2.2.4. Ikatan Angin
Ikatan angin merupakan struktur sekunder yang berguna meneruskan beban angin kepada struktur induk rangka jembatan. Ikatan angin dapat ditempatklan di bagian atas
struktur jembatan rangka tertutp dan dibawah lantai jembatan.
2.2.5. Abutmen Jembatan
Abutment merupakan kepala jembatan dan tempat perletakan jembatan. Abutment biasanya terbuat dari beton bertulang yang dicor di tempat pembuatan jembatan, abutment
juga berfungsi sebagai pile cap poer untuk menempatkan pondasi tiang pancang pada jembatan.
2.2.6. Pondasi Jembatan
Pondasi merupakan struktur paling bawah dari jembatan yang berguna untuk menyalurkan beban yang bekerja pada jembatan kepada tanah dan menjaga agar tidak terjadi
penurunan tanah. Pada umumnya pondasi jembatan rangka baja menggunakan tiang pancang dan bore pile untuk pondasinya. Pada proyek Tugas akhir ini bore pile yang digunakan jenis
beton bertulang diameter 60 cm.
2.3. Beban Jembatan
Struktur Jembatan baja harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan sebagai berikut:
2.3.1. Beban mati Berat sendiri
Semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri Jembatan atau bagian Jembatan yang ditinjau termasuk semua unsur Jembatan yang dianggap merupakan satu kesatuan tetap
dengannya. Beban mati Jembatan terdiri dari berat masing-masing setiap struktur dan
Universitas Sumatera Utara
elemen-elemen nonstruktural. Masing-masing berat elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang terintegrasi pada waktu menerapkan faktor beban biasa dan yang terkurangi. Perencana
Jembatan harus menggunakan kebijaksananya dalam menentukan elemen-elemen tersebut. Beban mati ditentukan dengan mengalikan luasvolume bahan dengan berat satuan
material tersebut. Berat beberapa material dimuat dalam tabel: Tabel-2 : Berat isi untuk beban mati
No Bahan
Beratsatuan isi KNm
3
Kerapatan masa kgm
3
1 Campuran aluminium
26.7 2720
2 Lapisan permukaan beraspal
22.0 2240
3 Besi tuang
71.0 7200
4 Timbunan tanah dipadatkan
17.2 1760
5 Kerikil dipadatkan
18.8-22.7 1920-2320
6 Aspal beton
22.0 2240
7 Beton ringan
12.25-19.6 1250-2000
8 Beton
22.0-25.0 2240-2560
9 Beton prategang
25.0-26.0 2560-2640
10 Beton bertulang
23.5-25.5 2400-2600
11 Baja
77.0 7850
12 Batu pasangan
23.5 2400
13 Besi tempa
75.5 7680
14 Pasir kering
15.7-17.2 1600-1760
15 Pasir basah
18.0-18.8 1840-1920
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Beban Hidup beban kendaraan
Menurut Bridge Management System 1992 BMS’92 Semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan lalu lintas atau pejalan kaki yang dianggap berkerja pada
Jembatan. Seluruh baban hidup, arah vertikal atau horizontal akibat aksi kendaran termasuk hubungannya dengan pengaruh dinamis, tetapi tidak termasuk akibat tumbukan.
Beban lalu lintas untuk perencanaan Jembatan terdiri atas beban lajur ”D” dan beban truk ”T”. Beban lajur ”D” bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada Jembatan yang ekivalen dengan satu iring-iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah beban lajur ”D” yang bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan
itu sendiri, Secara umum beban ”D” akan menjadi beban penentu dalam perhitungan Jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban ”T” digunakan
untuk bentang pendek dan lantai Jembatan. Dalam keadaan tertentu beban ”D” yang harganya telah diturunkan dan dinaikkan
dapat digunakan. Beban lajur ”D” terdiri dari beban tersebar merata garis dan terbagi rata seperti terlihat dalam gambar 2-7
Gambar 2-7 : Intensitas beban D Beban garis P = 12 ton belum termasuk kejut, sedangkan beban terbagi rata
dengan intensitas ”p” ton per meter jalur memiliki nilai tergantung pada panjang Jembatan, dimana besar ”p” ditentukan oleh sebagai berikut :
P=2,2 tonm untuk l
≤ 30m
Universitas Sumatera Utara
P=2,2 tonm- l-30m
untuk 30ml60m P=1,1
tonm untuk l60m
Dimana l=panjang bentang dalam meter Dalam perencanaan muatan D untuk suatu Jembatan berlaku ketentuan bahwa
apabila Jembatan tersebut mempunyai lebar lantai kenadaraan lebih dari 5,5m. Muatan D sepenuhnya harus berlaku pada lebar jalur sebesar 5,5 m, sedangkan lebar selebihnya hanya
dibebani 5 dari muatan D tersebut, sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut :
Gambar 2-8 : distribusi beban D untuk lebar penampang Jembatan Beban truk ”T” adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang ditempatkan pada
beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari 2 bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi roda kendaaran berat. Hanya satu truk ”T”
diterapkan per lajur lalu lintas. Pembebanan truk ”T” terdiri dari kendaraan truk semi–trailer yang memiliki
susunan dan berat seperti terlihat terlihat dalam gambar 2-9. Berat dari masing-masing as disebarkan menjadi beban yang sama besar yang merupakan bidang kontak antara permukaan
ban dengan bidang lantai. Jarak antar 2 as tersebut dapat diubah-ubah antara 4,0m sampai 9,0m untuk mencapai pengaruh terbesar pada arah memanjang Jembatan.
Universitas Sumatera Utara
Muatan ”T” umumnya digunakan untuk Jembatan bentang pendek atau sistem lantai kendaraan Jembatan, penyebaran muatan terlihat dalam gambra berikut:
Gambar 2-9 : distribusi beban T
2.3.3. Beban Angin