to have the highest prevalences and intensities, which result in impaired cognitive function, malnutrition and morbidity.

Objective To examine the difference of cognitive function before and after treating soil transmitted helmintiasis in children.

Methods A randomized, open labeled, clinical trial is conducted since November 2008 until March 2009 in Aek Nabara, Kabupaten Labuhan Batu, North Sumatera province, among primary school age children. Before the interventions, data on age, sex, nutritional status, soil transmitted helminthiasis status and cognitive function were collected. Subjects were divided into two groups. Group I received albendazole 400 mg and group II received placebo. Three months after interventions, we re-examine the cognitive function of the children in both groups.

Results Cognitive tests with Weschler Intelligence Scale for Children were performed in 120 children infected with soil transmitted helminth. These children were randomly separated into two groups, 60 children received albendazole 400 mg and 60 children received placebo. Eight children were excluded in this study due to IQ score below 70 and sick during examination. Three months after the intervention, the cognitive function was evaluated and resulted in significant cognitive improvement in group I, in comprehension (P=0.017), coding (P=0.002), performance IQ score (P=0.004) and full IQ score (P<0.001). We also found significant differrence between both groups in digit span (P=0.24) and full IQ score (P=0.027).

Conclusion Treatment toward soil transmitted helminthiasis improves cognitive function of children in comprehension, coding and digit span test. Performance dan full IQ score is also improved after treatment.


(13)

ABSTRAK

Latar belakang Infeksi soil transmitted helminth mempengaruhi lebih dari seperempat populasi dunia. Anak usia sekolah dilaporkan mempunyai prevalensi dan intensitas tertinggi yang mengakibatkan gangguan kognitif, malnutrisi dan morbiditas.

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh pemberian obat antihelmentik terhadap kemampuan kognitif anak dengan infeksi soil transmitted helminth.

Metode Dilakukan uji klinis acak terbuka pada November 2008 hingga Maret 2009 di Aek Nabara, Kabupaten Labuhan Batu, provinsi Sumatera Utara, pada anak usia sekolah dasar. Sebelum intervensi, dikumpulkan data usia, jenis kelamin, status nutrisi, status infeksi soil transmitted helminth dan kemampuan kognitif. Sampel dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok I diberi Albendazole 400 mg dan kelompok II diberi plasebo. Tiga bulan setelah intervensi, dilakukakn uji kognitif ulangan pada sampel di kedua kelompok. Hasil Uji kognitif dengan Weschler Intelligence Scale for Children dilakukan terhadap 120 anak yang terinfeksi dengan soil transmitted helminth. Anak-anak tersebut dirandomisasi blok kemudian dibagi dalam dua kelompok, 60 anak mendapat Albendazole 400 mg dan 60 anak mendapat plasebo. Delapan anak dieksklusikan dalam penelitian ini karena memilik nilai IQ di bawah 70 dan sakit selama pemeriksaan. Tiga bulan setelah intervensi, uji kognitif diulangi dan didapatkan peningkatan kemampuan kognitif yang bermakna pada kelompok I meliputi bidang comprehension (P=0.017), coding (P=0.002), nilai performance IQ (P=0.004) dan total IQ (P<0.001). Kami juga mendapatkan peningkatan bermakna antara kedua kelompok pada bidang digit span (P=0.24) dan nilai IQ total (P=0.027).

Kesimpulan Pengobatan terhadap infeksi soil transmitted helminth akan meningkatkan kemampuan kognitif pada bidang comprehension, coding dan digit span. Nilai IQ performance dan total juga meningkat setelah pengobatan. Kata kunci : helminthiasis, kognitif, anak


(14)

ABSTRACT

Background Soil transmitted helminth infection affects one quarter of world population. School age children were reported to have the highest prevalences and intensities, which result in impaired cognitive function, malnutrition and morbidity.

Objective To examine the difference of cognitive function before and after treating soil transmitted helmintiasis in children.

Methods A randomized, open labeled, clinical trial is conducted since November 2008 until March 2009 in Aek Nabara, Kabupaten Labuhan Batu, North Sumatera province, among primary school age children. Before the interventions, data on age, sex, nutritional status, soil transmitted helminthiasis status and cognitive function were collected. Subjects were divided into two groups. Group I received albendazole 400 mg and group II received placebo. Three months after interventions, we re-examine the cognitive function of the children in both groups.

Results Cognitive tests with Weschler Intelligence Scale for Children were performed in 120 children infected with soil transmitted helminth. These children were randomly separated into two groups, 60 children received albendazole 400 mg and 60 children received placebo. Eight children were excluded in this study due to IQ score below 70 and sick during examination. Three months after the intervention, the cognitive function was evaluated and resulted in significant cognitive improvement in group I, in comprehension (P=0.017), coding (P=0.002), performance IQ score (P=0.004) and full IQ score (P<0.001). We also found significant differrence between both groups in digit span (P=0.24) and full IQ score (P=0.027).

Conclusion Treatment toward soil transmitted helminthiasis improves cognitive function of children in comprehension, coding and digit span test. Performance dan full IQ score is also improved after treatment.


(15)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekitar sepertiga dari populasi dunia terinfeksi dengan satu atau lebih spesies cacing yang hidup di usus dan para pakar kesehatan masyarakat cemas akan dampaknya terhadap tumbuh kembang anak.1-3 Di negara berkembang, anak sekolah menderita dampak kecacingan yang paling besar.4-6 Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kecacingan dengan nutrisi, anemia defisiensi besi, pertumbuhan yang terhambat, dan kurangnya kemampuan kognitif.1,5 Dampak kognitif ini dapat terjadi akibat kombinasi dari beberapa gejala akibat infeksi.7 Perbaikan sanitasi akan mengurangi transmisi, namun pengobatan seluruh populasi akan menurunkan tingkat infeksi.8

Sekitar 20 jenis cacing dapat menginfeksi manusia, namun yang paling sering adalah soil transmitted helminth (STH). Sekitar seperempat dari populasi dunia terinfeksi oleh satu atau lebih cacing berikut ini: Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Trichuris trichiura.9 Cacing tersebut memiliki beberapa karakteristik epidemiologi yang sama, yakni :

1. Infeksi cacing lebih sering terjadi pada daerah dengan sanitasi yang buruk. Kondisi yang mempermudah transmisi satu jenis cacing akan


(16)

mempermudah transmisi cacing lainnya, jadi seseorang dapat terinfeksi oleh beberapa cacing dan parasit lainnya.10,11

2. Intensitas infeksi berhubungan dengan morbiditas.10

3. Intensitas infeksi tidak merata pada tiap penderita. Pada suatu populasi, mungkin terdapat beberapa orang dengan intensitas infeksi yang tinggi dan yang lainnya memiliki intensitas infeksi yang sangat rendah.10

4. Secara umum, pada populasi dengan prevalensi yang lebih tinggi, maka intensitas infeksi akan lebih tinggi, namun hubungan ini tidak linear.10

Prevalensi dan intensitas infeksi lebih tinggi pada anak dan dewasa muda. Intensitas infeksi yang paling tinggi terdapat pada anak usia 5-10 tahun untuk cacing bundar dan cacing cambuk sedangkan pada cacing tambang, intensitas infeksi paling tinggi pada usia diatas 10 tahun. Infeksi oleh cacing bundar dan cambuk terjadi karena perilaku anak yang sering memasukan jari yang kotor ke dalam mulut sedangkan pada infeksi cacing tambang karena tingginya mobilitas anak.10 Manifestasi klinis yang muncul akibat infeksi STH bervariasi meliputi diare, penurunan berat badan, malnutrisi, anemia, gangguan kognitif dan sebagainya.10-12

Dampak infeksi STH telah banyak diteliti dan didapatkan hasil yang menunjukkan kemampuan kognitif yang berkurang akibat infeksi STH. Salah satunya, penelitian di Filipina mendapatkan bukti kuat adanya hubungan erat


(17)

antara infeksi cacing dengan kemampuan belajar, daya ingat dan verbal. Infeksi Ascaris lumbricoides intensitas sedang dan berat berhubungan dengan hasil uji daya ingat yang menurun. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan antara infeksi Trichuris trichiura dengan hasil uji verbal yang menurun. Nyeri perut yang dijumpai pada infeksi Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura dapat mengalihkan perhatian anak dari tugas pada uji kognitif.5 Penelitian lain di Indonesia menunjukkan bahwa infeksi cacing tambang menyebabkan efek yang signifikan terhadap penurunan daya ingat anak yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan analisa anak.6

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mencoba menilai apakah ada perbedaan kemampuan kognitif pada anak dengan infeksi STH sebelum dan sesudah terapi .

1.3. Hipotesis

Ada perbedaan kemampuan kognitif pada anak dengan infeksi STH sebelum dan sesudah terapi.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat antihelmentik terhadap kemampuan kognitif anak dengan infeksi STH.


(18)

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik / ilmiah: meningkatkan pengetahuan mengenai pengaruh infeksi STH terhadap kemampuan kognitif anak.

1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan usaha peningkatan kesehatan anak mengenai pentingnya pemberian antihelmentik secara berkala untuk mencegah gangguan kognitif.

1.5.3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan mengenai pengaruh infeksi STH terhadap kemampuan kognitif anak.


(19)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH

Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif.13 Efek cacing terhadap kognitif dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.10

Efek Langsung

Pergerakan cacing akan mengganggu konsentrasi individu yang terinfeksi. Pada beberapa penelitian terdahulu disebutkan bahwa anak yang kecacingan akan mengalami nyeri perut, gangguan tidur, dan mudah lelah yang kemudian menyebabkan penurunan prestasi di sekolah. Pengobatan terhadap kecacingan tersebut akan menyebabkan perbaikan nafsu makan, hilangnya nyeri perut dan nyeri kepala.10

Efek Tidak Langsung Nutrisi

Cacing mempengaruhi nutrisi dengan cara konsumsi langsung zat nutrisi, darah, menyebabkan malabsorbsi, mensekresi protease inhibitor dan merangsang respon imun terhadap infeksi yang akan menyebabkan anoreksia. Kurangnya nutrisi akan mengurangi kemampuan kerja mental dalam memusatkan dan mempertahankan konsentrasi.10,14


(20)

Infeksi Ascaris lubricoides menyebabkan penurunan kecepatan pertumbuhan, konsumsi makanan yang berkurang, gangguan penyerapan lemak dan protein dan menurunkan aktivitas laktase. Hasil biopsi jejunum menunjukkan adanya villi yang memendek, elongasi kripta, pengurangan perbandingan villus : kripta dan infiltrasi selular pada lamina propria. Hal ini akan menyebabkan gangguan penyerapan nitrogen, lemak dan xylose. Pada infeksi Trichuris trichiura juga terjadi penurunan kecepatan pertumbuhan anak, penurunan asupan makanan, defisiensi besi dan kehilangan protein melalui saluran cerna. Infeksi Trichuris trichiura berada pada usus besar sehingga penyerapan makanan telah terjadi sebelum mencapai area yang terinfeksi. Diare mukoid berkontribusi terhadap penurunan albumin plasma dan kejadian malnutrisi. Kehilangan darah sebesar 0.005 ml per hari per cacing berkontribusi terhadap terjadinya anemia defisiensi besi. Pada infeksi cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) menyebabkan kehilangan darah kronis yaitu sebesar 0.03 ml per hari per cacing pada infeksi Necator americanus dan 0.15 ml per hari per cacing pada infeksi Ancylostoma duodenale.15

Faktor yang mempengaruhi perkembangan otak pada anak meliputi faktor genetik dan lingkungan. Nutrisi merupakan bagian dari lingkungan biologis yang dapat mempengaruhi perkembangan otak dan kognitif. Nutrisi dapat mempengaruhi makrostruktur otak (contohnya perkembangan area otak seperti hipokampus), mikrostruktur (contohnya myelinisasi neuron) dan


(21)

kadar serta kerja neurotransmiter (contohnya kadar dopamin atau jumlah reseptor). Pengaruh nutrisi terhadap otak juga dipengaruhi oleh waktu. Periode kritis pertumbuhan dan perkembangan cepat otak adalah sejak masa intrauterin hingga dua tahun pertama kehidupan yang mana pada masa ini otak sangat rentan terhadap adanya gangguan dan kurangnya asupan nutrisi dapat memberi dampak tertentu. Namun ada bagian otak yang belum terbentuk sempurna pada usia dua tahun, contohnya adalah lobus frontal. Lobus frontal memiliki kecepatan myelinisasi yang paling lambat, dimulai sejak usia enam bulan dan berlangsung sepanjang masa kanak-kanak hingga dewasa. Lobus frontal berperan dalam aktivitas kognitif seperti perencanaan, pengembangan strategi, menguji hipotesa saat pemecahan masalah, memfokuskan atensi, menghambat stimulasi yang tidak relevan dan daya ingat. Oleh karena itu kurangnya asupan nutrisi akan memberi dampak dalam perkembagan fungsi lobus frontal sepanjang masa kanak-kanak.16 Suatu interpretasi neuropsikologikal terhadap proses kognitif pada anak malnutrisi menunjukkan adanya keterlibatan korteks difus yakni pada korteks prefrontal dorsolateral (penurunan hasil uji atensi, fluency dan working memory/daya ingat jangka pendek), parietal kanan (penurunan hasil uji fungsi visuospasial) dan kortek temporal bilateral (penurunan hasil uji comprehension, pembelajaran verbal, daya ingat verbal dan visual material). Namun area yang paling rentan untuk terjadi ganguan akibat malnutrisi adalah korteks prefrontal dorsolateral.17


(22)

Jaringan otak kaya akan besi dengan konsentrasi yang berbeda di masing-masing area. Beberapa area otak yang sangat penting untuk proses kognitif seperti korteks, hipokampus dan striatum lebih sensitif terhadap defisiensi besi dibanding area yang lainnya. Besi mempengaruhi myelinasi neuron dan merupakan kofaktor sejumlah enzim dalam sintesa neurotransmiter meliputi triptofan hidroksilase (serotonin) dan tirosin hidroksilase (norepinefrin dan dopamin).18 Peranan besi dalam optimalisasi fungsi neurotransmiter didukung oleh temuan adanya ko-lokalisasi antara besi dengan dopamin dan gamma aminobutyric acid (GABA). Hal ini penting karena area otak tersebut (korteks frontal) memiliki fungsi regulasi mental, kognitif, emosi dan perilaku. Defisiensi besi mengakibatkan berkurangnya sintesa neurotransmiter, jumlah reseptor dopamin dan re-uptake dopamin. Perubahan kadar dopamin pada korteks frontal berkaitan dengan defisit pada fungsi eksekutif.16

Penelitian tentang kadar besi dan kemampuan kognitif telah banyak diteliti. Pada suatu systematic review didapati bahwa suplementasi besi memperbaiki nilai perkembangan mental. Efek ini tampak nyata pada anak diatas tujuh tahun dan sebelumnya menderita anemia defisiensi besi, namun hal tersebut tidak dijumpai pada anak dibawah 27 bulan.19 Hasil uji perkembangan terutama pada kemampuan berbahasa akan lebih rendah pada anak dengan kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL selama lebih dari tiga bulan.20 Suatu penelitian deskriptif di Zanzibar mendapatkan bahwa terapi


(23)

antihelmintik merupakan bagian yang penting untuk mengontrol anemia pada anak sekolah di daerah endemik cacing tambang dan harus disertai dengan pemberian suplementasi besi di sekolah.21 Pada suatu uji klinis tersamar ganda di Zanzibar didapatkan bahwa suplementasi besi akan meningkatkan kemampuan motorik dan bahasa pada anak prasekolah di Afrika.22 Suatu uji klinis tersamar ganda di Bandung, Indonesia mendapatkan bahwa ADB mengganggu proses kognitif yang meliputi perhatian visual dan pembentukan konsep, namun hal ini akan menghilang setelah pemberian besi.23 Pada uji klinis acak terbuka di Afrika Selatan dilaporkan bahwa pemberian biskuit yang difortifikasi dengan besi, yodium, dan beta karoten akan meningkatkan status mikronutrien pada anak sekolah dan di pedesaan yang kemudian akan memberi efek baik terhadap fungsi kognitif.24 Suatu uji klinis acak terbuka di Zaire mendapatkan bahwa perubahan pada hemoglobin yang menyertai pemberian besi akan meningkatkan beberapa aspek kognitif.25 Pada penelitian deskriptif di Zaire, disimpulkan bahwa anak Afrika pedesaan dengan status nutrisi yang baik menunjukkan perkembangan kognitif yang lebih baik sebagai respon terhadap perkembangan ekonomi dan program pendidikan.26 Pada suatu metaanalisis disebutkan bahwa pengobatan terhadap nematoda akan mengakibatkan peningkatan berat badan dan laju pertumbuhan, namun perlu disertai dengan makanan atau nutrisi tambahan.27 Suatu penelitian deskriptif di Kenya melaporkan bahwa anemia yang paling berat terjadi pada anak dengan infeksi cacing tambang yang berat (>200


(24)

cacing/gram).28 Suatu uji klinis acak terbuka di Jamaika melaporkan bahwa anak dengan hambatan pertumbuhan memiliki hasil uji kognitif yang lebih buruk dibandingkan dengan anak tanpa hambatan pertumbuhan.29

Respon imun

Infeksi cacing berhubungan dengan pelepasan berbagai sitokin. Namun, belum ada penelitian yang secara khusus menghubungkan sitokin yang dihasilkan cacing dengan kemampuan kognitif. Salah satu perilaku yang sering tampak pada kecacingan dan kemungkinan diperantarai imun adalah anoreksia. Mekanisme terjadinya anoreksia tersebut tidak diketahui namun diduga akibat pelepasan mediator proinflamasi seperti interleukin-1, tumor necrosis factor-

dan interleukin-6. Produksi sitokin ini akan menekan selera makan, menyebabkan kehilangan protein dan meningkatkan resting energy expenditure. Anoreksia ini akan mengakibatkan asupan nutrisi yang kurang yang kemudian akan menurunkan kapasitas kognitif.10 Pelepasan sitokin akan menyebabkan perubahan perilaku, mengganggu daya ingat dan konsentrasi. Suatu uji klinis tersamar ganda di Munich, Jerman melaporkan bahwa stimulasi pertahanan tubuh primer akan menyebabkan efek negatif terhadap emosi dan daya ingat yang kemungkinan disebabkan oleh pelepasan sitokin.30


(25)

2.2. Hubungan antara Infeksi STH dengan Kemampuan Kognitif Anak Hubungan antara kecacingan dan kemampuan kognitif anak telah lama diketahui.31 Suatu uji klinis acak terbuka di Jamaika mendapatkan bahwa pengobatan terhadap Trichuris trihiura akan meningkatkan prestasi sekolah pada anak dengan status nutrisi buruk dan meningkatkan berat badan pada anak dengan infeksi yang lebih ringan.32 Uji klinis acak terbuka di Jakarta, Indonesia menyebutkan bahwa pada penderita infeksi Ascaris lumbricoides akan terjadi peningkatan kemampuan belajar, konsentrasi dan koordinasi setelah dilakukan intervensi dengan mebendazole.33 Uji klinis acak terbuka lainnya di Indonesia mendapatkan bahwa infeksi cacing tambang memberi dampak negatif terhadap daya ingat anak.6 Pada suatu metaanalisis tidak didapatkan bukti yang cukup untuk mendukung adanya efek pengobatan kecacingan terhadap peningkatan kognitif.8 Pada suatu penelitian cross sectional di Tanzania disimpulkan bahwa anak dengan infestasi cacing yang banyak dan status nutrisi yang buruk lebih mungkin untuk mengalami gangguan kognitif terutama daya ingat verbal jangka pendek dan kecepatan pengolahan informasi.7 Suatu penelitian cross sectional di Filipina melaporkan bahwa infeksi cacing berhubungan dengan gangguan kognitif pada anak usia sekolah.5


(26)

2.3. Kerangka Konseptual

Sanitasi Pendidikan kesehatan Populasi

penduduk

Tingkat sosioekonomi

Penderita STH

-Status nutrisi memburuk

Terapi antihelmentik

-Kadar besi rendah -Kadar Hb rendah

Penurunan kemampuan kognitif

Respon Imun: pelepasan IL-1, TNf α, IL-6 Ketidaknyamanan fisik:

-nyeri perut -nyeri kepala -gangguan tidur -mudah lelah

: yang diamati dalam penelitian

- Aktivitas sitokrom oksidase, delta-9 desaturase, tirosin hidroksilase menurun - Sintesa GABA, serotonin, dopamin menurun

- Gangguan metabolisme katekolamin


(27)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian uji klinis acak terbuka digunakan untuk membandingkan kemampuan kognitif sebelum dan sesudah terapi albendazole pada anak usia sekolah.

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri di perkebunan PTPN III Aek Nabara Selatan, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2008 sampai Maret 2009.

3.3. Subyek Penelitian

Populasi target adalah anak SD yang menderita infeksi STH. Populasi terjangkau adalah anak sekolah dasar di Aek Nabara Selatan, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara yang menderita infeksi STH. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


(28)

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan rumus uji hipotesis terhadap beda rerata dua kelompok independen.34

n1 = n2 = 2 (Z+Z)s 2

(x1-x2)

n1 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok A n2 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok B

 = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95% Z = nilai baku normal = 1,96

 = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80% Z = 0,842

S = simpang baku kedua kelompok = 9,229 x1-x2 = perbedaan klinis yang diinginkan = 5

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 53 orang.

3.5. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Murid SD kelas I sampai kelas VI.


(29)

3. Selama periode penelitian tidak melakukan pengobatan medis atau tradisional untuk infeksi cacing.

4. Bersedia mengisi surat pernyataan kesediaan (informed consent). 3.5.2. Kriteria Eksklusi :

1. Menolak minum obat.

2. Tidak bersedia dilakukan pemeriksaan feses dan kognitif.

3. Tidak bersedia melaksanakan pemeriksaan feses dan kognitif ulangan. 4. Anak menderita penyakit dan kondisi lainnya yang dapat mengganggu

hasil uji kognitif, misalnya retardasi mental.

3.6. Persetujuan/Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengaruh infeksi STH dan pemberian antihelmentik. Formulir persetujuan terlampir dalam usulan penelitian ini.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(30)

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Cara Kerja

3.8.1.1. Orang tua/wali pasien dimintakan persetujuannya agar anaknya boleh diikutkan dalam penelitian ini.

3.8.1.2. Semua pendertia dicatat identitasnya yaitu nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, dan nama orang tua/wali pasien.

3.8.1.3. Dilakukan pengukuran dan pencatatan berat badan dan tinggi badan.

3.8.1.4. Dilakukan penilaian status nutrisi.

3.8.1.5. Dilakukan penampungan feses dengan menggunakan pot plastik. Pot plastik diserahkan kepada orang tua/wali pasien dan diinstruksikan untuk menampung feses di rumah yang kemudian akan dikumpulkan kepada tim peneliti di sekolah.

3.8.1.6. Dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur STH dengan metode Kato Katz.

3.8.1.7. Pada anak dengan telur STH pada fesesnya, dibagi ke dalam dua kelompok secara randomisasi blok, yaitu ke dalam kelompok A yang mendapat terapi albendazole 400 mg dan ke dalam kelompok B yang mendapat plasebo.


(31)

3.8.1.8. Pada anak di kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kognitif dengan Weschler Intelligence Scale for Children (WISC) oleh psikolog.

3.8.1.9. Setelah dilakukan pemeriksaan kognitif, anak pada kelompok A akan diberi albendazole 400 mg sekali pemberian dan anak pada kelompok B akan diberi plasebo yang berisi saccarum lactis satu kali pemberian.

3.8.1.10. Tiga bulan kemudian, dilakukan pemeriksaan kognitif ulangan terhadap anak pada kedua kelompok.

3.8.2.Alur Penelitian

Tinja diperiksa dengan metode Kato Katz

Telur soil transmitted helminth (+)

Kelompok A: albendazole 400 mg Kelompok B: plasebo

Pemeriksaan kognitif Randomisasi

Pemberian albendazole 400 mg Pemberian plasebo

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi

3 bulan Pemeriksaan kognitif ulangan


(32)

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Infeksi STH Nominal

Variabel tergantung Skala

Kognitif Numerik

3.10. Definisi Operasional

1. Infeksi soil transmitted helminth adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.35

2. Terapi antihelmentikadalah pemberian Albendazole dengan dosis 400 mg sekali pemberian.36

3. Kognitif adalah kapasitas global dari suatu individu untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, untuk berpikir rasional dan untuk berhadapan dengan lingkungannya secara efektif. 37

4. Weschler Intelligence Scale for Children adalah suatu uji kemampuan kognitif pada anak yang menilai Full scale Intelligent Quotient (IQ), verbal IQ dengan uji di bidang informasi, comprehension, aritmatika, persamaan, digit span, dan performance IQ dengan uji di bidang picture completion, picture arrangement, block design, object assembling, dan coding.38


(33)

5. Full scale IQ atau total IQ adalah suatu estimasi global terhadap tingkat kemampuan kognitif anak.39

6. Verbal IQ adalah suatu estimasi terhadap kemampuan kognitif anak pada kemampuan verbal comprehension.39

7. Performance IQ adalah suatu estimasi terhadap kemampuan kognitif anak pada kemampuan organisasi perseptual.39

8. Uji informasi adalah suatu subtes yang terdiri dari 30 pertanyaan mengenai pengetahuan umum.40

9. Uji comprehension adalah suatu subtes yang terdiri dari 17 pertanyaan mengenai suatu permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang, hubungan interpersonal dan sosial. 40

10. Uji aritmatika adalah suatu subtes yang terdiri dari 18 pertanyaan mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan hubungan antara angka. 40

11. Uji persamaan adalah suatu subtes yang terdiri dari 17 pasangan kata yang harus dijelaskan mengenai persamaan diantara pasangan kata tersebut. 40

12. Uji digit span adalah suatu subtes yang mana anak mendengar satu seri dari angka yang diucapkan penguji kemudian anak menyebut kembali seri angka tersebut. 40

13. Uji picture completion adalah adalah suatu subtes yang terdiri dari 26 gambar mengenai aktivitas sehari-hari yang memiliki salah satu


(34)

elemen penting yang dihilangkan dan anak ditugaskan untuk menemukan dan menyebutkan elemen yang hilang tersebut. 40

14. Uji picture arrangement adalah suatu subtes yang mengharuskan anak untuk meletakkan suatu seri gambar dalam urutan yang logis. 40

15. Uji block design adalah suatu subtes yang terdiri dari 11 unit yang terdiri dari gambar dua dimensi berwarna merah dan putih dengan desain yang abstrak. 40

16. Uji object assembling adalah suatu subtes yang terdiri dari potongan-potongan bentuk suatu objek dan anak ditugaskan untuk menyusun potongan tersebut menjadi suatu objek. 40

17. Uji coding adalah suatu subtes berupa pasangan simbol dan angka dan anak ditugaskan untuk menuliskan kembali pasangan simbol dan angka tersebut. 40

18. Intensitas STH

Intensitas infeksi STH dibagi sebagai berikut :36 Tabel 3.1. Intensitas infeksi STH

Cacing Ringan Sedang Berat

Ascaris lumbricoides Trichuris trichiura Cacing tambang

1 – 4.999 epg 1 – 999 epg 1-1.999 epg

5.000 – 49.999 epg 1000 – 3.999 epg

2.000-3.999 epg

≥50.000 epg ≥10.000 epg ≥4.000 epg


(35)

19. Status gizi dinilai dengan menggunakan grafik Physical growth: Nacional Centre for Health Statistic percentiles, yang kemudian dinilai berdasarkan berat badan menurut tinggi badan dan diklasifikasikan menjadi:42

Tabel 3.2. Klasifikasi status gizi

Status Gizi Berat badan menurut tinggi badan

Malnutrisi berat <70

Malnutrisi sedang 70-80

Malnutrisi ringan 81-90

Gizi baik 90-110

Gizi lebih 110-120

Obesitas > 120

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan dengan menggunakan program komputer SPSS for windows 17.0. Untuk melihat pengaruh pemberian obat antihelmentik terhadap kemampuan kognitif anak dengan infeksi STH digunakan uji t independen.31 Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas kemaknaan P < 0,05.


(36)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di Aek Nabara Selatan, Kabupaten Labuhan Batu yang berjarak + 240 km dari kota Medan. Penelitian ini melibatkan 120 anak sekolah sekolah dasar yang terinfeksi oleh STH yang kemudian dibagi kedalam dua kelompok yaitu masing-masing terdiri dari 60 anak yang mendapatkan pengobatan albendazole ataupun plasebo. Dari kedua kelompok tersebut sebanyak 8 anak dikeluarkan dari penelitian oleh karena hasil uji kognitif / Intelligence Quation (IQ) di bawah 70 dan anak yang sakit saat akan mengikuti uji kognitif ulangan. Sehingga untuk kelompok albendazole terdiri dari 55 anak dan kelompok plasebo terdiri dari 57 anak.

Besar sampel pada kelompok albendazole dan plasebo masing-masing 55 anak dan 57 anak, dengan jumlah laki-laki dan perempuan hampir sama. Umur anak pada kedua kelompok hampir sama. Berat badan rata-rata pada kelompok albendazole dan plasebo adalah 23.9 kg dan 24.7 kg. Tinggi badan rata-rata pada kelompok albendazole dan plasebo adalah 121.7 cm dan 124.8 cm. Status malnutrisi berat dijumpai pada 3 anak (5.5%) pada kelompok albendazole dan 1 anak (1.8%) pada kelompok plasebo. Status malnutrisi sedang dijumpai pada 3 anak (5.5%) pada kelompok albendazole dan 3 anak (3.3%) pada kelompok plasebo. Status malnutrisi ringan dijumpai pada 9 anak (16.4%) pada kelompok albendazole dan 11 anak (19.3%) pada


(37)

kelompok plasebo. Status gizi baik dijumpai pada 31 anak (56.4%) pada kelompok albendazole dan 35 anak (61.4%) pada kelompok plasebo.

Plasebo (n=60) Albendazole 400 mg

(n=60)

Pemeriksaan kognitif denganWeschler Intelligence Scale for Children

5 Drop out:

- 4 anak dengan hasil IQ <70

- 1 anak sakit saat mengikuti uji kognitif ulangan

3 bulan

Albendazole 400 mg (n=55)

Plasebo (n=57) Randomisasi

3 bulan 3 Drop out:

- 3 anak dengan hasil IQ <70

Pemeriksaan kognitif ulangan dengan Weschler Intelligence Scale for Children

Subjek dengan infeksi STH (n=120)

Gambar 4.1. Profil penelitian

Status gizi lebih dijumpai pada 4 anak (7.3%) pada kelompok albendazole dan 6 anak (10.65) pada kelompok plasebo. Status obesitas


(38)

dijumpai pada 5 anak (9.1%) pada kelompok albendazole dan 1 anak (1.8%) pada kelompok plasebo. Distribusi dan karakteristik sampel pada kedua kelompok perlakuan terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian

Karakteristik Kelompok I (Albendazole) n=55 (%) Kelompok II (Plasebo) n=57 (%) Jenis kelamin -Perempuan -Laki-laki

Umur (tahun), (SD) Berat badan (kg), (SD) Tinggi badan (cm), (SD) Status gizi Malnutrisi berat Malnutrisi sedang Malnutrisi ringan Gizi baik Gizi lebih Obesitas 27 (49.1) 28 (50.9) 9.60 (1.75) 23.89 (6.63) 121.69 (8.87) 3 (5.5) 3 (5.5) 9 (16.4) 31 (56,4) 4 (7.3) 5 (9.1) 30 (52.6) 27 (47.4) 9.58 (1.72) 24.70 (4.13) 124.75 (5.53) 1 (1.8) 3 (5.3) 11 (19.3) 35 (61.4) 6 (10.5) 1 (1.8)

Sebelum intervensi, pada kelompok albendazole dijumpai infeksi Ascaris lumbricoides intensitas ringan pada 49 anak (89.1%) dan infeksi Trichuris trichura intensitas ringan pada 48 anak (87.3%) sedangkan pada kelompok plasebo dijumpai infeksi Ascaris lumbricoides intensitas ringan pada 44 anak (77.2%), intensitas sedang pada 5 anak (8.8%) dan infeksi Trichuris trichura intensitas ringan pada 51 anak (89.5%). Setelah intervensi


(39)

didapatkan eliminasi infeksi STH pada kelompok albendazole, namun pada kelompok plasebo didapati infeksi infeksi Ascaris lumbricoides intensitas ringan pada 52 anak (91.2%), intensitas sedang pada 5 anak (8.8%) dan infeksi Trichuris trichura intensitas ringan pada 57 anak (100.0%). Intensitas infeksi STH sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Intensitas infeksi Soil Transmitted Helminth sebelum dan sesudah intervensi

Kelompok albendazole

n = 55 (%)

Kelompok plasebo

n = 57 (%)

Intensitas infeksi

STH Sebelum

intervensi

Sesudah intervensi

Sebelum intervensi

Sesudah intervensi

Negatif

- A.lumbricoides 6 (10.9) 55 (100.0) 8 (14.0) 0

- T.trichiura 7 (12.7) 55 (100.0) 6 (10.5) 0

Ringan

- A.lumbricoides 49 (89.1) 0 44 (77.2) 52 (91.2)

- T.trichiura 48 (87.3) 0 51 (89.3) 57 (100.0)

Sedang

- A.lumbricoides 0 0 5 (8.8) 5 (8.8)

- T.trichiura 0 0 0 0

Berat

- A.lumbricoides 0 0 0 0

- T.trichiura 0 0 0 0

Pada kelompok yang mendapat albendazole, dijumpai peningkatan bermakna kemampuan kognitif verbal di bidang comprehension (P=0.017) dan total nilai uji kognitif verbal (P=0.012). Pada uji kognitif performance dijumpai peningkatan bermakna pada bidang coding (P=0.004) dan peningkatan total nilai uji kognitif performance (P=0.002). Nilai IQ performance meningkat bermakna setelah pemberian albendazole (P=0.004).


(40)

Pada kelompok ini, nilai IQ total terdapat peningkatan bermakna (P<0.001). Hasil uji kognitif pada kelompok albendazole dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil uji kognitif kelompok albendazole sebelum dan setelah intervensi

Kelompok I (Albendazole)

n=55 Sebelum intervensi Setelah intervensi Variabel

Rerata SD Rerata SD

P Verbal Informasi Comprehension Aritmatika Persamaan Digit Span

Total nilai verbal IQ verbal Performance Picture completion Picture arrangement Block design Object assembling Coding Total nilai Performance

IQ performance

Total IQ 9.6 6.4 8.9 9.3 7.8 41.1 88.8 7.6 7.3 9.4 7.2 11.3 42.8 88.3 88.5 2.88 3.39 2.71 3.43 2.88 10.96 13.75 2.54 2.57 2.69 3.30 3.28 9.03 13.75 12.02 9.5 7.5 9.3 9.7 8.1 44.0 90.6 8.3 8.0 9.4 7.5 12.4 46.2 94.3 93.4 2.69 2.69 2.74 3.12 2.47 8.64 16.10 3.10 2.13 2.83 3.17 3.88 9.68 13.03 12.32 0.514 0.017 0.387 0.490 0.460 0.012 0.408 0.065 0.087 0.515 0.428 0.008 0.002 0.004 <0.001

P < 0.05

Pada kelompok yang mendapat plasebo, tidak dijumpai peningkatan bermakna kemampuan kognitif verbal. Pada uji kognitif performance dijumpai peningkatan bermakna pada bidang picture arrangement (P=0.39) namun tidak disertai peningkatan bermakna dari nilai IQ performance. Nilai IQ total


(41)

juga tidak mengalami peningkatan pada kelompok plasebo. Hasil uji kognitif sebelum dan setelah intervensi dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil uji kognitif kelompok plasebo sebelum dan setelah intervensi

Kelompok II (Plasebo)

n=57 Sebelum intervensi Setelah intervensi Variabel

Rerata SD Rerata SD

P Verbal Informasi Comprehension Aritmatika Persamaan Digit Span

Total nilai verbal IQ verbal Performance Picture completion Picture arrangement Block design Object assembling Coding Total nilai Performance

IQ performance

Total IQ 8.8 6.8 8.6 9.8 7.6 41.3 89.1 7.3 7.2 8.7 6.8 11.3 41.4 87.8 88.9 3.02 2.90 2.34 2.97 2.87 9.38 11.65 2.88 1.99 2.71 3.39 3.78 9.13 12.17 12.88 9.3 6.9 8.7 9.5 7.0 41.1 88.8 7.4 7.7 9.1 7.1 11.3 42.9 89.8 88.5 2.93 2.89 2.37 2.89 2.41 8.83 11.16 2.79 2.18 2.63 3.93 3.67 9.36 12.50 11.02 0.213 0.716 0.704 0.373 0.052 0.877 0.764 0.693 0.039 0.160 0.419 0.946 0.108 0.115 0.690

P < 0.05

Setelah intervensi, dijumpai perbedaan bermakna pada bidang digit span (P=0.024) dan nilai IQ total (P=0.027) antara kedua kelompok. Namun tidak dijumpai perbedaan bermakna pada bidang lain. Perbandingan hasil uji kognitif setelah intervensi antar kelompok albendazole dan plasebo dapat dilihat pada tabel 4.5.


(42)

Tabel 4.5. Perbandingan hasil uji kognitif setelah intervensi antara kelompok albendazole dan plasebo

Albendazole Plasebo

Variabel Rerata SD Rerata SD P

Verbal Informasi Comprehension Aritmatika Persamaan Digit Span

Total nilai verbal IQ verbal Performance Picture completion Picture arrangement Block design Object assembling Coding Total nilai Performance

IQ performance

Total IQ 9.5 7.5 9.3 9.7 8.1 44.0 90.6 8.3 8.0 9.4 7.5 12.6 46.2 94.3 93.4 2.69 2.69 2.74 3.12 2.47 8.64 16.10 3.10 2.13 2.83 3.17 3.88 9.68 13.03 12.32 9.3 6.9 8.7 9.5 7.0 41.1 88.7 7.4 7.7 9.1 7.1 11.3 42.9 89.8 88.5 2.93 2.89 2.37 2.89 2.41 8.83 11.16 2.79 2.18 2.63 3.93 3.67 9.36 12.49 11.02 0.742 0.321 0.256 0.681 0.024 0.084 0.481 0.088 0.465 0.307 0.568 0.063 0.074 0.068 0.027


(43)

BAB 5. PEMBAHASAN

Prevalensi infeksi STH di Indonesia sangat tinggi, yakni 60% hingga 90% pada Ascaris lumbricoides, 40% hingga 60% untuk Trichuris trichiura dan 10% pada cacing tambang. Infeksi STH tersebut akan mengakibatkan morbiditas, malnutrisi, ADB dan gangguan kognitif. Penelitian mengenai hubungan antara infeksi STH dan kemampuan kognitif difokuskan pada anak usia sekolah. Hal ini disebabkan oleh lebih rentannya anak usia sekolah terhadap paparan STH dan karena anak sekolah lebih mungkin mengalami gangguan kognitif akibat infeksi.42 Penelitian yang melibatkan 112 anak sekolah ini, dijumpai infeksi Ascaris lubricoides dan Trichuris trichiura intensitas ringan hingga sedang serta infeksi campuran antara kedua jenis cacing tersebut.

Penelitian sebelumnya secara cross sectional di Brazil, dilakukan pengamatan status nutrisi pada penderita helminthiasis, dimana dilakukan pengukuran antropometri berat badan, tinggi badan, komposisi tubuh, kadar albumin, hemoglobin dan konsentrasi ferritin. Didapati bahwa infeksi helminthiasis berhubungan dengan malnutrisi pada populasi endemis, dan pertumbuhan yang terhambat berhubungan secara bermakna dengan infeksi Ascaris lumbricoides.43 Beberapa penelitian lain juga menunjukkan adanya perbaikan pertumbuhan terutama peningkatan berat badan setelah pengobatan dengan Albendazole.44,45 Pada penelitian ini didapati anak yang


(44)

menderita malnutrisi sebesar 27% dan 26.3% masing-masing pada kelompok albendazole dan plasebo. Sedangkan anak dengan gizi baik sebesar 56.4% dan 61.4% pada masing-masing kelompok albendazole dan plasebo. Kejadian malnutrisi pada kasus ini tidak diteliti apakah disebabkan oleh infeksi cacing saja atau akibat faktor asupan gizi yang tidak adekuat.

Pada penelitian sebelumnya di Jamaika, dilakukan suatu uji klinis tersamar ganda terhadap anak usia sekolah untuk melihat hubungan antara infeksi Trichuris trichiura terhadap kemampuan kognitif. Penelitian ini melibatkan 104 anak dengan intensitas infeksi Trichuris trichiura sedang hingga berat yang dibagi dalam kelompok perlakuan, kontrol dan plasebo. Setelah intervensi, dijumpai peningkatan kemampuan kognitif di bidang digit span dan disimpulkan bahwa helminthiasis mempengaruhi kemampuan kognitif anak.46

Pada penelitian lain di Jamaika, dilakukan uji klinis acak terbuka terhadap 407 anak berusia 6 tahun hingga 12 tahun. Anak-anak tersebut dirandomisasi dan dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok albendazole dan plasebo kemudian dinilai pertumbuhan, kemampuan kognitif dan tingkat kehadiran sekolah sebelum intervensi dan enam bulan setelah intervensi. Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa pengobatan terhadap Trichuris trihiura akan meningkatkan prestasi sekolah pada anak dengan status nutrisi buruk dan meningkatkan berat badan pada anak dengan infeksi yang lebih ringan.32


(45)

Suatu uji klinis acak terbuka di Jakarta terhadap anak usia sekolah dasar didapatkan bahwa pada penderita infeksi Ascaris lumbricoides akan terjadi peningkatan kemampuan belajar, konsentrasi dan koordinasi, lima bulan setelah dilakukan intervensi dengan mebendazole. Penelitian ini melibatkan 696 anak yang dibagi dalam lima kelompok, yaitu kelompok mebendazole, edukasi kesehatan, mebendazole beserta edukasi kesehatan, plasebo dan yang terakhir kelompok tanpa infeksi cacing. Pemeriksaan kognitif dilakukan sebelum intervensi dan lima bulan setelah intervensi. Pemberian mebendazole meningkatkan secara bermakna nilai colored progressive matrices dan coding serta menyebabkan penurunan jumlah telur cacing secara bermakna. Pemberian mebendazole beserta edukasi kesehatan tidak memberi perbedaan efek yang bermakna dengan pemberian mebendazole saja.33.

Suatu penelitian cross sectional di Filipina terhadap 319 anak usia 7 tahun hingga 18 tahun di Filipina untuk mencari efek dari infeksi Ascaris lumbricoides, Schistosoma japonicum, Necator americanus dan Trichuris trichiura terhadap fungsi kognitif anak. Pada penelitian tersebut, pemeriksaan feses dilakukan dengan metoda Kato Katz dan intensitas infeksi diklasifikasikan berdasar kriteria World Health Organization (WHO). Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa infeksi melaporkan bahwa infeksi Schistosoma japonicum berhubungan dengan hasil uji kemampuan belajar yang buruk, infeksi Ascaris lumbricoides berhubungan dengan hasil uji daya


(46)

ingat yang buruk, infeksi Trchuris trichiura berhubungan dengan hasil verbal fluency yang buruk.5

Suatu uji klinis acak terbuka lain di Indonesia terhadap anak usia sekolah didapatkan bahwa infeksi cacing tambang memberi dampak negatif terhadap daya ingat anak. Penelitian tersebut melibatkan 432 anak usia sekolah berusia 8 tahun hingga 13 tahun dan didapatkan penurunan nilai pada uji fluency, digit span forward, number choice, picture search, strop colour word, dan maze.6 Penelitian lain di Tanzania secara cross sectional terhadap 272 anak usia 9 tahun hingga 14 tahun mendapatkan kesimpulan bahwa anak dengan infestasi cacing yang banyak dan status nutrisi yang buruk lebih mungkin untuk mengalami gangguan kognitif terutama daya ingat verbal jangka pendek dan kecepatan pengolahan informasi.7

Penelitian ini mencari apakah infeksi STH memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif anak. Pada penelitian ini, dilakukan suatu uji klinis terhadap 112 anak usia sekolah dasar. Pada sampel tersebut dilakukan randomisasi blok dan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok yang menerima albendazole 400 mg dan kelompok yang menerima plasebo. Pemberian albendazole didasarkan pada rekomendasi oleh WHO. World Health Organization memberikan empat daftar anthelmintik yang esensial dan aman dalam penanganan dan kontrol STH, yaitu albendazole, mebendazole, levamisole, dan pyrantel pamoate. Jika diberikan secara reguler pada komunitas yang terinfeksi, obat-obat ini efektif dalam mengontrol morbiditas


(47)

yang berhubungan dengan infeksi cacing yang endemis.47 Pada penelitian ini, pada kelompok yang diberi plasebo, intensitas telur cacing tidak berkurang dibandingkan dengan kelompok albendazole yang keseluruhan sembuh dari infeksi STH.

Pada penelitian ini dilakukan uji kognitif dengan menggunakan Weschler Intelligence Scale for Children terhadap keseluruhan sampel sebelum dan tiga bulan setelah intervensi. Weschler Intelligence Scale for Children adalah suatu uji kemampuan kognitif pada anak yang menilai full scale IQ,verbal IQ dengan uji di bidang informasi, comprehension, aritmatika, persamaan, digit span, dan performance IQ dengan uji di bidang picture completion, picture arrangement, block design, object assembling, dan coding.38 Full scale IQ atau total IQ merupakan suatu estimasi global terhadap tingkat kemampuan kognitif anak. Verbal IQ melakukan estimasi terhadap kemampuan kognitif anak pada kemampuan verbal comprehension sedangkan performance IQ terhadap kemampuan kognitif anak pada kemampuan organisasi perseptual.39

Uji informasi menunjukkan jumlah pengetahuan yang dimiliki anak yang didapat dari pengalaman di sekolah dan rumah. Pengetahuan yang dimiliki anak ini dipengaruhi oleh bakat bawaan, tingkat pendidikan formal ataupun informal dan kesempatan serta predileksi kulturalnya. Hasil uji informasi ini membutuhkan daya ingat terhadap daya ingat dan informasi yang pernah diterimanya sehingga menunjukkan kemampuan anak


(48)

menyimpan dan mengingat kembali informasi lama. Uji comprehension meliputi pemahaman akan suatu situasi dan jawaban atas situasi tersebut. Respon dalam uji ini menunjukkan pengetahuan anak tentang perilaku konvensional standar, rentang kesempatan kultural dan tingkat perkembangan moral. Uji aritmatika membutuhkan anak untuk mengikuti petunjuk verbal, konsentrasi pada bagian tertentu pertanyaan dan menggunakan operasi numerik. Anak harus telah memiliki pengetahuan mengenai penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Uji ini bukan menekankan pada kemampuan matematika namun pada proses komputasi mental dan konsentrasi. Uji ini membutuhkan penggunaan fungsi non kognitif (konsentrasi dan atensi) yang berkaitan dengan fungsi kognitif (pengetahuan operasi numerik). Hasil dari uji ini dipengaruhi pendidikan, ketertarikan, fluktuasi atensi dan reaksi emosi transien. Uji persamaan menunjukkan karakter logis dari proses berpikir anak. Uji ini berkaitan dengan keadaan kultural, pola ketertarikan dan daya ingat anak. Uji digit span mengukur daya ingat jangka pendek auditori dan atensi. Hasil uji ini dapat dipengaruhi ketenangan anak saat ujian, anak yang tenang saat ujian akan memperoleh hasil yang lebih tinggi daripada anak yang gelisah saat ujian. Uji digit span forward melibatkan pembelajaran dan daya ingat yang berurutan sedangkan digit span backward membutuhkan transformasi dari stimulus. Uji digit span backward yang tinggi menunjukkan fleksibilitas, toleransi yang baik terhadap stres dan konsentrasi yang baik.40


(49)

Uji picture completion meliputi kemampuan mengenal objek, menyadari kekurangan pada objek dan melengkapinya. Uji ini menilai diskriminasi visual yaitu kemampuan membedakan rincian esensial dari yang non esensial. Uji ini membutuhkan konsentrasi, penalaran, organisasi visual dan daya ingat visual jangka panjang. Uji picture arrangement menilai kemampuan anak dalam menghadapi dan mengevaluasi suatu situasi. Uji ini mengungkap kemampuan penalaran non verbal, interpretasi situasi sosial, analisa sintesa, hubungan sebab akibat dan sistematika berpikir. Uji block design meliputi kemampuan untuk memperoleh dan menganalisa suatu bentuk dengan memecah keseluruhan desain menjadi komponennya dan kemudian menyusunnya kembali membentuk desain yang identik. Uji ini mengkombinasikan organisasi visual dengan koordinasi visual motorik. Hasil uji ini dipengaruhi oleh kecepatan aktivitas motorik dan penglihatan. Uji object assembling menilai kemampuan dalam melakukan sintesa yaitu menyatukan potongan menjadi suatu bentuk yang dikenali. Uji ini membutuhkan kemampuan koordinasi visual motorik dan organisasi visual. Hasil uji berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan aktivitas motorik dan daya ingat visual jangka panjang. Uji coding meliputi kemampuan untuk mempelajari suatu tugas yang tidak familiar dan melibatkan kecepatan serta akurasi koordinasi visual motorik, atensi, daya ingat jangka pendek, fleksibilitas kognitif, motivasi, kecepatan proses mental dan ketajaman penglihatan.40


(50)

Pada kelompok yang mendapat albendazole, dijumpai peningkatan bermakna kemampuan kognitif verbal di bidang comprehension dan dijumpai peningkatan total nilai uji kognitif verbal, namun tidak dijumpai peningkatan bermakna nilai IQ verbal. Hal ini menunjukkan peningkatan pengetahuan anak tentang perilaku konvensional standar, tingkat perkembangan moral dan rentang kesempatan kultural. Pada uji kognitif performance dijumpai peningkatan bermakna pada bidang coding dan peningkatan total nilai uji kognitif performance. Nilai IQ performance dan IQ total meningkat bermakna setelah pemberian albendazole. Peningkatan bidang coding ini menunjukkan peningkatan kecepatan serta akurasi koordinasi visual motorik, atensi, daya ingat jangka pendek, fleksibilitas kognitif, motivasi, kecepatan proses mental dan ketajaman penglihatan. Sedangkan peningkatan nilai performance IQ menunjukkan perbaikan terhadap kemampuan kognitif anak pada kemampuan organisasi perseptual. Pada kelompok yang mendapat plasebo, tidak dijumpai peningkatan bermakna kemampuan kognitif verbal. Pada uji kognitif performance dijumpai peningkatan bermakna pada bidang picture arrangement namun tidak disertai peningkatan bermakna dari nilai IQ performance. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan pada penalaran non verbal, interpretasi situasi sosial, analisa sintesa, hubungan sebab akibat dan sistematika berpikir. Nilai IQ total juga tidak mengalami peningkatan pada kelompok ini. Pada hasil uji kognitif setelah intervensi didapatkan perbedaan bermakna pada bidang digit span dan nilai IQ total antara kedua kelompok,


(51)

namun tidak dijumpai perbedaan bermakna pada bidang lain. Peningkatan nilai digit span menunjukkan perbaikan pada daya ingat jangka pendek auditori dan atensi. Peningkatan nilai total IQ menunjukkan tingkat kemampuan kognitif anak yang mengalami perbaikan.

Hasil uji WISC tersebut menunjukkan adanya hubungan infeksi STH secara tidak langsung terhadap kemampuan kognitif anak terutama pada fungsi eksekutif korteks prefrontal dorsolateral yang meliputi hasil digit span yang merupakan suatu bentuk pengujian terhadap daya ingat jangka pendek.

Pada penelitian ini masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain tidak dilakukan penilaian terhadap efek sosioekonomi, pendidikan orang tua, tingkat kebersihan lingkungan tempat tinggal dan sekolah, kadar hemoglobin darah yang dapat mempengaruhi kognitif anak selain akibat dari infeksi STH.


(52)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Pengobatan terhadap infeksi STH akan meningkatkan kemampuan kognitif pada bidang comprehension, coding dan digit span. Nilai IQ performance dan total juga meningkat setelah pengobatan.

6.2. SARAN

Diharapkan kepada pemerintah Kabupaten Labuhan Batu khususnya Dinas Kesehatan untuk melakukan pengobatan helminthiasis secara rutin ke sekolah-sekolah dasar mengingat tingginya prevalensi infeksi STH terutama pada anak usia sekolah, dan mensosialisasikan mengenai bahaya infeksi helminthiasis tersebut terhadap kemampuan kognitif dan perkembangan anak serta melakukan penyuluhan secara rutin mengenai higienitas dan pencegahan infeksi tersebut.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Oberhelman RA. Ascariasis. Dalam: Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter Mk, Lister G, Siegel NJ, penyunting. Rudolph pediatrics. Edisi ke-21. New York: McGraw-Hill; 2003. h.1102-03.

2. Lubis CP, Pasaribu S. Ascariasis. Dalam: Soedarmo AAP, Garna H, Hadinegoro SRS, penyunting . Buku ajar ilmu kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h.407-12.

3. Patel SS, Kazura JW. Helminthic disease. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders; 2004. h.1219-37. 4. Hotez PJ. Helminth infection. Dalam: Gehrson AA, Hotez PJ, Katz SL,

penyunting: Krugman’s infectious disease in children. Edisi ke-9 . Philadelphia: Mosby; 2004. h.227-36.

5. Ezeamama AE, Fridman JF, Acosta LP, Bellinger DC, Langdon GC, Manalo DL, dkk. Helminth infection and cognitive impairment among Filipino children. Am J Trop Med Hyg.2005; 72(5): 540-48.

6. Sakti H, Nokes C, Hertanto WS, Hendratno S, Hall A, Bundy DAP, dkk. Evidence of an association between hookworm infection and cognitive function in Indonesian school children. Trop Med Int Health. 1999; 4(5): 322-34.

7. Jukes MCH, Nokes CA, Alcock KJ, Lambo JK, Kihamia C, Ngorosho N, dkk. Heavy schistosomiasis associated with poor short term memory and slower reaction times in Tanzanian school children. Trop Med Int Health. 2002; 7(2) :104-17.

8. Dickson R, Awasthi S, Williamson P, Demellweek C, Garner P. Effects of treatment of intestinal helminth infection on growth and cognitive performance in children: systematic review of randomized trials. BMJ. 2000; 20:1697-701.

9. Drake LJ, Bundy DAP. Multiple helminth infections in children: impact and control. Parasitology. 2001; 122 : S73-S81.

10. Watkins WE, Pollit E. “Stupidity or worms”: Do intestinal worms impair mental performance? Psychological Bulletin.1997;121(2 ) :171-91. 11. Scoalri C, Torti C, Beltrame A, Mateelli A, Castelli F, Gulleta M, dkk.

Prevalence and distribution of soil-transmitted helminth (STH) infections in urban and indigenous school children in Ortoguiera, State of Parana, Brasil: implication for control. Trop Med Int Health. 2002; 5(4) :302-7.

12. McDonald V. Parasites in the gastrointestinal tract. Parasite Immunology. 2003; 25 : 231-34.


(54)

13. Jukes M. Better Education through improved health and nutrition: implications for early childhood development programs in developing countries. Pediatr Infect Dis Rev. 2007 :145-76.

14. Roschnik N, Parawan A, Baylon MAB, Chua T, Hall A. Weekly iron supplements given by teachers sustain the haemoglobin level concentration of school children in the Phillipines. Trop Med Int Health. 2004;9(8) :904-9.

15. Crompton DWT, Neisheim MC. Nutritional impact of intestinal helminthiasis during human life cycle. Annu Rev Nutr. 2002; 22: 35-59. 16. Bryan J, Osendarp S, Hughes D, Calvaressi E, Barghusrt K, Klinken

JW. Nutrients for cognitive development in school aged children. Nutr Rev. 2004; 62: 295-302.

17. Kar BR, Rao SL, Shandramoli BA. Cognitive development in children with chronic protein energy. Behav Brain Func. 2008; 4: 31-43

18. Beard JL, Connor JR. Iron status and neural functioning. Annu Rev Nutr. 2003; 23: 41-53.

19. Sachdev HPS, Gera T, Nestel P. Effect of iron supplementation on mental and motor development in children: a systematic review of randomised controlled trials. Pub Health Nutr. 2004; 8(2): 117-132. 20. Snodgrass SR. Neurologic manifestation of systemic illness. Dalam:

Menkes JH, Sarnat HB, Maria DL, penyunting. Child neurology. Edisi ke-17. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. h.1025-96.

21. Stoltzfus RJ, Chwaya HM, Tielsch JM, Schulze KJ, ALbonico M, Savioli L. Epidemiology of iron deficiency anemia in Zanzibar school children: the importance of hookworms. Am J Clin Nutr. 1997; 65:153-9. 22. Stoltzfus R, Kvalsvig JD, Chwaya HM, Montresor A, Albonico M, Tielsch J, dkk. Effects of iron supplementation and antihelminthic treatment on motor and language development of preschool children in Zanzibar: double blind, placebo controlled sudy. BMJ.2001; 323 :1-8. 23. Soewondo S, Husaini M, Pollitt E. Effects of iron deficiency on

attention and learning processes in preschool children: Bandung, Indonesia. Am J Clin Nutr 1989; 50 : 667-74.

24. Stuijvenberg MEV, Kvalvig JD, Faber M, Kruger M, Kenoyer DG, Benade AJS. Effects of iron-,iodine-,and beta carotene-fortified biscuits on the micronutrient status of primary school children: a randomized controlled trial. Am J Clin Nutr. 1999; 69 :497-503.

25. Boivin MJ, Giodani B. Improvements in cognitive performance for school children in Zaire, Africa, following an iron supplement and treatment for intestinal parasites. Journal of Pediatric Psychology. 1993; 18(2): 249-64.

26. Boivin M, Giodani B, Ndanga K, Maky MM, Manzeki KM, Ngunu N. Economic advantage anda the cognitve ability of rural children in Zaire. Journal of Psychology.1996; 130 (1): 95-107.


(55)

27. Hall A, Hewitt G, Tuffrey V, Silva N . A review and meta-analysis of the impact of intestinal worms on child growth and nutrition. Maternal and Child Nutrition. 2008; 4 :118-236.

28. Brooker S, Peshu N, Warn PA, Mosobo M, Guyatt HL, Marsh K, Snow RW. The epidemiology of hookworm infection and its contribution to anaemia among pre-school children on the Kenyan coast. Trans R Soc of Trop Med Hyg. 1999; 93: 240-46.

29. Walker SP, McGregor SMG, Powell CA, Chang SM. Effects on growth restriction in early childhood on growth, IQ, and cognition at age 11 to 12 year and the benefis of nutriotional supplementation and psychosocial stimulation. J Pediatr. 2000; 137(1):36-41.

30. Reichenberg A, Yirmiya R, Schuld A, Kraus T, Haack M, Morag A, dkk. Cytokine associated emotional and cognitive disturbance in humans. Arch Gen Psychiatry. 2001; 58 :445-52.

31. Urbani C, Palmer K. Drug-based helminth control in western Pasific countries: a general perspective. Trop Med Int Health. 2001; 6(11): 934-44.

32. Simeon DT, McGregor SM, Callender JE, Wong MS. Treatment of Trichuris trichura infections improves growth, spelling scores and school attendance in some children. J Nutrition. 1995; 125:1875-83. 33. Hadidjaja P, Bonang E, Suyardi MA, Abidin SAN, Ismid IS, MArgono

SS. The effect of intervention methods on nutitional status and cognitive function of primary school children infected with ascaris lumbricoides. Am J Trop Med Hyg.1998; 59(5):791-95.

34. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.311.

35. Brooker S, Clements ACA, Bundy DAP. Global epidemiology, ecology and control of soil transmitted helminth infections. Adv Parasitol. 2006; 62: 221-61.

36. Montresor A, Crompton DWT, Hall A, Bundy DAP, Savioli L. Dalam: Guidelines for the evaluation of soil-transmitted helminthiasis and schistosomiasis at community level. Geneva: WHO; 1998 :3 – 49.

37. Sattler JM. History survey and theories of intelligence. Dalam: Lifland S, Ostock J, penyunting. Assessment of children. Edisi ke-3. San Diego: Jerome M Sattler publisher; 1988: 37-60.

38. Sattler JM. Weschler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R): description. Dalam: Lifland S, Ostock J, penyunting. Assessment of children. Edisi ke-3. San Diego: Jerome M Sattler publisher; 1988: 119-45.

39. Sattler JM. Interpreting the WISC-R. Dalam: Lifland S, Ostock J, penyunting. Assessment of children. Edisi ke-3. San Diego: Jerome M Sattler publisher; 1988: 165-89.


(56)

40. Sattler JM. WISC-R subtests. Dalam: Lifland S, Ostock J, penyunting. Assessment of children. Edisi ke-3. San Diego: Jerome M Sattler publisher; 1988: 146-64.

41. Needlman Rd. Growth and Development. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders; 2004. h.80-91

42. Abidin SAN, Hadidjaja P. The effects of soil transmitted helminth infection on the cognitive function of schoolchildren. Controlling disease due to helminth infections. Geneva: WHO; 2003:67-71

43. Jardim-Botelho A, Brooker S, Geiger SM, Fleming F, Lopes ACS, Diemer DJ, dkk. Age patterns in undernutrition and helminth infection in a rural area of Brazil: associations with ascariasis and hookworm. Trop Med Int. 2008; 13(4): 458-67

44. Alderman H, Konde-Lule J, Sebuliba I, Bundy D, Hall A. Effect on weight gain of routinely giving albendazole to preschool children during child health days in Uganda: cluster randomised controlled trial. BMJ. 2006; 333: 122-26

45. Stephenson LS, Latham MC, Adams EJ, Kinoti SN, Pertet A. Weight gain on Kenyan school children infected with hookworm, Trichuris trichiura and Ascaris lumbricoides is improved following once- or twice-yearly treatment with albendazole. J Nutr. 1993; 123: 656-65

46. Nokes C. Parasitic helminth infection and cognitive function in school children. Proceeding of the Royal Society of London, Series B.1992; 247:77-81

47. Keiser J, Utzinger J. Efficacy of current drugs against soil-transmitted helminth infections, systematic review and meta-analysis. JAMA. 2008; 299: 1937-48


(57)

LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian Juli 2008 – Mei 2009

1. Persiapan : 3 bulan 2. Pelaksanaan : 4 bulan 3. Penyusunan Laporan : 1 bulan 4. Penggandaan/Pengiriman : 1 bulan Kegiatan/ Waktu Juli – September

2008

November 2008– Maret 2009

April – Mei 2009 Persiapan

Pelaksanaan Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan

2. Personil Penelitian 1. Ketua penelitian

Nama : dr. Dewi Sari

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM

2. Supervisor penelitian

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpAK 2. dr. Muhammad Ali, Sp.A(K)


(58)

3. Anggota penelitian

1. dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis 2. dr. Badai Buana Nasution

3. Perkiraan Biaya

1. Bahan / perlengkapan : Rp. 30.000.000 2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 5.000.000 3. Penyusunan / Penggandaan : Rp. 3.000.000 4. Seminar hasil penelitian : Rp. 5.000.000


(59)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Bapak / ibu Yth,

Nama saya dr.Dewi Sari, saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Saya sedang meneliti hubungan antara infeksi cacing dengan kemampuan kognitif anak / kecerdasan anak. Infeksi cacing pada anak akan menimbulkan gangguan nutrisi, pertumbuhan pada anak dan akan dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu, saya tertarik meneliti apakah infeksi cacing akan mempengaruhi kecerdasan anak. Sehingga bila anak yang mengalami infeksi cacing diobati maka kecerdasan anak tersebut diharapkan mengalami perbaikan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mencari pengaruh infeksi cacing terhadap kemampuan kognitif anak.

Sedangkan manfaat dan penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan mengenai pengaruh infeksi cacing terhadap kemampuan kognitif anak, meningkatkan usaha peningkatan kesehatan anak mengenai pentingnya pemberian antihelmentik/ obat cacing secara berkala untuk mencegah gangguan kognitif akibat infeksi cacing terhadap kemampuan kognitif anak. Manfaat penelitin ini terhadap anak ibu/bapak adalah diketahuinya apakah anak bapak/ibu menderita kecacingan dan apakah infeksi cacing telah mempengaruhi pertumbuhan dan kecerdasan anak bapak/ibu serta akan diberikannya pengobatan terhadap kecacingan tersebut.

Pada penelitian ini, saya akan meminta anak bapak/ibu untuk menampung kotoran di wadah yang kami sediakan kemudian kami kumpulkan untuk kami lakukan pemeriksaan kotoran untuk mencari telur cacing. Apabila kotoran anak bapak/ibu mengandung telur cacing, berarti anak bapak/ibu menderita infeksi cacing. Anak bapak/ibu selanjutnya akan kami lakukan pemeriksaan kecerdasan dengan menggunakan wawancara dan kuesiner oleh tim psikologi. Pemeriksaan ini menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Dalam pemeriksaan ini anak akan diwawancara, melakukan beberapa permainan berupa puzzle (menyusun balok, merangkai gambar), dan kuesioner tulisan berupa soal-soal. Hasil pemeriksaan ini akan memberikan informasi mengenai tingkat kecerdasan anak berupa nilai IQ. Dari hasil pemeriksaan tersebut akan dapat diketahui apakah kecerdasan anak terganggu akibat infeksi cacing. Setelah pemeriksaan kecerdasan anak akan diberi obat cacing Albendazole satu tablet ataupun kapsul berisi sakarum laktis/bubuk manis. Kemudian pemeriksaan kecerdasan ini akan kami ulang tiga bulan kemudian untuk melihat apakah ada perbaikan . Kepada anak


(60)

yang mendapat kapsul yang berisi sakarum laktis/bubuk manis akan diberikan obat cacing Albendazole satu tablet setelah pemeriksaan kecerdasan ulangan tersebut. Obat yang diberi (Albendazole) tidak memiliki efek samping yang berat, efek samping yang mungkin timbul berupa mual dan muntah. Apabila anak mengalami gejala alergi obat (gatal dan kemerahan pada kulit, sesak nafas) maka segera hentikan penggunaan obat. Pemberian sakarum laktis/bubuk manis tidak akan memberi efek samping apapun. Pengobatan terhadap efek samping akan beri tanpa dipungut biaya apapun.

Penelitian ini tidak berbahaya dan biaya pemeriksaan serta pengobatan yang dilakukan tidak akan dibebankan kepada bapak/ibu. Partisipasi anak bapak/ibu bersifat sukarela, tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Apabila bapak/ibu menolak untuk anaknya berpartisipasi dalam penelitian ini, maka anak bapakfibu tidak kehilangan hak sebagai pasien.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkanbapak/ibu yang terpilih sebagai sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian ini yang telah dipersiapkan.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi anak bapakfibu dalam penelitian ini. Jika selama penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas maka bapak/ibu dapat menghubungi saya, dr.Dewi Sari, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU, nomor telepon: 8462162 / 08126005108. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Medan, November 2009 Hormat saya,


(61)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur : tahun Alamat :

Selaku pasien/keluarga terdekat pasien (ayah/ibu/lain-lain sebutkan:_______) dari pasien:

Nama :

Umur : tahun Jenis kelamin: __________

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan kesediaan berpartisipasi pada penelitian ini. Bila saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut, saya akan bisa mendapatkannya dari dokter peneliti.

Aek Nabara, November 2009

Peneliti Peserta penelitian

____ _______________


(62)

SURVEI SOIL-TRANSMITTED HELMINTHIASIS

I. Data Pribadi

No. Nama Sekolah Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Usia : tahun BB : kg; TB : cm

Status nutrisi : Obese / Overweight / Normoweight / Mild malnutrition / Moderate malnutrition / Severe malnutrition

II. Data Parasit

Intensitas Sedang / Berat Pemeriksaan

Feses Telur/slide

Telur/gram (epg)

Intensitas Sedang /

Berat Ya Tidak

Ascaris lumbricoides

> 5000 epg

Trichuris trichiura > 1000 epg

Cacing tambang > 2000 epg

Parasit lain

III. Data Uji Kognitif

IQ total Verbal Performance

Sebelum Terapi

Sesudah Terapi


(63)

(64)

66

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : dr. Dewi Sari

Tempat/tanggal lahir: Medan/ 11 April 1982

Alamat : Jl. Jongkong no 36 A, Medan 20124 Pekerjaan : Peserta Program Pendidikan Spesialis

Ilmu Kesehatan Anak – FK USU / RS HAM Status : menikah

Riwayat sekolah : 1987 -1993 : SD St. Joseph I 1993 – 1997 : SMP St. Thomas I 1997 – 2000 : SMA St. Thomas I 2000 – 2005 : Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

2006 – sekarang : Program Pendidikan Spesialis Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Sumatera Utara


(1)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Bapak / ibu Yth,

Nama saya dr.Dewi Sari, saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Saya sedang meneliti hubungan antara infeksi cacing dengan kemampuan kognitif anak / kecerdasan anak. Infeksi cacing pada anak akan menimbulkan gangguan nutrisi, pertumbuhan pada anak dan akan dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu, saya tertarik meneliti apakah infeksi cacing akan mempengaruhi kecerdasan anak. Sehingga bila anak yang mengalami infeksi cacing diobati maka kecerdasan anak tersebut diharapkan mengalami perbaikan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mencari pengaruh infeksi cacing terhadap kemampuan kognitif anak.

Sedangkan manfaat dan penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan mengenai pengaruh infeksi cacing terhadap kemampuan kognitif anak, meningkatkan usaha peningkatan kesehatan anak mengenai pentingnya pemberian antihelmentik/ obat cacing secara berkala untuk mencegah gangguan kognitif akibat infeksi cacing terhadap kemampuan kognitif anak. Manfaat penelitin ini terhadap anak ibu/bapak adalah diketahuinya apakah anak bapak/ibu menderita kecacingan dan apakah infeksi cacing telah mempengaruhi pertumbuhan dan kecerdasan anak bapak/ibu serta akan diberikannya pengobatan terhadap kecacingan tersebut.

Pada penelitian ini, saya akan meminta anak bapak/ibu untuk menampung kotoran di wadah yang kami sediakan kemudian kami kumpulkan untuk kami lakukan pemeriksaan kotoran untuk mencari telur cacing. Apabila kotoran anak bapak/ibu mengandung telur cacing, berarti anak bapak/ibu menderita infeksi cacing. Anak bapak/ibu selanjutnya akan kami lakukan pemeriksaan kecerdasan dengan menggunakan wawancara dan kuesiner oleh tim psikologi. Pemeriksaan ini menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Dalam pemeriksaan ini anak akan diwawancara, melakukan beberapa permainan berupa puzzle (menyusun balok, merangkai gambar), dan kuesioner tulisan berupa soal-soal. Hasil pemeriksaan ini akan memberikan informasi mengenai tingkat kecerdasan anak berupa nilai IQ. Dari hasil pemeriksaan tersebut akan dapat diketahui apakah kecerdasan anak terganggu akibat infeksi cacing. Setelah pemeriksaan kecerdasan anak akan diberi obat cacing Albendazole satu tablet ataupun kapsul berisi sakarum laktis/bubuk manis. Kemudian pemeriksaan kecerdasan ini akan kami ulang tiga bulan kemudian untuk melihat apakah ada perbaikan . Kepada anak


(2)

yang mendapat kapsul yang berisi sakarum laktis/bubuk manis akan diberikan obat cacing Albendazole satu tablet setelah pemeriksaan kecerdasan ulangan tersebut. Obat yang diberi (Albendazole) tidak memiliki efek samping yang berat, efek samping yang mungkin timbul berupa mual dan muntah. Apabila anak mengalami gejala alergi obat (gatal dan kemerahan pada kulit, sesak nafas) maka segera hentikan penggunaan obat. Pemberian sakarum laktis/bubuk manis tidak akan memberi efek samping apapun. Pengobatan terhadap efek samping akan beri tanpa dipungut biaya apapun.

Penelitian ini tidak berbahaya dan biaya pemeriksaan serta pengobatan yang dilakukan tidak akan dibebankan kepada bapak/ibu. Partisipasi anak bapak/ibu bersifat sukarela, tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Apabila bapak/ibu menolak untuk anaknya berpartisipasi dalam penelitian ini, maka anak bapakfibu tidak kehilangan hak sebagai pasien.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkanbapak/ibu yang terpilih sebagai sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian ini yang telah dipersiapkan.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi anak bapakfibu dalam penelitian ini. Jika selama penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas maka bapak/ibu dapat menghubungi saya, dr.Dewi Sari, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU, nomor telepon: 8462162 / 08126005108. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Medan, November 2009 Hormat saya,

(dr.Dewi Sari)


(3)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur : tahun

Alamat :

Selaku pasien/keluarga terdekat pasien (ayah/ibu/lain-lain sebutkan:_______) dari pasien:

Nama :

Umur : tahun Jenis kelamin: __________

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan kesediaan berpartisipasi pada penelitian ini. Bila saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut, saya akan bisa mendapatkannya dari dokter peneliti.

Aek Nabara, November 2009

Peneliti Peserta penelitian

____ _______________


(4)

SURVEI SOIL-TRANSMITTED HELMINTHIASIS

I. Data Pribadi

No. Nama Sekolah

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Usia : tahun BB : kg; TB : cm

Status nutrisi : Obese / Overweight / Normoweight / Mild malnutrition / Moderate malnutrition / Severe malnutrition

II. Data Parasit

Intensitas Sedang / Berat Pemeriksaan

Feses Telur/slide

Telur/gram (epg)

Intensitas Sedang /

Berat Ya Tidak

Ascaris lumbricoides

> 5000 epg

Trichuris trichiura > 1000 epg

Cacing tambang > 2000 epg

Parasit lain

III. Data Uji Kognitif

IQ total Verbal Performance

Sebelum Terapi

Sesudah Terapi

Jenis terapi : Albendazole 400 mg / Plasebo


(5)

(6)

66

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : dr. Dewi Sari

Tempat/tanggal lahir: Medan/ 11 April 1982

Alamat : Jl. Jongkong no 36 A, Medan 20124 Pekerjaan : Peserta Program Pendidikan Spesialis

Ilmu Kesehatan Anak – FK USU / RS HAM

Status : menikah

Riwayat sekolah : 1987 -1993 : SD St. Joseph I 1993 – 1997 : SMP St. Thomas I 1997 – 2000 : SMA St. Thomas I 2000 – 2005 : Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

2006 – sekarang : Program Pendidikan Spesialis Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Sumatera Utara